You are on page 1of 3

Dampak Pada Diabetes

Bayi

dari

Ibu

Penyakit diabetes merupakan salah satu jenis penyakit yang dapat menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil. Diabetes selama masa kehamilan (gestational diabetes) merupakan salah satu bentuk penyakit diabetes melitus yang muncul hanya pada masa kehamilan saja. Kondisi ini biasanya menghilang sesudah melahirkan, namun hampir setengahnya kemudian akan muncul kembali. Perempuan dengan diabetes saat hamil tetap bisa memiliki bayi yang sehat. Tapi jika diabetesnya tidak bisa terkontrol atau dikendalikan dengan baik, kemungkinan akan ada konsekuensi serius dan berdampak buruk baik bagi janin maupun ibu. Diabetes yang terjadi pada ibu hamil disebabkan karena selama kehamilan hormon di dalam tubuhnya membuat insulin lebih sulit digunakan, sehingga pankreas harus bekerja lebih keras lagi. Bagi ibu hamil yang pankreasnya dapat bekerja dengan baik, maka kondisi kehamilannya tidak akan menjadi masalah. Tapi ketika pankreas tidak bisa memenuhi permintaan insulin, maka kadar gula darahnya bisa meningkat sehingga menyebabkan diabetes saat hamil (gestational diabetes). Sebagian besar diabetes ini akan hilang setelah bayi tersebut dilahirkan, meskipun berisiko lebih tinggi terkena lagi ketika perempuan tersebut hamil kembali. Dikutip dari Babycenter, Selasa (27/7/2010) ada beberapa dampak pada bayi dari ibu diabetes : 1. Kelebihan gula dalam darah dan insulin ini bisa menyebabkan bayi memiliki lebih banyak lemak terutama di bagian atas tubuhnya sehingga berat badannya menjadi besar. Kondisi ini disebut dengan makrosomia dan kemungkinan bayi terlalu besar untuk dilahirkan melalui proses normal sehingga lebih banyak melahirkan secara caesar. Beberapa saat setelah bayi dilahirkan, ada kemungkinan bayi memiliki kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia). Hal ini disebabkan tubuhnya masih memproduksi insulin berlebih sebagai respons dari asupan glukosa yang tinggi dari ibunya. Jika dokter mengetahui bahwa ibunya mengalami diabetes gestational, maka bayi yang baru lahir tersebut akan dites kadar gula darahnya dengan mengambil setetes darah dari tumit bayi. Jika kadarnya rendah maka bayi akan segera disusui, namun jika terlalu parah bayi kemungkinan diberi larutan glukosa IV. 2. Bayi berisiko lebih tinggi terkena penyakit kuning (jaundice), polycuthemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah) dan hypocalcemia (kadar kalsium rendah dalam darah). 3. Jika kontrol kadar gula darahnya buruk, ada kemungkinan fungsi jantung dari bayi bisa terpengaruh. 4. Sedangkan bagi ibu hamilnya berisiko dua kali lebih tinggi terkena pre-eklamsia. Pada umumnya diabetes gestational tidak memiliki gejala yang khusus. Itulah sebabnya hampir semua perempuan hamil perlu memeriksakan kadar glukosanya pada usia

kehamilan 24-28 minggu. Jika hasilnya menunjukkan positif, maka diperlukan kontrol gula darah yang baik dan menjaga asupan makanannya. Ibu hamil yang rentan kena diabetes jika memiliki berat badan berlebih, memiliki riwayat diabetes gestational sebelumnya atau memiliki riwayat diabets yang kuat dalam keluar (ver/ir) Sumber : detikhealth.com Walaupun selama masa kehamilan seorang menderita diabetes gestasional, namun dengan penanganan yang tepat ia bisa melahirkan dengan bayi yang sehat dan normal asalkan sang ibu juga mendapatkan penanganan yang tepat pula. Berikut ini sejumlah penanganan yang bisa anda lakukan untuk diabetes gestanol pada ibu hamil : Pengukuran dan pengawasan kadar gula darah setiap hari (setiap setelah makan dan 2 jam setelah makan) Pengawasan ada tidaknya keton didalam urin. Adanya zat ini di dalam urin mengindikasikan diabetes gestasional yang tidak terkontrol. Mengikuti pola makan yang dianjurkan dokter dan ahli nutrisi. Melakukan yang dianjurkan dokter. Mengawasi kenaikan berat badan. Jika diperlukan, atas anjuran dokter diberikan suntikan insulin dari luar. Pengontrolan tekanan darah setiap saat. Bayi yang dilahirkan dari penderita diabetes gestasional memiliki risiko yang tinggi untuk menderita penyakit diabetes dimasa yang akan datang. Untuk itulah arti pentingnya pencegahan serta pengobatan yang tepat untuk mencegah penyakit diabetes. Telah banyak sejumlah pengobatan yang bisa anda lakukan untuk pengobatan atau pencegahan penyakit diabetes, salah satunya adalah secara alami dengan obat diabetes mellitus tradisional jelly gamat gold g.

Fototerapi pada Bayi Jaundice


KONSEP DASAR Ikterus Fisiologis Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987): 1.Timbul pada hari kedua-ketiga 2.Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan. 3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari 4.Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg % 5.Ikterus hilang pada 10 hari pertama 6.Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemi Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Kern Ikterus Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak

terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV. CARA KERJA 1. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin. 2. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. 3. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu. 4. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia. 5. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu 6. Dari empedu kemudian diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984). 7. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin. 8. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.

List Pertanyaan
1. Bagaimana kerja hemophilia sehingga ada pasien di poli yang tidak bisa jalan? Menurut ibu Px terapi dg koate sebelumnya sudah bisa jalan, tidak diterapi, tidak bisa jalan lagi. Tidak ada yg dikeluhkan selain itu. 2. Sebenarnya bagaimana terjadinya anak autis? Apa saran untuk ibu hamil agar mengurangi kemungkinan mempunyai anak autis? 3. Apakah ibu dengan penyakit TB atau sedang mengkonsumsi obat TB boleh menyusui? 4. Sebenarnya kandungan telor manakah yg tidak cocok untuk ibu menyusui? Padahal kan bukan telor ayam. Kalo ya, berarti seperti kue-kue yg bahannya telor juga tidak cocok? 5. T adi malam saya jaga di 2C, ada pasien berusia 10 tahun, mengeluh sesak. Didiagnosis VSD. Sesak dirasakan 2 hari yang lalu. Mengapa sesak tersebut baru muncul ketika sudah besar? Bukan sejak lahir .

You might also like