You are on page 1of 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

Soetarno (1989) berpendapat bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak, yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Kedua faktor tersebut dilengkapi oleh Hurlock (1978) dengan faktor ketiga, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. 1. Faktor lingkungan keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Di dalam keluarga yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati inilah manusia pertama kali belajar memperhatikan keinginan2 orang lain, belajar bekerja sama, belajar membantu orang lain.

Pengalaman2 berinteraksi sosial dalam keluarga turut menentukan tingkah lakunya terhadap orang2 lain dalam kehidupan sosial di luar keluarga. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidak lancar atau tidak wajar maka interaksinya dengan masyarakat juga berlangsung tidak wajar atau akan mengalami gangguan. Diantara faktor yang terkait dengan keluarga dan yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah hal2 yang berkaitan dengan: 1) Status sosial ekonomi keluarga 2) Keutuhan keluarga 3) Sikap dan kebiasaan orang tua

1) Status sosial ekonomi keluarga Keadaan sosial ekonomi keluarga ternyata mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak. Apabila perekonomian keluarga cukup maka lingkungan material anak di dalam keluarga tersebut menjadi lebih luas. Anak mendapat kesempatan yang lebih banyak mengembangkan bermacam2 kecakapan yang mungkin tidak akan ia dapatkan jika keadaan ekonomi keluarga tidak memadai. Namun demikian, status ekonomi keluarga bukan satu2nya faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Perkembangan sosial anak juga tergantung pada sikap orang tua dan corak interaksi di dalam keluarga itu. Walaupun keadaan sosial ekonomi orang tua memuaskan jika mereka tidak memperhatikan pendidikan anak atau sering kali bertengkar, perkembangan sosial anak akan terganggu.

2) Keutuhan keluarga Yang dimaksud keluarga ialah hadirnya ayah, ibu dan anak dalam satu keluarga. Apabila ayah atau ibu atau kedua2nya tidak ada maka struktur keluarga dianggap sudah tidak utuh lagi. Semuanya itu akan mempengaruhi perkembangan sosial anak, bahkan hingga tingkatan tertentu dapat mengganggunya. Misalkan saja jika anak hidup dalam pengasuhan keluarga yang bercerai (broken home) maka cara anak menilai hubungan sosial menjadi berbeda dibandingkan dengan anak2 yang hidup dalam lingkungan keluarga yang normal. Anak dari keluarga broken home secara sosial merasa malu dan akhirnya mempengaruhi kemampuan dan kemauan berinteraksi dengan teman2nya. Sebaliknya anak dengan kondisi keluarga yg utuh akan memiliki keterampilan sosial lebih standar krn tidak dihinggapi beban psikologis.

Hubungan harmonis keluarga juga memegang peranan penting dalam perkembangan sosial anak. Cara2 berinteraksi kakak mereka dengan orang tua dan saudaranya akan mempengaruhi cara2 berinteraksi yang dilakukan oleh anak prasekolah (bila sebagai adik). Jadi, ketidakutuhan keluarga pada umumnya menghambat perkembangan sosial dan perkembangan kecakapan anak. 3) Sikap dan Kebiasaan orang tua Tingkah laku orang tua sebagai pemimpin kelompok dalam keluarga sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangan ciri2 tertentu pada pribadi anak. Orang tua yang otoriter dapat mengakibatkan anak tidak taat, takut, pasif, tidak memiliki inisiatif, tak dapat merencanakan sesuatu, serta mudah menyerah. Orang tua yang terlalu melindungi anak dan menjaga anak secara

berlebihan akan membuat anak sangat tergantung pada orang tua. Orang tua yang menunjukkan sikap menolak, yg menyesali kehadiran anak akan menyebabkan anak menjadi agresif dan memusuhi, suka berdusta, dan suka mencuri. Semua pengaruh di atas akan berdampak pada perilaku sosial selanjutnya sehingga anak menjadi terhambat dalam merefleksikan hubungan sosial dengan pihak lainnya karena pengaruh suasana interaksi keluarga. Untuk itu sangat penting bagi orang tua untuk mampu mengukur perilakunya agar tidak berdampak negatif pada perilaku sosial anaknya. 2. Faktor dari luar rumah Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan orang dewasa

di luar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak2 akan menghindarinya dan kembali kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Jika anak senang berhubungan dengan orang luar, ia akan terdorong untuk berperilaku dengan cara yang dapat diterima orang luar tersebut. Karena hasrat terhadap pengakuan dan penerimaan sosial sangat kuat pada akhir masa kanak2, pengaruh kelompok teman sebaya lebih kuat dibandingkan dengan sewaktu masa prasekolah, yaitu ketika anak masih kecil dan kurang berminat bermain dengan teman sebaya.

3. Faktor pengaruh pengalaman sosial awal Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya. Banyaknya pengalaman bahagia yang diperoleh sebelumnya akan mendorong anak mencari pengalaman semacam itu lagi pada perkembangan sosial selanjutnya. Kekuatan perilaku sosial awal sebagai pola perilaku yang cenderung menetap mampu mempengaruhi perilaku anak pada situasi sosial selanjutnya. Oleh karena itu, pengalaman sosial awal anak harus difasilitasi dengan situasi sosial yang positif dan dapat diterima oleh lingkungan yang luas. Di samping aspek perilaku sosial ada potensi sikap sosial yang cenderung menetap akibat dari pengalaman awal yang diperoleh anak. Hal ini pun harus menjadi fokus yang serius bagi guru maupun orang tua. Ingatlah, sekali sikap terbentuk, lebih sukar mengubahnya dibanding mengubah perilaku. Di sinilah pentingnya peran guru maupun orang tua

menjadi mediator atau fasilitator dalam menentukan pilihan sikap sosial yang paling tepat untuk anak. Perlu diingat bahwa anak belum cukup mampu mengambil keputusan sepenuhnya tentang pilihan sikap sosial yang perlu dan baik, serta menentukan pilihan sikap sosial yang tidak perlu dan harus dihindari. Selain berbagai faktor di atas yang bersifat umum, faktor yang dianggap dapat menghambat perkembangan sosial anak prasekolah, menurut Sri Maryani Deliana (2000), yaitu sebagai berikut: 1) Tingkah laku agresif. Misalnya mendorong, memukul atau berkelahi. Penyerangan dapat pula mereka lakukan secara verbal, misalnya dengan mencaci, mengejek atau memperolok teman2 lain.

2) Daya suai kurang. Biasanya disebabkan karena cakrawala sosial anak yang relatif masih kurang, masih terbatas pada situasi rumah dan sekolah. Di sekolah pun biasanya mereka belum bisa dengan cepat menyesuaikan diri, tetapi makin lama ia di sekolah makin bertambah daya suainya. 3) Pemalu. Rasa malu sebenarnya normal dan wajar, tetapi bila anak sering kali menunjukkan rasa malu maka hal inilah yang dianggap sebagai masalah. 4) Anak manja. Memanjakan anak adalah suatu sikap orang tua yang selalu mengalah pada anaknya, membatalkan perintah atau larangan hanya karena anak menjerit, menentang atau membantah. 5) Perilaku berkuasa. 6) Perilaku merusak. Ledakan amarah anak sering disertai tindakan merusak benda2 disekitarnya. Tidak peduli miliknya sendiri atau milik orang lain.

Sedangkan menurut Dini P.Daeng S (1996) ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi anak, yaitu: 1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang2 di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang 2. Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang2 di lingkungannya 3. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul 4. Banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya 5. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi model bagi anak 6. Adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik bagi anak

7. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak 8. Adanya kemampuan berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

You might also like