Professional Documents
Culture Documents
Pembina
(Inspektur
Upacara)
pada
UPACARA
BENDERA
DIGITAL
Peringatan
Hari
Proklamasi
Kemerdekaan
RI
ke-67,
17
Agustus
2012
Assalamualaikum
w.
w.
Salam
Sejahtera
untuk
seluruh
warga
Bangsa,
terutama
para
generasi
muda
penerus
bangsa
di
mana
pun
berada
Pada
hari
ini
genap
67
tahun
usia
kita
merasakan
Kemerdekaan
dan
sudah
14
tahun
bangsa
kita
mengenyam
Kebebasan.
Dalam
kurun
waktu
tersebut
telah
banyak
yang
kita
bangun
dan
perjuangkan
serta
hasilkan
dalam
rangka
meretas
jalan
panjang
menuju
tujuan
nasional
sebagaimana
diamanatkan
dalam
Pembukaan
Undang- undang
Dasar
1945.
Untuk
itu
sudah
sepatutnya
kita
panjatkan
puji
syukur
ke
hadirat
Tuhan
Yang
Maha
Esa,
Allah
SWT.
Namun
demikian,
kita
juga
harus
menyadari
bahwa
apa
yang
telah
kita
capai
tersebut
masih
jauh
dari
tujuan
yang
kita
cita-citakan
bersama
sebagai
bangsa.
Kesadaran
ini
hendaknya
juga
membangkitkan
kita
untuk
lebih
meningkatkan
lagi
pemikiran,
gagasan
perhatian,
dan
terutama
karya-nyata
kita
untuk
masa
depan
bangsa.
Dengan
peringatan
67
tahun
kemerdekaan
kita
ini,
kita
harus
pandai-pandai
belajar
dari
sejarah
bangsa
kita
sendiri
maupun
berkaca
dari
keberhasilan
dan
kesalahan
bangsa
lain.
Kita
harus
mau,
mampu
dan
berkeinginan
untuk
mempelajari
keberhasilan
dan
kekurangan
atau
bahkan
kesalahan
yang
pernah
kita
perbuat
--
yang
dilengkapi
dengan
pelajaran
sejarah
bangsa-bangsa
lain
untuk
secara
jujur
dan
penuh
kesungguhan
kita
lakukan
koreksi,
perbaikan
dan
pembenahan.
(Prestasi
kita)
Dengan
dibekali
semangat
Kebangkitan
Nasional
dan
Sumpah
Pemuda
--
sebagai
Tonggak
Sejarah
Perjuangan
Bangsa
Pertama
dan
Kedua
--
Para
founding
fathers
bangsa
telah
berhasil
memperjuangkan
Kemerdekaan
Indonesia
dengan
segala
perangkat
keras
(hard-ware)
yang
berupa
perjuangan
fisik
dalam
mewujudkan
kesatuan
tanah
air
--
maupun
perangkat
lunak
(soft-ware)
dan
perangkat
pemikiran
(brain-ware)
yang
berupa
rumusan
filosofi
dan
nilai-nilai
dasar
perjuangan
serta
arah
tujuan
masa
depan
bangsa
sebagaiman
tertuang
dalam
Pancasila
dan
UUD
1945
sebagai
Tonggak
Sejarah
Perjuangan
Bangsa
Ketiga.
Perjuangan
mereka
berhasil
karena
kemurnian
dan
kesungguhan
serta
keseutuhan
niat,
keyakinan
dan
semangat
mereka
untuk
mengabdi
dan
mendarma-bhaktikan
hidup
dan
karyanya
untuk
bangsa,
walaupun
ada
kendala
dan
keterbatasan
fisik
dalam
menghadapi
penjajah.
Mereka
yakin,
karena
penjajahan
harus
dihapuskan
dari
muka
bumi,
dan
mereka
juga
meyakini
bahwa
kebenaran
dan
kekuasaan
mutlak
bukan
di
tangan
penjajah
atau
siapa
pun,
namun
berada
di
tangan
Tuhan,
Allah
SWT.
Kesemuanya
itu
tercermin
secara
eksplisit
maupun
implisit
dalam
Pembukaan
UUD
1945.
Demikian
pula
perjuangan
fisik
pra
dan
pasca
kemerdekaan
telah
membuktikan
keyakinan
tersebut.
Kita
sebagai
bangsa
juga
meyakini
bahwa
ke
depan
kita
harus
maju
dan
mandiri
sederajat
dan
bahkan
disegani
oleh
bangsa-bangsa
lain
di
muka
bumi.
Untuk
itu
kita
perlu
meningkatkan
kualitas
sumberdaya
manusia
(SDM)
dengan
cara
meningkatkan
produktivitas
dan
daya
saing,
yang
dapat
kita
capai
dengan
memadukan
keluhuran
nilai-nilai
budaya
dan
agama
bangsa
kita
dengan
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
Kita
telah
membuktikan
bahwa
sinergi
positif
antara
ketiga
hal
tersebut
telah
mampu
menunjukan
kepada
dunia
dan
kepada
diri
kita
sendiri
bahwa
kita
mampu
menguasai
Iptek
secanggih
apapun,
dengan
Terbang
Perdananya
Pesawat
N250
pada
tanggal
10
agustus
1995,
yang
kita
tandai
sebagai
Hari
Kebangsaan
Teknologi
Nasional
(HAKTEKNAS)
sebagai
Tonggak
Perjalanan
Sejarah
Bangsa
Keempat.
(Kekurangan
dan
kesalahan
kita)
Dalam
rangka
belajar
dari
kesalahan
sejarah,
kita
harus
menyadari
kesalahan
kita
dalam
merespon
fenomena
globalisasi,
dimana
kita
tidak
kritis
melihat
adanya
fenomena
pengalihan
kekayaan
alam
kita
ke
negara
lain,
yang
setelah
diolah
dengan
nilai
tambah
yang
tinggi
kemudian
menjual
produk-produk
kepada
kita,
sedemikian
rupa
sehingga
rakyat
harus
"membeli
jam
kerja"
bangsa
lain.
Ini
adalah
penjajahan
dalam
bentuk
baru,
neo-colonialism,
atau
dalam
pengertian
sejarah
kita,
suatu
"VOC
(Verenigte
Oostindische
Companie)
dengan
baju
baru".
(sebagaimana
pernah
saya
sampaikan
pada
Pidato
Peringatan
Kelahiran
Pancasila
di
hadapan
Sidang
Pleno
MPR
RI
tanggal
1
Juni
2011
yang
lalu).
Bukankah
jam
kerja
yang
terselubung
pada
tiap
produk
yang
kita
beli
itu
pada
akhirnya
menentukan
tersedianya
lapangan
kerja
atau
mekanisme
proses
pemerataan
dalam
arti
yang
luas
itu?
Kita
juga
harus
jujur
mengakui
bahwa
sinergi
negatif
antara
reformasi
dan
globalisasi
telah
manghasilkan
pengalaman
pahit
sebagaimana
dialami
industri
dirgantara
dan
industri
strategis
pada
umumnya.
Jangan
sampai
karena
eufori
reformasi
atau
karena
pertimbangan
politis
sesaat
kita
tega
menghabisi
karya
nyata
anak
bangsa
sendiri,
yang
secara
ditandai
sebagai
Tonggak
Sejarah
Perjuangan
Bangsa
Keempat.
Mengapa produk yang dirancang bangun oleh putra-putri generasi penerus -- yang
Kita juga harus mengakui kesalahan kita dengan menelantarkan atau menghentikan bahkan menyerahkan kepada bangsa lain produksi alat transportasi (pesawat terbang, kapal dan sepeda motor) di tengah kenyataan bahwa begitu pasar domestik nasional di bidang transportasi, misalnya. Demikian pula terkait pasar alat komunikasi yang sepenuhnya kita serahkan produksinya pada bangsa lain. Mengapa hal itu kita biarkan terjadi, padahalkita mengetahui bahwa semuanya mengandung jam kerja yang sangat dibutuhkan. MENGAPA? MENGAPA? MENGAPA? Dalam menjawab pertanyaan tersebut kita tidak perlu dan tidak berguna menyalahkan siapa-siapa, tapi yang kita perlukan adalah mencari pemecahannya dengan melakukan koreksi dan pembenahan untuk mencari pemecahannya dengan TINDAKAN NYATA untuk masa depan. Saya akhiri amanat ini dengan pertanyaan untuk kita renungkan bersama: Sudah Merdeka 67 tahun kita Merdeka, sudah 17 tahun kita Melek Teknologi, sudah 14 tahun kita Bebas: Apa yang sudah dan akan kita sumbangkan kepada bangsa dan Negara? Marilah: REBUT KEMBALI JAM KERJA! BANGUN DARI MIMPI DAN EUFORI REFORMASI, SADARLAH BAHWA KITA HARUS MELANGKAH DALAM DUNIA NYATA MENUJU MASA DEPAN! WUJUDKAN KEMBALI KARYA NYATA YANG PERNAH KITA MILIKI UNTUK PEMBANGUNAN PERADABAN INDONESIA! BANGKITLAH, SADARLAH ATAS KEMAMPUANMU! Indonesia, 17 Agustus 2012 Bacharuddin Jusuf Habibie