You are on page 1of 56

1

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun oleh :

Nama NIP Pangkat/Gol Unit Kerja

: : : :

Sutiyono, S.Pd.SD 19640513 198608 1 001 Pembina/ IV A SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH 2011

PENGESAHAN

1. Judul Penelitian

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING TAHUN PELAJARAN 2010/2011 2. Identitas Peneliti Nama Peneliti NIP Pangkat / Gol. Ruang Institusi Kabupaten Provinsi Alamat Kantor 3. Lama Penelitian Dari 4. Sumber Dana : : Sutiyono, S.Pd.SD : 19640513 198608 1 001 : Pembina / IV A : SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog : Kudus : Jawa Tengah : Jln.Rahtawu No.17 Besito RT 04/05 Gebog Kudus : 3 bulan : bulan Februari sampai April 2011 : Swadana

Mengetahui Kepala SD 2 Besito

Kudus, 4 April 2011 Peneliti,

Muzayanah, S.Pd. NIP 19631015 198304 2 005

Sutiyono, S.Pd. SD NIP 19640513 198608 1 001

ABSTRAK
Sutiyono, S.Pd.SD

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengatahui: (1) peningkatan keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan KPK melalui Cooperative Learning Snowball Throwing tahun pelajaran 2010/2011, (2) meningkatkan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran serta keterampilan melakukan penelitian dan menulis karya tulis ilmiah. Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan strategi tindakan yang berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD 2 Besito tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 22 siswa. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus berkelanjutan yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dengan cara

membandingkan hasil penilaian tes formatif siswa dalam pembelajaran konvensional dengan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa melalui Cooperative Learning Snowball Throwing pada pembelajaran matematika tentang menentukan FPB dan KPK, keterampilan siswa meningkat. Hal ini terbukti sebelum dilakukan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing kemampuan awal siswa rata-rata nilai siswa 59.5 pada siklus I, naik menjadi 69.1 pada siklus II, dan pada siklus III menjadi 80.9. Persentasi kenaikan dari kemampuan awal atau siklus I sebelum dilakukan perbaikan sampai siklus II mengalami kenaikan sebesar 6.90%, sedangkan kenaikan dari siklus II ke siklus III sebesar 8.09%. Ini berarti Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) melalui penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing berhasil memuaskan.

4 KATA PENGANTAR

Alhamdzulillah, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam Menentukan FPB dan KPK melalui Cooperative Learning Snowball Throwing Tahun Pelajaran 2010/2011, ini dapat terselesaikan. Penelitian ini dapat berjalan baik dan lancar, juga berkat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya, peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. H. Sudjatmiko, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan motivasi dalam penelitian ini; 2. Drs. H. Didik Hartoko, MM, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan motivasi dalam penelitian ini; 3. Drs. Bambang Gunadi, MM, Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan arahan dalam penelitian ini; 4. H.M. Suharto, S.Pd.,M.Pd., Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penelitian ini; 5. Suwartono, S.Pd., Pengawas TK/SD/SDLB UPT Pendidikan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, yang telah memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penelitian ini; 6. Muzayanah, S.Pd., Kepala SD 2 Besito yang telah memberikan ijin penelitian ini; 7. 8. 9. Sulipah, S.Pd., teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian ini; Hj. Inayah, S.Pd.SD, teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian ini; Bapak dan Ibu Guru SD 2 Besito, yang telah membantu dalam memperlancar penelitian ini; 10. Siswa-siswi kelas IV SD 2 Besito, yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

5 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat terselesaikannya Penelitian Tindakan Kelas ini. Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan balasan dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya peneliti berharap, semoga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan kemajuan pendidikan.

Kudus, 4 April 2011 Peneliti,

Sutiyono, S.Pd.SD
NIP 19640513 198608 1 001

6 DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ LEMBAR PENGESAHAN.. ABSTRAK ... KATA PENGANTAR . DAFTAR ISI .... BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. Latar Belakang Masalah . Identifikasi Masalah .. Analisis Masalah Rumusan Masalah .. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian .. i ii iii iv vi 1 1 6 6 8 8 8 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ A.

Pembelajaran Matematika .......................................................... 10 1. Hakikat Belajar .................................................................... 2. Pengertian prestasi Belajar Matematika ............................... 3. Pengertian Matematika ........................................................ 4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika ..................................... 5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar ........ 6. Ciri-ciri Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ......... 10 11 12 14 15 17

7. Ruang Lingkup Materi Matematika di Sekolah Dasar ......... 18 B. Metode Pembelajaran ................................................................. 19

1. Pengertian Metode Pembelajaran ......................................... 19 2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran ........................................ 3. Model Cooperative Learning Snowball Throwing .............. 20 21

7 C. D. Kerangka Pikir .................................... 24 Hipotesis .................................................... ................................ 24

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................... 25 A. B. C. Tempat dan waktu Pelaksanaan .................................................. 25

Prosedur Penelitian ......................... 25 Deskripsi Per Siklus ......................... 26 1. 2. 3. Siklus I ................................................................................. 26 Siklus II ............................................................................... Siklus III .............................................................................. 32 36 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. A. B.

Hasil Penelitian .......................................................................... 40 Pembahasan................................................................................. 61 65 65 67 67 69 69 70 79 82 90 93 101 104

BAB V PENUTUP ..................................................... A. B. Simpulan ... Saran .

DAFTAR PUSTAKA . LAMPIRAN .................... LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 1) Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 2) Lampiran 2 : Lembar Observasi Siklus I ................................................... 3) Lampiran 3 : Rencana Perbaikan Pembelajaran 1 ..................................... 4) Lampiran 4 : Lembar Observasi Siklus II .................................................. 5) Lampiran 5 : Rencana Perbaikan Pembelajaran 2 ...................................... 6) Lampiran 6 : Lembar Observasi Siklus III ................................................ 7) Lampiran 7 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ...................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era abad ke-21 yang serba global, menuntut kita untuk memiliki kompetensi yang tinggi di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan berat, terutama dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di sisi lain pendidikan nasional dihadapkan pada permasalahan mendasar yakni : (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan (Depdiknas, 2005:2). Realitas pendidikan hasil paradigma lama adalah pendidikan sebagai instrumen politik, alat penyeragaman, peserta didik sebagai objek,

mengutamakan aspek kognitif, dan pendidik sangat dominan sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Pendidikan yang mengutamakan aspek kecerdasan intelektual (kognitif), mengakibatkan krisis kehidupan masyarakat yang multi dimensional sebagai refleksi krisis pendidikan. Perubahan dunia di era globalisasi yang serba cepat di segala bidang kehidupan sangat mempengaruhi paradigma pendidikan. Paradigma baru pendidikan diharapkan dapat memecahkan permasalahan pendidikan. Pendidikan sebagai subjek pembangunan, schooling menjadi learning (sekolah menjadi belajar) dengan paradigma pembelajaran learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja), learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk hidup bersama), cara belajar siswa aktif menjadi belajar reflektif, pendidikan berbasis pada kehidupan masyarakat, keragaman dalam keseragaman, anak didik sebagai subjek, linking (link and math atau life skill) dan delinking (pemusatan lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Tujuan utamanya adalah mengupayakan fondasi 2005). Visi dan misi pendidikan nasional yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional dan mengembangkan Pendidikan Anak Seutuhnya (Agus Triarso,

9 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Dirjen Dikdasmen, 2003:3). Bertitik tolak dari konsepsi visi dan misi tersebut di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peran serta dari berbagai komponen yang terkait dalam sistem pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan paradigma tersebut di atas, perlu berbagai upaya yang harus dilakukan oleh lembaga atau instansi yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dalam peningkatan kualitas atau yang melaksanakan tugas di lapangan sangat terkait dengan masalah-masalah dan bertanggungjawab atas masalah tersebut. Bagi seorang guru selain sebagai perencana pembelajaran, juga harus melaksanakan pembelajaran, serta melakukan evaluasi untuk mengetahui berhasil tidaknya pendidikan bagi generasi bangsa. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh seluruh penyelenggara dan penanggungjawab pendidikan, baik pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat, namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Upaya tersebut di antaranya dengan memberlakukan UndangUndang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Rencana Strategis Pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi tiga tingkatan atau tahapan, yaitu, (1) penanaman konsep, (2) pemahaman konsep, dan (3) pembinaan keterampilan. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak. Matematika dibentuk melalui proses penalaran deduktif. Pembelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

10 atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Keberhasilan seorang siswa ditandai dengan perubahan tingkah laku, kemajuan prestasi, dan bertambah keterampilannya. Prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kelengkapan fasilitas belajar serta pemanfaatannya bagi kepentingan belajar siswa. Selain itu keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (dalam diri siswa) terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan jasmani) dan faktor rohani (psikologis) sedangkan faktor eksternal (dari luar siswa) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Sedangkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh guru juga dipengaruhi oleh cara belajar. Untuk mendukung cara belajar yang efektif dan efisien maka perlu didukung oleh metode dan media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru selalu dihadapkan pada suatu kenyataan tentang keanekaragaman kemampuan siswa. Keanekaragaman kemampuan ini akan membuat tingkat penguasaan belajar yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain, sehingga ada siswa yang mencapai prestasi belajar yang amat baik, dalam arti menguasai seluruh bahan pelajaran. Tetapi ada pula siswa yang tidak mampu mencapai prestasi belajar secara tuntas. Begitu pula ada siswa yang memang tergolong memiliki kemampuan akademik yang kurang. Jika siswa yang tidak mampu menguasai bahan pembelajaran secara tuntas ini dibiarkan terus menerus, akan berdampak negatif terhadap penguasaan bahan pelajaran pada pembelajaran berikutnya, sehingga bahan belajar yang belum mampu dikuasai menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk mengejarnya. Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada mata pelajaran

matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus pada semester 2 dengan kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil yang maksimal. Hasil prestasi siswa masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Hal itu terjadi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain, (1) metode yang digunakan dalam materi pembelajaran tersebut belum sesuai, (2) motivasi guru

11 terhadap siswa belum maksimal, (3) masih terbatasnya buku-buku matematika, (4) pemanfaatan media atau alat peraga yang seadanya, sehingga membuat rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, (5) perhatian orangtua terhadap belajar anak di rumah masih kurang, (6) dan ditambah lagi masih adanya suatu paradigma tentang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Dalam pembelajaran matematika di kelas IV ini, siswa telah mampu menentukan FPB dan KPK dari suatu bilangan, namun kemampuan tersebut belum didukung dengan keterampilan atau kecepatan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan FPB dan KPK. Sebagai ilustrasi bahwa keterampilan siswa dalam pembelajaran matematika dianggap kurang, bila siswa tersebut belum mampu menyelesaikan satu soal dalam waktu maksimal 3 menit. Asumsi ini didasarkan pada suatu kenyataan di lapangan bahwa setiap kegiatan UTS, UUS, UKK, ataupun ujian mata pelajaran matematika, siswa dituntut mampu menyelesaikan 40 soal dalam waktu 120 menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang terampil, mampu menentukan FPB atau KPK kurang dari 3 menit per soal.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran matematika, siswa telah mampu menentukan FPB dan KPK. Namun kemampuan tersebut belum ditunjang dengan keterampilannya. Kemampuan siswa dalam menentukan FPB dan KPK tersebut masih lambat dan memerlukan waktu lebih dari 3 menit per soal. Dalam hal ini penulis berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran, antara lain, (1) siswa kurang terampil dalam menentukan faktor prima, (2) siswa kurang terampil dalam menentukan faktorisasi prima, (3) siswa kurang terampil dalam menentukan FPB, (4) siswa kurang terampil dalam menentukan kelipatan bilangan, (5) siswa kurang terampil menentukan KPK dari suatu bilangan.

C. Analisis Masalah Melalui diskusi bersama teman sejawat dan pembimbing tentang permasalahan yang telah teridentifikasi seperti tersebut di atas, penulis berkesimpulan bahwa permasalahan tersebut disebabkan oleh

kekurangmampuan siswa dalam menentukan FPB dan KPK. Kemampuan dan

12 keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK tersebut dapat ditingkatkan melalui penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing. Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13), dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa tersebut dapat dikurangi dengan memberi perangsang dan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bentuk permainan dengan menerapkan model Cooperative Learning Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan KPK melalui penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing? 2. Seberapa besar pengaruh dari penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing pada pembelajaran matematika terhadap peningkatan keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan KPK?

13 E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan penerapan model Cooperative Learning Snowball

Throwing dalam pembelajaran matematika untuk menentukan FPB dan KPK. 2. Meningkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK, 3. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Siswa a. Meningkatkan minat belajar, khususnya mata pelajaran Matematika. b. Meningkatkan kemampuan memahami konsep matematika. c. Mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. d. Meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa. 2. Guru a. Untuk mengetahui kelemahan / kelebihan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan mengelola kelas, b. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran. c. Membantu guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran.

3. Sekolah a. Memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik dan memuaskan, b. Mendapatkan alternatif model pembelajaran di sekolah melalui PTK, c. Meningkatkan prestasi sekolah, d. Menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika 1. Hakikat Belajar Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai pengertian tentang belajar yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda. Untuk memahami, mengalami, dan mempunyai gambaran yang jelas. Ini diberikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli sebagai berikut : a. Winkel (1984:162) mengutarakan pengertian belajar suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan, kecakapan / skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. b. Slameto (1991:22) Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. c. Gagne (dalam Dadang Garnida, 2001:56) mengartikan belajar terjadi jika rangsangan bersama dengan isi rangsang mempengaruhi siswa, sehingga perilaku siswa berubah sebelum dipengaruhi dan setelah dipengaruhi. d. Nana Sujana (dalam T Nur Djannah, 2002:8) mengartikan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan dengan diri seseorang. e. Sardiman AM (2002 : 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. f. Herman Hudaya (2003 : 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga

menyebabkan perubahan tingkah laku. g. Bruner (dalam Noehi Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan gejala yang ada dilingkungan kita. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap. 14

15 2. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Menurut Tirtonegoro (1989:43), Prestasi belajar matematika adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajarmengajar dari ilmu yang menyangkut seluk beluk bilangan beserta hubungannya dan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1980:115), menyatakan yang dimaksud dengan Prestasi belajar matematika adalah achievement, isi / kapasitas seorang yakni hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti kegiatan dan latihan yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan yang ditentukan melalui pemberian tes akhir pada pendidikan itu. Dari rumusanrumusan di atas dapat penulis simpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil penilaian belajar atau hasil belajar yang dilakukan oleh seseorang yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan diukur dengan tes dan hasilnya berupa angka-angka atau huruf huruf yang mempunyai arti penting dalam pendidikan. Angkaangka atau hurufhuruf tersebut bisa memberikan gambaran tentang keadaan atau pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Pengertian Matematika Para pakar pendidikan dalam mendefinisikan pengertian matematika belum ada kesepahaman. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang tentang hakikat pembelajaran matematika itu sendiri. Pengertian atau makna dari istilah matematika sangat beragam, antara lain : (a) Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya; (b) Matematika adalah ilmu membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya; (c) Matematika adalah ilmu membahas masalah ruang dan bentuk; (d) Matematika adalah ilmu membahas logika dan membahas numerik; (e) Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur; (f) Matematika adalah sarana berfikir Ismail ( 2003: 13). Sementara itu, James dan James dalam bukunya Karso (1994 : 2) mengatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

16 susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak. Menurut Soedjadi (1999 : 11) bahwa matematika memiliki beragam definisi, antara lain : a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistimatik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kualitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logika. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Menurut Sunardi (1997:1), Matematika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bilangan beserta hubungannya. Sedangkan Hudoyo (1988: 1), mengatakan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu lain. Karena kegiatan belajar dan mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itu pun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kaitan belajar mengajar harus tetap memperhatikan adanya perbedaan individu dan karakteristik siswa.

4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika Matematika di Sekolah Dasar kedudukannya memiliki fungsi yang sangat penting karena menyajikan materi dan pola pikir yang penerapannya sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan Iptek. Selain itu, materi matematika di SD bersifat elementer yang esensial sebagai prasyarat konsep-konsep matematika lanjut. Menurut Ismail (2003:115) fungsi matematika di Sekolah Dasar adalah, (1) meningkatkan ketajaman siswa yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaiakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari; (2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol. Senada dengan hal itu (Suyitno, 2000:10) berpendapat bahwa Matematika sekolah mempuyai fungsi sebagai instrumental input, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsisten,

17 dalam sistem pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1994: 96). Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbolsimbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidupan sehari-hari (Depdikbud,1996:95) Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi matematika sekolah dasar adalah sebagai instrumen input yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandasakan kebenaran konsisten untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran matematika di sekolah dasar diberikan dengan maksud menata dan meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas cara menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan matematika. Tujuan pembelajaran matematika pada dasarnya mencakup dua hal yaitu pembelajaran umum dan pembelajaran khusus. Menurut Karso (2004 : 14 ) pembelajaran mata pelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tujuan umum maupun khusus. Tujuan umum mempelajari matematika di SD adalah : a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif.

18 b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. c. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; d. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; e. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan; f. Membentuk sikap logis, kritis, cermat dan kreatif dan disiplin. Menurut Wahyudin (2003 : 3) tujuan pengajaran matematika secara keseluruhan agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menambah perbendaharaan pengetahuan khususnya di bidang matematika. Tujuan khusus pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah : a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan Matematika. c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika untuk mempersiapkan bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP ). d. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif disiplin (Soedjadi, 2000 : 15). Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika umum di atas menunjukkan bahwa belajar matematika di tingkat Sekolah Dasar sangat penting karena mampu membentuk sikap, pola pikir yang kritis, logis, cermat dan kreatif sehingga dapat menjadi dasar dalam menjalani kehidupan seharihari di masyarakat. Selain itu, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar an pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika.

6. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri tersendiri dibandingkan dengan matematika di tingkat Menengah. Pada

tingkat Sekolah Dasar matematika berorientasi pada belajar konsep dari

19 abstrak ke konkrit. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri dan menjadi perhatian dari para ahli matematika. Menurut Karso (2004: 15), pembelajaran matematika memiliki ciri tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yakni: memiliki objek kejadian yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten. Berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar 1994, matematika sekolah adalah Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (Depdikbud, 1994: 1). Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna: (a) menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan; (b) membentuk pribadi siswa; pengetahuan dan teknologi. 7. Ruang Lingkup Materi Matematika di Sekolah Dasar Matematika sekolah memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat dan jenjangnya masing-masing. Ruang lingkup bahan kajian materi pembelajaran matematika yang memiliki objek dasar berupa fakta dan konsep. Bahan kajian yang ditetapkan dapat menjadi dasar yang kuat agar peserta didik mampu mengikuti pendidikan sesuai dengan tingkat jenjangnya masing-masing. Ruang lingkup pembelajaran matematika telah dirumuskan dalam GBPP yang disesuaikan dengan kurikulum. Menurut Karso (2004: 16) Ruang lingkup materi / bahan kajian matematika di SD mencakup : aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data (pengantar statistika). Penekanan diberikan pada penguasaan bilangan termasuk berhitung. Soedjadi (2000: 17) berpendapat bahwa ruang lingkup (c) berpadu pada perkembangan ilmu

pembelajaran di SD terdiri dari bahan kajian aritmatika, aljabar, geometri, peluang, trigonometri, logika, dan pengkajian pengayaan. Dengan demikian ruang lingkup matematika pendidikan dasar mencakup aritmatik (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data.

20 B. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu

berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Rahim, 2001 : 88). Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan

pembelajaran melalui proses (Sumiati, 2008 : 91). Metode pembelajaran di samping disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Metode pembelajaran sangat beraneka ragam, dengan

pertimbangan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajar materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode pembelajaran lain yang lebih sesuai, guru dapat memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan. Pertimbangan pokok dalam

menentukan metode pembelajaran terletak pada ke efektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasinya kepada siswa belajar. Jadi, metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar (Hakiim, 2008 : 155). Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di mana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di laboratorium atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Metode

21 pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah (Sumiati, 2008 : 96).

2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghidari upaya penuangan ide kepada siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi (Sumiati, 2008 : 96) Berbagai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika antara lain : metode penugasan, diskusi, tanya jawab, latihan, ceramah, simulasi, proyek, studi lapangan/widyawisata, demonstrasi dan ekperimen (Noehi, 2004 : 5.15). Dari beberapa metode yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaran Matematika di SD kelas IV materi/kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK, maka peneliti memilih dan menggunakan metode ceramah, tugas, diskusi, dan latihan melalui penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing.

3. Model Cooperative Learning Snowball Throwing Cooperative Learning Snowball Throwing merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman tentang suatu materi pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan melalui metode tugas, diskusi, dan kerjasama dengan saling melempar bola dari kertas yang berisi soal kepada teman lain kelompok. Kemudian siswa yang terlempar dan mendapat bola soal berkewajiban menjawabnya. Cooperative berarti bekerja bersama-sama, Learning berarti pengetahuan atau pembelajaran, Snowball berarti bola salju, dan Throwing berarti melempar. Jadi Cooperative Learning Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran secara kerjasama kelompok dengan cara saling melempar bola salju (bola kertas yang bertuliskan soal). Model pembelajaran ini mengimplementasikan pendapat Zoltan P. Dienes, seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada caracara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget,

22 dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturanaturan tadi. Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13), dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa tersebut dapat dikurangi dengan memberi perangsang dan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bentuk permainan dengan menerapkan model Cooperative Learning Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika. Cooperative Learning Snowball Throwing dilakukan melalui langkah-langkah : a. Siswa ditugaskan membentuk kelompok, menjadi empat kelompok. Masing-masing ketua kelompok dipanggil untuk menerima penjelasan materi tentang FPB dan KPK, b. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi kepada teman-temannya. c. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja kosong, setiap kelompok menuliskan satu soal/pertanyaan berhubungan dengan FPB dan KPK, d. Kertas yang berisi soal/pertanyaan tersebut diremas-remas dibuat seperti bola salju dan dilempar dari kelompok satu ke siswa kelompok lain. e. Setelah semua siswa dapat satu bola salju atau satu bolan soal/pertanyaan, maka diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. f. Pembenaran dan pelurusan jawaban soal/pertanyaan. yang

23 Keuntungan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing adalah : 1. Siswa bebas mengemukakan pendapat. 2. Efektif untuk mengajukan permasalahan. 3. Mempertinggi peran serta siswa secara perorangan. 4. Mendorong rasa persatuan dan sosial. 5. Mengembangkan kepemimpinan dan menghayati kepemimpinan. Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengertian / pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Sardiman A.M. (2002: 20), belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbantuknya kepribadian seutuhnya. Sedangkan Herman Hudaya (2003: 3) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan yang mampu mengubah pandangan dan perilakunya di kemudian hari.

C. Kerangka Pikir a. b. Masalah o Daya serap siswa dalam pembelajaran matematika rendah o Hasil belajar matematika rendah o Penggunaan metode kurang sesuai dengan materi o Penggunaan alat peraga kurang efektif, efisien, menyenangkan. o Menggunakan buku buku sumber yang relefan o Memberikan tugas individu dan kelompok. o Penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing o Daya serap siswa dalam pembelajaran matematika meningkat mencapai batas minimal 85 %

Tindakan

Hasil

24 D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas Melalui penerapan model

Cooperative Learning Snowball Throwing, keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dalam menentukan FPB dan KPK dapat meningkat".

25 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan

pembelajaran ini bertempat di SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, pada mata pelajaran matematika kelas IV Tahun Pelajaran 2010/2011. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

No.

Hari Tanggal Senin 21 Februari 2011 Senin 7 Maret 2011 Senin 21 Maret 2011

Kelas

Kompetensi Dasar Menentukan FPB dan KPK

Siklus

Pukul

1.

IV

07.00-08.10

2.

IV

Menentukan FPB dan KPK

II

07.00-08.10

3.

IV

Menentukan FPB dan KPK

III

07.00-08.10

B. Prosedur Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian pembelajaran matematika di kelas IV Semester 2 tahun pelajaran 2010/2011, dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengumpulan data, (4) refleksi. Dengan skema sebagai berikut:

25

26 Skema Siklus

TINDAKAN

TINDAKAN

TINDAKAN

Siklus I
RENCANA

ANALISIS DATA

Siklus II
RENCANA

ANALISIS DATA

Siklus III
RENCANA

ANALISIS DATA

REFLEKSI

REFLEKSI

REFLEKSI

C. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Siklus I Kegiatan perencanaan pembelajaran siklus I diawali dengan menyusun Rencana Pembelajaran dan berkonsultasi dengan pembimbing. Konsultasi dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 dengan maksud menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan pada siklus I. Berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing dan diskusi dengan teman sejawat, maka ditentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan yakni menentukan FPB dan KPK.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus I Kegiatan pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Februari 2011 dengan diamati oleh teman sejawat sebagai kolabolator yaitu saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd. SD Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus I, instrumen yang digunakan adalah Rencana Pembelajaran (RP), alat peraga, lembar pengamatan, lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus I yang dilaksanakan oleh guru mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran Pra-KBM guru menyiapkan buku sumber, dan alat peraga. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit dengan berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai, mengecek kehadiran siswa, dan apersepsi. Apersepsi berisi

27 tentang pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menjajagi seberapa jauh pengetahuan siswa tentang FPB dan KPK. Pada saat guru memberikan apersepsi dengan melontarkan beberapa pertanyaan tentang FPB dan KPK, beberapa siswa menjawab namun jawabannya kurang tepat. Guru berusaha memberikan motivasi kepada siswa dengan menciptakan situasi kelas untuk mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang akan diajarkan. Kegiatan inti yang dilaksanakan guru selama 35 menit. Adapun langkahlangkah pembelajaran kegiatan inti sebagai berikut, (1) guru menjelaskan materi pembelajaran tentang menentukan FPB dan KPK dengan diawali faktor bilangan dan kelipatan, (2) menyampaikan materi pembelajaran, dan guru meminta siswa secara berurutan untuk menentukan faktorisasi prima di papan tulis, siswa belum mampu menunjukkan jawaban benar dan siswa masih mengalami kesulitan, (3) guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan factor, kelipatan, FPB, dan KPK, (4) siswa dibagi menjadi empat kelompok masing-masing anggotanya terdiri dari 4-6 siswa, (5) guru membagi lembar kerja dan menjelaskan cara penyelesaiannya, (6) siswa berdiskusi menjelaskan lembar kerja, (7) guru memfasilitasi siswa untuk berdiskusi, (8) siswa melaporkan hasil diskusi dengan mempresentasikannya di depan kelas, (9) siswa menanggapi hasil kerja diskusi kelompok lainnya, (10) siswa menyimpulkan hasil kerja dengan bimbingan guru. Kegiatan akhir dilaksanakan guru selama 20 menit. Pada kegiatan akhir ini mencakup, (1) guru membagi soal tes formatif siklus I, (2) siswa mengerjakan soal tes formatif siklus I, (3) guru menilai dan menganalisis hasil tes siklus I. Tindak lanjut dilaksanakan guru selama 5 menit, meliputi kegiatan, (1) remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari 70, (2) pengayaan bagi siswa yang nilainya di atas 70, (3) pemberian tugas untuk mengerjakan soal tentang FPB dan KPK.

c. Tahap pengumpulan data siklus I Tahap pengumpulan data siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Februari 2011. Peneliti dibantu teman sejawat dalam mengumpulkan data pelaksanaan pembelajaran matematika, melalui lembar pengamatan, peneliti bersama-sama teman sejawat berdiskusi tentang kekurangan guru dan siswa dalam pembelajaran.

28 Pada pembelajaran siklus I ditemui beberapa kelemahan / kekurangan baik guru maupun siswa. Kelemahan yang dialami guru yakni, (1) guru kurang memperhatikan siswa sehingga siswa banyak yang ramai sendiri dan kurang memperhatikan, (2) guru kurang memberi motivasi sehingga pada saat penyampaian materi pembelajaran siswa pasif bahkan banyak yang ramai

sendiri, (3) guru dalam menyampaikan konsep materi pelajaran terlalu cepat, (4) guru dalam menyampaikan pembelajaran matematika masih kurang efektif karena terlalu banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa banyak yang pasif, (5) pada saat siswa diskusi guru kurang memberi pengarahan dan bimbingan sehingga suasana diskusi berjalan kurang kreatif. Pada siklus I kekurangan yang dialami siswa yakni, (1) siswa banyak yang belum memperhatikan guru sehingga masih mengalami kesulitan, (2) pada saat diskusi kelompok siswa banyak yang pasif, (3) keberanian siswa dalam bertanya, mengajukan pendapat saat diskusi kelompok masih kurang, (4) siswa dalam berdiskusi masih bingung sehingga diskusi terlihat kurang kreatif, (5) siswa pada saat diberikan tugas mengerjakan soal-soal tentang menentukan FPB dan KPK masih belum antusias hal ini terbukti data yang disebutkan baru sedikit. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I belum dapat menampakkan hasil yang maksimal karena masih banyak kelemahan/kekurangan baik guru maupun siswa maka perlu diperbaiki pada siklus II sehingga pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil tes formatif, analisis hasil tes formatif, analisis perbutir soal ditemukan bahwa pada siklus I siswa nilainya kurang. Hal ini disebabkan penjelasan guru dalam materi kurang dipahami siswa. Guru dalam menjelaskan masih dangkal dan belum dimengerti siswa. Guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa. Demikian pula guru belum banyak memberikan latihan soal, dan kurang dalam memberikan tugas kepada siswa sehingga siswa belum mampu menguasai konsep tentang FPB dan KPK. Dari hasil nilai proses pembelajaran siklus I, belum dikatakan berhasil karena siswa masih banyak yang pasif dan nilai rata-rata masih di bawah KKM, sehingga perlu perbaikan pada pembelajaran siklus II.

29 d. Tahap Refleksi Siklus I Pada tahap refleksi ini, pengumpulan data dimulai sejak proses pembelajaran siklus I, dibantu oleh teman sejawat. Dari permasalahan yang dicatat, kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Adapun instrumen yang dievaluasi berupa hasil tes formatif, analisis hasil formatif, analisis perbutir soal, lembar pengamatan. Hasilnya berupa masalah yang harus diperbaiki dalam

pembelajaran baik guru maupun siswa sehingga pada siklus II pembelajaran dapat meningkat. Permasalahan yang harus diperbaiki guru dalam pembelajaran yakni, (1) perhatian guru terhadap siswa hendaknya menyeluruh tidak membeda-bedakan dengan pilih kasih sehingga suasana pembelajaran dapat berjalan dengan baik, (2) guru hendaknya memberi motivasi kepada anak sehingga siswa aktif dalam mengikuti KBM dengan mengefektifkan pembelajaran melalui metode dan model pembelajaran yang menarik siswa, (3) guru dalam menyampaikan konsep materi pelajaran hendaknya jangan terlalu cepat sehingga siswa dapat mengikuti KBM dengan baik, (4) guru pada waktu mengajar seyogyanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti serta diselingi dengan humor agar siswa senang, (5) guru sebagai fasilitator yang dapat mengarahkan peserta diskusi dengan baik sehingga suasana diskusi menjadi lebih kreatif dan bermakna. Pada siklus I kekurangan yang dialami siswa perlu diperbaiki dengan cara, (1) siswa diharapkan memperhatikan guru pada saat menerima materi pelajaran sehingga dapat menentukan FPB dan KPK, (2) siswa hendaknya mengikuti diskusi kelompok dengan penuh semangat dan antusias sehingga suasana dapat menjadi hidup, (3) siswa hendaknya memiliki keberanian bertanya, mengajukan opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok berlangsung untuk melatih keterampilan berbicara di depan umum, (4) siswa hendaknya berdiskusi dengan penuh kreativitas. Catatan pelaksanaan yang dibuat penulis dan lembar observasi dikonsultasikan dengan pembimbing pada tanggal 4 Maret 2011 untuk merefleksi atau mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Dari konsultasi dengan

pembimbing diketahui bahwa tingkat ketuntasannya masih rendah. Hasil konsultasi ini penulis gunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana perbaikan pembelajaran. Hasil revisi pembelajaran berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran 1 yang akan ditampilkan pada pembelajaran siklus II.

30 2. Siklus II Pembelajaran siklus II kegiatan yang akan dilaksanakan langkah-langkahnya sama seperti pada siklus I, melalui empat tahap yaitu, (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data dan tahap refleksi. Adapun kegiatan pada siklus II diuraikan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi Siklus I diketahui bahwa masalah yang dihadapi siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam pembelajaran matematika adalah kurang menguasai konsep FPB dan KPK. Tahap perencanaan siklus II dilaksanakan bersamaan dengan tahap refleksi pembelajaran siklus I, yaitu pada tanggal 4 Maret 2011. Dari hasil konsultasi dengan pembimbing, peneliti akan memperbaiki proses pembelajaran pada pembelajaran siklus II dengan kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II Setelah mengkonsultasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito Gebog Kudus dan mendapatkan persetujuan maka segera dilaksanakan pembelajaran siklus II. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret 2011 dengan diamati oleh teman pengamat sebagai kolaborator yakni Saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd.SD. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II, instrumen yang digunakan adalah Rencana Perbaikan Pembelajaran 1, alat peraga, lembar pengamatan, lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif. Pembelajaran pada siklus II langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran Pra-KBM guru menyiapkan buku sumber, dan alat peraga. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit dengan mengabsen siswa dan apersepsi. Apersepsi dilakukan untuk mengingatkan kembali materi pembelajaran yang diberikan pada siklus I tentang menentukan FPB dan KPK melalui tanya jawab dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Pada saat guru memberikan apersepsi dengan melontarkan beberapa pertanyaan tentang FPB dan KPK, sebagian siswa sudah aktif menjawab

pertanyaan guru. Hal ini terlihat 4 siswa mengacungkan tangan dan siap untuk

31 menjawab pertanyaan guru. Dari 4 siswa yang mengacungkan tangan 2 siswa yang ditanya, 1 siswa dapat menjawab dengan benar dan 1 siswa menjawab kurang tepat. Guru terus berusaha memberikan motivasi kepada siswa dengan menciptakan situasi kelas untuk mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang akan diajarkan. Kegiatan inti pembelajaran siklus II yang dilaksanakan guru selama 35 menit. Langkah-langkah pembelajaran kegiatan inti meliputi, (1) guru mengajak siswa untuk mengamati charta tentang cara menentukan FPB dan KPK, (2) setelah itu, guru meminta 4 siswa secara berurutan untuk menentukan FPB dan KPK dengan cara seperti pada charta. Dari 4 siswa yang maju ke depan kelas, 2 siswa mampu menjawab dengan benar, 2 siswa masih kurang tepat dalam menjawabnya, (3) guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan cara menentukan FPB dan KPK, (4) siswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok anggotanya terdiri dari 4-6 siswa, (5) guru memanggil ketua kelompok dan memberikan tugas untuk seluruh anggota kelompok, (6) siswa berdiskusi dan membuat soal tentang FPB dan KPK pada selembar kertas kosong, (7) guru memfasilitasi siswa untuk berdiskusi, (8) siswa meremas-remas lembar soal tersebut dan melemparkannya kepada teman lain kelompok, (9) setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa secara bergantian maju ke depan kelas dan menjawab soal pada bola kertas yang diterimanya, (10) siswa menyimpulkan hasil kerja dengan bimbingan guru. Kegiatan akhir dilaksanakan guru selama 20 menit. Pada kegiatan akhir ini mencakup, (1) guru membagi soal tes formatif siklus II, (2) siswa

mengerjakan soal tes formatif siklus II, (3) guru menilai dan menganalisis hasil tes siklus II. Tindak lanjut dilaksanakan guru selama 5 menit, meliputi kegiatan, (1) remedial bagi siswa yang nilainya kurang 70. (2) pengayaan bagi siswa yang nilainya di atas 70, (3) pemberian tugas PR tentang FPB dan KPK.

c. Tahap pengumpulan data siklus II Pengumpulan data siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret 2011. Peneliti dibantu teman sejawat mengumpulkan data pelaksanaan pembelajaran matematika, melalui lembar pengamatan, peneliti bersama-sama teman sejawat berdiskusi tentang kekurangan guru dan siswa dalam pembelajaran siklus II.

32 Pada pembelajaran siklus II, sudah baik namun masih ada sebagian siswa yang belum tuntas belajarnya karena guru masih belum mengoptimalkan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing, kelemahan guru dan siswa sangat berkurang dibandingkan pada saat pembelajaran siklus I. Namun demikian pada pembelajaran siklus II ini masih ada kelemahan sedikit yang dialami oleh guru yakni, (1) guru dalam menyampaikan materi FPB dan KPK kurang banyak memberikan latihan kepada siswa sebagai pendalaman materi, (3) pada saat siswa berdiskusi guru belum memfasilitasi dan mengarahkan peserta diskusi dengan baik namun pada saat persentasi dilaksanakan pertanyaan dan jawaban siswa yang melenceng dari konteks yang dipelajari guru tidak langsung mengarahkannya hanya pada saat diskusi usai baru diberikan evaluasi dan pengarahan. Pada siklus II kekurangan yang dialami siswa yakni, (1) pemahaman siswa tentang menentukan FPB dan KPK, (2) pada saat diskusi kelompok

siswa sudah baik kreativitas, antusiasme mengikuti diskusi meningkat namun masih ada 2 siswa yang ramai sendiri, (3) keberanian siswa dalam bertanya sangat tinggi. Hal ini terlihat 6 siswa mengajukan opini dan argumentasi pendapat saat diskusi kelompok berlangsung walaupun masih ada 3 siswa yang terdiam dan tidak menjawab, (4) pada pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah dapat mengalami kenaikan walaupun belum maksimal kelemahan guru maupun siswa sangat berkurang dibandingkan pada saat siklus I. Berdasarkan hasil tes formatif, analisis hasil tes formatif, analisis perbutir soal ditemukan bahwa pada siklus II siswa nilainya sudah baik namun masih ada beberapa siswa yang nilainya masih kurang. Hal ini disebabkan penjelasan guru dalam materi pembelajaran tentang pembagian bilangan pecahan belum memaksimalkan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing. Dari hasil nilai proses pembelajaran siklus II, dapat dikatakan belum berhasil karena siswa belum tuntas secara keseluruhan karena masih ada siswa yang nilainya kurang dari KKM yang dipatok yakni 70 sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus III.

d. Tahap Refleksi Siklus II Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung peneliti merefleksi dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dari hasil konsultasi dengan

Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito pada tanggal 18 Maret 2011 dinyatakan

33 pembelajaran pada siklus II belum berhasil baik karena masih ada kelemahan maka perlu diperbaiki pada siklus III dengan mengefektifkan dalam menerapkan model Cooperative Learning Snowball Throwing.

3. Siklus III Kegiatan pada siklus III, merupakan kelanjutan dari siklus II. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui empat tahap yaitu : (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data, dan (4) tahap refleksi. Adapun kegiatan pada siklus III diuraikan sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan Siklus III Berdasarkan hasil analisis tes formatif selama pembelajaran siklus II, tingkat ketuntasan siswa telah meningkat, namun masih perlu adanya perbaikan pembelajaran siklus III ketuntasan belajar siswa masih di bawah ketentuan yang telah disepakati antara peneliti, pembimbing, dan Kepala SD 2 Besito. Peneliti berkonsultasi lagi pada 18 Maret 2011. Walaupun ketuntatasan sudah baik, namun perlu ditingkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus III Hasil konsultasi dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito pada tanggal 18 Maret 20110 menyarankan agar melaksanakan perbaikan

pembelajaran Siklus III. Peneliti kemudian menindaklanjuti dengan menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran 2. Setelah RPP 2 tersusun peneliti melaksanakan pembelajaran pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 dengan diamati oleh teman pengamat Saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd. SD Peneliti dibantu teman sejawat sebagai kolaborator dalam melaksanakan pembelajaran dengan materi menentukan FPB dan KPK. Adapun instrumen yang digunakan adalah Rencana Perbaikan Pembelajaran, alat peraga, lembar pengamatan, lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus III yang dilaksanakan oleh guru mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sebagaimana pada siklus I dan II. Setelah pembelajaran inti selesai kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan evaluasi, (1) guru membagi soal tes formatif

34 siklus III, (2) siswa mengerjakan soal tes formatif siklus III, (3) guru menilai dan menganalisis hasil tes siklus III. Setelah melaksanakan evaluasi guru mengadakan tindak lanjut dengan kegiatan berikut, (1) remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari 70, (2) pengayaan bagi siswa yang nilainya 70 ke atas, (3) pemberian tugas PR tentang FPB dan KPK Dari hasil penilaian proses pembelajaran siklus III, dikatakan berhasil karena siswa telah aktif mengemukakan pendapatnya sehingga dalam kategori baik dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hasil penilaian proses siklus III, dikatakan berhasil karena siswa sudah tuntas belajarnya, maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

c. Tahap Pengumpulan Data Siklus III Hasil pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dua teman sejawat sebagai pengamat. Peneliti mengumpulkan data sejak awal siklus III, yaitu berupa catatan-catatan kesulitan yang diterima peneliti selama mengajar dan kelemahan-kelemahan siswa dalam pembelajaran matematika. Dari catatan pengamatan yang ditulis di lembar observasi pada umumnya siswa masih kurang teliti dalam mengerjakan soal, sehingga pada pembelajaran berikutnya guru harus mengingatkan dan membimbing siswa agar dapat mengerjakan soal-soal matematika dengan teliti dan benar.

d. Tahap Refleksi Siklus III Setelah selesainya pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti merefleksi dan mengevaluasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran serta berkonsultasi dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito. Dari hasil konsultasi dengan pembimbing tanggal 25 Maret 2011 dinyatakan pembelajaran pada siklus III telah berhasil baik, karena kelemahan pembelajaran pada siklus I, dan II diperbaiki pada siklus III tentang materi pembelajaran menentukan FPB dan KPK. Dengan demikian, melalui penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011.

35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Dari hasil pengumpulan data dan analisis penilaian tes formatif dari pembelajaran siklus I s.d. III disajikan dalam bab IV. Adapun secara keseluruhan hasil penelitian dari masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut : 1. Siklus I Tabel : 4.1 Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Nama Siswa
ANTON KRISYANTO

Nilai 70 30 40 50 60 50 80 70 80 70 30 70 60 70 50 60 80 50 40 60 70 70 1310 59,5

Ketuntasan Tuntas Belum 10 45,5% 12 54,5%

Keterangan

FIKRIYATUS SHOLIKHAH
IRFAN VERI MANSYAH AMALIA AFIDAH NUR AYU INDRIYANI NOFI AYU NUR RYANA RIZKI ILHAMI ARYA ANDRIYANSAH AMELIA AGUSTINA ZULVA DEDI TRI ARIYANTO FAHMI ZAKARIA MUH. ADITIA NUR MUH. ATTA NOOR

MUH. IQBAL KUNCORO


NOVVAL ADIB LUTHFI NIKMATUL SAADAH PUTRO DWI YULIANTO RIVANNE ABELIANA W. TIRTA ADYAKSA

SYAH REZA ADIKUSUMA


M. NAJMIR RIFKI ROYYAN QADDAFI

Jumlah Rata-rata / Persentase

35

36 Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 80, nilai terendah 30, dan nilai rata-rata 59,5. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I
Banyaknya Jml 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ratarata Siswa Tuntas Tuntas Blm Tingkat Ketun tasan

Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai Jumlah Siswa

22

22

59,5

10

12

45,5%

60

120 200

240 490 240

1310 59,5

Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran Matematika siklus I dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah 2 siswa memperoleh nilai 30, 2 siswa mendapatkan nilai 40, 4 siswa mendapatkan nilai 50, 4 siswa mendapatkan nilai 60, 7 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa mendapatkan nilai 80. Rata-rata nilai siswa 59,5 dengan tingkat ketuntasan 45,5%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya baru 10 siswa dengan persentase 45,5%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 12 siswa dengan persentase 54,5%. Rekapitulasi hasil tes formatif siklus I secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.3 distribusi frekuensi di bawah ini. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I
No. 1. 2. 3. Nilai 30 40 50 Frekuensi 2 2 4 Persen 9.1 9.1 18.2 Valid Persen 9.1 9.1 18.2 Cumulative Persen 9.1 18.2 36.4

37
No. 4. 5. 6. Nilai 60 70 80 Total Frekuensi 4 7 3 22 Persen 18.2 31.8 13.6 100,0 Valid Persen 18.2 31.8 13.6 100,0 Cumulative Persen 54.6 86.4 100,0

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes formatif siklus I dari masing-masing nilai. Nilai 30 frekuensinya 2 dengan

persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 9.1%. Nilai 40 frekuensinya 2 dengan persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 18.2%. Nilai 50 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 36.4%. Nilai 60 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2%, valid persen 18.2% cumulative persen 54.6%. Nilai 70 frekuensinya 7 dengan persentase 31.8% tingkat kevalidan 31.8% dan tingkat cumulative persen 86.4%. Nilai 80 frekuensinya 3 dengan persentase 13.6% tingkat kevalidan 13.6% dan tingkat cumulative persen 100%. Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus I siswa nilainya masih banyak di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II agar hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika meningkat. Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif matematika siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Grafik 4.1 Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I

38 Berdasarkan grafik siklus I di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan model Cooperative Learning Snowball Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih sangat rendah dalam menguasai materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK. Sedangkan distribusi frekuensi penilaian hasil prestasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Interval 100-90 89-70 69-55 54-40 39-25 24-0 Jumlah F 0 10 4 6 2 0 24 % 0 33.3 18.2 27.4 9.1 0 100 Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali Buruk

Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali tidak ada atau 0%, kualitas nilai baik sebanyak 10 orang atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, kurang 6 siswa atau 27.3% dan kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori kurang. Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta

39 ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa dikatagorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah sebagai berikut : r% = =
n X 100 % N 10 X 100 % 22

= 45.5% Keterangan : n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70. N = Jumlah siswa. Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus masih belum tuntas karena ketuntasan baru mencapai 45.5% siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan yaitu 85%.

Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus diperoleh mean sebagai berikut :
X

= =

fx N 1310 22

= 59,5

Keterangan :
X

= jumlah skor seluruh siswa = jumlah siswa .

Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus I adalah 59,5. Ini berarti belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni 70. Oleh karena itu diadakan pembelajaran dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing untuk memenuhi standar ketuntasan siswa yakni minimal 70. Melalui

40 penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat meningkat. Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan mengadakan pembelajaran pada siklus II dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus.

2. Siklus II Pembelajaran siklus II dilaksanakan karena pada siklus I siswa belum mencapai ketuntasan yang diharapkan. Berdasarkan pencapaian hasil

pembelajaran pada siklus II dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes formatif pembelajaran matematika pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel : 4.5 Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Nama Siswa
ANTON KRISYANTO

Nilai 70 60 70 70 60 50 80 70 90 70 40 70 60 70 90 70 80 80 70 60 70 70 1520 69.1

FIKRIYATUS SHOLIKHAH
IRFAN VERI MANSYAH AMALIA AFIDAH NUR AYU INDRIYANI NOFI AYU NUR RYANA RIZKI ILHAMI ARYA ANDRIYANSAH AMELIA AGUSTINA ZULVA DEDI TRI ARIYANTO FAHMI ZAKARIA MUH. ADITIA NUR MUH. ATTA NOOR

MUH. IQBAL KUNCORO


NOUVAL ADIB LUTHFI NIKMATUL SAADAH PUTRO DWI YULIANTO RIVANNE ABELIANA W. TIRTA ADYAKSA

SYAH REZA ADIKUSUMA


M. NAJMIR RIFKI ROYYAN QADDAFI

Jumlah Rata-rata / Persentase

Ketuntasan Tuntas Belum 16 6 72.7% 27.3%

Keterangan

41 Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, dan nilai rata-rata 69.1. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai Jumlah Siswa 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jml Rata-rata Tuntas Tuntas Blm Banyaknya Siswa Tingkat Ketun tasan

22

11

22

69.1

16

72.7%

40

50

240

770

240

180

1520

69.1

Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus I dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah 1 siswa memperoleh nilai 40, 1 siswa mendapatkan nilai 50, 4 siswa mendapatkan nilai 60, 11 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa mendapatkan nilai 80, dan 2 siswa mendapat nilai 90. Rata-rata nilai siswa 69.1 dengan tingkat ketuntasan 72.7%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 16 siswa dengan persentase 72.7%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 6 siswa dengan persentase 27.3%. Rekapitulasi hasil tes formatif siklus II secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.7 distribusi frekuensi di bawah ini. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
No. 1. 2. 3. Nilai 40 50 60 Frekuensi 1 1 4 Persen 4.5 4.5 18.2 Valid Persen 4.5 4.5 18.2 Cumulative Persen 4.5 9.0 27.2

42
No. 4. 5. 6. Nilai 70 80 90 Total Frekuensi 11 3 2 22 Persen 50.0 12.7 9.1 100,0 Valid Persen 50.0 12.7 9.1 100,0 Cumulative Persen 77.2 89.9 100.0

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes formatif siklus II dari masing-masing nilai. Nilai 40 frekuensinya 1 dengan persentase 4,5% tingkat kevalidan 4,5% dan tingkat cumulative persen 4,5%. Nilai 50 frekuensinya 1 dengan persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat cumulative persen 9.0%. Nilai 60 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 27.2%. Nilai 70 frekuensinya 11 dengan persentase 50,0%, valid persen 50,0% cumulative persen 77.2%. Nilai 80 frekuensinya 3 dengan persentase 12,7% tingkat kevalidan 12,7% dan tingkat cumulative persen 89.9%, dan nilai 90 frekuensi 2 dengan persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 100%. Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus II siswa nilainya belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara klasikal ketuntasan belum mencapai 85%, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus III agar hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika lebih meningkat. Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif matematika siklus II dapat dilihat pada grafik 4.2 di bawah ini. Grafik 4.2 Grafik Pencapaian Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II

43 Berdasarkan grafik siklus II di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh hasil nilai 40 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4,5%, nilai 50 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 60 dengan frekuensi 4 tingkat ketuntasan 18.2%, nilai 70 dengan frekuensi 11 tingkat ketuntasan 50,0%, nilai 80 frekuensi 3 tingkat ketuntasan 12,7%, dan nilai 90 frekuensi 2 tingkat ketuntasan 9.1%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang dalam menguasai materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK, maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, agar siswa dapat memahami materi pembelajaran. Sedangkan distribusi frekuensi penilaian hasil prestasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Interval 100-90 89-70 69-55 54-40 39-25 24-0 Jumlah F 2 14 4 2 0 0 22 % 9.1 62.6 18.2 9.1 0 0 100 % Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali Buruk

Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali 2 siswa atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang atau 62.6%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori baik. Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan

44 antara 0% 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa dikatagorikan baik. Penghitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah: r% = =
n X 100 % N 16 X 100 % 22

= 72.7%

Keterangan : n N = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70. = Jumlah siswa.

Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus masih belum tuntas karena ketuntasan baru mencapai 72.7% siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan 70. Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Kudus diperoleh mean sebagai berikut :
X =

fx N 1520 22

= Keterangan :
X

= 69.1

= jumlah skor seluruh siswa = jumlah siswa .

Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus II adalah 69.1. Ini berarti belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni : 70, dan secara klasikal ketuntasan baru mencapai 72.7% sedangkan harapannya 85%. Oleh karena itu

45 diadakan pembelajaran dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing untuk memenuhi standar ketuntasan siswa yakni minimal 85%. Melalui penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing, diharapkan hasil belajar matematika siswa lebih meningkat. Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan mengadakan pembelajaran siklus III dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing dengan harapan dapat lebih meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus.

3. Siklus III Pembelajaran siklus III dilaksanakan karena pada siklus II hasil belajar siswa belum mencapai KKM dan secara klasikal siswa belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu 85%. Berdasarkan pencapaian hasil pembelajaran pada siklus III dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes formatif pembelajaran matematika pada tabel 4.9 di bawah ini: Tabel 4.9 Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Nama Siswa
ANTON KRISYANTO

Nilai 80 70 80 80 60 50 100 70 100 80 70 90 70 90 100 80 80 90 80 70 90 100

FIKRIYATUS SHOLIKHAH
IRFAN VERI MANSYAH AMALIA AFIDAH NUR AYU INDRIYANI NOFI AYU NUR RYANA RIZKI ILHAMI ARYA ANDRIYANSAH AMELIA AGUSTINA ZULVA DEDI TRI ARIYANTO FAHMI ZAKARIA MUH. ADITIA NUR MUH. ATTA NOOR

MUH. IQBAL KUNCORO


NAUVAL ADIB LUTHFI NIKMATUL SAADAH PUTRO DWI YULIANTO RIVANNE ABELIANA W. TIRTA ADYAKSA

SYAH REZA ADIKUSUMA


M. NAJMIR RIFKI ROYYAN QADDAFI

Ketuntasan Tuntas Belum

Keterangan

46
Ketuntasan Tuntas Belum 20 2 90.9% 9.1%

No.

Nama Siswa Jumlah Rata-rata / Persentase

Nilai 1780 80.9

Keterangan

Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 50, dan nilai rata-rata 80.9. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK, telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai Jumlah Siswa 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jml Rata-rata Tuntas Tuntas Blm Banyaknya Siswa Tingkat Ketun tasan

22

22

80.9

20

90.9%

60

350

560

360

400

1780

80.9

Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus III dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah 1 siswa memperoleh nilai 50, 1 siswa mendapatkan nilai 60, 5 siswa mendapatkan nilai 70, 7 siswa mendapatkan nilai 80, 4 siswa mendapatkan nilai 90, dan 4 siswa mendapat nilai 100. Rata-rata nilai siswa 80.9 dengan tingkat ketuntasan 90.9%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 20 siswa dengan persentase 90.9%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 2 siswa dengan persentase 9.1%. Siswa yang belum tuntas adalah siswa yang memerlukan bimbingan dan perhatian khusus. Rekapitulasi hasil tes formatif siklus III secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.11 distribusi frekuensi di bawah ini.

47 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nilai 50 60 70 80 90 100 Total Frekuensi 1 1 5 7 4 4 22 Persen 4.5 4.5 22.8 31.8 18.2 18.2 100,0 Valid Persen 4.5 4.5 22.8 31.8 18.2 18.2 100,0 Cumulative Persen 4.5 9.0 31.8 63.6 81.8 100.0

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes formatif siklus III dari masing-masing nilai. Nilai 50 frekuensinya 1 dengan

persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat cumulative persen 4.5%. Nilai 60 frekuensinya 1 dengan persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat cumulative persen 9.0%. Nilai 70 frekuensinya 5 dengan persentase 22.8% tingkat kevalidan 22.8% dan tingkat cumulative persen 31.8%. Nilai 80 frekuensinya 7 dengan persentase 31.8%, valid persen 31.8% cumulative persen 63.6%. Nilai 90 frekuensinya 4 dengan persentase 19.2% tingkat kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 81.8%. Nilai 100 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 100%. Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus III siswa nilainya telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara klasikal ketuntasan telah mencapai 90.9% dan melebihi ketentuan yaitu 85%, oleh karena itu perbaikan pembelajaran siklus III tidak dilanjutkan lagi karena hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika telah berhasil, sedangkan 2 siswa yang belum tuntas perlu mendapat bimbingan dan perlakukan khusus. Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif matematika siklus III dapat dilihat pada grafik 4.3 di bawah ini.

48 Grafik 4.3 Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III

Berdasarkan grafik siklus III di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh hasil nilai 50 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 60 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 70 dengan frekuensi 5 tingkat ketuntasan 27.8%, nilai 80 dengan frekuensi 7 tingkat ketuntasan 31.8%, nilai 90 frekuensi 4 tingkat ketuntasan 18.2%, dan nilai 100 frekuensi 4 tingkat ketuntasan 18.2%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah berhasil dan tuntas dalam menguasai materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK, maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk menghentikan pembelajaran tersebut, karena siswa telah mampu memahami materi pembelajaran. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Interval 100-90 89-70 69-55 54-40 39-25 24-0 Jumlah F 8 12 1 1 0 0 22 % 36.4 54.6 4.5 4.5 0 0 100 Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali Buruk

49 Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali 8 siswa atau 36.4%, kualitas nilai baik sebanyak 12 siswa atau 54.6%, kualitas cukup 1 siswa atau 4.5%, dan kualitas nilai kurang 1 siswa atau 4.5%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori baik. Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa dikatagorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah sebagai berikut : r% = =
n X 100 % N 20 X 100 % 22

= 90.9%

Keterangan : n N = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70. = Jumlah siswa.

50 Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV telah mencapai 90.9% sehingga melebihi batas minimal ketuntasan yakni 85%. Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus diperoleh mean sebagai berikut :
X =

fx N 1780 22

= Keterangan :
X

= 80,9

= jumlah skor seluruh siswa = jumlah siswa .

Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus I adalah 80.9. Ini berarti melampaui batas ketuntasan yang diharapkan yakni 70. Melalui penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing hasil belajar matematika siswa lebih meningkat. Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan untuk

menghentikan pembelajaran pada siklus III dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya karena telah dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.

51 B. Pembahasan Menurut Slameto (1991 : 22) Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Siswa di Sekolah Dasar sebagai bagian dari masyarakat perlu dibekali berbagai ilmu pengetahuan untuk dapat memahami kondisi masyarakat dan turut memecahkan berbagai masalah. Melalui ide-ide yang disampaikan oleh guru matematika siswa memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas salah satunya menguasai kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK. Berdasarkan fungsi dan tujuan dari pembelajaran matematika tersebut di atas maka diadakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK. Dari temuan Penelitian Tindakan Kelas mulai dari siklus I sampai dengan III menunjukkan adanya peningkatan yang berarti di masing-masing siklus. Dari hasil temuan pada penelitian tindakan kelas ini pada siklus I terlihat aktivitas belajar siswa masih belum maksimal. Kelemahan dalam pembelajaran disebabkan oleh guru maupun siswa. Adapun yang disebabkan oleh guru : 1. Penjelasan guru masih dangkal dan belum dimengerti siswa. 2. Guru kurang memberikan contoh-contoh tentang menentukan FPB dan KPK. 3. Cooperative Learning Snowball Throwing sebelum diterapkan secara maksimal, sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam

pembelajaran matematika. Kelemahan dari siswa 1. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK masih kurang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. 2. Keantusiasan siswa dalam berdiskusi, kurang berani bertanya, mengajukan opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok. 3. Kreativitas siswa belum maksimal karena kesadaran siswa dalam memahami pembelajaran observasi masih kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Meskipun ditemukan ada beberapa hal yang kurang pada siklus I, namun ditemukan hal-hal yang positif dalam kaitannya dengan peningkatan aktivitas

52 belajar siswa dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing. Hal-hal positif yang dimaksud adalah : 1. Guru tidak bersifat verbalisme dan mendominasi dalam pembelajaran karena hakekat dari Cooperative Learning Snowball Throwing adalah siswa dapat belajar dengan aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). 2. Model Cooperative Learning Snowball Throwing dapat mendorong siswa giat belajar dan lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Karena dalam pembelajaran ini siswa dibuat aktif seperti pembelajaran dengan diskusi, tanya jawab.

Dalam proses penelitian tindakan kelas ini ditemukan berbagai kendala di antaranya : a. Model Cooperative Learning Snowball Throwing membutuhkan keaktifan, kreativitas, inovasi dari guru dan siswa. Untuk membangun pembelajaran ini membutuhkan kesadaran, kesabaran dan kerjasama antara guru dan siswa namun guru masih mengalami kesulitan dalam membangun kesadaran sehingga pembelajaran siklus I dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing ini belum dapat efektif. b. Keberhasailan pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan pula oleh teman sejawat, karena yang membantu kelancaran dalam penelitian. c. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing hendaknya dikelola secara efektif dan efisien, jika tidak hasil yang dicapai kurang memuaskan. Berdasarkan pelaksanaan penelitian pada siklus I sampai dengan III maka hasil penelitian yang baik adalah pada pembelajaran siklus III. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Hasil observasi pada pembelajaran siklus I sampai dengan III menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing sangat memuaskan. Pada tahap opini/hipotesa masih dimunculkan oleh guru sendiri. Guru telah berusaha memberikan pembelajaran yang terbaik untuk membangunkan kesadaran dan semangat dalam belajar melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, tugas agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Pada siklus III menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing, siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa

53 lebih terfokus dalam proses pembelajaran sehingga dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Hasil penilaian tes formatif pada siklus I sampai dengan III mata pelajaran matematika dapat disajikan sebagai berikut ini : 1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah adalah 30, ketuntasan yang dicapai 45.5% dengan kategori kualitas nilai kurang. Interval kualitas nilai baik sekali tidak ada, kategori kualitas nilai baik 10 siswa atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 6 siswa atau 27.4%, kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori kurang. 2. Pada siklus II nilai rata-rata 69.1. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah adalah 40, ketuntasan yang dicapai 72.7% dengan kategori nilai baik. Interval kualitas nilai baik sekali 2 atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang atau 62.6%, kualitas cukup 4 orang atau 18.2%, dan nilai kurang 2 siswa atau 9.1%. 3. Pada siklus III nilai rata-rata 80.9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah adalah 50, ketuntasan yang dicapai 90.9% dengan kategori nilai baik. Interval kualitas nilai baik sekali 8 atau 36.3%, kualitas nilai baik sebanyak 12 orang atau 54.6%, kualitas cukup 2 orang atau 9.1%.

54 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari hasil analisis tes formatif yang dilaksanakan pada bab empat dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika pada siswa kelas IV semester 2 SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran

2010/2011. Hal ini dapat ditunjukkan dari masing-masing siklus mengalami kenaikan yang signifikan. 1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah adalah 30, ketuntasan yang dicapai 45.5% dengan kategori kualitas nilai kurang. Interval kualitas nilai baik sekali tidak ada, kategori kualitas nilai baik 10 siswa atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 6 siswa atau 27.4%, kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika kurang. 2. Pada siklus II nilai rata-rata 69.1. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah adalah 40, ketuntasan yang dicapai 72.7% dengan kategori nilai baik. Interval kualitas nilai baik sekali 2 atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang atau 62.6%, kualitas cukup 4 orang atau 18.2%, dan nilai kurang 2 siswa atau 9.1%. 3. Pada siklus III nilai rata-rata 80.9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah adalah 50, ketuntasan yang dicapai 90.9% dengan kategori nilai baik. Interval kualitas nilai baik sekali 8 atau 36.3%, kualitas nilai baik sebanyak 12 orang atau 54.6%, kualitas cukup 2 orang atau 9.1%. siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup PTK ini, antara lain : Hendaknya meningkatkan, mendayagunakan, dan mengembangkan penerapan model-model pembelajaran yang menarik, seperti Cooperative Learning Snowball Throwing sebagai salah strategi dan metode belajar yang perlu diberdayakan di sekolah karena dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus. 54

55 Guru hendaknya berani mencoba menerapkan berbagai model

pembelajaran cooperative learning, di antaranya: Cooperative Learning Snowball Throwing dalam pembelajaran karena akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan prestasi hasil belajar siswa. Siswa hendaknya proaktif dalam mengikuti pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran cooperative learning yang diberikan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

56 DAFTAR PUSTAKA

Toha Anggoro, dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Dedy Gunarto.2007. Matematika SD/MI Kelas IV. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Depdiknas 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen. Dinas Pendidikan Nasional. 2003. Kapita Selekta Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Endang Retno.W. 2002. Metode Penelitian Kelas. Semarang : Universitas Semarang. Ismail. 2003. Kapita Selekta Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Karso. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka. Kasbolah. 1999. Methodik Dedaktik. Jakarta : Rineka Cipta. _____. 2004. Pembelajaran Alat Peraga Matematika. Jakarta : Rineka Cipta. Mulyani Sumantri. 2002. Matematika Dasar I. Jakarta : Universitas Terbuka. Ruseffendie. 1993. Matematika 3. Jakarta : Universitas Terbuka. ______. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Soetjipto Wiriwidjoyo. 1991. Dedaktik Metodik. Jakarta : Depdikbud. Sukirman. 2004. Matematika. Jakarta: Universitas terbuka. Supardjo. 2004. Matematika Gemar Berhitung 4 untuk Kelas IV SD/MI. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Tirto Negoro. 1989. Matematika di SD. Jakarta : Depdikbud. Wahyudin. 2003. Kapita Selekta Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Wardhani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

56

You might also like