You are on page 1of 3

BAB

PENGERTIAN KARMA PHALA Kata karma berasal dari bahasa Sanskrta, yakni dari akar kata yang artinya berbuat atau bertingkah laku. Kemudian menjadi kata karma yang artinya perbuatan, berbuat, atau bekerja. Manusia yang dipengaruhi oleh tri Guna yang terdapat dalam dirinya selalu bergerak aktif dan berbuat. Perbuatan atau kegiatan yang dilahkukan itu kadang-kadang disadari, kadang-kadang tidak disadarinya. Kegiatan atau perbuatan tersebut ada yang baik dan ada yang tidak baik, kesemuanya itulah yang disebut dengan karma. untuk memudahkan pengertian kita mengenai hukum karma dapat dilihat, dari beberapa contoh berikut ini : 1. Lemparkan sebuah batu ke dalam kolam berair tenang. Setelah batu jatuh kedalam kolam maka air akan bergelombang menuju ketepi kolam dan kemudian bergelombang pula ke dalam mencari titik jatuhnya batu tersebut. 2. Seperti melemparkan senjata bumerang, setelah dilemparkan akan kembali lagi kepada yang melemparkannya. KARMA begitu di yakini umat hindu karena karma yang sungguh-sungguh akan membawa dirinya kepada kesempurnaan. PENGERTIAN PUNARBHAVA Kata punarbhava berasal dari bahasa sanskrta, terdiri dari dua kata ,yaitu kata punar yang berarti lagi, kembali dan kata bhava berarti menjelma. Jadi, punarbhava berarti kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga penitisan atau sarhsara. Di dalam pustaka suci veda dikatakan bahwa penjelmaan atma (roh) yang berulang-ulang (samsriti) ke dunia ini disebut samsara. Punarbhava atau samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya hukum karma, di mana karma yang jelek menyebabkan atma (roh) menjelma kembali untuk memperbaiki perbuatannya yang tidak baik, atau karena atma itu masih dipengaruhi oleh karma wasana (bekas-bekas atau sisa-sisa perbuatan) atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir ke dunia. Kelahiran ini adalah samsara (sengsara) sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran terdahulu. Demikianrah beberapa contoh mengenai punarbhava yang terdapat pada ajaran veda Smrti. Adapun tujuan dari adanya punarbhava itu secara garis besar adalah sebagai berikut. 1. untuk menerima pahala (buah) karma yang belum dinikmati pada masa lalu. 2. Suatu kesempatan untuk membersihkan (menyucikan) jiwa atma dari segala dosa awidya (kegelapan, kebodohan) dan adharma. 3. Untuk mencapai tujuan ajaran agama hindu terakhir, yaitu moksa, bersatunya kembali antara atma dengan brahman (paramatma)

MACAM-MACAM KARMAPHALA Hukum karma mengajarkan, bahwa perbuatan baik berbuah kebaikan dan perbuatan buruk berbuah keburukan. Adapun human karmatersebut dapat di bagi menjadi tiga yaitu: 1) Sancita karmaphala adalah sisa hasil perbuatan di masa lalu yang belum sempat di nikmati dari masih merupakan benih yang dapat menentukan kehidupan sekarang. 2) Kriyamana karmaphala adalah hasil perbuatan seseorang secara akumulatif belum sempat dinikmati dan akan di nikmati pada kehidupan berikutnya. 3) Prarabda karmaphala hasil perbuatan pada masa sekarang yang habis di nikmati pada masa sekarang juga tanpa ada sisanya lagi.

SUBHA DAN ASUBHA KARMA Kata subha berarti baik dan kata asubha berarti tidak baik. Begitu juga kusala berarti baik dan akusala berarti tidak baik. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Subha dan aSubha karma ialah karma baik dan karma yang tidak baik. Segala perbuatan baik (subha karma atau kusala karma) menjadi sumber timbulnya kebahagiaan. Sebaliknya, segala perbuatan jahat (asubha karma atau akusala karma) merupakan sumber timbulnya kesengsaraan dan penderitaan. HUBUNGAN HUKUM KARMA DENGAN PUNARBHAVA Dalam ajaran agama Hindu dijelaskan bahwa selama atma (jivatman) kita terikat oleh karma maka selama itulah akan mengalami punarbhava (samsara). Seseorang akan dilahirkan kembali ke alam dunia maupun alam lainnya sesuai dengan jenis karma yang diperbuat maupun jenis pahala yang diterimanya. Hubungan antara punarbhava dan karma sangat erat, saling jalin menjalin dalam perputaran lahir, hidup, dan mati. Pada waktu seseorang mengalami kematian di dunia ini, hanya badan kasarnya yang mati (hancur), sedangkan atma (jivatman) sesorang tidak dapat mati. Kematian di dunia berarti kehidupan yang baru, apakah alam surga, alam neraka, serta alam-alam lainnya. HUBUNGAN KARMA DENGAN NERAKA, SURGA, DAN MOKSA Menurut ajaran agama Hindu yang diwahyukan ke dunia dengan perantaraan pararsi maka segala baik buruk perbuatan (subha dan asubha karma) akan membawa akibat tidak saja di dalam hidupnya sekarang ini, tetapi juga di akhirat (surga dan neraka). Selebihnya dengan suksmasariranya terpisah dari sthulasariranya dan membawa akibat pula dalam penjelmaan yang akan datang (purnarjanma) setelah atma (roh) bersama dengan suksmasariranya bersenyawa lagi dangan sthulasarira (badan wadah yang baru), Sang Hyang widhi akan menghukumnya, yakni hukum yang bersendikan pada dharma. Selain tingkatan penjelmaan, di dalam keyakinan dan mitologi Agama Hindu dikenal ada bermacam-macam tempat yang disediakan oleh Sang Hyang Yamadipati untuk menghukum -attnd yang mendapat neraka, yaitu sebagai berikut : 1. Kawah Tamra Gohmukha (Kawah Weci) Atma yang pada kehidupannya selalu berbuat jahat (jenek ring pangan kinum), sampai merugikan orang lain maka atma itu akan dibuang ke dalam kawah Tamra Gohmukha.

2. Batu Macepak Atma yang penuh dengan dosa-dosa akibat perbuatan mulutnya yang tidak baik maka dia dihukum di batu ini. 3. Tihing Petung dengan di bawahnya jurang Tempat hukuman bagi atma yang penuh dosa karena melaksanakan black magic (ilmu hitam).

4. Titi Ugal-Agil Tempat hukuman bagi atma yang pada waktu hidupnya suka memfitnah (ngeraja pisurta) dan mengada-ada (berbohong). 5. Kayu Curiga Tempat menghukum atma yang penuh dosa karena bermain cinta dengan bukan istrinya sendiri. 6. Tegal penangsaran Disediakan bagi atma yang penuh dosa karena perbuatannya selalu membuat orang lain sengsara/ panas hati. CONTOH ATAU BUKTI TERJADINYA PUNARBHAVA Kualitas pemikiran, nasib, dan kepandaianya. Semua itu dapat kita lihat dalam kenyataan hidup di dunia ini. Apabila kita renungkan asal semua makhluk hidup adalah Tuhan, tetapi keberadaannya memang sudah dari awal yang berbeda. Perbedaan itu ditambah lagi oleh adanya karma wasana dalam proses kehidupannya sehingga sangat bervariasilah adanya kelahiran itu. Hendaklah seseorang tidak dibingungkan oleh banyaknya jenis makhluk di dunia ini karena semua itu sudah merupakan kodrat yang berasal dari Tuhan. Kesengsaraan dan kebahagiaan setiap orang tergantung dari usaha dan nasib yang muncul dari karma wasana maka tidaklah pada tempatnya bila orang bersedih dan terikat oleh suatu dunia ini karena pada akhirnya semanya itu akan lenyap. Banyak orang yang menyangsikan kebenaran dari punarbhava, bahkan banyak pula yang mencemoohkannya, terutama mereka yang pikirannya telah tercengkeram oleh paham tertentu. Akan tetapi, kalau kita mau meninjau dengan seksama di dalam sejarah-sejarah kehidupan manusia atau kejadian-kejadian aneh mengenai kelahiran atau bakat dan keadaan manusia dalam kehidupan sehari-hari ini maka dapatlah kita mengambil titik tolak untuk merenungkan adanya punarbhava itu. Hal sebenarnya tentang sifat karma dan punarbhava itu keduanya merupakan suatu proses yang terjalin erat satu dengan yang lainnya. Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa karma adalah perbuatan yang meliputi pikiran, perkataan tingkah laku jasmani, sedangkan punarbhava adalah perwujudan dari simpulan semua itu.

You might also like