Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi
Daftar Isi. 1 Bab 1: Konsili Vatikan II2 Bab 2: Sidang Sidang Konsili.. 3 Bab 3: Hasil Sidang Konsili Vatikan II 7 Bab 4: Dei Verbum 8 Bab 5: Gaudium et Spes.. 9 Bab 6: Lumen Gentium 9 Bab 7: Sacrosanctum Concilium 11 Bab 8: Ad Gentes.. 12 Bab 9: Apostolicam Actuositatem.......................................................................................12 Bab 10: Christus Dominus.. 14 Bab 11: Inter Mirifica.14 Bab 12: Optatam Totius15 Bab 13: Orientalium Ecclesiarum.. 15 Bab 14: Perfectae Caritatis. 16 Bab 15: Presbyterorum Ordinis.. 16 Bab 16: Unitatis Redintegratio 17 Bab 17: Dignitatis Humanae17 Bab 18: Gravissimum Educationis. 18 Bab 19: Nostra Aetate18 Bab 20: Ringkasan Dokumen Konsili Vatikan...19 Bab 21: Dokumen Dokumen Konsili Vatikan II.. 20
Dalam lokakarya pertama mereka, dalam waktu kurang dari 15 menit, para uskup telah mengadakan pemungutan suara atas permintaan Para Uskup Rhine mengenai agenda Sidang, apakah akan mengikuti agenda yang telah dipersiapkan oleh Komisi Persiapan ataukah akan membuat sebuah agenda yang baru yang akan dibicarakan di antara para anggota Sidang terlebih dahulu, baik dalam kelompok-kelompok nasional dan regional, maupun dalam pertemuan informal. Usulan ini tampaknya cukup wajar, namun mayoritas delegasi tidak menyadari bahwa para uskup Rhine telah mempersiapkan suatu rencana mengenai bagaimana mereka menginginkan jalannya Konsili. Dalam struktur Komisi Konsili yang baru kemudian atas usulan para Uskup Rhine, prioritas dari isu-isu yang akan dibicarakan menjadi berubah. Isu-isu yang dibicarakan selama sesi-sesi Sidang adalah termasuk mengenai liturgi, komunikasi misa, gereja-gereja Ritus Timur, serta sumber-sumber Wahyu Ilahi. Skema mengenai Wahyu Ilahi kemudian ditolak oleh sebagian besar uskup, dan Paus Yohanes terpaksa harus campur tangan untuk memerintahkan penulisan kembali mengenai skema ini. Setelah penundaan sidang pada 8 Desember 1962, sidang berikutnya tahun 1963 mulai dipersiapkan. Namun demikian, persiapan-persiapan ini diwarnai dengan wafatnya Paus Yohanes XXIII pada 3 Juni 1963. Paus Paulus VI yang terpilih pada 21 Juni 1963 segera mengumumkan bahwa Konsili harus berlanjut, dan dalam haluan yang telah ditetapkan pada Sidang sebelumnya oleh Paus Yohanes.
Selama masa Sidang ini, para uskup menyetujui konstitusi tentang liturgi suci (Sacrosanctum Concilium) dan dekrit tentang upaya-upaya komunikasi sosial (Inter Mirifica). Sidang dilanjutkan dengan skema mengenai Gereja, Uskup dan Keuskupan, serta Ekumenisme. Pada 8 November 1963, Joseph Kardinal Frings mengkritik Kongregasi untuk Doktrin Iman (sebelum 1908 dikenal sebagai Holy Roman and Universal Inquisition), dan dengan segera dibalas oleh pembelaan diri yang berapi-api dari Sekretaris badan tersebut, Alfredo Kardinal Ottaviani. Silang pendapat ini dianggap sebagai kejadian paling dramatis selama Konsili. (Sebagai catatan, penasihat teologi Kardinal Frings adalah Joseph Ratzinger muda, sekarangPaus Benediktus XVI, yang kemudian menjadi Kardinal yang mengepalai Kongregasi tersebut di Tahta Suci). Sidang Kedua berakhir pada 4 Desember 1963. Sidang Ketiga (Musim Gugur 1964) Di antara periode Sidang Kedua dan Ketiga, proposal Skema direvisi kembali berdasarkan komentar-komentar dari para Bapa Konsili. Sejumlah topik dikurangi menjadi usulan pernyataan fundamental untuk disetujui dalam Sidang Ketiga, dengan Komisi Paskakonsili yang akan menangani implementasi peraturan-peraturan tersebut. Delapan pengamat religius wanita dan tujuh wanita awam diundang dalam Sidang Ketiga, bersamasama dengan undangan tambahan pria awam. Selama Sidang yang dimulai pada 14 September 1964 ini, para Bapa Konsili mengerjakan sejumlah besar proposal. Skema mengenai Ekumenisma (Unitatis Redintegratio), gereja-gereja Katolik Ritus Timur (Orientalium Ecclesiarum), serta konstitusi tentang Gereja (Lumen Gentium) disetujui dan diumumkan secara resmi oleh Paus. Sebuah votum atau pernyataan mengenai sakramen pernikahan dimunculkan sebagai pedoman bagi komisi untuk merevisi Hukum Kanonik tentang isu-isu beragam akan yurisdiksi, seremonial, dan pastoral. Para uskup mengusulkan skema ini dan meminta persetujuan yang cepat, namun tidak segera diputuskan oleh Paus pada Konsili tersebut. Paus Paulus memerintahkan para Uskup untuk menunda topik kontrasepsi artifisial (keluarga berencana) yang akan dibahas sebuah komisi ahli kepastoran dan awam yang telah ditunjuknya. Skema mengenai tugas dan pelayanan para pastor serta tugas misi Gereja ditolak dan dikembalikan kepada komisi-komisi untuk ditulis ulang sama sekali. Pekerjaan dilanjutkan untuk sisa Skema lainnya, terutama sekali untuk masalah Gereja di dunia masa kini dan kebebasan beragama. Terjadi kontroversi mengenai revisi dekrit kebebasan beragama dan mengakibatkan kegagalan pengambilan suara akan dekrit ini pada Sidang Ketiga. Paus Paulus menjanjikan untuk segera meninjau skema ini pada masa Sidang berikutnya.
Paus Paulus menutup Sidang Ketiga pada 21 November dengan mengumumkan perubahan tata cara Ekaristi dan secara resmi mengumumkan Maria sebagai "Bunda Gereja" seperti yang telah sering diajarkan. Sidang Ketiga (Musim Gugur 1964) Di antara periode Sidang Kedua dan Ketiga, proposal Skema direvisi kembali berdasarkan komentar-komentar dari para Bapa Konsili. Sejumlah topik dikurangi menjadi usulan pernyataan fundamental untuk disetujui dalam Sidang Ketiga, dengan Komisi Paskakonsili yang akan menangani implementasi peraturan-peraturan tersebut. Delapan pengamat religius wanita dan tujuh wanita awam diundang dalam Sidang Ketiga, bersamasama dengan undangan tambahan pria awam. Selama Sidang yang dimulai pada 14 September 1964 ini, para Bapa Konsili mengerjakan sejumlah besar proposal. Skema mengenai Ekumenisma (Unitatis Redintegratio), gereja-gereja Katolik Ritus Timur (Orientalium Ecclesiarum), serta konstitusi tentang Gereja (Lumen Gentium) disetujui dan diumumkan secara resmi oleh Paus. Sebuah votum atau pernyataan mengenai sakramen pernikahan dimunculkan sebagai pedoman bagi komisi untuk merevisi Hukum Kanonik tentang isu-isu beragam akan yurisdiksi, seremonial, dan pastoral. Para uskup mengusulkan skema ini dan meminta persetujuan yang cepat, namun tidak segera diputuskan oleh Paus pada Konsili tersebut. Paus Paulus memerintahkan para Uskup untuk menunda topik kontrasepsi artifisial (keluarga berencana) yang akan dibahas sebuah komisi ahli kepastoran dan awam yang telah ditunjuknya. Skema mengenai tugas dan pelayanan para pastor serta tugas misi Gereja ditolak dan dikembalikan kepada komisi-komisi untuk ditulis ulang sama sekali. Pekerjaan dilanjutkan untuk sisa Skema lainnya, terutama sekali untuk masalah Gereja di dunia masa kini dan kebebasan beragama. Terjadi kontroversi mengenai revisi dekrit kebebasan beragama dan mengakibatkan kegagalan pengambilan suara akan dekrit ini pada Sidang Ketiga. Paus Paulus menjanjikan untuk segera meninjau skema ini pada masa Sidang berikutnya. Paus Paulus menutup Sidang Ketiga pada 21 November dengan mengumumkan perubahan tata cara Ekaristi dan secara resmi mengumumkan Maria sebagai "Bunda Gereja" seperti yang telah sering diajarkan.
9 Dekrit: Ad Gentes (kegiatan Misioner Gereja) Apostolicam Actuositatem (Kerasulan Awam) Christus Dominus (Tugas Pastoral para Uskup Dalam Gereja) Inter Mirifica (Upaya Upaya Komunikasi Sosial) Optatam Totius (Pembinaan Imam) Orientalium Ecclesiarum (Gereja Gereja Timur Katolik) Perfectae Caritatis (Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius) Presbyterorum Ordinis (Pelayanan dan Kehidupan Para Imam) Unitatis Redintegratio (Ekumenisme)
3 Pernyataan: Dignitatis Humanae (Kebebasan Beragama) Gravissimum Educationis (Pendidikan Kristen) Nostra Aetate (Hubungan Gereja dengan Agama Agama bukan Kristiani)
Secara singkat, ikhtisar dari Dei Verbum adalah sebagai berikut: Gereja Katolik mengajarkan bahwa Allah, pencipta dan Tuhan, dapat diketahui dengan akal budi manusia dari semua karya ciptaanNya (Katekismus Gereja Katolik no 47). Tetapi pengetahuan itu saja tidak menjelaskan "mengapa" dan "untuk apa". Maka "Dalam kebaikan dan kebijaksanaanNya Allah berkenan mewahyukan diriNya dan memaklumkan rahasia kehendakNya" (Dei Verbum 2). Untuk itu Ia mengutus PuteraNya yang terkasih, Yesus Kristus dan Roh Kudus (Katekismus Gereja Katolik no. 50). Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4), maka "Kristus Tuhan...memerintahkan kepada para rasul, supaya Injil...mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta memberi ajaran kesusilaan" (Dei Verbum 7). Kehendak Allah itu dilaksanakan dalam dua cara: secara lisan (disebut Tradisi) oleh para rasul dan pengganti-penggantinya, dan kemudian secara tertulis, setelah "para rasul dan tokoh-tokoh rasuli, atas ilham Roh Kudus juga telah membukukan amanat keselamatan" (Dei Verbum 7). Mengenai Hubungan antara Tradisi dan Kitab Suci Pada Bab Kedua mengenai "Meneruskan Wahyu Ilahi", Konstitusi ini menyatakan secara khusus kesetaraan peran Tradisi Suci dean Kitab Suci. Mengenai Sumber Ilham dari Kitab Suci dan Penafsirannya Dalam Bab Ketiga mengenai "Ilham Ilahi Kitab Suci dan Penafsirannya", Konstitusi menyatakan bahwa: Kitab Suci dikarang sendiri oleh Allah melalui orang-orang yang digunakanNya dengan memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri. Segala pernyataan yang dikarang oleh pengarang yang diilhami harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus. Kitab-kitab dalam Alkitab adalah teguh, setia, dan tanpa kekeliruan kebenaran, yang mengajar untuk keselamatan manusia.
utama Konsili Vatikan Kedua. Konstitusi ini diumumkan secara resmi oleh Paus Paulus VIpada 21 November 1964, setelah disetujui oleh para Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.151 berbanding 5. Latar Belakang dibuatnya Lumen Gentium adalah sebagai berikut: Ketika bermaksud mengundang Konsili Vatikan II pada tahun 1959, Paus Yohanes XXIII mencanangkan "aggiornamento" atau pembaruan Gereja, menyesuaikan diri dalam zaman baru, agar dapat memberi sumbangan yang efektif bagi pemecahan masalah-masalah modern (Konstitusi apostolik Humanae Salutis 1961). Sebelum Konsili dimulai dari para uskup sedunia diminta saran-saran lebih dulu, yang disusun menjadi pelbagai skema. Di dalam Konsili para uskup berdasarkan skemaskema yang sudah disusun berusaha mendiskusikan dan merumuskan pandangan dan pemahaman teologis mereka akan Gereja dalam terang Tradisi dan Kitab Suci. Hasilnya adalah Lumen Gentium, suatu dokumen tentang Gereja yang menunjukkan pergeseran dari paham yang sangat institusionalistis organisatoris kepada paham yang dinamis dan organis. Gereja dipahami sebagai Umat Allah, dan itu membuat cakrawala pemahaman akan esensi Gereja lebih luas dari batas yang kelihatan (Gereja Katolik Roma), sebab banyak juga unsur-unsur Gereja dilihat dan diakui berada di luar batas-batas itu (Lumen Gentium 8). Namun Gereja memandang diri terutama sebagai tanda dan sarana persatuan dan kesatuan, baik dengan Allah maupun dengan seluruh umat manusia (Lumen Gentium 1). Hal ini nantinya mendorong semangat ekumenis dengan gereja-gereja lain, bahkan dialog dan kerjasama dengan agama-agama lain, juga dengan kaum ateis. Pusat Gereja bukan lagi Roma atau Paus, tetapi Kristus di tengah-tengah umat dan Uskup sebagai gembalanya. Maka Lumen Gentium menekankan teologi Gereja setempat (keuskupan). Ditekankan juga kesetaraan semua anggota umat Allah di dalam martabatnya, sekalipun berbeda fungsi. Maka Gereja semakin dipahami sebagai umat Allah secara keseluruhan kendati tetap mempertahankan fungsi hirarki sebagai pemersatu. Dalam dokumen pembahasan tentang awam justru didahulukan daripada pembahasan
tentang para religius. Dengan demikian Gereja di mana saja lebih peka pada persoalan-persoalan di sekelilingnya dan dapat segera menyampaikan sumbang-saran pemecahan.
10
Bab 8 Ad Gentes
Ad Gentes atau Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja adalah salah satu dokumen dari Konsili Vatikan Kedua. Dokumen ini disetujui oleh para Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.394 berbanding 5, dan diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 18 November 1965. Judul Ad Gentes berarti Kepada Para Bangsa (dalam Bahasa Inggris "To the Nations"). Ad Gentes memfokuskan pada faktor-faktor yang terlibat dalam karya misi. Dokumen ini memutuskan tidak memaksakan kebudayaan yang sama untuk setiap tempat di mana Gereja mengirimkan misi, melainkan mendorong para misionaris untuk hidup bersama dengan masyarakat ke mana mereka di utus, menyerap cara hidup dan kebudayaan mereka (Ad Gentes art.9). Konsili menyatakan pula bahwa Gereja melarang keras jangan sampai ada orang yang dipaksa atau dengan siasat yang tidak pada tempatnya dibujuk atau dipikat untuk memeluk agama Kristen. Bahkan lebih lanjut menjelaskan agar hendaknya alasan-alasan untuk bertobat diselidiki, dan bila perlu dijernihkan (Ad Gentes art.13). Juga didorong untuk melakukan kerja sama karya misi melalui perwakilan-perwakilan serta kerja sama dengan kelompok-kelompok dan organisasi lainnya di dalam tubuh Gereja Katolik maupun dengan denominasi lainnya (Ad Gentes art.35-41).
ambil bagian dalam rencana kesalamatan Allah bagi dunia (bdk. AA 1). Dengan demikian, kaum awam bukanlah warga Gereja kelas 2 atau juga sekedar pembantu hirarki.
13
14
15
16
Dignitatis Human atau Pernyataan tentang Kebebasan Beragama adalah salah satu dokumen penting dari Konsili Vatikan Kedua. Pernyataan ini disetujui oleh para Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.308 berbanding 70. Nama Dignitatis Human (Martabat Pribadi Manusia; Of the Dignity of the Human Person) diambil dari baris pertama dokumen, sebagaimana umumnya dokumen Gereja Katolik dinamai. Dignitatis Humanae menyatakan bahwa kebebasan beragama adalah sesuatu yang termasuk hak manusia dalam menunaikan tugas berbakti kepada Allah, selayaknya kebal terhadap paksaan dalam masyarakat.
17
18
Unitatis Redintegratio Dekrit Christus Dominus Perfect Caritatis Optatam Totius Gravissimum Educationis Nostra tate Dei Verbum Apostolicam Actuositatem Dignitatis Human Ad Gentes Presbyterorum Ordinis Gaudium et Spes Dekrit Dekrit Dekrit Pernyataan Pernyataan Konstitusi Dogmatis Dekrit Pernyataan Dekrit Dekrit Konstitusi Pastoral
19
20