You are on page 1of 39

MAKALAH RADIOLOGI

GAMBARAN CT SCAN GINJAL

Disusun oleh: 1. 2. 3. 4. Gerald Abraham Harianja Todung Antony Wesliaprilius Erwin Sahat Hamonangan Siregar Sheba Julia Tarigan [070100087] [070100119] [070100093] [070100190]

DEPARTEMEN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gambaran CT Scan Ginjal.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di Bagian Radiologi FK USU dan meningkatkan pemahaman penulis mengenai pemeriksaan CT Scan pada ginjal. Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan, dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter-dokter dari Bagian Radiologi FK USU atas bimbingan dan ilmu yang sangat berharga untuk penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dengan memberikan dukungan ide. Biarlah Tuhan Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB 1: PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 Latar belakang ...................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................... 2 Manfaat ................................................................................................................. 2 BAB 2: ISI ............................................................................................................... 3 Computerized tomography ................................................................................... 3 CT-Scan ginjal ...................................................................................................... 5 Gambaran CTScan pada batu ginjal ..................................................................... 8 Gambaran CTScan pada tumor ginjal ................................................................ 10 Gambaran CTScan pada vaskular ginjal ............................................................ 18 Gambaran CTScan pada trauma ginjal ............................................................... 19 Gambaran CTScan pada infeksi ginjal ............................................................... 24 Gambaran CTScan pada kelainan kongenital ginjal .......................................... 29 BAB 3: KESIMPULAN ....................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Computerized tomography (CT) merupakan salah satu terobosan terbesar

dalam radiologi diagnostik. Pesawat CT-Scan pertama kali dibuat dan digunakan dalam klinik oleh Godfrey N. Hounsfield. Hounsfield menggunakan pesawat CT untuk pemeriksaan kepala, dan pesawat CT tersebut dioperasikan di AtkinsonMorleys Hospital di Wimbledon, Inggris pada tahun 1971. Hounsfield kemudian dianugerahi Nobel karena dunia kedokteran segera menangkap manfaat yang sangat banyak dari penemuannya ini. Banyak pabrik kemudian berlomba-lomba membuat pesawat CT, yang mulai sejak itu mengalami banyak perubahan dengan sangat cepat. Sejak pembuatan konstruksi pertama sampai sekarang telah dibuat empat generasi pesawat CT.1,2 Secara umum, CT digunakan untuk memberikan gambaran secara cepat anatomi organ tubuh seseorang, misalnya kepala, leher, tulang belakang, toraks, abdomen, dan ekstremitas. Gambaran yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit, membimbing ahli bedah untuk melakukan biopsi pada suatu lesi secara tepat, mengidentifikasi massa dan tumor, dan mempelajari pembuluh darah.3 Akhir-akhhir ini penggunaan CT dalam bidang urologi sangat

berkembang, dan manfaat dari penggunaan CT tersebut dirasakan sangat besar. Ginjal merupakan salah satu organ yang dapat dianalisis dengan baik melalui pemeriksaan CT. Hal ini dikarenakan adanya karakteristik enhancement yang tipikal dari ginjal yang memungkinkan untuk visualisasi optimal dari parenkim ginjal, lesi ginjal, dan pembuluh darah ginjal. CT umumnya dilakukan untuk pemeriksaan lebih lanjut kelainan yang terdapat pada pemeriksaan intravenous pyelography (IVP) dan ultrasonografi (USG). CT dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras. Seorang dokter diharapkan dapat secara bijaksana memilih modalitas pemeriksaan CT ini dengan mempertimbangkan indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan faktor ekonomis.4,5,6

1.2.

Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan

Klinik Senior Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai gambaran CT-Scan ginjal.

1.3.

Manfaat Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman

mengenai gambaran CT-Scan ginjal yang berlandaskan teori sehingga dapat secara bijaksana menggunakan modalitas pemeriksaan CT pada kasus-kasus organ ginjal.

BAB 2 ISI

2.1.

Computerized Tomography (CT)

2.1.1. Defenisi CT Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan terhadap pasien.1

2.1.2. Prinsip CT Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda.7 Pada CT, komputer dikerahkan untuk menggantikan peranan film-kaset dan peranan kamar gelap dengan cairan-cairan developer serta fiksirnya seperti pada foto sinar X biasa. Tabung Rntgen dan kumpulan detektor berada dalam suatu wadah yang disebut gantry. Di tengah-tengah gantry tersedia lubang, yang berfungsi untuk dapat memasukkan atau menggeser meja beserta pasien dengan motor.2 Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke belakang atau ke depan, masing-masing maksimal sampai 200, sehingga tidak hanya penampang tegak saja yang dapat dibuat, melainkan juga scan miring dengan sudut yang dikehendaki.2 Baik tabung Rntgen maupun detektor-detektor bergerak memutari pasien sebagai obyek yang ditempatkan diantaranya, 3600. Selama bergerak memutar itu, tabung menyinari pasien dan masing-masing detektor menangkap sisa-sisa sinar X yang telah menembus pasien, sebagaimana tugas film biasa. Semua data secepat kilat dikirim ke komputer yang mengolahnya (mengerjakan kalkulasi) secepat kilat pula. Hasil pengolahan muncul dalam layer TV yang bekerja sebagai

monitor. Hasilnya merupakan penampang bagian tubuh yang diputari itu dan disebut scan.2 Suatu skala untuk mengukur koefisien atenuasi jaringan pada CT disebut Hounsfield Unit (HU). Hounsfield Unit juga sering disebut sebagai CT numbers. Tabel 2.1. Contoh CT numbers dari Berbagai Jaringan8 Jaringan Tulang Hepar White Matter Grey Matter Darah Otot Ginjal Cairan Serebrospinal Air Lemak Udara CT Numbers (HU) 1000 40-60 20-30 37-45 40 10-40 30 15 0 -50-(-100) -1000

2.1.3. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Pemotretan awal atau permulaan dilakukan dengan tabung yang dibiarkan diam, sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah sama dengan foto Rntgen biasa, dan disebut sebagai topogram atau skanogram.2 Skanogram ini dibuat untuk memogramkan potongan-potongan mana saja yang akan dibuat. Kemudian satu per satu dibuat scan-nya menurut program tersebut. Dalam hal inilah pasien tetap diam di tempat, sehingga arah scan dapat ditentukan dengan tepat, sedangkan tabung-detektornya (generasi ketiga) atau tabung (generasi keempat) memutari pasien.2 Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan kontras. Maksud pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat apakah ada jaringan, yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama sekali,

dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa disebut dengan penyangatan atau dalam bahasa asing enhancement.2 Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan patologis. Umpamanya setelah suntikan terjadi penyangatan normal pada hepar, limpa, ginjal, dan pankreas. Penyangatan patologis dapat sangat membantu dalam pemeriksaan sken-sken.2

2.1.4. Risiko Pemeriksaan CT-Scan Risiko terhadap pemeriksaan CT-Scan terdiri dari risiko terhadap paparan radiasi sinar X dan risiko reaksi alergi terhadap pemakaian kontras. CT-Scan memberikan paparan sinar X yang lebih besar daripada foto Rntgen biasa. Penggunaan sinar X dan CT-Scan yang berkali-kali dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Akan tetapi, risiko dari sekali pemeriksaan CT-Scan adalah kecil. Seseorang yang mempunyai riwayat alergi terhadap pemakaian kontras sebelumnya harus berhati-hati bila akan menjalani prosedur pemeriksaan CT-Scan dengan kontras. Umumnya kontras yang digunakan untuk penggunaan melalui vena mengandung iodine.3

2.2.

CT-Scan Ginjal

2.2.1. Anatomi Ginjal4 Ginjal terletak pada kompartemen sentral dari retroperitoneum (spasia Gerota / spasia perirenal) di antara fasia renal anterior (fasia Gerota) dan fasia renal posterior (fasia Zuckerkandl atau fasia Gerota posterior). Ginjal dibungkus oleh sebuah kapsul berlemak dan mempunyai volume rata-rata 150 mL. Ukuran sebuah ginjal adalah 9-11 cm pada dimensi kraniokaudal, dimana ukuran ginjal kiri sekitar 1 cm lebih panjang dari ginjal kanan. Diameter koronal ginjal pada segmen hilus ginjal sekitar 5-6 cm, dan diameter sagital sekitar 4 cm. Pada CT yang diperkuat dengan kontras, korteks dan medula ginjal dapat dibedakan. Sinus ginjal mengandung cabang pembuluh darah utama, pielum dan kaliks, dan lemak perirenal. Pembuluh darah utama dan ureter keluar dari ginjal melalui hilus ginjal.

Umumnya hilus ginjal akan mengarah ke aorta secara anteromedial, tetapi peningkatan rotasi anterior bukan hal yang jarang. Lebar parenkim ginjal adalah sekitar 1,5 cm dan cenderung akan berkurang seiring peningkatan usia. Korteks dan medula memiliki nilai atenuasi CT antara 30-50 HU pada unenhanced scans, dan pemberian kontras intravena diperlukan untuk diferensiasi kortikomedula. Korteks ginjal mengandung sistem vaskuler, glomerulus, dan tubulus. Medula mengandung tubulus kolektivus dan terdiri dari sekitar 18 piramid. Piramid medula dipisahkan satu dan yang lain oleh perluasan dari korteks ginjal (kolumna renalis atau kolumna Bertin), yang meluas ke sinus ginjal. Apeks-apeks dari piramid akan bertemu satu dengan yang lain dan membentuk 6-12 papila, yang menyalurkan urin ke sistem pielokaliks.

Potongan Koronal Ginjal

Gambar CT Ginjal Normal 2.2.2. Indikasi Pemeriksaan CT Ginjal4 Adapun indikasi pemeriksaan CT pada ginjal tertera pada tabel berikut ini. Tabel 2.2. Indikasi Pemeriksaan CT pada Ginjal Kecurigaan tumor : Stadium tumor : Eksklusi atau konfirmasi tumor ginjal Renal cell carcinoma Transitional cell carcinoma Nephroblastoma Lymphoma Komplikasi : Perdarahan (postoperasi, penyakit polikistik) Abses (pielonefritis, dll) Trauma : Perdarahan, kontusio Cedera atau sumbatan pembuluh darah ginjal Hidronefrosis : Diferensiasi antara batu, tumor ureter, atau kompresi eksternal Kolik atau batu ginjal : Pengganti urografi intravena

2.3.

Batu Ginjal Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam-macam. Batu

kecil di dalam kaliks tidak selalu memberikan keluhan, jadi dapat tanpa gejala. Keluhan yang paling banyak bila batu berada dalam ureter. Batu besar yang mengisi sistem pelviokalik (batu staghorn) dapat merusak seluruh ginjal. Biasanya terjadi perdangan dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah kolik ureter, hematuria, dan radang traktus urinarius.9 Pemeriksaan radiologik yang diperlukan adalah foto polos abdomen, intravenous pyelography (IVP), USG, dan CT-Scan. Masing-masing pemeriksaan mempunyai sensitivitas, spesifisitas, kelebihan, dan kekurangannya sendiri seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.3. Modalitas Radiologi dalam Diagnosis Batu Saluran Kemih10,11 Modalitas USG Sensitivitas (%) 19 Spesifisitas (%) 97 Kelebihan Terjangkau Baik untuk melihat hidronefrosis Tidak meradiasi Terjangkau dan murah Digunakan sebagai pemeriksaan awal Terjangkau Memberikan informasi yang adekuat tentang batu (lokasi, radiodensitas, & ukuran), anatomi, dan fungsi kedua ginjal Paling definitif dan spesifik Tidak menunjukkan derajat Kekurangan Kurang baik dalam visualisasi batu ureter Kurang baik untuk melihat batu di ureter media dan batu radiolusen Kualitas foto bervariasi Butuh persiapan dan penggunaan kontras

BNO

45-59

71-77

IVP

64-87

92-94

CT kontras

non- 95-100

94-96

Mahal dan kurang terjangkau Tidak mengukur

CT-urografi dengan kontras

100

100

obstruksi dengan jelas Memberikan informasi tentang kondisi selain sistem genitourinari Paling sensitif dan spesifik, dengan mengevaluasi fungsi ginjal

fungsi ginjal

Mahal dan kurang terjangkau

Komposisi batu saluran kemih sebagian besarnya terdari dari garam kalsium, seperti kalsium oksalat monohidrat, kalsium oksalat dihidrat, dan kalsium fosfat. Sedangkan sebagian kecilnya terdiri dari batu asam urat, struvit, dan sistin. Nefrokalsinosis, hiperparatiroidisme, asidosis tubuli ginjal, dan hiperoksalmia dapat pula ditemukan. Penyebab lain perkapuran fokal ginjal adalah trauma, tuberkulosis, kistra hidatit, sistosomiasis, perkapuran pembuluh darah, dan perkapuran tumor.9,10,11 Batu parenkim ginjal merupakan kalsifikasi jinak dalam ginjal. Yang patologik adalah parut ginjal atau organisasi dan kalsifikasi abses, penyakit granuloma tua, abses ginjal, atau hematoma.9 Penilaian batu ginjal penting diperhatikan: (1) jumlah, densitas, dan bayangan batu, (2) lokasi, (3) komplikasi (obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur), (4) terjadinya anomali, dan (5) nefrokalsinosis.9

Gambar Batu Ginjal pada CT-Scan

2.4.

Gambaran CT Scan Tumor Ginjal

2.4.1. Gambaran CT Scan Tumor Jinak Ginjal 1. Hemangioma Tumor ini merupakan suatu kelainan kongenital. Gejala berupa hematuria tanpa rasa nyeri atau hematuria dengan nyeri saat dilalui bekuan darah. Gambaran Roentgen minimal. Tumor ini dapat membuat impresi ringan pada infudibulum dari kalik, meregang susunan tersebut, seolah-olah memperlihatkan penyakit polisiklik.12 2. Hamartoma Tumor ini terjadi sebab adanya tendensi terjadinya infark spontan atau perdarahan dalam di dalam substansi ginjal. Tumor ini dapat melibatkan kedua ginjal, terutama pada pasien dengan tuberous sklerosis. Gambaran Roentgennya tidak spesifik. Impresi pada sistem kalik sama seperti penyakit polikistik ginjal.12

3. Ginjal Polikistik Pasien dengan penyakit ginjal polikistik biasanya tumor dapat diraba dalam abdomen. Penyakit ini diturunkan inheritas dan biasanya dijumpai pad pasien berumur di atas 40 tahun. Gejala berupa hematuria, proteinuria, dan hipertensi. Kemudian diikuti gejala sakit pinggang, nyeri abdomen. Perdarahan ke dalam kista ginjal menyebabkan nyeri dengan meregangnya kapsul ginjal. Pada rupture kista, terjadi hematuria yang masif. Kelainan ini dapat dilihat pada pemeriksaan pielografi intravena, nefrotomogram, CT scan, dan USG.12 Dalam bentuk muda, ginjal nyata diperbesar tetapi mempertahankan bentuk normal. Banyak kista yang 1-2 mm dan umumnya tidak dapat didefinisikan oleh CT. Kontras ditingkatkan untuk memperlihatkan goresan radial yang samar di parenkim, yang tidak menunjukkan diferensiasi kortikomedular.13 Dalam bentuk penyakit polikistik dewasa, ginjal membesar selama masa remaja dan dewasa muda dan difus diresapi oleh kista ukuran yang bervariasi (pola keju Swiss). Jumlah dan ukuran dari kista meningkat dengan perkembangan lebih lanjut. Perdarahan intrakistik berulang sangat umum (70%) dan menghasilkan hambatan tinggi daerah variabel dengan isi homogen. Kalsifikasi (> 50%) hasil dari kalkulus kecil, perdarahan, atau infeksi. Pemberian kontras intravena meningkatkan demarkasi pada parenkim sisa dari kumpulan struktur.13 Pada pemeriksaan pielografi intravena jarang ditemukan kalsifikasi pada dinding kista ginjal polikistik. Bayangan lusen pada nefrogram didapati permukaan ginjal berbenjol-benjol, kista pada medula kecil dan yang di korteks besar dan letak superfisial. Pada pemeriksaan CT scan dibuat potongan transversal dan koronal pada kedua ginjal. Dibuat potongan 5-10 cm. Pada gambaran CT tampak kista pada kedua ginjal di dalam parenkim atau di sentral.12

Gambar CT scan menunjukkan kista luas di kedua ginjal, kista telah hampir sepenuhnya menggantikan parenkim ginjal. 4. Kista Tunggal Kista tunggal berada di parenkim. Kriteria nefrotomografi suatu kista sederhana homogen radiolusen adalah pinggir berbatas tegas dengan dinding yang tipis. Kriteria CT untuk kista sederhana bentuknya tidak berubah dengan penambahan kontras.12

2.4.2. Gambaran CT Scan Tumor Ganas Ginjal 1. Tumor Wilms Tumor Wilms yang merupakan keganasan genitourianaria paling sering terjadi pada anak-anak neoplasma embrional trifase yang merupakan hasil proliferasi dari blastema, stroma dan epithelium. Tumor ini merupakan 8% keganasan pada anak-anak dan menduduki peringkat kelima dari tumor pada anak-anak , setelah tumor pada sentral nervus sistem, limfoma, neuroblastoma dan

soft tissue sarcoma. Namun, tumor ini adalah salah satu kanker penyebab utama kematian pada anak.14,15 Tumor Wilms adalah suatu proliferasi abnormal dari blastema sel-sel metanefrik, yang dapat berubah menjadi sel-sel embrionik primitif dari ginjal.15Tumor ini terdiri dari unsur blastoma, epitel, dan stroma, dengan perbandingan yang berbeda. Kadang tidak tampak unsur epitel atau stroma.16 Tumor Wilms adalah suatu neoplasma soliter yang terjadi pada bagian manapun dari kedua ginjal. Pada gambaran kasar, tumor ini berbatas tegas dan belum tentu berkapsul. Daerah perdarahan yang kecil sering ada. Tumor biasanya merusak batas ginjal dan sering menekan sisa ginjal normal.17 Penyebaran tumor dapat terjadi secara hematogen melalui vena renalis atau vena cava, atau melalui saluran limfe. Tumor ini sering sudah metastase pada saat ditemukan, terutama ke paru (85%) dan hati (10%).16 Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan tumor ginjal.17 IVP merupakan diagnostik awal untuk menentukan adanya massa pada ginjal, akan tetapi telah digantikan oleh diagnosis dengan modalitas yang lebih non-invasif. Foto toraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.18 Ultrasonografi dilakukan sebagai pilihan pemeriksaan untuk mengevaluasi massa pada abdomen yang terlihat karena keakuratannya, tidak membutuhkan sedasi, memiliki kegunaan yang luas dan menghemat biaya.19Misalnya pada kasus tumor Wilms yang terdapat pada ginjal kanan, USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi.20 Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus Tomografi komputasi (CT) memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor

intrarenal, yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada pemeriksaan CT tanpa penguatan (enhancement), tumor Wilms khas timbul dari ginjal sebagai massa yang tidak homogen dengan daerah densitas rendah yang menunjukkan nekrosis.17

Gambar CT axial tanpa kontras pada tumor Wilms

Gambar CT axial dengan kontras pada tumor Wilms Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah intarkardial.19Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan hipointensitas (low density intensity) pada T1W dan hiperintensitas (high density intensity) pada T2W.21 2. Renal Cell Carcinoma (Adenocarcinoma Ginjal) Dilaporkan pertama kali oleh Grawitz pada tahun 1883 sehingga dikenal juga dengan nama tumor Grawitz. Sering juga disebut sebagai hipernefroma atau clear cell carcinoma. Tumor ini biasanya didapati pada orang dewasa. Oleh karena tumor ganas ini berasal dari sel-sel epitel tubulus proksimal, maka nama yang tepat adalah renal cell carcinoma atau adenocarcinoma ginjal. (ilmu bedah &12 Tumor ini tersering mengenai penderita pada usia enam puluhan dan dua atau tiga kali lebih sering dijumpai pada penderita laki-laki.

Pemeriksaan radiologi pertama adalah foto polos abdomen, di mana dapat dijumpai adanya pembesaran bayangan ginjal dan kadang-kadang adanya kalsifikasi pada daerah ginjal. pada pemeriksaan pielografi intravena dapat ditemukan adanya perubahan bentuk pada collecting system yang merupakan tanda utama adanya tumor ginjal. Apabila ginjal yang terkena tidak berfungsinya pada pemeriksaan ini, perlu dilakukan pemeriksaan retrograd pielografi untuk melihat perubahan bentuk tersebut.13 Arteriografi ginjal masih merupakan langkah diagnostik yang penting pada persangkaan adanya tumor ganas ginjal, dan tanda yang khas yaitu adanya neovaskularisasi. Selain itu, untuk mencari adanya metastasis, perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks dan bone survey.13 Ultrasonografi dilakukan bila terdapat keraguan antara kista ginjal dan tumor padat ginjal. Untuk tambahan ketepatan dalam mebedakan antara kista atau tumor padat, dapat dilakukan pemeriksaan CT scan. Nilai tambahan dari pemeriksaan ini adalah ketepatan dalam melakukan staging. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan untuk melihat adanya sisa tumor setelah pembedahan atau adanya rekurensi tumor pasca bedah.13

Gambar Aksial kontras ditingkatkan gambar CT menunjukkan massa yang besar di ginjal kiri dengan nekrosis di daerah sentral (tanda bintang). Trombus tumor dilihat dalam vena renalis kiri di tingkat hilus ginjal (panah) Sebagai patokan, diapakai pembagian stadium yang dianjurkan oleh UICC, yaitu: T1 T2 T3 : Tumor berukuran 2,5 cm, masih terbatas dalam ginjal. : Tumor berukuran 2,5 cm, masih terbatas dalam ginjal. : Tumor sudah tumbuh ke luar dari kapsul ginjal atau mengenai vena masih belum menembus kapsul Gerota : Tumor sudah tumbuh ke luar dari kapsul Gerota.13

renalis tetapi T4

3. Tumor pelvis renis Tumor ini berasal dari epitel. Tidak tampak kelainan pada foto polos abdomen. Jika tumor kecil, sukar diketahui. Tumor menyebabkan kekurangan pengisian (filling defect) dalam pelvis atau kalik. Batasnya bisa rata atau tidak beraturan, dapat kecil atau besar. Sulit untuk dibedakan dengan papiloma, kadangkadang dijumpai kalsifikasi di dalamnya.12

4. Sarkoma Tumor ini berasal dari jaringan ikat ginjal. Kadang-kadang sarkoma retroperitoneal berasal dari dalam atau dekat ginjal. Gambaran Roentgen berupa suatu massa di daerah ginjal, batas-batas tidak tegas dan dapat menutupi bayangan psoas di bagian atas.12 5. Limfoma maligna dan Leukimia Pada anak dengan leukemia akut lebih banyak melibatkan ginjal daripada bentuk kronis. Foto polos abdomen memperlihatkan pembesaran ginjal, biasanya bilateral. Pembesaran pelvis renis tanpa dilatasi atau obstruksi yang jelas. Kalik dan infundibulum menunjang. Batas ginjal ireguler. Bila tumor berupa nodul yang ganda kemungkinan suatu limfoma maligna.12 Pada CT scan didapati gambaran lesi hipovaskular setelah pemberian zat kontras. Invasi muskuli psoas paling sering ditemukan. Kontras dari arteri renalis lebih sering dijumpai dibandingkan hipernefroma.13

2.5.

Gambaran CT Scan pada Kelainan Pada Vaskular Ginjal

A. Infark Ginjal Infark ginjal akut paling sering disebabkan oleh oklusi arteri tromboemboli dari ginjal atau percabangannya. Sumber utama emboli adalah jantung (fibrilasi atrium, cacat katup mitral) atau aneurisma aorta. Tanda klinis berupa hematuria dan nyeri pinggang mendadak. Infark trombotik mungkin hasil dari arteriosklerosis, vaskulitis (poliarteritis nodosa), anemia sel sabit, atau trauma. Jika diduga emboli akut, infark ginjal dapat didiagnosis dengan akurat dengan menggunakan CT. Namun, angiografi lebih baik untuk kemampuan gabungan diagnostik dan intervensi.13 Daerah infark pada parenkim ginjal terlihat dalam bidang-bidang yang berbentuk baji. Parenkim subkapsular masih memiliki pasokan darah dan muncul sebagai lingkaran tipis (tanda tepi kortikal). Emboli septik dapat menyebabkan pembentukan abses. Gejala sisa akhir termasuk jaringan parut dan distorsi kontur dari korteks ginjal dan penyusutan jaringan infark.13 B. Nekrosis Kortikal Ginjal

Nekrosis korteks ginjal merupakan penyebab yang jarang dari gagal ginjal akut yang dapat terjadi dalam berbagai kondisi klinis seperti sepsis, syok, dan kompilkasi kehamilan. Tubulus ginjal, glomerulus, dan jaringan ikat menjadi nekrotik akibat koagulasi intravaskular.13 Dalam tahap akut, peningkatan kontras ginjal terbatas pada medula ginjal. Korteks hipoatenuasi dikelilingi oleh pinggiran perifer yang tipis. Kontras ekskresi diamati. Setelah sekitar satu bulan, kalsifikasi berkembang di korteks (dalam kasus 50%) dan ginjal mengalami atrofi progresif.13 C. Trombosis Vena Ginjal Trombosis vena ginjal dapat disebabkan oleh neoplastik, infeksi, dan berbagai gangguan metabolik. Ini mungkin satu-satunya tanda keganasan ginjal okultisme. Cukup banyakditemukan (sampai 33%) pada pasien dengan sindrom nefrotik. CT jelas dapat menentukan trombosis vena renalis dengan optimal, tetapi CT jarang digunakan sebagai alat diagnostik primer.13 Dengan oklusi lengkap, diameter vena ginjal diperbesar lebih dari 1,5 cm. Sebuah defek terlihat setelah pemberian kontras IV, dan gambaran opak dari vena tidak ada atau berkurang dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Aliran kolateral menyebabkan dilatasi pembuluh darah gonad, vena kapsuler, dan vena periureteral. Defek perfusi dapat ditemukan di parenkim ginjal.13

2.6.

Gambaran CT Scan pada Trauma Ginjal Banyak penyebab dari trauma ginjal. Dari sekian banyak penyebab

tersebut, trauma benda tumpul merupakan penyebab 80% dari trauma ginjal dan biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, atau jatuh, atau perkelahian. Tipetipe trauma ginjal yang paling penting adalah kontusio (edema intrarenal), hematoma (subkapsular atau parenkimal), laserasi (adanya jalur ke ruang subkapsular atau parenkimal sehingga dapat dimasuki darah atau urin), dan ruptur.4

Trauma ginjal dapat dikelompokkan menurut skala trauma organ AAST untuk trauma ginjal, menjadi:4,22 Skala Deskripsi I II Kontusio renal atau hematoma subkapsular dengan kapsul intak Laserasi superfisial korteks yang tidak melibatkan medulla ginjal dalam atau sistem kolektivus atau hematoma perinefritik nonexpanding III IV V Laserasi dalam dengan atau tanpa ekstravasasi urin Laserasi yang meluas ke sistem kolektivus dengan kebocoran urin Ginjal terbelah, kerusakan pembuluh darah ginjal Sedangkan menurut budjang, trauma ginjal dibagi menjadi:12 Trauma ginjal ringan Dapat terjadi setempat atau difus, pembengkakan parenkim dan perdarahan ringan intrarenal atau hematom di subkapsul. Trauma ini dapat sembuh tanpa komplikasi atau sekuelle Trauma ginjal sedang Dapat berupa ruptur kapsul dengan kaliks yang masih utuh, atau ruptur kaliks dan kapsul. Arteri renalis mungkin dapat sobek. Perdarahan dan ekstravasasi urin ke dalam parenkim ginjal dalam rongga di bawah kapsul. Trauma ginjal berat Disebut juga shattered kidney, yaitu terjadi avulsi renalis dan trombosis arteri renalis. Keadaan ini mencakup parenkim ginjal, sistem pelviokalik, dan kapsul renalis, laserasi ganda yang menyebabkan kematian ginjal.

Temuan radiografi trauma ginjal tergantung pada sejauh mana cedera. Sebuah memar sederhana biasanya dapat menyebabkan pembengkakan ginjal, penurunan kepadatan nephrogram di bagian yang terkena, dan penurunan atau tertundanya ekskresi bahan kontras ke dalam sistem pengumpul. Jika muncul perdarahan perirenal, bayangan ginjal, dan kadang-kadang bayangan psoas, dapat saja lenyap atau justru diperbesar pada film biasa. CT scan dapat menunjukkan hematoma perirenal dan pararenal.23

Gambar Trauma Ginjal Gambar CT scan diatas menunjukkan contoh dari sebuah hematoma sukapsular. Tampak daerah parenkim ginjal yang semakin jelas (ditunjukkan oleh tanda panah).23

Gambar Trauma Ginjal Tampak pada gambar diatas, terdapatnya peningakatan jumlah zat kontras di ginjal kiri ditambah dengan hematoma disekitarnya.23

Gambar Infark Ginjal Pada gambar CT scan diatas, tampak kurangnya perfusi darah menuju ginjal kiri secara merata di keseluruhan ginjal. 4

Gambar Penyumbatan Arteri Renalis Bilateral Pada gambar scan diatas, tampak penurunan densitas parenkim pada

kedua ginjal, tetapi aorta dan vena kava superior juatru meningkat densitasnya, menunjukkan adanya penyumbatan kedua arteri renalis.23

Gambar Perdarahan Aktif Dari Arteri Ginjal Pada gambar CT scan diatas, tampak beberapa fokus dengan densitas tinggi dengan kebocoran arteri di posteromedial ginjal. Terdapat hematoma yang mengelilingi daerah perdarahan, dengan perubahan posisi ginjal dari arah anterior. Sebagai tambahan terdapat udara di bagian rongga subhepatik dan ruang anterior kiri ginjal. Biasanya merupakan pertanda dari perdarahan arteri renalis yang aktif.23

Gambar Trauma Ginjal Parah-Fragmentasi Pada gambar CT scan diatas, tampak fraktur multipel yang melalui ginjal kanan dengan hematoma besar yang mengelilingi perinefritik yang menyebabkan membesarnya fasia gerota.23

Gambar Trauma Ginjal Akibat Penetrasi Gambar CT scan diatas merupakan gambaran CT scan dari trauma penetrasi (luka tembak). Tampak peluru datang dari arah anterolateral dinding abdomen.23

INFEKSI GINJAL
PIELONEFRITIS AKUT Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Infeksi biasanya disebabkan oleh Escherichia coli atau bakteri gram negatif lainnya. CT merupakan pemeriksaan radiologis yang paling sensitive untuk mendeteksi infeksi ini. Tetapi pielonefritis akut bukan indikasi utama untuk dilakukan pemeriksaan CT. CT diindikasikan untuk pasien yang diduga telah mengalami komplikasi dari pielonefritis tersebut (contohnya : abses ginjal, infeksi yang telah menyebar ke perirenal).4,7 Gambaran CT Scan pada pielonefritis akut adalah akan terlihat ginjal yang membengkak atau menebal yang menekan kalik dan pelvis renis.4,7

Pielonefritis akut. CT Scan (non-kontras) menunjukkan pembesaran dan penebalan pada ginjal kiri, tetapi tidak terdapat batu obstruksi.4,7

Pielonefritis akut. CT Scan (dengan kontras) menunujukkan gambaran ginjal yang membesar dan bergaris-garis. Hasil urinalisis membantu untuk mendiagnosis adanya infeksi saluran kemih4,7 PIELONEFRITIS KRONIS Pielonefritis kronis adalah infeksi pada ginjal yang merupakan akibat lanjut dari infeksi bakteri yang berkepanjangan atau infeksi semenjak masa kecil.4,7 Gambaran CT Scan pada pielonefritis kronis adalah ginjal akan tampak mengecil dengan permukaan yang berbenjol, menipisnya parenkim ginjal dan perubahan-perubahan pada bentuk kalik.4,7

pielonefritis kronis. CT menunjukan ginjal kanan yang telah mengecil, bentuknya yang berubah dengan multiple skar dan kalsifikasi.4,7 ABSES GINJAL Infeksi supuratif akut pada parenkim ginjal biasanya dimulai dari korteks dan menyebar melalui hematogen.4,7 Gambaran CT Scan pada abses ginjal adalah dapat terlihat ginjal yang menciut secara global tapi tanpa parut dikorteks seperti yang tampak pada pielonefritis kronis. Akan terlihat seperti gambaran massa berdensitas rendah.4,7

Abses ginjal. CT scan (non kontras) menunjukan tidak ada batu obstruksi tapi terdapat gambaran massa yang berdensitas rendah di bagian kanan atas.4,7

Abses ginjal. CT Scan (dengan kontras) terdapat gambaran lesi kistik. Staphylococcus aureus terlihat pada kultur aspirasi spesimen.4,7

HIDRONEFROSIS Penyebab hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada traktus urinarius. Hal ini menyebabkan dilatasi pelvis kaliks, kemudian berlanjut dengan desrtuksi parenkim ginjal.4,7 Gambaran CT Scan pada hidronefrosis adalah hidronefrosis yang dini memberikan gambaran kalik-kalik yang mendatar (flattening). Perubahan ini reversible. Pada stadium yang lanjut memperlihatkan kalik-kalik yang berbentuk tongkat (clubbing). Pada tingkat yang lebih parah lagi terjadi destruksi parenkim dan pembesaran sistem saluran kemih.4,7,24

KELAINAN KONGENITAL GINJAL


HORSE-SHOE KIDNEY (GINJAL TAPAL KUDA) Kelainan kongenital ini merupakan kelainan yang ginjal dimana bagian bawah dari kedua ginjal bersatu yang menyerupai tapal kuda.4,7,24 Gambaran CT Scan pada ginjal tapal kuda adalah sinus ginjal meluas kea rah ventral, dan dapat pula diperlihatkan gambaran jembatan parenkim, sehingga membentuk seperti tapal kuda. 4,7,24

GINJAL EKTOPIK DALAM PELVIS

Gambar diatas menunjukkan ginjal ektopik dengan ukuran normal diatas tulang sacrum. Ginjal juga terlihat berotasi.4,7,24

CROSS FUSED ECTOPIC KIDNEY (GINJAL EKTOPIK MENYILANG) Ginjal ektopik menyilang akan memberikan gambaran ginjal yang bersatu atau berdekatan dengan ginjal yang berseberangan dan memberikan gambaran ginjal ganda unilateral yang bersatu.4,7,24

AGENESIS DAN HIPOPLASIA GINJAL Agenesis pada ginjal kanan akan menyebabkan fleksura kolon hepatic berpindah. Tidak tampak sisa-sisa pembuluh darah.4,7,24

Gambar diatas merupakan CT Scan (dengan kontras) menunjukkan agenesis pada ginjal kanan.4,7,24 Hipoplasia ginjal akan memperlihatkan gambaran ginjal normal yang berukuran kecil pada pemeriksaan CT Scan.4,7,24

BAB 3 KESIMPULAN

Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan terhadap pasien. Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda. Pada CT, komputer dikerahkan untuk menggantikan peranan film-kaset dan peranan kamar gelap dengan cairan-cairan developer serta fiksirnya seperti pada foto sinar X biasa. Tabung Rntgen dan kumpulan detektor berada dalam suatu wadah yang disebut gantry. Di tengah-tengah gantry tersedia lubang, yang berfungsi untuk dapat memasukkan atau menggeser meja beserta pasien dengan motor. Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke belakang atau ke depan, masing-masing maksimal sampai 200, sehingga tidak hanya penampang tegak saja yang dapat dibuat, melainkan juga scan miring dengan sudut yang dikehendaki. Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan kontras. Maksud pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat apakah ada jaringan, yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama sekali, dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa disebut dengan penyangatan atau dalam bahasa asing enhancement. Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan patologis. Umpamanya setelah suntikan terjadi penyangatan normal pada hepar, limpa, ginjal, dan pankreas. Penyangatan patologis dapat sangat membantu dalam pemeriksaan sken-sken.

Adapun indikasi pemeriksaan CT pada ginjal tertera pada tabel berikut ini. Indikasi Pemeriksaan CT pada Ginjal Kecurigaan tumor : Stadium tumor : Eksklusi atau konfirmasi tumor ginjal Renal cell carcinoma Transitional cell carcinoma Nephroblastoma Lymphoma Komplikasi : Perdarahan (postoperasi, penyakit polikistik) Abses (pielonefritis, dll) Trauma : Perdarahan, kontusio Cedera atau sumbatan pembuluh darah ginjal Hidronefrosis : Diferensiasi antara batu, tumor ureter, atau kompresi eksternal Kolik atau batu ginjal : Pengganti urografi intravena

DAFTAR PUSTAKA

1. Prokop M. Spiral and Multislice Computed Tomography of the Body. Germany: Thieme, 2001, Chapter 1; Principle of CT, Spiral CT, and Multislice CT. 2. Kartoleksono S. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008, Bab 19; Tomografi Komputer. 3. U.S. National Library of Medicine, 2011. CT Scan. USA: National Institutes of Health. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003330.htm [Accessed 30th October 2011] 4. Schaefer-Prokop C.& Prokop M. Spiral and Multislice Computed

Tomography of the Body. Germany: Thieme, 2001, Chapter 18; Kidneys. 5. Effendi I. & Markum H.M.S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: InternaPublishing, 2009, Bab 146; Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal. 6. Davis L.M. & Davis L., 2011. CT Scan. USA: emedicinehealth. Available from: http://www.emedicinehealth.com/ct_scan/article_em.htm October 2011] 7. Rachman M.D. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008, Bab 4; Segi-Segi Fisika Radiologi dan Radiografi. 8. Medcyclopaedia, 2009. Hounsfield Unit. USA: GE Healthcare. Available from: http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_iii_1/h/hounsfield_uni t.aspx [Accessed 30th October 2011] 9. Budjang N. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008, Bab 11; Traktus Urinaria. 10. Portis A.J. & Sundaram C.P. Diagnosis and Initial Management of Kidney Stones. Am Fam Physician 2001; 63: 1329-1338. [Accessed 30th

11. Teichman J.M.H. Acute Renal Colic from Ureteral Calculus. N Engl J Med2004; 350: 684-693. 12. Budjang N. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008, Bab 11; Traktus Urinaria. 13. Umbas R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah: Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. h.169-173. 14Yildiz, Yuksel, Ozkan A, Apank H, Celkan T, Danismend N, et,al. Multidisciplinary Approach To Wilms Tumor : 18 years of Experience, Japanese Journal Of Clinical Oncology. Available from 2008

http://jjco.Oxfordjournals.org/cgi/content/full/30/1/17. Accessed on January 10

15. Robbins S.L, Kumar V., 1995. Tumor Wilms. Buku Ajar Patologi II. Ed.4. Jakarta: EGC. 16. Sjamsuhidajat R., 1997. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Buku Ajar Ilmu Bedah: Wim de Jong. Jakarta: EGC. 17. Shearer P.D, Wilims Y.A., 1996. Neoplasma Ginjal. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. 18. Tanagho E.A, McAnich J.W., 2000.Renal Parenchymal Neoplasma, Smiths General Urology. 16thed. New York:McGrow.Hill. 19. Masuda H, Azuma H, Nakajima F,Watsuji T, Katsuoka Y. Adult Wilms Tumor With Calcification Untreated For 5 years-a Case Report. Available from http://www.Pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=425587 .

Accessed on 2008 January 12 20. Aquisto T.M, Yost R, Marshall K.W. Anasplastic Wilms Tumor: Radiologic and Phatologic Findings. Available from

http://radiographics.rsnajnls.org/cgi/content/full/24/6/1709. Accessed on 2008 January 12 21. Rauf S., 2002. Nefrologi. Catatan Kuliah Nefrologi Anak: Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FKUH. Makassar.

22. Mirvis, S.E., Shanmuganathan, K., Killeen, K.L., 2001. Injuries to the Genitourinary Tract. in. Graigner, R.G., Allison, D., Adam, A., et.al., Grainger & Allisons Diagnostic Radiology: A Textbook of Medical Imaging. 4th ed. London: Churchill Livingstone, 1654-1661. 23. Lee, F.T., Thornbury, J.R., 1998. The Urinary Tract. in. Juhl, J.H., Crummy, A.B., Kuhlman, J.E., Paul, L.W., Paul and Juhls Essentials of Radiologic Imaging. 7th ed. London: Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 27. 24.Medcyclopaedia, 2009. Hounsfield Unit. USA: GE Healthcare. Available from:http://www.medcyclopaedia.com/library/radiology/chapter25/

25_2.aspx (diakses tanggal 30 November 2011)

You might also like