You are on page 1of 17

ILMU MAWARIS

(Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok pada mata kuliah fiqh)

Disusun Oleh ARIF RAHMAN DWI TRISNO QOMARUDDIN 0821019 08210

Dosen Pembimbing:

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2009

A. PENDAHULUAN Nabi Muhammad saw. Bersabda yang artinya sebagai berikut: Pelajarilah Faraid dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya ia merupakan separoh ilmu, kemudian ia akan dilupakan dan ia ilmu pertama kali yang tercabut dari umatku. (H.R. Ibnu Majah dan Dar-Alquthni) Berdasarkan hadis diatas kita selaku seorang hamba Rasullullah telah memerintahkan kepada kita untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh, karena ilmu yang pertama kali akan diangkat oleh Allah dari hamba-hambanya, dan kini terbukti dengan sedikitnya dari kita yang mendalami dan memamahi ilmu tersebut, padahal dengan jalan inilah perselisihan dalam pembagian harta waris dapat diatasi dan tercapainya keadilan yang sesuai dengan syariat Islam1. Dengan dipandangnya sangat penting untuk dipelajari, maka hukum dalam mempelajarinya ialah fardhu kifayah. Sebenarnya ilmu mawaris yang diajarkan Rasul kepada kita untuk kemaslahatan umat manusia dan menghilangkan perselisihan yang mengakibatkan bencana dalam keluarga dan menyampaikan hak-hak mereka sesuai dengan perintah Allah yang tertuang dalam Alquran dan Hadits. Sedikit lebih jelas, di makalah ini akan kami jelaskan secara ringkas tapi jelas yang berkenaan dengan ilmu mawaris atau faraidh dengan pointer-pointer yang mudah untuk dipahami.

B. Pengertian
1

A.Hassan, Alfaraid, (Pustaka Progressif: Surabaya, 1977), cet.ke-8, hlm.3

Ilmu mawaris merupakan sebuah ilmu yang dipergunakan dalam pembagian harta warisan kepada ahli waris yang sesuai dengan bagian-bagian yang telah tertuang dalam hadits maupun Quran. Nama lain dari mawaris ialah faraidh yang artinya bagian atau ukuran yang merupakan sebuah ungkapan dari kaidah fiqhiyyah dan hisabiyah (perhitungan) yang mana dengan ilmu ini seseorang dapat mengetahui pembagian yang didapat oleh setiap ahli waris dari harta atau warisan yang ditinggalkan oleh si mayit (pewaris) sesuai dengan syariat yang telah ditentukan Allah SWT.2 Kalimat faraidh sebagai jamak dari lafadz faridhah diartikan juga oleh para ulama yaitu bagian yang telah dipastikan kadarnya. Menurut bahasa kata tersebut mempunyai beberapa arti.Antara lain3: 1.Taqdir, yakni suatu ketentuan, seperti firman Allah


.Padahal kamu telah menentukan bagi mereka suatu ketentuan (mas kawin), maka karena itu bayarlah separoh dari (jumlah) yang telah kamu tentukan (al-Baqarah:237) 2.Qathu, yakni ketetapan yang pasti, seperti firman Allah:


dan bagi wanita ada bagian dari apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tua dan kerabat-kerabat baik sedikit atau banyak, sebagai suatu bagian yang telah ditetapkan (al-Anam: 7) 3. Inzal, yakni menurunkan, seperti firman Allah:


Sungguh Zat yang menurunkan alquran kepadamu, benar-benar akan menge,balikan kamu ke tempat pengembalian (al-Qashash: 85)
2 3

Diambil dari kitab Ilmu Faraidh cet.pondok pensantren Assalam sei.lilin t.t t.p Fatchur Rahman, Ilmu Waris,(PT.Al-Maarif: Bandung, 1975), hlm. 31-32.

4.Tabyin, yakni penjelasan, seperti firman Allah:


Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu tebusan sumpah-sumpahnya (atTahrim: 2) 5. Ihlal, yakni menghalalkan, seperti firman Allah:


Tak ada suatu dosapun atas Nabi tentang apa yang telah dihalalkan Allah padanya (al-Ahzab: 38) 6. Atha, yakni pemberian, seperti semboyan bangsa Arab yang berbunyi:


Sungguhaku telah memperoleh dari padanya suatu pemberian dan bukan pinjaman C. Rukun Mawaris Dalam waris mewarisi itu mempunyai tiga rukun, yakni: 1. Mauruts Yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh oleh si mayit yang bakal diwarisi oleh ahli waris 2. Muwarits Yaitu orang yang meninggalkan dunia 3. Warits Yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan si mawarits dengan syaratsyarat tertentu D. Hak-hak yang bersangkutan dengan harta peninggalan 1) Biaya perawatan Mayit 2) Membayar hutang si mayit 3) Melaksanakan wasiyat muwarits 4) Hak-hak ahli waris 4

E. Hukum dan Faedah Mempelajarinya Dalam mempelajari ilmu Faraidh hukumnya ialah fardhu kifayah sebagaimana Rasul Saw bersabda:

,
()
Artinya : Pelajarilah Quran dan ajarkanlah kepada manusia, dan pelajarilah Faraid dan ajarkanlah dia, karena sesungguhnya aku seorang yang akan mati, dan ilmu akan terangkat, dan bisa jadi akan ada dua orang yang berselisih, tetapi mereka tidak dapat menemukan seorang yang dapat memberitahukan kepada mereka (hukumnya). (H.R. Ahmad, Tarmizi, dan Nasai) Rasul Saw bersabda yang artinya Pelajarilah Faraid dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya ia merupakan separoh ilmu, kemudian ia akan dilupakan dan ia ilmu pertama kali yang tercabut dari umatku. (H.R. Ibnu Majah dan Dar-Alquthni) Rasullullah telah memerintahkan kepada kita untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh, karena ilmu yang pertama kali akan diangkat oleh Allah dari hamba-hambanya, dan kini terbukti dengan sedikitnya dari kita yang mendalami dan memamahi ilmu tersebut, padahal dengan jalan inilah perselisihan dalam pembagian harta waris dapat diatasi dan tercapainya keadilan yang sesuai dengan syariat Islam4. Dengan dipandangnya sangat penting untuk dipelajari, maka hukum dalam mempelajarinya ialah fardhu kifayah. Faedah yang utama dalam mempelajari ilmu faraid ialah agar tidak terjadi perselisihan-perselisihan dalam membagi harta waris dan juga terpenuhinya hak-hak ahli waris dari peninggalan yang ditinggalkan oleh simayit F. Sebab-sebab waris-mewarisi (

Yang menjadi sebab terjadinya waris mewarisi adalah salah satu dari sebabsebab berikut di bawah ini:
4

Op.Cit., A. Hasan, hlm.3

a) Nikah

:Dengan adanya jalan nikah yang sah maka seseorang suami atau istri bisa menerima waris dari harta yang ditinggal oleh simayit baik istri maupun suami.5

b) Nasab c) Wala

: Atau kekerabatan yaitu hubungan pertalian nasab atau sedarah dengan simayit, seperti ayah, ibu, anak, cucu, dll. : Hubungan antara seorang majikan dengan budaknya yang telah merdeka. Maka seorang majikan itu berhak menerima harta warisan budak tersebut ketika meninggal dunia dan ia tidak memiliki ahli waris.6 Sabda Rasul saw:

( )
Sesungguhnya hak untuk orang yang memerdekakan. (HR.Bukhoridan Muslim) d) Seagama : Jika seorang yang meninggal dunia, sedang ia sama sekali tidak mempunyai ahli waris maka harta peninggalannya diserahkan kepada baitul maal guna untuk kepentingan agama. Sabda Rasul:

( )
Saya menjadi ahli waris dari orang yang tidak mempunyai ahli waris (HR.Ahmad dan Abu Daud)7 G. Penghalang-penghalang mawaris ( ) Maksudnya ialah tindakan atau hal-hal yang dapat menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi beserta adanya sebab-sebab dan syarat-syarat mewarisi harta waris. Para ahli waris yang kehilangan hak-hak waris disebabkan adanya mawaniul irtsi disebut dengan mahrum dan halangannya disebut dengan hirman. Adapun macammacam penghalang dalam mawaris: a) b) Perbudakan Pembunuhan
5

Wiryono, Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia (Van Hoeve: Bandung, 1990), hlm. 23

6 7

Op.Cit., Fatchur Rahman, hlm.113, 116 Mustafa Kamal, Fikih Islam, (Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta, 1985), hlm.161

c)

Berlainan Agama H. Ahli Waris Yang dimaksud dengan ahli waris ialah orang yang karena telah ditetapkan dalam nash maka berhak mendapatkan harta warisan. Ahli waris ini secara garis besarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu8 :

1.

Ahli waris laki-laki Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah, asal pertaliannya masih terus laki-laki 3. Bapak 4. Kakek dari bapak dan terus ke atas 5. Saudara laki-laki sekandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Saudara laki-laki seibu 8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung (kemenakan) 9. Anak laki-laki saudara seayah Paman yang sekandung dengan ayah Paman yang sebapak dengan ayah Anak lelaki paman yang sekandung dengan ayah Anak lelaki paman yang sebapak dengan ayah Suami Bila ahli waris yang tersebt di atas ada semua, maka yang berhak mendapat warisan hanya tiga golongan saja, yaitu : Anak laki-laki Bapak Suami Ahli waris perempuan Anak perempuan Cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus kebawah Ibu Nenek (Ibu dari Ibu) terus ke atas Nenek (Ibu dari ayah) Saudara perempuan kandung Saudara perempuan seayah Saudara perempuan seibu Istri
8

10. 11. 12. 13. 14. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ibid.,hlm. 161-162

1. 2. 3. 4. 5.

Dalam hal ini apabila ahli waris sebagaimana tersebut di atas ada semua, maka yang berhak mendapatkan harta warisan hanya lima golongan saja, ialah : Anak perempuan Cucu perempuan dari anak laki-laki Ibu Saudara perempuan kandung Istri Dan manakalah semua ahli waris yang tersantum sebagaimana di atas, baik dari ahli waris laki-laki maupun ahli waris perempuan ada semua maka yang berhak mendapatkan harta warisan hanyalah enam golongan saja, yaitu : Anak laki-laki Anak perempuan Ibu Bapak Suami Istri I. Ahli waris dzawil furud Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil furud ialah ahli waris yang mempunyai bagian-bagian tertentu sebagaimana telah digariskan secara pasti dalam Alquran atau al-hadits. Ketentuan bagian tersebut ada yang mendapat dua pertiga (2/3), setengah (1/2), sepertiga (1/3), seperempat (1/4), seperenam (1/6), seperdelapan (1/8).9 Yang mendapat dua pertiga (2/3) 1. Dua orang anak perempuan atau lebih (jika tidak ada anak lk) 2. Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, atau yang seayah Yang mendapat setengah (1/2) 1. Seorang anak perempuan 2. Seorang saudara perempuan sekandung atau seayah 3. Suami (bila mayit tidak memiliki anak) 4. Cucu perempuan dari anak laki-laki (jika tidak ada anak lk atau cucu lk dari anak lk) Yang mendapat sepertiga (1/3) 1. Ibu (bila mayit tidak meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki, atau tidak mempunyai saudara kandung atau yang seayah atau seibu
9

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Op.Cit.,Fatchur Rahman, hlm. 197

2. Dua orang saudara atau lebih yang seibu Yang mendapat seperempat (1/4) 1. Suami (bila istri mempunyai anak) 2. Istri (bila suami tidak mempunyai anak) Yang mendapat seperenam (1/6) 1. Ibu (bila mayit mempunyai anak, atau cucu dari anak laki-laki atau saudara baik laki-laki ataupun perempuan yang sekandung, seayah ataupun seibu). 2. Bapak (bila simayit mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki) 3. Nenek (Bila ibunya simayit tidak ada) 4. Kakek dari bapak (bila simayit tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki) 5. Cucu perempuan dari anak laki-laki (jika ada anak perempuan tunggal) 6. Saudara laki-laki atau perempuan yang seibu 7. Saudara perempuan yang seayah (bila si mayit ada 1 saudara kandung) Yang mendapat seperdelapan (1/8) 1. Istri (bila suami mempunyai anak) J. Ahli Waris Ashabah Yang dimaksud dengan ahli waris Ashabah ialah ahli waris yang tidak ditetapkan bagian pendapatannya, tetapi akan menerima semua harta warisan itu apabila tidak ada ahli waris dzawil furud sama sekali. Dan manakala ada ahli waris dzawil furud, maka ahli waris Ashabah berhak atas sisanya. 10 Adapun ahli waris Ashabah yang berhak mendapatkan semua harta atau mendapat semua sisanya, diatur menurut urutan yang berikut di bawah ini: Anak laki-laki Anak laki-laki dari anak lakil-laki Bapak Bapak dari bapak Saudara laki-laki sekandung Saudara laki-laki seayah Anak saudara laki-laki sekandung Anak saudara laki-laki seayah Paman yang sekandung dengan ayah 10. Paman yang sebapak dengan ayah 11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah 12. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan ayah Apabila ashabah sebagaimana yang tersebut dalam daftar di atas ada semua, maka tidak berarti mereka semua akan mendapatkan bagian, akan tetapi harus didahulukan yang lebih dekat hubungan atau pertaliannya dengan si mayit. Dan untuk
10

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ibid. hlm. 94

hal itu urutan di atas telah disusun secara hirarkis, artinya disusun secara bertingkat, sehingga nomor satu harus di dahulukan dari pada nomor dua dan seterusnya. Secara garis besarnya ahli waris ashabah ada tiga yaitu : 1. Ashabah bin -nafsi Yang dimaksud dengan ashabah bin-nafsi yaitu waris ashabah dengan sendirinya, tidak ditarik oleh waris ashabah lainnya atau tidak lantaran bersama-sama dengan waris lainnya. 2. Ashabah bil-ghairi Yang dimaksud dengan ashabah bil-gahiri ialah waris ashabah karena ditarik oleh ashabah lainnya, seperti anak perempuan ditarik menjadi ashabah oleh anak lakilaki, cucu perempuan ditarik menjadi waris ashabah oleh cucu laki-laki, saudara perempuan sekandung atau seayah ditarik menjadi waris asahabah oleh saudara lakilaki sekandung atau seayah ditarik menjadi waris ashabah. 3. Ashabah maal-ghairi Yang dimaksud dengan ashabah maal-ghairi ialah waris ashabah karena bersama-sama dengan waris lainnya, seperti saudara perempuan sekandung atau seayah menjadi waris ashabah karena bersama-sama dengan anak perempuan. Dengan demikian ashabah maal-ghairi ada dua macam, yaitu: 1. Saudara perempuan sekandung Bilamana ahli warisnya saudara perempuan sekandung, baik seorang atau lebih dan anak perempuan, baik seorang atau lebih, atau saudara perempuan sekandung dan cucu perempuan, baik seorang atau lebih, maka saudara perempuan menjadi ashabah maal ghairi. Dengan demikian setelah ahli waris yang lain mengambil bagiannya masing-masing, maka sisanya menjadi bagian saudara perempuan tersebut. 2. Saudara perempuan seayah Bilamana ahli warisnya saudara perempuan seayah, baik seorang atau lebih dan anak perempuan, baik seorang atau lebih, atau saudara perempuan seayah dan cucu perempuan, baik seorang atau lebih, maka saudara perempuan menjadi ahli waris ashabah maal-ghairi. K. Ahli Waris Dzawil Arham Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil arham ialah mereka yang mempunyai hubungan kekerabatan (famili) dengan meninggal dunia, akan tetapi mereka tidak termasuk golongan ahli waris dzawil furud dan juga bukan termasuk golongan ahli waris ashabah. Ahli waris dzawil arham ini tidak mendapatkan warisan selama masih ada ahli waris yang termasuk dalam dua golongan di atas. 10

Ahli waris dzawil arham meliputi: 1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan. Kedudukan cucu ibi disamakan dengan anak perempuan. 2. Kakek atau bapak dari ibu. Kedudukannya disamakan dengan ibu 3. Nenek buyut atau ibu kake. Kedudukannya disamakan dengan ibu. 4. Kemenakan laki-laki atau perempuan dari saudara perempuan sekandung, atau seayah atau seibu. Kedudukannya sama dengan saudara perempuan. 5. Kemenakan perempuan dari saudara laki-laki sekandung atau seayah. Kedudukannya disamakan dengan saudara laki-laki 6. Paman atau saudara laki-laki ayah yang seibu. Kedudukannya disamakan dengan bapak. 7. Paman atau saudara laki-laki ibu. Kedudukannya disamakan denga ibu 8. Bibi atau saudara perempuan dari ayah dan saudara perempuan dari kakek Kedudukannya disamakan dengan bapak 9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu. Kedudukannya disamakan dengan saudara laki-laki seibu 10. Anak perempuan paman. Kedudukannya sama dengan paman. 11. Anak laki-laki dan perempuan dari cucu perempuan. Kedudukannya disamakan dengan cucu perempuan. L. Penghapusan hak waris (hijab) Hijab ialah tabir atau dinding yang menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan bagian warisan dikarenakan masih terdapat ahli waris yang lebih dekat tali perhubungannya deng simayit. Adapun orang-orang yang terhalang mendapatkan bagian warisan dua macam: 1. Hijab Nuqshan Yang dimaksud dengan hijab nuqshan ialah dinding yang hanya mengurangi bagian yang didapatkan ahli waris disebabkan adanya ahli waris yang lain yang bersama-sama dengan dia. Sebagai contoh umpama bagian yang didapatkan oleh ibu mestinya sepertiga (1/3) Tetapi lantaran si mayit meninggalkan anak atau cucu atau meninggalkan beberapa saudara, maka akhirya ibu hanya menerima warisan seperenam (1/6). 2. Hijab Hirman

11

Yang dimaksud dengan hijab hirman ialah dinding yang menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan bagian warisan lantaran masih ada ahli waris yang lebih dekat hubungannya dengan si mayit. Atau dengan kata lain hijab hirman ialah dinding yang menghalangi atau menutup rapat seseorang ahli waris sehingga sama sekali tidak akan mendapat bagian warisan karena ada ahli waris yang lebih dekat dengan si mayit Contohnya cucu laki-laki terhalang mendapat warisan karena ada anak laki-laki. Ahli Waris yang terhalang (hijab) Ahli waris yang terhalang atau tersekat sama sekali (hijab hirman) oleh ahli waris lainnya adalah sebagai berikut: 1. Kakek, ia tidak mendapat bagian sama sekali selama ada bapak Nenek, ia tidak mendapat kan selagi ada ibu 2. Cucu (lk) dari anak (lk), ia tidak mendapat selama ada anak (lk) 3. Saudara kandung laki-laki atau perempuan, ia tidak mendapat selagi ada ahli waris berikut: - Bapak - Anak Laki-laki - Cucu laki-laki dari anak laki-laki 4. Saudara seayah baik laki-laki atau perempuan , ia tidak mendapat bagian selama ada: - Bapak - Anak laki-laki - Cucu (lk) dari anak (lk) - Saudara laki-laki sekandung 5. Saudara seibu (laki-laki atau perempuan), ia tidak akan mendapat bagian selama ada: - Kakek - Bapak - Anak (laki-laki atau peremuan) - Cucu (laki-laki atau perempuan 6. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung tidakn mendapat bagian warisan selama ada: - Kakek - Bapak - Anak laki-laki - Cucu laki-lakidari anak laki-laki - Saudara laki-laki sekandung - Saudara laki-laki seayah 7. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah, tidak mendapat selama ada: - Kakek - Bapak - Anak laki-laki - Cucu (lk) dari anak (lk) 12

- Saudara laki-laki sekandung - Saudara laki-laki seayah - Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung 8. Paman sekandung dengan ayah, tidak mendapat bagian selama ada: - Kakek - Bapak - Anak laki-laki - Cucu (lk) dari anak (lk) - Saudara laki-laki sekandung - Saudara laki-laki seayah - Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung - Anak laki-laki saudara laki-laki seayah 9. Paman seayah dengan bapak, tidak mendapatkan bagian warisan selama ada: - Kakek - Bapak - Anak laki-laki - Cucu (lk) dari anak (lk) - Saudara laki-laki sekandung - Saudara laki-laki seayah - Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung - Paman yang sekandung dengan bapak 10. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah, tidak mendapatkan bagian harta waris selama ada: - Kakek - Bapak - Anak laki-laki - Cucu (lk) dari anak (lk) - Saudara laki-laki sekandung - Saudara laki-laki seayah - Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung - Paman yang sekandung dengan bapak - Paman yang seayah dengan bapak 11. Anak laki-laki paman yang seayah dengan bapak, tidak mendapat selama ada: - Kakek - Bapak - Anak laki-laki - Cucu (lk) dari anak (lk) - Saudara laki-laki sekandung - Saudara laki-laki seayah - Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung - Paman yang sekandung dengan bapak - Anak laki-lakisaudara laki-laki seayah

13

12. Cucu ada: -

Paman yang seayah dengan bapak Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak perempuan dari anak laki-laki, tidak mendapatkan bagian waris selama Anak laki-laki Dua orang anak perempuan atau lebih

M. Contoh masalah 1. Harta peninggalan si mayit sejumlah Rp. 40.000. Ahli warisnya terdiri dari suami dan saudari kandung, maka pembagiannya : KPK Suami
Saudari kandung

1 1 2

1 x 40.000 = Rp. 20.000 2 1 x 40.000 = Rp. 20.000 2

2. Seorang meninggal dunia meninggalkan harta 120.00 dan ahli warisnya terdiri dari Ayah, dua anak perempuan, dan ibu, maka pembagiannya : KPK Ayah
Ibu 2 anak perempuan

6 1/6
1/6 2/3

1 1 4 6

1 x 120.000 = Rp. 20.000 6 1 x 120.000 = Rp. 20.000 6 4 x 120.000 = Rp. 80.000 6

3. Seorang mati meninggalkan harta Rp.480.000 dan ahli warisnya ialah istri, bapak, ibu, 5b anak laki-laki, dan 3 anak perempuan KPK Istri
Bapak Ibu

24 1/8
1/6 1/6

3 4 4

3 x 480.000 = Rp. 60.000 24 4 x 480.000 = Rp. 80.000 24 4 x 480.000 = Rp. 80.000 24


13 x 480.000 = Rp. 260.000 24

5 anak (lk)

asobah binnafsi

14

3 anak (pr)

asobah bilghoiri

13

24 Bagian anak (lk) dua kali lipat dari bagian anak perempuan: 5 anak (lk) : 5x 2 = 10 3 anak (pr) : 3x1 = 3 Total 13
5 anak (lk) = 10 x 260.000 = Rp. 200.000, berarti setiap anak (lk) menerima = 200.000 = Rp. 40.000 13 5 3 anak (pr) = 3 x 260.000 = Rp. 60.000, berarti setiap anak (pr) menerima = 60.000 = Rp. 20.000 13 3

KESIMPULAN Ilmu mawaris merupakan sebuah ilmu yang dipergunakan dalam pembagian harta warisan kepada ahli waris yang sesuai dengan bagian-bagian yang telah tertuang dalam hadits maupun Quran. Rukun Mawaris 1. Mauruts 2. Muwarits 3. Warits Ahli waris dzawil furud Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil furud ialah ahli waris yang mempunyai bagian-bagian tertentu sebagaimana telah digariskan secara pasti dalam Alquran atau al-hadits. Ketentuan bagian tersebut ada yang mendapat dua pertiga (2/3), setengah (1/2), sepertiga (1/3), seperempat (1/4), seperenam (1/6), seperdelapan (1/8). Ahli waris ashabah

15

Yang dimaksud dengan ahli waris Ashabah ialah ahli waris yang tidak ditetapkan bagian pendapatannya, tetapi akan menerima semua harta warisan itu apabila tidak ada ahli waris dzawil furud sama sekali. Dan manakala ada ahli waris dzawil furud, maka ahli waris Ashabah berhak atas sisanya. Ashabah ada 3 macam : 1. Ashabah bin-nafsi 2. ashabah bilghairi 3. Ashabah maal-ghairi

REFERENSI Alquranulkarim dan terjemahannya


Hassan, Ahamad., Alfaraid, (Pustaka Progressif: Surabaya, 1977), cet.ke-8, Kamal, Mustafa, Fikih Islam, (Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta, 1985), kitab Ilmu Faraidh cet.pondok pensantren Assalam sei.lilin t.t t.p

Rahman, Fatchur, Ilmu Waris,(PT.Al-Maarif: Bandung, 1975),


Wiryono, Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia (Van Hoeve: Bandung, 199

16

17

You might also like