Professional Documents
Culture Documents
PRODUKTIFITAS PERAIRAN
Oleh :
II ILHAM FAOJI
J1A006034
Kolam sebagai habitat perairan air tawar yang menggenang merupakan suatu
ekosistem bagi organisme akuatik. Kolam sebagai suatu ekosistem, terdiri atas
komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi dimana komponen abiotik
meliputi faktor fisik diantaranya suhu, cahaya matahari, dan faktor kimia diantaranya
oksigen terlarut, karbondioksida bebas, DMA, pH, ammonia, nitrat dan orthopospat
sedangkan faktor biotik meliputi organisme yang ada dalam kolam. Kolam berfungsi
(Wetzel, 1983).
Sungai sebagai salah satu contoh dari perairan mengalir (lotik). Kondisi sungai
digambarkan sebagai badan air yang umumnya dangkal, arus biasanya searah, dasar
sungai berupa batu kerikil dan berpasir, ada endapan atau erosi, temperatur air
berfluktuasi, atas bawah hampir uniform. Habitat sungai dan kolam dibedakan dalam
hal ada tidaknya arus air, jenis endapan, volume air, kekeruhan, dan tipe makanan
yang tersedia sehingga kedua organisme memiliki komunitas yang sangat berbeda.
Perbedaan organisme itu dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti faktor
fisik, kimia dan biologi. Sebuah sistem perairan faktor fisik, kimia maupun faktor
mempengaruhi hidrobiota yang hidup didalamnya. Ada tidaknya hidrobiota ini dapat
organik baru dari sistem akuatik dan total proses fotosintesis oleh produser primer
Produktivitas primer juga merupakan laju biomassa yang dihasilkan per unit
luas alga atau fitoplankton sebagai produser primer dan dinyatakan sebagai energi
bahan organik kering, produktivitas primer dalam suatu perairan dapat digunakan
fitoplankton sangat bervariasi dalam perairan yang berbeda menurut profil vertikal
kolam maupun secara horizontal, akibat pengaruh dari karakteristik fisika, kimia,
biologi air dan lingkungan air yang berbeda dari tempat ke tempat, dari waktu ke
faktor antara lain besarnya cahaya, kedalaman dan kekeruhan, disamping faktor lain
seperti suhu, pH, dan kadar CO terlarut. Semakin dalam suatu perairan maka
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum produktivitas perairan ini adalah untuk mengetahui nilai
melalui kegiatan fotosintesis dan kemosintesis dalam suatu periode waktu tertentu
( Widianingsih, 2002). Cahaya disimpan dalam bentuk zat-zat organik yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan oleh organisme heterotrofik (Setyapermana, 1979).
kaya energi dari senyawa-senyawa organik. Jumlah seluruh bahan organik yang
produktivitas total. Karena sebagian dari produktivitas total ini digunakan tumbuhan
tinggallah sebagian dari produktivitas total yang tersedia bagi pemindahan atau
Produktivitas primer bersih adalah istilah yang digunakan bagi jumlah sisa
produktivitas primer kotor yang sebagian digunakan oleh tumbuhan. Untuk respirasi,
peristiwa pembentukannya :
a. Produktivitas primer kotor, yaitu laju total fotosintesis, termasuk bahan organik
asimilasi bersih.
Produktivitas komunitas bersih adalah laju penyimpanan bahan organik yang tidak
digunakan oleh heterotrof (yakni produktivitas bersih– penggunaan heterotrof)
setahun.
hidrogen dari air untuk menghasilkan gula sederhana dan selanjutnya membentuk
molekul organik yang lebih kompleks dengan menggunakan energi matahari yang
ditangkap klorofil (Halfer, 1992). Laju sintesis bahan organik dan perubahan
produktivitas primer dapat dihitung dengan teknik pengukuran laju fotosintesis yang
pada laju produksi oksigen, laju penggunaan CO atau air maupun perubahan
2
karbon radioaktif. Metode ini mampu mengukur produktivitas primer bersih, dengan
Setelah beberapa waktu singkat, plankton atau tumbuhan air disaring dan diletakkan
dalam alat penghitung. Melalui perhitungan yang baik dan pembentukan untuk
0
“pengambilan waktu gelap” (penyerapan 14 C di dalam botol gelap), banyaknya CO
2
yang diikat dalam fotosintesis dapat ditentukan dari perhitungan radioaktif yang
dibuat. Metode lain yang digunakan untuk pengukuran produktivitas primer adalah
metode klorofil atau metode pH yang berguna dalam pengkajian mikro ekosistem
bidang limnologi menurut Sumawidjaja (1974) adalah metode oksigen botol gelap
dan terang. Pada metode botol gelap terang ini, perkiraan produktivitas dapat
diketahui dari perubahan oksigen (Payne, 1986; Wetzel and Likens, 1991; Nybakken,
1992), yang berisi contoh air setelah diinkubasi dalam jangka waktu tertentu pada
perairan yang mendapat sinar matahari. Pada botol gelap yang tidak menerima
cahaya matahari maka diduga hanya terjadi proses respirasi, sementara paada botol
terang terjadi baik proses fotosintesis maupun respirasi. Berdasarkan asumsi bahwa
respirasi kedua botol sama, maka perbedaan kandungan oksigen pada botol gelap
produktivitas primer adalah unsur hara, cahaya, temperatur serta struktur komunitas
peranan penting bagi sumberdaya perairan. Melalui produktivitas primer, energi akan
mengalir dalam ekosistem perairan dimulai dengan fiksasi oleh tumbuhan hijau
melalui proses fotosintesis. Peningkatan suplai zat hara dan tersedianya zat hara
khususnya nitrogen dan fosfor merupakan faktor kimia perairan yang dapat
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang peranan
penting dalam perubahan produktivitas primer. Jika kedalaman penetrasi cahaya yang
menembus air sudah diketahui, maka dapat diketahui sampai dimana proses asimilasi
tumbuhan terjadi. Energi cahaya matahari digunakan dalam proses fotosintesis, diserap
oleh pigmen klorofil dan diubah menjadi energi kimia yang digunakan dalam proses
gelombang hijau dan secara keseluruhan radiasi matahari yang aktif dalam fotosintesis
hanya 40 %.
berfungsi sebagai regulator pada proses metabolisme tanaman dan hewan air
(Odum, 1971). Salah satu sumber oksigen terlarut yang penting dalam perairan
adalah oksigen di atmosfer yang terlarut dalam massa air pada permukaan air
3.1 Materi
3.1.1 Alat
Alat yang digunakkan dalam praktikum ini anatara lain botol winkler, tali rafia,
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktrikum ini antara lain : EM4, starbio, Larutan
3.2 Metode
Air sempel diambil dengan botol Winkler secara hati-hati agar tidak ada
MnSO dan 1 ml larutan KOH-KI ke dalam botol winkler yang berisi 250 ml air sampel.
4
Kemudian botol ditutup dan dihomogenkan sampai terjadi endapan berwarna coklat
menjadi larut dan berwarna coklat kekuningan. Kemudian mengambil sebanyak 100 ml
dengan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam labu erlemeyer, lalu ditambahkan
Rumus perhitungan :
O
2=
keterangan :
p = jumlah ml Na S O yang terpakai
2 2 3
q = normalitas larutan Na S O
2 2 3
8 = konstanta O
2
Pada pagi hari disediakan beberapa botol winkler 250 ml gelap dan terang
ditenggelamkan pada kedalaman tertentu yang masih memperoleh sinar matahari dan
didiamkan selama kurang lebih delapan jam. Setelah selang waktu tersebut, botol-botol
tersebut diangkat an diukur kandungan oksigen telarut terlarut baik pada botol gelap
Setelah semua pengukuran oksigen pada setiap botol dihitng, kemudian untuk
Respirasi =
PP Bruto =
Keterangan :
IB : O awal penempatan
2
LB : O akhir dalam botol terang
2
DB : O akhir dalam botol gelap
2
Pq : Hasil bagi fotosintesis (molekul O yang dihasilkan dibagi dengan molekul
2
CO yang digunakan) = 1,2
2
Rq : Hasil bagi respirasi (molekul CO yang dihasilkan dibagi dengan molekul O
2 2
yang digunakan) = 1,0
0,375 : Faktor konversi dari BM 12 atom O terhadap 6 atom C dari persamaan
fotosintesis
t : waktu inkubasi.
3.1 Hasil
3.2
Pembahasan
house pada pagi hari 26 dan pada kolam JPK 29, pada siang hari suhu pada kolam
green house 28 dan pada kolam JPK 28, penurunan suhu kolam JPK pada pagi dan
siang hari kemungkinan disebabkan oleh 2 faktor yaitu adanya beberapa fitoplankton
yang tidak dapat beradaptasi sehingga terjadi penurunan produksi dan ada beberapa
jenis fitoplankton yang dapat beradaptasi dan pertumbuhannya optimum pada suhu
yang baru, sehingga menjadi dominan. Suhu perairan yang didapat dari kedua tempat
relatif baik, menurut Soeseno (1970) suhu yang baik untuk mendukung kehidupan
o
organisme perairan berkisar antara 20-30 C. Selain itu ikan-ikan di daerah tropis dapat
o
tumbuh dengan baik pada suhu 25-32 C (Boyd dan Lichkopple 1986). Suhu di perairan
sangat berpengaruh oleh jumlah sinar matahari yang masuk kepermukaan air yang
dipantulkan kembali ke atmosfer dan sebagian lagi masuk ke badan perairan dan
disimpan dalam bentuk energi (Welch, 1952). Pada suatu perairan suhu air tidak begitu
banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan suhu udara. Hal itu disebabkan
panas jenisnya lebih tinggi dari udara. Ini berarti untuk naik satu derajat celcius, tiap-
tiap satuan volume air memerlukan panas yang lebih banyak dari pada udara.
DO pagi hari pada kolam Green House 1,2 ppm dan 6,8 ppm, DO yang baik
untuk kesuburan tanah < 5,0, DO botol terang pada kolam green house 2,4 ppm dan
pada kolam JPK 9,8 ppm, DO botol gelap pada kolam green house 0,4 ppm dan pada
kolam JPK 7,8 ppm. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith (1955) bahwa kandungan
oksigen terlarut terendah di dalam air terjadi pada pagi hari, di mana proses respirasi
oleh mikroorganisme telah mencapai puncaknya. Berbeda pada siang hari, dengan
proses fotosintesis oleh organisme nabati. Sehingga persediaan oksigen juga melimpah.
Meningkatnya kandungan oksigen terlarut pada kolam bisa juga dimungkinkan karena
pengaruh turunnya hujan saat pengukuran. Menurut Cholik et al. (1986) kadar
optimum oksigen untuk pertumbuhan organisme perairan harus lebih besar dari 5
mg/L.
tersebut sudah optimal dan belum terlalu banyak tercemar. Kandungan O terlarut
2
pada sore hari lebih daripada pagi hari (waktu subuh). Hal ini disebabkan karena pagi
hari belum berlangsung proses fotosintesis dan pada siang hari proses fotosintesis
sudah berlangsung.
neto pada kolam green house 78,125 dan 40,625 sedangkan pp bruto dan netto pada
kolam JPK 65,8 dan 105,25. Produktifitas perairan adalah jumlah produksi yang dapat
dihasilkan atau potensi yang terkandung dalam suatu perairan,baik berupa ikan
perairan menghasilkan produksi hayati persatuan area atau wilayah tertentu. Tingkat
tergantung pada zona lingkungan, geologis, aktivitas manusia, dan lainnya. Kondisi
karena itu di Jawa dan Kalimantan berbeda, jadi dalam mengatasinya juga berbeda.
faktor antara lain : Cahaya matahari, suhu, unsur hara, kekeruhan dan TSS, Alkalinitas
dan Ph.
Tinggi rendahnya produktivitas primer dipengaruhi oleh banyaknya sedikit
cahaya yang masuk ke dalam perairan. Menurut Welch (1992), bahwa penetrasi kurang
dari 1,9 menunjukkan pentrasi cahaya itu tinggi dan perairan tergolong tinggi.
Sedangkan penetrasi cahaya di bawah 0,4 m dari permukaan air merupakan control
dipengaruhi oleh suhu, kehadiran fitoplankton, penetrasi cahaya matahari dan jumlah
bahan organic yang diuraikan dalam air (Sastrawidjaja, 1991). Pada metode botol gelap
dan terang ini terdapat proses inkubasi pasangan botol gelap terapung didalam
terlarut dalam botol gelap (hanya respirasi) dan botol terang (terjadi fotosintesis dan
respirasi), setelah ditempatkan pada suatu tertentu selama beberapa waktu (pada siang
hari) dan didalam kedua botol tersebut mengandung fitoplankton yang melakukan
fotosintesis.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E. dan F. Lichkopper. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Terjemahan
dari Water Quality Management in Pond Fish Culture. Oleh Cholik, F. Artati
dan R. Arifin. INFIS Manual Seri Nomor 36 : 1-52.
Cholik, F., Artaty, dan Arifudin. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam.Direktorat Jenderal
Perikanan, Jakarta
Connel, D. W. and G. J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi Pencemaran. Alih Bahasa oleh Yanti Koestoer dan ahari. UI Press,
Jakarta.
Harper, D. 1992. Eutrophication of Freshwater. Chapman & Hall, London, New York,
Tokyo, Melbourne, Madras.
Lee, C,D. Wang, S.B. dan Kov, C.L. 1978. Benethic Macro Invertebrate and Fish as
Biological Indicator of Water Quality. With Referance to Community Diversity Index, In
Inc. Cof. On Water Pollution Control in Developing Countries, Bangkok.
Nybakken, J. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia, Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Soynders Co, Philadelphia
Sastrawidjaja, A. Y. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT. Aneka Cipta, Yogyakarta
Setiapermana, D. 1979. Produktivitas Primer dan Beberapa Cara Pengukurannya. Oseana.
Lembaga LON LIPI, Jakarta
Smith, G. M. 1955. The Fresh Water Algae of The United State. Second Edition. Ml Graw
Hill Book Company Inc. New york, Toronto, London.
Soeseno, S. 1970. Limnologi. Sekolah Menengah Perikanan Darat, Bogor.
Sumawidjadja, K. 1979. Limnologi. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Evaluasi Pertanian dan Perikanan,
Training
Welch, P. S. 1952. Limnology. Mc Graw Hill Book Company. New York, Toronto,
London.
---------. 1992. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI, Jakarta.
Wetel, R. G. 1983. Lymnology 2nd edition. Saunders College Publishing, San Fransisco.
Wetel, R. G. and Likens. 1991. Lymnology Analysis 2nd edition. Springer Verlag, New
York.
Widianingsih, N. 2002. Produktivitas Primer Fitoplankton Tambak Udang (Penalis monodon)
di Desa Ayah Kabupaten Kebumen. Skripsi Fakultas Biologi, Purwokerto.