Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
II ILHAM FAOJI
J1A006034
1
I. PENDAHULUAN
2
Selain itu dengan menggunakan bahan-bahan seperti starbio dan EM4
diharapkan mempercepat proses dekomposisi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk :
1) Mengetahui pengaruh bahan remediasi dalam penanganan
limbah cair.
2) Mengetahui pengaruh aerasi dalam penanganan limbah cair.
3
sehingga mempengaruhi kehidupan organisme dan menurunkan
viskositas serta tegangan permukaan (Sugiharto, 1987).
Kehidupan makhluk hidup di dalam air tergantung dari
kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal
yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Penyebab utama berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan yang
mengkonsumsi oksigen. Bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen
dapat menurunkan oksigen terlarut di dalam air dengan cepat, oleh
karena itu penting dilakukan uji terhadap bahan-bahan buangan untuk
mengetahui tingkat pencemaran air dengan uji BOD.
Biochemal Oxigen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menetralisir atau
menyeimbangkan bahan-bahan buangan (organik). Ketika air melalui
proses biologi secara dekomposisi aerobik. BOD biasanya dihitung dalam
kebutuhan lima hari pada suhu 20 oC. Menurut Voznaya (1983), jumlah
oksigen (mg/l) yang dibutuhkan untuk pross biokimia selama lima hari
disebut BOD5.
Nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang
sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.
Konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa
O2 terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan tersebut
membutuhkan oksigen yang tinggi (Fardiaz, 1992). Angka indeks BOD,
apabila tidak dinyatakan secara khusus umumnya mengacu pada angka
standar inkubasi lima hari pada periode/fase proses karbonisasi. Secara
umum, angka BOD yang tinggi menunjukan konsentrasi bahan organik
didalam air yang juga tinggi.
Proses pengolahan dengan mikroorganisme dengan tujuan
mengurangi tingkat keracunan elemen polusi terhadap lingkungan, dapat
mengacu pada proses bioremidiasi. Bioremidiasi adalah proses
pembersihan pencemaran dengan menggunakan mikroorganisme.
Bioremidiasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun. Tujuan utama
pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur
serta membunuh organisme patogen. Selain itu untuk menghilangkan
bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat
didegredasi agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Aerasi merupakan metode pengolahan dalam pengaturan
penyediaan udara pada bak aerasi, dimana bakteri aerob akan memakan
bahan organik didalam air limbah dengan bantuan oksigen. Penyediaan
udara yang lancar dapat mencegah terjadinya pengendapan di dalam bak
aerasi. Adanya endapan mengakibatkan terjadinya penahanan pemberian
oksigen ke dalam sel, dengan demikian mengakibatkan timbulnya situasi
4
bakteri anaerobik. Pemberian oksigen yang cepat melalui jet aerator serta
pemutaran dengan baling-baling untuk mencegah timbulnya gumpalan
akan meningkatkan penyerapan oksigen (Sugiharto, 1987). Kandungan
BOD5 merupakan suatu ukuran atau indeks adanya pencemaran bahan
organik, dimana semakin besar kandungan BOD5 pada suatu perairan,
maka semakin besar pula kandungan bahan organik yang terkandung
didalamnya. Tingginya kandungan BOD5 menyebabkan menurunnya
kandungan oksigen terlarut, bahkan dapat menjadi kondisi anoksik (tanpa
oksigen). Hal ini menyebabkan gangguan bagi kehidupan organisme
akuatik (Fardiaz, 1992).
5
III. MATERI DAN METODA
3.1 Materi
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: bak
plastik, aerasi, buret, statif, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, botol
sampel dan aerator.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktrikum ini antara lain: EM4,
starbio, MnSO4, KOH-KI, amilum, Na2S2O3, H2SO4, air kolam, dan air
limbah.
3.2 Metode
3.2.1 Cara Kerja
Bak plastik diisi air sebanyak 10 liter yang terdiri dari 8 liter air
kolam dan 2 liter air limbah. Persiapan limbah cair dilakukan 2-3 hari
sebelum praktikum. Kemudian diukur kandungan oksigen terlarut dan
BOD5 pada awal (0 hari) yaitu sebelum perlakuan, dan 7 hari setelah
6
endapan menjadi larut dan berwarna coklat kekuningan. Kemudian
mengambil sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan dimasukkan ke
dalam labu erlemeyer, lalu ditambahkan indikator amilum sebamyak 5
tetes dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampi warna larutan
menjadi bening.
Rumus perhitungan :
1000
Kadar oksigen terlarut = x p x q x 8 ml/L
100
keterangan :
p = jumlah ml Na2S2O3 yang terpakai
q = normalitas larutan Na2S2O3
8 = konstanta O2
selama 5 hari pada suhu 200C baru diukur oksigen terlarutnya sebagai t =
5.
Rumus perhitungan :
BOD5 = mg/L
keterangan :
A0 = oksigen terlarut sampel pada nol hari
A5 = oksigen terlarut sampel pada lima hari
S0 = oksigen terlarut blanko pada nol hari
7
S5 = oksigen terlarut blanko pada lima hari
T = persen perbandingan antara A0 : S0
P = derajat pengenceran
8
4.1 Hasil
Tabel 1. Kandungan oksigen terlarut pada limbah cair yang diberi
bahan remediasi dengan aerasi dan non aerasi
Sebelum sesudah BOD
KEL Perlakuan
total
O DO DO BOD ( O DO DO BOD (
2 5 2 5
0 5 0) 0 5 7)
1 dan Starbio + 7,8 8 0,8 17,46 10,2 11,4 2 10,37 7,09
6 aerasi
2 dan Starbio non 5,1 9,2 3 14,13 9,2 9 0,8 9,9 4,23
7 aerasi
3 dan EM4+Aerasi 7,8 10 1 23,47 9,4 11,4 0,8 12,37 11,11
8
4 dan Em4 non 6,4 8,6 1,2 18,53 8,6 9 0,6 10,35 8,18
9 aerasi
5 Aerasi 5,1 8,6 3,1 11,8 8 10,4 3 8,07 3,73
10 Non aerasi 8 10,4 0,6 26,5 10,8 10,6 2,1 9,38 17,2
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, kandungan oksigen terlarut pada
perlakuan menggunakan aerasi adalah 5,1 ppm sebelum perlakuan. Nilai
oksigen terlarut yang didapat setelah perlakuan adalah 8 dengan
menggunakan aerasi.
Perubahan nilai oksigen terlarut berdasarkan tingkat pengenceran dengan
perlakuan non aerasi menunjukkan bahwa semakin rendah konsentrasi
limbah, maka cenderung tinggi nilai oksigen terlarutnya. Pengenceran
akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut. Sistem aerasi
menyebabkan perubahan kandungan nilai oksigen yang cukup besar
karena gelembung aerasi menghasilkan gelembung oksigen. Oleh karena
itu, limbah cair yang diberi perlakuan aerasi mempunyai kandungan
oksigen terlarut dan BOD lebih besar dibandingkan dengan limbah cair
yang tidak diberi aerasi.
Menurut Alaert dan Santika (1987) oksigen terlarut adalah kadar oksigen
yang terikat dalam air dan berasal dari proses fotosintesis, difusi, dan
aliran air. Kemampuan air untuk membersihkan pencemar secara ilmiah
tergantung dari cukup tidaknya oksigen terlarut. Pada praktikum ini
variabel kimia diukur adalah oksigen terlarut.
Nilai DO0 atau Demand Oxigen sebelum perlakuan adalah adalah 8,6 ppm
dan nilai DO5 yang didapat adalah sebesar 3,1 ppm. Sedangkan sesudah
perlakuan nilai DO0 berubah menjadi 10,4 ppm dan nilai DO5 nya
menjadi 3 ppm. Nilai BOD5 pada pengukuran 0 didaptkan nilai sebesar
9
11,8 dan untuk penguran 7 hari nilai BOD5 yang didapat adalah 8,07 ppm.
Dengan total nilai BOD yang didapat adalah sebesar 3,73ppm.
Nilai BOD total yang didapat dengan perlakuan aerasi mendapatkan nilai
10
sebesar 3,73 ppm. Nilai BOD total ini paling tinggi didapatkan dengan
perlakuan menggunakan EM4 + aerasi. Sedangkan nilai BOD total
terendah didapat dengan menggunakan perlakuan menggunakan aerasi
saja yaitu 3, 73.
11
12
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Proses dekomposisi bahan organik lebih cepat dengan
menggunakan bahan remediasi.
2) Adanya aerasi, kebutuhan oksigen untuk melakukan degredasi
bahan organik lebih tercukupi.
3) Perlakuan yang paling baik digunakan untuk dekomposisi adalah
pada perlakuan Starbio dengan aerasi yang menghasilkan banyak
gelembung sehingga menyebabkan penambahan oksigen.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengamatan penanganan limbah cair
menggunakan bahan bioremediasi dan aerasi lebih terkontrol lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1985. Standard Method for Exmination of Water and Waste Water. 12th
edition, American Public Healt Asssociation Inc, New York.
Mason, C.F. 1990. Biology of Fresh WaterPollution. Longman Inc, New York.
Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Evaluasi Pertanian dan
Perikanan. Training Analisa Dampak Lingkungan, PPLH-UNDD-
PSL, IPB Bogor.
Winarno, F.G dan Srikandi Fardiaz. 1984. Polusi dan Analisa Air.
Department Teknologi Hasil Pertanian. IPB, Bogor.
Lampiran
14
Tabel 1. Kandungan oksigen terlarut pada limbah cair yang diberi
bahan remediasi dengan aerasi dan non aerasi
Sebelum sesudah BOD
KEL Perlakuan
total
O DO DO BOD (0 O DO DO BOD (7)
2 5 2 5
0 5 ) 0 5
1 dan Starbio + 7,8 8 0,8 17,46 10,2 11,4 2 10,37 7,09
6 aerasi
2 dan Starbio non 5,1 9,2 3 14,13 9,2 9 0,8 9,9 4,23
7 aerasi
3 dan EM4+Aerasi 7,8 10 1 23,47 9,4 11,4 0,8 12,37 11,11
8
4 dan Em4 non 6,4 8,6 1,2 18,53 8,6 9 0,6 10,35 8,18
9 aerasi
5 Aerasi 5,1 8,6 3,1 11,8 8 10,4 3 8,07 3,73
10 Non aerasi 8 10,4 0,6 26,5 10,8 10,6 2,1 9,38 17,2
BOD =
Blanko DO0 = 11
15
= 11,8 mg/L
=
= 9,1 mg/L
16