You are on page 1of 44

1

PANDUAN PENYELENGGARAN
KEGIATAN TUNTAS BACA TULIS AL-QURAN DI SEKOLAH DASAR

DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2010

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim. Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan bimbingan kepada penyusun sehingga draft awal ini selesai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatsahabatnya, tabiin, tabiit tabiin, dan sampai kepada kita selaku umat yang berjuang menegakkan risalahnya. Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Tuntas Baca Tulis AlQuran di Sekolah Dasar ini merupakan draft awal, sebagai bahan workshop tingkat nasional. Pada workshop nanti diharapkan draft awal ini diperkaya dengan berbagai masukan dari seluruh peserta, sehingga draft ini semakin lengkap dan sempurna, yang pada tataran akhirnya menjadi sebuah buku panduan yang digunakan oleh seluruh Sekolah Dasar di Indonesia. Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan draft ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Hanya kepada Allah SWT penyusun memohon petunjuk, bimbingan, dan perlindungan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 2010 Penyusun Agustus

DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR...............................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................4 B. Landasan Hukum .......................................6 C. Tujuan .......................................................7 D. Sasaran .....................................................7 BAB II KOMPETENSI DAN TARGET A. Pengertian .................................................8 B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 8 BAB III BAB IV METODE ..........................................................15 POLA PENYELENGGARAAN BIMBINGAN BACA TULIS AL-QURAN A. Seleksi Peserta ........................................25 B. Pola Pelaksanaan .....................................25 C. Waktu Pelaksanaan..................................29 D. Tempat Pelaksanaan................................29 E. Tenaga Pengajar/Pembimbing..................29 F. Sarana dan Prasarana...............................30 G. Pembiayaan.............................................30 BAB V PENILAIAN DAN SERTIFIKASI A. Penilaian ..................................................31 B. Sertifikasi .................................................31 BAB VI PENUTUP.........................................................34 DAFTAR PUSTAKA..............................................................35 LAMPIRAN .........................................................................37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pasal 3 Undang-Undang N0. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam upaya mencapai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yang salah satunya agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka diselenggarakanlah Pendidikan Agama Islam. Sayangnya menurut hasil penelitian beberapa pakar menyebutkan bahwa terdapat 30 % rata-rata peserta didik SMA/SMK belum dapat membaca al-Quran dengan baik dan benar. Penyebabnya sangat beragam, antara lain; di samping kurangnya perhatian orang tua terhadap kemampuan membaca al-Quran terhadap putraputrinya, lingkungan keluarga yang kurang mendukung, dampak negatif perkembangan Iptek, juga terbatasnya jam tatap muka Pendidikan Agama Islam di sekolah. Kondisi tersebut membutuhkan solusi yang tepat dengan tidak mengganggu kurikulum yang telah ditetapkan sekolah. Sebab selama ini pembelajaran Al-Quran sangat dibatasi oleh keterbatasan jam tatap muka yang hanya 2 (dua) jam perminggu. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Pembelajaran baca tulis alQuran di luar jam pelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler baca tulis al-Quran secara mandiri bagi peserta didik di semua jenjang SD, SMP, SMA/SMK dan dilakukan secara sistematis.

Hal tersebut sesuai dengan PP 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Pasal 24 dan 25 yang menjelaskan Pendidikan Al-Quran bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan Al Quran (ayat 1 pasal 24 PP 55). Selain itu , pendidikan Al-Quran dapat dilaksanakan secara berjenjang dan tidak berjenjang (ayat 3 pasal 24 PP 55).Penyelenggaraan Pendidikan Al-Quran dipusatkan di masjid, mushalla, atau ditempat lain yang memenuhi syarat (ayat 4 pasal 24 PP 55). Terbitnya SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 44 A dan 128 tanggal 13 Mei 1982 tentang gerakan pengajaran Baca Tulis al-Quran perlu didukung oleh terbitnya perangkat teknis dalam bentuk Panduan Baca Tulis alQuran, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) atau pembimbing ekstrakurikuler Baca Tulis al-Quran di semua jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. B. Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan buku pedoman ini antara lain: 1. 2. 3. Nasional. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2003 tentang Nasional Pendidikan. Agama dan Pendidikan Keagamaan. Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. 7.
8.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 9. tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Mennengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan pasal 24 dan 25.
11. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama

Republik Indonesia Nomor: Dj.I/12A Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah. 12. Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf AlQuran.
13. Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 44 A dan 124, tanggal 13 Mei Tahun 1982 tentang Usaha Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al-Quran bagi Umat Islam dalam Rangka Peningkatan Penghayatan dan Pengamalan Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari.
14. Instruksi Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional

Nomor 02 Tahun 1989 tentang Peningkatan Pengajian Al-Quran.


15. Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1990

tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf AlQuran.


16. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama

Republik Indonesia Nomor: Dj.I/12A Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.

C.

Tujuan dan Fungsi


1. Tujuan disusun Panduan Baca Tulis al-Quran SMA/SMK adalah; a. Memberikan pedoman bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan

satuan pendidikan tentang penyelenggaraan Baca Tulis al-Quran bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA dan SMK

7 b. Memberikan panduan bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dalam

melaksanakan kegiatan bimbingan Baca Tulis al-Quran bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA/SMK

2. Fungsi penyusunan Panduan Baca Tulis al-Quran di setiap jenjang SD, SMP,

SMA/SMK;
a. Sebagai pegangan bagi menambah pengetahuan, penghayatan, dan

pengamalan bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan satuan pendidikan dalam melakukan bimbingan membaca dan menulis al-Quran bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA/SMK
b. Untuk mempermudah dan memperlancar bagi Guru Pendidikan Agama

Islam (GPAI) dan satuan pendidikan dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler BTQ bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA/SMK
c. Untuk membantu Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan satuan

pendidikan SMA/SMK D. Sasaran

dalam

mempercepat

pencapaian

tujuan

pelaksanaan

ekstrakurikuler BTQ bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP,

Sasaran dari buku panduan ini adalah 1. pendidikan. 2. Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab program Guru Pendidikan Agama Islam pada satuan pendidikan

sebagai pelaksana program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan

Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan 3. Komite sekolah sebagai pendukung utama pelaksanaan

program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan 4. Kantor Kementerian Agama di masing-masng tingkat sebagai institusi yang

bersama-sama dengan Dinas Pendidikan

menetapkan kebijakan program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di

satuan pendidikan. Sekaligus melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan. Kantor Kementerian Agama di masing-masng tingkat bersama-sama dengan Dinas Pendidikan juga memberikan dukungan kebijakan anggaran untuk program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan. BAB II KOMPETENSI DAN TARGET A. Pengertian Secara bahasa, kompetensi (competency) berarti kemampuan atau kecakapan. Adapun secara istilah, kompetensi artinya seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian kompetensi baca tulis Al-Quran yang dimaksud dalam buku panduan ini adalah seperangkat kemampuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik di Sekolah Dasar dalam membaca dan menulis Al-Quran. B. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi kualifikasi baca tulis Al-Quran terdiri dari didik sikap, standar yang dan kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi adalah kemampuan minimal peserta menggambarkan penguasaan pengetahuan,

keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Sedangkan kompetensi dasar ialah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) aspek AlQuran di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: Kelas I, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Menghafal Al Quran surat pendek pilihan Kompetensi Dasar 1.1 Melafalkan QS Al-Fatihah dengan lancar 1.2 Menghafal QS Al-Fatihah dengan lancar

Kelas I, Semester 2 Standar Kompetensi 6. Menghafal Al Quran surat-surat pendek pilihan Kompetensi Dasar 6.1 Menghafal QS Al-Kautsar dengan lancar 6.2 Menghafal QS An-Nashr dengan lancar 6.3 Menghafal QS Al-Ashr dengan lancar

Kelas II, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Menghafal Al Quran Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal huruf Hijaiyah 1.2 Mengenal tanda baca (harakat)

Kelas II, Semester 2 Standar Kompetensi 6. Membaca Al Quran surat pendek pilihan Kompetensi Dasar 6.1 Membaca huruf hijaiyah bersambung 6.2 Menulis huruf hijaiyah bersambung

Kelas III, Semester 1

10

Standar Kompetensi 1. Mengenal kalimat dalam Al Quran

Kompetensi Dasar 1.1 Membaca kalimat dalam Al Quran 1.2 Menulis kalimat dalam Al Quran

Kelas III, Semester 2 Standar Kompetensi 5. Mengenal ayat-ayat Al Quran Kompetensi Dasar 5.1 Membaca huruf Al Quran 5.2 Menulis huruf Al Quran

Kelas IV, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Membaca surat-surat Al Quran Kompetensi Dasar 1.1 Membaca QS Al-Fatihah dengan lancar 1.2 Membaca QS Al-Ikhlas dengan lancar

Kelas IV, Semester 2 Standar Kompetensi 6. Membaca surat-surat Al Quran Kompetensi Dasar 6.1 Membaca QS Al-Kautsar dengan lancar 6.2 Membaca QS An-Nashr dengan lancar 6.3 Membaca QS Al-Ashr dengan lancar

Kelas V, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Mengartikan Al Quran surat pendek pilihan Kompetensi Dasar 1.1 Membaca QS Al-Lahab dan Al-Kafirun 1.2 Mengartikan QS Al-Lahab dan Al-Kafirun

Kelas V, Semester 2

11

Standar Kompetensi 6. Mengartikan Al Quran Surat pendek pilihan

Kompetensi Dasar 6.1 Membaca QS Al-Maun dan Al-Fiil 6.2 Mengartikan QS Al-Maun dan Al-Fiil

Kelas VI, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Mengartikan Al Quran Surat pendek pilihan Kompetensi Dasar 1.1 Membaca QS Al-Qadr dan QS Al-Alaq ayat 1-5 1.2 Mengartikan QS Al-Qadr dan QS Al-Alaq ayat 1-5 Kelas VI, Semester 2 Standar Kompetensi 6. Mengartikan Al Quran Ayat-ayat pilihan Kompetensi Dasar 6.1 Membaca QS Al-Maidah ayat 3 dan AlHujurat ayat 13 6.2 Mengartikan QS Al-Maidah ayat 3 dan AlHujurat ayat 13 Berdasarkan SK dan KD di atas, besarnya porsi membaca dalam SK hanya 25%. Sedangkan dalam KD, porsi membaca sebesar 46% dan menulis sebesar 12%. Fakta ini menunjukkan bahwa aspek membaca dan menulis Al-Quran dalam Standar Isi sangatlah minim. Oleh karena itu perlu pengembangan SK dan KD agar jumlah porsi membaca dan menulis Al-Quran di Sekolah Dasar proporsional dan dianggap efektif dalam mencapai target yang ditentukan.

12

Hasil dari pengembangan SK dan KD tersebut adalah sebagai berikut:


STANDAR KOMPETENSI 1. Menge nal huruf-huruf dalam Al-Quran 1. Mengenal hurufhuruf dalam AlQuran 2.Mengenal kata dalam Al-Quran

KLS

SMT 1

KOMPETENSI DASAR 1.1. Membaca huruf-huruf tunggal berharokat fatah, kasrah, dummah 1.2. Menebalkan huruf hijaiyah 1.3.Membaca dua huruf tunggal berharokat fatah, kasrah, dan dommah 1.4.Mencontoh tulisan huruf hijaiyah 2.1. Membaca kata-kata dalam Al Qur'an 2.2. Menulis kata-kata dalam Al Qur'an 3.1.Membaca kata-kata pilihan dalam Al-Quran yang mengandung harakat tanwin, sukun, dan 3.2.Menulis kata-kata pilihan dalam Al-Quran 4.1. Membaca ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung bacaan mad asli 4.2. Menulis 1 ayat sederhana dalam Al-Quran 4.3. Membaca ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung alif lam

I 2

II 2 3. Mengenal katakata pilihan dalam Al-Quran

III 1 2 4. Mengenal ayatayat Al-Quran 4. Mengenal ayatayat Al-

13 Quran ta'rif 4.4. Menulis ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung alif lam ta'rif 5.1. Membaca ayat-ayat yang mengandung bacaan gunnah dan qalqalah 5.2. Membaca QS. Al-Fatihah, AlIkhlas, dan An-Nas dengan tartil 5.3. Menulis satu surat pendek 5.4. Membaca surat dalam Al Qur'an yang mengandung hukum bacaan nun sukun/tanwin (idzhar, idgam) 5.5. Membaca QS. Al-Kautsar, AnNashr, Al-Ashr, Al-Humazah 5.6. Menulis surat pilihan 5.7. Membaca surat dalam AlQuran yang mengandung hukum bacaan nun suku /tanwin (iqlab, ikhfa' 5.8. Membaca QS. Al-Lahab dan Al-Kafirun 5.9. Menulis surat pilihan 5.10.Membaca Al-Quran yang terdapat lafadz jalalah dan tanda waqaf 5.11.Membaca QS. Al-Maun dan Al-Fiil 5.12.Menulis surat pilihan

5. Mengenal surat dalam Al-Quran

IV 5. Mengenal surat dalam Al-Quran

5. Mengenal surat dalam Al-Quran

V 5. Mengenal surat dalam Al-Quran

1 VI 2

5. Mengenal surat dalam Al-Quran

5. Mengenal surat dalam Al-Quran

5.13.Membaca Al-Quran yang mengandung hukum mim 5.14.Membaca QS. Al-Qadr dan Al-Alaq ayat 1-5 5.15.Menulis surat pilihan 5.16.Membaca huruf-huruf dalam fawatihussuwar 5.17. Membaca QS. Al-Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13 5.18.Menulis surat pilihan

Sebagai

upaya

kelengkapan

dan

kesempurnaan

kemampuan membaca dan menulis peserta didik yang sudah menuntaskan seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar, maka kemampuan menghapal pun perlu diperhatikan, sehingga

14

ketika peserta didik tamat SD, mereka mampu membaca, menulis, dan menghapal Al-Quran, terutama19 dari 37 surat yang ada dalam juz 30 (juz amma). Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Nama Surat An-Naas Al-Falaq Al-Ikhlas Al-Lahab An-Nasr Al-Kafirun Al-Kautsar Al-Maun Al-Quraisy Al-Fil Al-Humazah Al-Asr At-Takasur Al-Qaariah Al-Adiyat Al-Zalzalah Al-Bayyinah Al-Qadr Al-Alaq Artinya Manusia Waktu Shubuh Memurnikan Ke-Esaan Allah Gejolak api Pertolongan Orang-orang kafir Nikmat yang banyak Barang-barang yang berguna Suku Quraisy Gajah Pengumpat Masa Bermegah-megahan Hari kiamat Berlari kencang Kegoncangan Bukti Kemuliaan Segumpal darah Jumlah ayat 6 5 4 5 3 6 3 7 4 5 9 3 8 11 11 8 8 5 19

BAB III METODE TUNTAS BACA TULIS AL-QURAN Metode secara harfiah berasal dari bahasa Yunani (Greek) methodos, yang artinya jalan/cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai: 1) cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; dan 2) cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur

15

sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan. Dengan demikian metode tuntas baca tulis Al-Quran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode baca tulis Al-Quran antara lain: 1. Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan bagi para pengajar/pembimbing. 2. Mudah dikuasai oleh mayoritas pengajar/pembimbing. 3. Mudah dan murah mendapatkan buku panduan. 4. Mudah dan sederhana pengelolaan pengajarannya. Jika beberapa metode lolos pertimbangan di atas, maka ditentukan pemilihan berdasarkan skala prioritas. Berikut ini disajikan beberapa metode membaca dan menulis Al-Quran yang berkembang dari jaman dahulu sampai sekarang, antara lain: 1. Metode Baghdadiyah Metode ini disebut juga dengan metode Eja atau Turutan , berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak diketahui dengan pasti siapa penyusunnya. Telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat. Cara mengajarkannya adalah:

16

a. Mula-Mula diajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut tertib kaidah Baghdadiyah, yaigtu dimulai dari huruf alif, ba, ta, sampai ya. b. Kemudian diajarkan tanda-tanda baca (harokat) sekaligus bunyi bacaannya. Dalam hal ini anak dituntun bacaannya secara pelan-pelan dan diurai/dieja, seperti: alif fathah a, alif kasrah i, alif dhommah u, a-i-u, dan seterusnya. c. Setelah anak-anak mempelajari huruf hijaiyah dengan cara-cara bacannya itu, barulah diajarkan kepada mereka Al-Quran Juz Amma, dengan dimulai dari surat An-Nas sampai surat AnNaba. Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain: a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif. b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral. c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi. d. Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri. e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah. Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain: a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil. b. Penyajian materi terkesan menjemukan. c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa. d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Qur'an.

2. Metode Iqro

17

Metode Iqra merupakan salah satu metode cepat belajar membaca Al-Quran. Metode ini disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Musholla) Yogyakarta dengan membuka TK AlQur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro semakin berkembang dengan pesat dan menyebar merata di Indonesia sejak tahun 1989 sampai sekarang. Pada tahun 1991, dalam Munas Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Pusat yang ke-6 di Yogyakarta, telah menatapkan TKA-TPA AMM Kotagede sebagai Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Quran Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Nasional di Yogyakarta. Metode Iqro disusun dalam buku-buku kecil ukuran (seperempat folio) dan terbagi dalam enam jilid. Tiap jilid rata-rata memiliki 43 halaman, dengan warna sampul masing-masing jilid yang berbeda-beda. Jilid 1 berwarna merah, jilid 2 berwarna hijau, jilid 3 berwarna biru muda, jilid 4 berwarna kuning kunyit, jilid 5 berwarna ungu dan jilid 6 berwarna coklat. Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi yang harus dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak, sehingga jilid 2 adalah kelanjutan jilid 1, jilid 3 adalah kelanjutan jilid 2, demikian seterusnya sampai jilid selesai 6, bila jilid 6. Bagi anak yang telah menyelesaikan mengajarkannya sesuai dengan

petunjuk, dapat dipastikan bahwa ia telah mampu membaca AlQuran dengan benar. Metode Iqro mempunyai 10 sifat, antara lain: a. Bacaan langsung. b. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif). c. Privat/Klasikal. d. Modul. e. Asistensi. f. Praktis. g. Sistematis.

18

h. Variatif. i. Komunikatif. j. Fleksibel. Keunggulan metode Iqro antara lain:


1. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran cukup pendek.

2. Logikanya sangat sistematik dari model yang berulangulang dan berkelanjutan. 3. Bagi anak yang pandai lebih cepat menyelesaikan jilid-jilid tertentu (sesuai kemampuan anak). 4. Terdapat alat kontrol prestasi yang baku sehingga dapat menilai perkembangan/kemajuan anak. Dalam menunjang kemampuan membaca Al-Quran, pada tahun 1994 Asad Humam menulis tiga jilid bimbingan menulis AlQuran, dengan judul Khot Praktis Allama Bil Qolam. Jilid 1 berwarna merah, jilid 2 berwarna hijau, dan jilid 3 berwarna biru. 3. Metode Qiroati Metode baca Al-Quran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an ini memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah. Kiai Dachlan yang mulai mengajar Al-Qur'an pada tahun 1963, merasa metode baca Al-Qur'an yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat). Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca Al-Qur'an untuk TK Al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada tanggal l Juli 1986. Usai Qira'ati. merampungkan semua orang penyusunannya, boleh diajar KH. dengan Dachlan metode berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Tapi Qira'ati.Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.

19

Secara umum metode pengajaran Qiroati adalah: a. Klasikal dan privat. b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA). c. Siswa membaca tanpa mengeja. d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat. 4. Metode Al-Barqy Metode Al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca Al-Qur'an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada tahun 1965. Awalnya, Al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca pada Al-Qur'an. tahun Muhadjir dengan lantas judul membukukan Cara Cepat metodenya 1978,

Mempelajari Bacaan Al-Qur'an Al-Barqy. Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Al-Quran dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura dan Malaysia. Metode ini disebut Anti Lupa karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf /suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat anak/siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Quran menjadi semakin singkat.

20

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode ini adalah: a. Bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar di dengan waktu lebih luang baik, dengan bisa menambah yang penghasilan dipelajari). b. Bagi Murid (murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah). c. Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena muridmuridnya mempunyai d. kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain). 5. Metode Tilawati Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs. H. Hasan Sadzili, Drs. H. Ali Muaffa, dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain: keahlian

a. Mutu Pendidikan.

Kualitas santri lulusan TK/TP Al Quran

belum sesuai dengan target. b. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif. c. Pendanaan. Tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran. d. Waktu pendidikan. Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Al-Qur'an. e. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.

21

Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santrisantrinya, antara lain: a. Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil. b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah. c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%. Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati adalah: a. Disampaikan dengan praktis. b. Menggunakan lagu Rost. c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang. 6. Metode Iqro Dewasa dan Terpadu Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan Selatan. Iqro terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro Dewasa. Kelebihan Iqro Terpadu dibandingkan dengan Iqro Dewasa antara lain bahwa Iqro Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan sedangkan Iqro Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis. Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa. 7. Dirosa (Dirasah Orang Dewasa) Dirosa merupakan sistem pembinaan Islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Al-Quran. Panduan Baca AlQuran pada Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan oleh Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan. Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan pengajaran Al-Qur'an di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran AlQur'an di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode. Dan akhirnya ditemukanlah satu format

22

yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif, yaitu memadukan disusun pembelajaran tahun 2006. baca Al-Qur'an dengan pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca AlQur'annya Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur'an. Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan Maluku, yang dibawa oleh para dai . Secara garis besar metode pengajarannya adalah BacaTunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi bacaan tadi. Teknik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Al-Qur'an lebih cepat. 8. Metode Al-Jabari Metode Al-Jabari merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis AlQuran. Pelajaran pertama dalam metode ini adalah tanda fatah dengan lafal A, sebagaimana arti dari kata Jabar dari bahasa Parsi yang berarti fatah. Hal ini diulang terus sehingga dalam 2-3 kali pertemuan sudah hapal. Selanjutnya akan disusun olahan kata-kata dan secara otomotis olahan kata tersebut dapat dimengerti. Metode ini dikembangkan oleh tiga orang pakar dibidangnya, yaitu diantaranya adalah ahli Al-Quran, Kaligrafer Eksibisi ASEAN, serta Qori Internasional, dimana ketiganya merupakan warga asli Karawang Jawa Barat. Metode ini dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam membaca dan menulis Al-Quran dan merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis Al-Quran. Arti Jabar lainnya ialah singkatan dari Jawa Barat, yang berarti metode tersebut diterbitkan di Jawa Barat. Metode ini bukan metode mambaca huruf Arab, tapi membaca dan menulis Al-Quran sehingga selesai pelajaran ini dapat dilanjutkan dengan membaca Al-Quran. 9. Metode LIBAT (Lihat, Baca, Tulis)

23

Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr. Juhaya S. Praja, dosen IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ide metode ini diilhami oleh buku Tuntunan yang ditulis oleh gurunya di Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur, yaitu K.H. Imam Zarkasyi. Perumusan metode ini dimulai sejak uji coba kepada sejumlah mahasiswa yang buta huruf Al-Quran sekitar tahun 1976. Dalam waktu 10 jam, para mahasiswa tersebut mampu membaca dan menulis Al-Quran. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan anatomi huruf, pendekatan budaya, disertai dukungan CBSA. Pendekatan anatomi huruf artinya proses pembelajaran dengan memperlihatkan bentuk-bentuk huruf yang saling berkaitan. Kemampuan dan ketidakmampuan menulis huruf tertentu akan mengakibatkan kemampuan dan ketidakmampuan menuliskan huruf-huruf lainnya. Pendekatan budaya ialah mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan latar belakang budaya peserta. 10. Metode Hattaiyah Metode ini penggagasnya adalah ustadz Drs. H. Muhammad Hatta bin Usman dari provinsi Riau.Huruf pertama yang dikenalkan L baru diikuti tanda baca A I U - AN IN UN Sukun dan Tasydid. Selanjutnya latihan membaca dan menulis rata-rata 3 huruf yang sudah dikombinasikan ke dalam berbagai bunyi dan huruf lainnya. Waktu yang digunakan 75% siswa aktif , dan 25% untuk guru membimbing. 11. Metode An-Nur Perintisnya adalah H.M. Rosyadi. Lahir belakangan dibandingkan metode yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu menjelang tahun 2000. Metode An-Nur mampu memberi jaminan dua jam bisa membaca Al-Quran (dianggap metode tercepat di dunia). Mampu merangsang orang ingin tahu apakah benar terbukti dalam waktu singkat dapat baca tulis Al-Quran. Salah satu keistimewaannya, menghafal huruf Hijaiyah dengan urut, dibalik, diacak dan ditulis. Kemudian memahami huruf yang berubah bentuk, tanda titik dan tanda baca. 12. Metode Qiraah Metode Qiraah ini dirancang dengan berbasis ke Indonesiaan karena banyak latihan bacaannya yang berbunyi bahasa Indonesia tapi bertuliskan arab sehingga sangat mudah dicerna bagi anak-anak khususnya anak generasi Indonesia. Buku ini sangat mudah diajarkan kepada anak-anak yang masih TK karena memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah dibantu dengan gambar sehingga anak-anak

24

lebih mudah menangkapnya dan bisa belajar sendiri di rumah dengan bantuan gambar yang ada. Dalam sistem pembelajaran santri dituntut untuk lebih aktif daripada guru sehingga betul-betul bisa lebih cepat dapat membaca Al Quran dengan baik dan lancar. Keunggulan metode qiraah adalah: a. Memakai media gambar. b. Sekali dituntun langsung tahu. c. Sekali tahu, Insya Allah tak pernah lupa. d. Ada keseimbangan penguasaan dari semua huruf. e. Hanya memperkenalkan kunci-kunci/pola bacaan. f. Latihannya berbunyi bahasa Indonesia. g. Langsung belajar ilmu tajwid. h. Ilmu tajwidnya mudah dipahami. i. Memakai sistem CBSA. j. Penerapannya sudah teruji. Kunci Sukses mengajarkan metode qiraah adalah dipahami, ditunjuk, dibaca, diperlancar, dan dipercepat. Bertitik tolak dari uraian 12 metode membaca dan menulis Al-Quran di atas, maka metode-metode yang dianggap relevan dan dapat diterapkan pada peserta didik usia Sekolah Dasar (SD) adalah: a. Metode Iqro. b. Metode Qiroati. c. Metode Al-Barqy. d. Metode Tilawati. e. Metode Hattaiyah. f. Metode An-Nur. g. Metode Qiraah.
Ketujuh metode tersebut bisa dijadikan alternatif dalam melaksanakan kegiatan bimbingan baca tulis Al-Quran di Sekolah Dasar (SD).

25

BAB IV POLA PENYELENGARAAN BIMBINGAN BACA TULIS AL-QURAN A. Seleksi Peserta Seleksi penempatan), peserta artinya ini merupakan yang placement test (tes seleksi dilakukan pada intinya

bertujuan untuk menempatkan peserta didik pada kelompok yang sesuai dengan kemampuannya. Seleksi ini berupaya untuk menetapkan seorang peserta didik berada dalam kategori kelompok pemula, menengah, atau mahir.

26

Seleksi peserta baca tulis Al-Quran dapat dilakukan dengan cara:


1.

Bagi peserta didik kelas I yang baru memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD), seleksi dilakukan dengan cara mengetes secara langsung satu persatu kemampuan mereka dalam membaca dan menulis Al-Quran, dilaksanakan pada awal semester ganjil, di luar waktu jam pelajaran agama (bisa sebelum atau setelah proses pembelajaran di kelas selesai). Hasil dari pengetesan itu peserta didik dikelompokkan menjadi kelompok pemula, menengah, dan mahir. Sedangkan bagi peserta didik kelas I yang sedang berada pada semester sekarang, maka seleksi dapat dilakukan pada saat semester sekarang yang sedang berjalan.

2.

Bagi peserta didik kelas II sampai kelas VI yang sedang berada pada semester sekarang, seleksi dilakukan dengan cara mengetes secara langsung satu persatu kemampuan mereka dalam membaca dan menulis Al-Quran. Pelaksanaan tesnya dilakukan pada saat semester sekarang yang sedang berjalan dan mengambil waktu di luar jam pelajaran agama (bisa sebelum atau setelah proses pembelajaran di kelas selesai). Berdasarkan hasil tes, peserta didik dikelompokkan menjadi kelompok pemula, menengah, dan mahir. Penempatan peserta didik ke dalam kelompok, diupayakan

tidak dicampur satu kelas dengan kelas lain, karena guna memudahkan bagi pembimbing dalam melayani dan membimbing peserta didik. Selain itu juga dalam upaya menghindari rasa malu dan ketidakpercayaan diri, serta memudahkan dalam kenaikan ke tingkat/kelas selanjutnya. Misalnya: jika di kelas I ada siswa yang sudah mahir, maka satukanlah ia dengan siswa mahir kelas I lagi, tidak dicampur dengan siswa mahir kelas II atau III. B. Pola Pelaksanaan Ada tiga alternatif pola pelaksanaan dalam kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran. Ketiga alternatif itu adalah sebagai berikut:

27

1. Pola Intensif (Diniyah Sekolah) Pelaksanaan pola intensif dilakukan dengan: a. Tempat pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran diselenggarakan secara mandiri di lingkungan sekolah. Pihak sekolah dapat memanfaatkan ruangan kelas dan mushola sekolah untuk dijadikan tempat kegiatan. b. Pelaksanaan baca tulis Al-Quran melibatkan semua unsur sekolah yang dianggap mampu.
c. Rencana program pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-

Quran dirumuskan oleh pihak sekolah dengan melibatkan komite sekolah. d. Dalam penyusunan rencana program tersebut, kepala sekolah sebagai penanggung jawab, guru agama sebagai koordinator, dan dibantu oleh guru-guru yang lain yang ada di sekolah. 2. Pola Mandiri Pola ini dilaksanakan dengan: a. Tempat sekolah. b. Pembimbing dilakukan diniyah, kegiatan orang tuntas tua baca tulis Al-Quran dan dapat dari oleh majelis yang Taman bersangkutan Kanak-Kanak utama kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah dan lingkungan

lingkungan sekitar tempat tinggal, seperti pesantren, madrasah talim, Al-Quran (TKA)/Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)/Talimul Quran Lil Aulad (TQA).
c. Program pengawasan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran

dilakukan oleh pihak sekolah.

28

3. Pola Kerjasama Pola ini dilaksanakan dengan: a. Tempat pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran bukan hanya di sekolah, akan tetapi dilaksanakan juga di luar sekolah, seperti di madrasah diniyah/pesantren/Taman Kanak-Kanak AlQuran (TKA)/Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)/Talimul Quran Lil Aulad (TQA) yang sudah menjalin kerjasama dengan pihak sekolah. b. Pembimbing melibatkan guru-guru di sekolah dan ustadzustadzah yang yang berasal dari lembaga pendidikan di luar sekolah, seperti dari pesantren, madrasah diniyah, majelis talim, Taman Kanak-Kanak Al-Quran (TKA)/Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)/Talimul Quran Lil Aulad (TQA). c. Penyusunan rencana program pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran dirumuskan secara bersama-sama antara pihak sekolah dan pihak luar sekolah (pengelola/pembina dari dari pesantren, madrasah diniyah, majelis talim, TKA/TPA/TQA). Pihak luar sekolah terlibat secara aktif dalam penyusunannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan ketiga pola pelaksanaan di atas, antara lain:
1. Sekolah yang menetapkan waktu utama kegiatan tuntas baca

tulis Al-Quran setelah selesai proses pembelajaran, siswa yang sudah dikelompokkan, dibimbing oleh satu atau dua orang pembimbing. 2. Teknis pelaksanaan bimbingan dapat dilakukan dengan cara klasikal dan privat. 3. Pembimbing menyiapkan buku pedoman dan alat peraga.
4. Sekolah yang menetapkan waktu utama kegiatan tuntas baca

tulis Al-Quran pada hari khusus kegiatan ekstrakurikuler, berkoordinasi dengan Pembina ekstrakurikuler lain untuk menghindari jadwal waktu yang bersamaan.

29 5. Khusus bagi kelompok peserta didik yang sudah mencapai

tahap mahir, diupayakan untuk menjadi tutor sebaya bagi peserta didik yang masih tahap pemula dan atau menengah. Hal ini dilakukan untuk membantu Al-Quran, pembimbing terutama dalam dalam mempercepat penguasaan

penguasaan aspek membaca. Peserta didik yang menjadi tutor sebaya tetap berada dalam pengawasan dan kontrol dari pembimbing.
6. Sekolah yang menetapkan ada tambahan waktu utama, yakni

tambahan waktu pendukung pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran dengan 15 menit jam pelajaran pertama di setiap hari, lebih baik dikhususkan untuk kegiatan membaca dan menulis secara klasikal saja, sebab ketersediaan waktu sangat singkat. Dalam hal ini tentu guru agama harus berkoordinasi dengan seluruh guru kelas agar kegiatan mengisi 15 menit pertama ini digunakan dengan sebaik mungkin, dan para guru kelas terlebih dahulu diberikan pemahaman tentang baca tulis Al-Quran, sesuai dengan kelasnya masing-masing. 7. Bagi sekolah yang menetapkan ada tambahan waktu utama, yakni tambahan waktu pendukung pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran dengan 15 menit jam pelajaran pertama pelajaran PAI, juga lebih baik dikhususkan untuk kegiatan membaca dan menulis secara klasikal saja, sebab ketersediaan waktu sangat terbatas. Pelaksanaannya tentu tidak tiap hari setiap kelas, tergantung pada jadwal guru agama mengajar di kelas yang bersangkutan. Dalam waktu satu minggu seluruh kelas mendapat giliran satu kali pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran dengan waktu 15 menit pertama sebelum pelajaran PAI.

30

C. Waktu Pelaksanaan Ada beberapa alternatif waktu pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran di Sekolah Dasar, antara lain: 1. Waktu pendukung: 15 menit pertama sebelum pelajaran pertama dimulai setiap hari (secara klasikal). 2. Waktu Pendukung: 15 menit pertama sebelum pelajaran agama Islam dimulai (secara klasikal).
3. Waktu utama: Setiap hari setelah proses pembelajaran di

kelas selesai. Waktunya bisa 30 menit atau selama satu jam (secara kelompok).
4. Waktu utama: Pada hari khusus kegiatan ekstrakurikuler

agama, misalnya pada hari Sabtu bagi sekolah yang menetapkan hari Sabtu khusus kegiatan ekstrakurikuler. Adapun rentang waktunya disesuaikan dengan kebijakan sekolah. D. Tempat Pelaksanaan Tempat pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran dapat diselenggarakan di: 1. Sekolah (kelas dan atau mushola). 2. Madrasah yang ada di sekitar sekolah. 3. Masjid yang ada di sekitar sekolah. 4. Pesantren yang ada di sekitar sekolah.

31

5. Penggabungan

antara

sekolah

dan

madrasah/masjid/pesantren yang ada di sekitar sekolah. E. Tenaga Pengajar/Pembimbing Beberapa alternatif untuk tenaga pengajar/pembimbing kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran antara lain: 1. Guru agama dan guru-guru bidang/kelas yang lain di sekolah yang bersangkutan yang dianggap mampu menguasai baca tulis Al-Quran. 2. Bagi sekolah dasar yang satu komplek dengan sekolah dasar yang lain, bisa bekerjasama antar guru agamanya serta antar guru bidang/kelas yang dianggap mampu menguasai baca tulis Al-Quran. 3. Kerjasama dengan madrasah diniyah, pesantren, TKA, TPA, atau TQA yang ada di sekitar sekolah, untuk merekrut tambahan pembimbing baca tulis Al-Quran. F. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran adalah: 1. Tempat belajar. 2. Buku pegangan guru. 3. Buku pegangan siswa. 4. Media audio visual. 5. Papan tulis dan alat-alat tulisnya. 6. Alat peraga. 7. Administrasi pembelajaran. G. Pembiayaan Pembiayaan dalam kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran ini bersumber dari: 1. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 2. Sumbangan/infak lain yang halal dan tak mengikat.

32

BAB VI PENILAIAN DAN SERTIFIKASI A. Penilaian 1. Pengertian Penilaian baca tulis Al-Quran adalah usaha mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses belajar (kegiatan dan kemajuan belajar baca tulis Al-Quran) dan hasil belajar peserta didik yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan bimbingan baca tulis AlQuran selanjutnya. 2. Tujuan Penilaian Tujuan penilaian dalam bimbingan baca tulis Al-Quran adalah:
a.

Untuk mengetahui tingkat kemajuan membaca dan menulis Al-Quran yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan penilaian, pembimbing dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah peserta didik sebagai hasil proses belajar dan mengajar baca tulis Al-Quran yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar peserta didiknya itu.

33 b.

Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang peserta didik dalam kelompok bimbingan baca tulis Al-Quran. Dengan demikian, hasil penilaian itu dapat dijadikan pembimbing sebagai alat penetap apakah pseerta didik tersebut termasuk kategori cepat, sedang, atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajar baca tulis Al-Qurannya.

c.

Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam belajar membaca dan menulis Al-Quran. Hal ini berarti dengan penilaian, pembimbing akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha peserta didik. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efisien.

d.

Untuk mengetahui hingga sejauh mana peserta didik telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar baca tulis Al-Quran. Jadi, hasil penilaian itu dapat dijadikan pembimbing sebagai gambaran realisasi pemanfaatan kecerdasan peserta didik.

e.

Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar membaca dan menulis Al-Quran yang telah digunakan pembimbing dalam proses pembelajaran. Dengan demikian apabila sebuah metode yang digunakan pembimbing tidak mendorong munculnya prestasi belajar peserta didik yang memuaskan, pembimbing seyogyanya mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi. 3. Ruang Lingkup Penilaian mencakup penilaian proses dan hasil. Dalam

penilaian proses dilakukan pengamatan (observasi) terhadap aktivitas belajar peserta didik dalam membaca dan menulis AlQuran. Sedangkan dasar, penilaian hasil dilakukan tengah dengan uji dan kompetensi ujian/ulangan semester,

ujian/ulangan akhir semester. Dari penilaian hasil inilah, maka peserta didik dapat diputuskan naik tidaknya ke kelompok, kelas, atau tingkat berikutnya.Teknik penilaian hasil pembelajarannya mencakup: tes lisan (praktek membaca Al-Quran), tes tulisan (menulis Al-Qur`an), penugasan, dan fortofolio. 4. Fungsi Penilaian Penilaian dalam bimbingan baca tulis Al-Quran mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

34 a.

Fungsi administratif: untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku raport baca tulis Al-Quran. Fungsi promosi: untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan ke tingkat/kelompok berikutnya. Fungsi diagnostik: untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan). Fungsi Pertimbangan: bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat pembelajaran.

b.

c.

d.

e.

Fungsi Efektivitas: untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang telah dilakukan pembimbing, dengan ini pembimbing dapat mengetahui berhasil tidaknya ia mengajar baca tulis Al-Quran.

f.

Fungsi Umpan Balik (Feed Back): memberikan umpan balik kepada pembimbing sebagai dasar untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan bagi peserta didik serta menempatkan peserta didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh mereka.

g.

Fungsi Penyempurnaan: menyusun laporan dalam rangka penyempurnaan program belajar mengajar baca tulis Al-Quiran yang sedang berlaku. 5. Instrumen Penilaian Yang dimaksud instrumen dalam penilaian bimbingan baca tulis Al-Quran

ini adalah perangkat administrasi berupa format-format yang digunakan guru dalam melakukan penilaian. Instrumen tersebut terdiri dari : a. Daftar hadir peserta. b. Daftar nilai. c. Skala rentang nilai.
d. Alat pendukung praktik yang berupa: mushaf Al-Quran dan buku pegangan

yang sesuai dengan jenis metode bimbingan yang digunakan. B. Sertifikasi 1. Pengertian Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat baca tulis Al-Quran kepada peserta didik yang telah dinyatakan lulus. 2. Kriteria

35

Peserta didik yang sudah menamatkan (menyelesaikan) seluruh SK dan KD dari kelas I sampai kelas VI, maka mereka berhak untuk mengikuti wisuda dan kepadanya diberikan sertifikat tuntas baca tulis Al-Quran tingkat Sekolah Dasar. 3. Penerbitan dan Penandatanganan Sertifikat Ada beberapa alternatif penerbitan dan penandatanganan sertifikat, antara lain:
a.

Sertifikat diterbitkan diterbitkan

oleh oleh

Sekolah Sekolah

Dasar Dasar

(SD) (SD)

yang bersangkutan, yang bersangkutan,

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam.


b. Sertifikat

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam, diketahui oleh Pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan. c. d. Sertifikat diterbitkan oleh Kementerian Agama Kota/Kabupaten, dalam hal ini oleh Mapenda, ditandatangani oleh Kepala Seksi Mapenda. Sertifikat diterbitkan oleh Sekolah Dasar (SD) yang bersangkutan, ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam, diketahui oleh Mapenda Kementerian Agama Kota/Kabupaten. e. Sertifikat diterbitkan oleh Sekolah Dasar (SD) yang bersangkutan, ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam, diketahui oleh Mapenda Kementerian Agama Kota/Kabupaten dan oleh pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan.

36

BAB V PENUTUP

Kegiatan Bimbingan Baca Tulis Al-Quran (BTQ) ini merupakan kegiatan pembelajaran tambahan yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang membaca dan menulis al-Quran. Pelaksanaan kegiatan bimbingan Baca Tulis al-Quran di sekolah tidaklah harus mengikuti semua strategi yang dipaparkan dalam buku panduan ini, akan tetapi sekolah atau guru Pendidikan Agama Islam dapat memilih strategi mana yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Dengan memahami buku panduan ini diharapkan seluruh unsur terkait dapat melaksanakan kegiatan tuntas baca tulis Al-Quran secara baik dan benar. Buku panduan ini tentunya masih berlaku secara umum, sehingga dalam implementasinya di lapangan disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan potensi sekolah, serta tetap memperhatikan kemampuan peserta didik dan tradisi yang ada di daerah masingmasing.

37

Pelaksanaan kegiatan BTQ harus dibarengi dengan penilaian agar dapat diketahui hasil dan manfaatnya. Setiap satuan pendidikan harus menyusun program terencana, sistematis dan berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki tingkat kompetensi baca tulis al-Quran sebagaimana yang diharapkan. Tim penyusun menyadari bahwa buku panduan ini masih banyak kekurangan yang perlu, dievaluasi, dan direvisi. Kritik dan saran yang membangun guna perbaikan kedepan menjadi hal yang sangat berharga bagi tim penyusun untuk memperbaiki buku panduan ini.

DAFTAR PUSTAKA Buchori, Mochtar. (1994). Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana. Dasuki, H., dkk. (1993). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Depag RI. (2000). Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: Karya Toha Putra. Depdiknas RI. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dibyo, S, dkk. (2009). Panduan Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas I sampai Kelas VI. Solo: Tri Manunggal Kurniajaya. Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Eggen, P.D, dkk. (1979). Strategies for Teachers, Information Processing Model in The Classroom. New Jersey: Prentoice-Hall, Inc. Engewood Cliffs. Ghafur, WA. (2004). Strategi Qurani. Yogyakarta: Belukar Gordon, Thomas. (1997). Teacher Effectiveness Training (Menjadi Guru Efektif). Alih Bahasa: Aditya Kumara Dewi. Jakarta: Gramedia Pustakla Utama. Ilyas, Asnelly. (1995). Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Bandung: Al-Bayan.

38

Kartawidjaya, Eddy Sopewardi. (1987). Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru. Makmur, Dadang, dkk. (2009). Evaluasi Rangkuman Materi dan Uji Kompetensi PAI SD Kelas I sampai Kelas VI. Kuningan: Media Transformasi. Maolani, Ilam. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Tasikmalaya: STAI Press. Masrun S, dkk. (2007). Senang Belajar Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas 3 dan Kelas 4. Jakarta: Erlangga. Maulana, Rizal, dkk. (2009). Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas I sampai Kelas VI. Bandung: Pustaka Rajawali. Nasution, S. (2004). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Puskur Balitbang Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI. Jakarta: Depdiknas. Quthb, M. (1993). Sistem Pendidikan Islam. Alih Bahasa. Salman Harun. Bandung: Al-Maarif. Shihab, Quraish. (1997). Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan. Wagiman, dkk. (2007). Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas 1, 2, 5, dan 6. Depok: Arya Duta.

39

LAMPIRAN-LAMPIRAN

40

41

Lampiran 1. (Contoh Sertifikat)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA . UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN

SEKOLAH DASAR

Alamat :

SERTIFIKAT
..:No

Kepala Sekolah Dasar ...memberikan sertifikat kepada : Nama Tempat/Tanggal Lahir Nomor Induk :...................... : ...................... :

...................... Yang telah mengikuti program bimbingan Baca Tulis Al-Quran tingkat Sekolah Dasar tahun pelajaran .., dengan hasil : . Semoga Allah SWT selalu memberikan bimbingan dan taufiq dalam

meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Quran. Amin.

..,20 Guru PAI Kepala SDN

.. .. NIP.

NIP.

42

Lampiran 2. (Contoh Raport)

LAPORAN PRESTASI BIMBINGAN BACA TULIS AL-QUR'AN TINGKAT SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN
Nama No. Induk NO :.. : ASPEK YANG DINILAI
Membaca Al-Qur'an: a. Kelancaran membaca b. Makhorijul huruf c. Tajwid Jumlah: Menulis ayat Al-Qur'an: a. Huruf tunggal b. Merangkai huruf c. Kerapihan Jumlah Hafalan: a. Surat-surat pilihan b. Do'a harian Jumlah: Absensi: a. Alpa 4 b. Sakit c. Izin .hari .hari

Kelas Semester Angka

: : NILAI Huruf

Kepribadian: a. Kerajinan b. Kerapihan

c. Kebersihan .hari Catatan : Tingkatkan belajar menulis dan menghapalnya!

Mengetahui: Wali Peserta Didik

Pembimbing

()

() NIP.

43

Lampiran 3. (Contoh Format Instrumen Penilaian) Nama Sekolah Kelas Waktu Ujian

Daftar Hadir Ujian Praktik BTQ

: ........ : . : .

No 1 2 3

Nama

Kelompok

Tanda Tangan Peserta

Daftar Nilai Ujian Praktik BTQ Nama Sekolah Kelas Waktu Ujian Guru Penguji : . : . : . : .

Keterangan No Nama Kelompok Nilai Lulus Tidak Lulus

1 2 3 dst.

44

Tabel Skala Penilaian Praktik BTQ No 1 2 3 4 5 Kelompok A B C D E Skala Nilai 81-100 61-80 41-60 21-40 0 - 20 Indikator Kemampuan Mampu membaca dengan benar tanpa ada kesalahan sesuai dengan ilmu tajwid Mampu membaca dengan benar, dan terdapat kesalahan dalam tajwid Masih banyak ditemukan membaca Al-Quran kesalahan dalam

Belum dapat membaca Al-Quran Tidak bisa membaca Al-Quran / baru mengenal huruf hijaiyyah

Peserta didik yang telah memperoleh nilai A dan B dinyatakan lulus/berhasil. Sementara yang belum berhasil terus mengikuti bimbingan BTQ. Format penilaian dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penilaian .

You might also like