You are on page 1of 21

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, di antaranya dalam memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, serta meningkatkan pendapatan nasional melalui penerimaan devisa.

Pembangunan pertanian di satu sisi dituntut untuk menjamin pendapatan yang layak bagi petani, sedangkan di sisi lain mampu menyediakan hasil pertanian dalam jumlah yang cukup dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan cara mengusahakan komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai potensi pasar yang cukup besar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Sektor pertanian yang dikembangkan salah satunya adalah hortikultura yang meliputi buah- buahan, sayuran dan bunga. Buah- buahan cukup potensial untuk dikembangkan dengan pertimbangan permintaanya terus meningkat. Salah satu komoditas buah yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah semangka. Lamanya umur tanaman semangka tumbuh sampai buah masak, pada kondisi lahan dan cuaca normal adalah 70 100 hari, sejak bibit ditanam (Wihardjo, 1993). Semangka mempunyai daya tarik khusus karena buahnya yang berasa segar, banyak mengandung air lebih kurang 92 persen. Walaupun nilai gizinya termasuk rendah yaitu hanya mengandung 7 persen karbohidrat dalam bentuk gula dan

kandungan vitamin dan mineralnya pun tergolong rendah, namun buah ini diminati konsumen karena rasanya yang segar (Kalie, 1996). Buah semangka dengan kualitas yang baik telah banyak dipasarkan di supermarket di kota- kota besar dengan konsumen yang sebagian besar masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Budidaya tanaman semangka di tanah air, masih terbatas untuk memenuhi pasaran dalam negeri. Tetapi tidak tertutup kemungkinan kita mampu bersaing di pasaran internasional. Faktor- faktor yang menjadi barometer naik- turunnya harga pasaran buah semangka di dalam negeri adalah banyaknya hasil buah yang dipanen pada saat bersamaan. Masuknya benih- benih semangka impor mempunyai beberapa daya tarik yang kuat, sebab buah semangka tersebut mampu merebut pasaran sejajar dengan buah- buahan jenis lain yang sebagian masih didatangkan dari luar negeri. Kenyataan demikian menjadikan permintaan pasar buah semangka semakin meningkat. Terlebih saat buah yang didatangkan dari daerah- daerah penghasil tadi relatif sedikit jumlahnya, sehingga harganya pun melonjak beberapa kali lipat (Wihardjo, 1993). Desa- desa di Kecamatan Adipala yang menanam komoditas semangka meliputi Welahan Wetan, Glempangpasir, Karangbenda, dan Bunton. Petani semangka di Kecamatan Adipala semakin lama semakin berkurang, hal ini disebabkan karena curah hujan yang ekstrim, lahan yang biasanya untuk menanam semangka sekarang digunakan untuk penghijauan pantai dan berubah jadi lahan sawah yang basah. Perubahan iklim merupakan kejadian alam yang berdampak terhadap perubahan pola tanam dan penurunan produksi. Pranata mangsa dan

Kertamasa yang dalam sejarah dan budaya bercocok tanam dijadikan sebagai pemandu penerapan pola tanam tidak dapat dipedomani sepenuhnya karena pergeseran awal musim akibat perubahan iklim yang menyebabkan gagal panen (Syahbuddin, H dan Runtunuwu,E., 2008). Potensi di Kecamatan Adipala meliputi potensi lahan dan sumber daya manusianya. Lahan di Kecamatan Adipala meliputi lahan pantai dan sawah (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Adipala, 2010). Tanaman semangka pada tahun 2007 sangat berkembang pesat yaitu luas lahan untuk budidaya semangka di Kecamatan Adipala mencapai 36 Ha, hal ini disebabkan karena cuaca saat itu musim keringnya lebih lama dari pada musim hujannya. Produksi semangka per Ha biasanya 13 ton- 15 ton. Cuaca yang ekstrim pada tahun 2010 menyebabkan panen semangka di Kecamatan Adipala menurun. Selama tahun 2010 petani melakukan dua kali musim tanam, yaitu pada bulan januari awal dan juni awal. Salah satu contohnya musim tanam awal juni 2010 yang dipanen pada akhir Juli 2010, setiap luas lahan sebesar dua Ha menghasilkan produksi 21 ton dengan harga semangka Rp. 1.200,00 per kilogram. Disamping cuaca yang ekstrim, lahan yang biasanya untuk menanam semangka sekarang digunakan untuk penghijauan pantai dan sawah yang basah (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Adipala, 2010), dengan meningkatnya jumlah produksi semangka belum tentu penghasilan petani meningkat karena harga jual semangka pada saat panen sangat berpengaruh terhadap penghasilan petani semangka.

Lahan pantai di Kecamatan Adipala sangat cocok untuk menanam semangka, memungkinkan apabila ditanam semangka buah yang dihasilkan akan bagus dan kualitasnya bagus sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Petani semangka yang konsisten menanam semangka kehidupannya semakin makmur dibandingkan dengan petani semangka yang menanam hanya pada musim tertentu. Pada saat permintaan buah semangka di Pasar banyak padahal yang menanam semangka hanya sedikit, maka secara otomatis harga buah semangka menjadi naik, sehingga petani yang konsisten menanam semangka akan mendapat keuntungan yang lebih tinggi. Tanaman semangka mudah

dibudidayakan dan waktu dari awal tanam sampai panen hanya kurang lebih 90 hari sudah bisa dipanen. Perkembangan teknologi yang semakin maju dapat mengatasi masalah dalam budidaya semangka. Tanaman semangka merupakan buah yang paling banyak ditanam di Kecamatan Adipala, sehingga peneliti mengambil komoditas buah semangka sebagai objek penelitian. Petani dalam berusaha tani selalu bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: harga jual produk, biaya produksi dan volume penjualan. Besar kecilnya biaya produksi dipengaruhi oleh penggunaan faktor- faktor produksi seperti bibit, pupuk dan tenaga kerja. Lahan pantai di Kecamatan Adipala cocok untuk usahatani semangka. Petani semangka di Kecamatan Adipala semakin lama semakin berkurang, padahal permintaan semangka di Pasar semakin meningkat. Luas lahan pada tahun 2010 semakin menurun namun pada musim tanam berikutnya yaitu tahun 2011 petani semangka tetap mengusahan usahatani semangka, sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan analisis finansial usahatani semangka di Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap pada saat luas lahan menurun yaitu pada tahun 2010. B. Identifikasi Masalah

Desa

Welahan

Wetan,

Glempangpasir,

Karangbenda,

dan

Bunton

merupakan desa berpotensi untuk menghasilkan buah semangka di Kecamatan Adipala. Kecamatan Adipala terletak di daerah rendah pantai, kadaan iklim suhu udara yaitu 230 C- 280 C sehingga suhu di Kecamatan Adipala sesuai dengan syarat tumbuh tanaman semangka, sehingga banyak petani yang menanam semangka. Petani semangka di Kecamatan adipala ada yang kehidupanya makmur namun ada juga yang hanya cukup untuk hidup saja. Permasalahan yang dihadapi petani semangka di Kecamatan Adipala adalah curah hujan yang ekstrim, lahan yang biasanya untuk menanam semangka sekarang digunakan untuk penghijauan pantai dan berubah jadi lahan sawah yang basah. Meskipun mempunyai berbagai kendala yang harus dihadapi dalam usahatani semangka, akan tetapi petani semangka di Kecamatan Adipala sangat berharap usahatani yang dijalankannya dapat menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian finansial untuk mengetahui sejauh mana usahatani yang dijalankanya memberikan manfaat dan keuntungan. Produksi semangka yang semakin banyak belum tentu menghasilkan pendapatan yang semakin besar, karena harga semangka berpengaruh terhadap penerimaan. Harga buah semangka pada saat hari biasa masih stabil, namun pada saat panen raya harga buah semangka menjadi rendah atau murah, sehingga 5

berpengaruh terhadap pendapatan petani semangka. Bahan pertimbangan bagi petani dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan kegiatan usahatani semangka selain aspek teknis tentang bagaimana cara petani mengalokasikan faktor produksi untuk menghasilkan produk yang tinggi, juga aspek ekonomi yaitu tentang biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Tingginya hasil produksi belum tentu menghasilkan peningkatan pendapatan, sehingga dengan pemilihan alternatif usahatani semangka tersebut petani mengharapkan pendapatan yang lebih tinggi. Kajian finansial sangat diperlukan oleh petani di Kecamatan Adipala. Analisis yang digunakan dalam kajian finansial usahatani semangka diantaranya adalah analisis biaya dan pendapatan, analisis Break Even Point (BEP), analisis Revenue Cost Ratio (R/C ratio). Total biaya dalam usahatani adalah jumlah dari biaya tetap ditambah dengan biaya tidak tetap. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisis Break Even Point merupakan cara untuk mengetahui batas penjualan minimal agar suatu perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum memperoleh laba atau laba sama dengan nol. Analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C Rasio) merupakan rasio antara penerimaan yang diperoleh sebagai pendapatan kotor dan biaya yang dikeluarkan. Efisien tidaknya suatu usaha yang dijalankan berkaitan dengan penggunaan modal, maka digunakan rasio biaya penerimaan (Revenue Cost Ratio) yang merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Tolak ukur yang digunakan yaitu apabila rasio penerimaan dan biaya lebih dari satu, maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut

telah efisien, jika rasio penerimaan dan biaya sama dengan satu berarti usaha impas dan bila rasio penerimaan dan biaya kurang dari satu maka usaha tersebut tidak efisien. Petani juga perlu mengetahui kemampuan suatu usaha dalam

mengembalikan modal yang telah ditanamkan dengan menggunakan analisis Return on Invesment (ROI), ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh petani dari setiap jumlah uang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Analisis ini dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal yang telah dikeluarkan oleh petani. Analisis jangka waktu pengembalian modal (payback period) menunjukkan berapa lama suatu investasi akan bisa kembali. Informasi biaya diperlukan oleh petani untuk dapat mengukur apakah kegiatan usahatani yang dijalankan menghasilkan laba atau tidak, selain itu juga dapat sebagai dasar untuk merencanakan alokasi biaya input untuk menghasilkan output. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Berapakah biaya dan pendapatan usahatani semangka di Kecamatan Adipala? 2. Berapakah volume produksi dan penerimaan pada saat titik impas atau Break Even Point (BEP) usahatani semangka di Kecamatan Adipala? 3. Berapakah perimbangan penerimaan dan biaya atau Revenue Cost Ratio (R/C) yang dihasilkan dalam usahatani semangka di Kecamatan Adipala?

4. Berapakah besarnya Return on Invesment (ROI) dan jangka waktu pengembalian modal (Payback Period) usahatani semangka di Kecamatan Adipala? C. Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data usahatani semangka periode 2010/2011 2. Faktor lain yang tidak diteliti dianggap tetap

D.

Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biaya dan pendapatan usahatani semangka di Kecamatan Adipala 2. Mengetahui volume produksi dan penerimaan pada saat titik impas atau

Break Even Point (BEP) usahatani semangka di Kecamatan Adipala 3. Mengetahui perimbangan penerimaan dan biaya atau Revenue Cost Ratio (R/C) yang dihasilkan dalam usahatani semangka di Kecamatan Adipala 4. Mengetahui kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan yang akan digunakan menutup investasi yang dikeluarkan serta menghitung jangka waktu pengembalian modal.

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Memberikan informasi kepada petani berkaitan dengan kajian finansial usahatani semangka di Kecamatan Adipala. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi dinas terkait dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan usahatani semangka di Kecamatan Adipala. 3. Sebagai bahan kajian dan informasi bagi penelitian selanjutnya.

II.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari- hari semakin penting sebagai sumber vitamin dan mineral, selain itu juga sebagai bahan baku berbagai produk olahan. Pengusahaan hortikultura khususnya buah- buahan kini mulai dilakukan secara monokultural dan dikelola dengan pola agribisnis. Tanaman hortikultura dapat dikelompokkan menjadi tanaman buah- buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman obat. Buah- buahan yang ditanam masyarakat Adipala sangat beragam. Buah yang digunakan dalam penelitian ini adalah semangka, karena merupakan buah yang paling banyak ditanam di Kecamatan Adipala. Input merupakan faktor penting dalam melakukan usahatani semangka. Input dalam usahatani semangka meliputi lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan mulsa (Harri, 2005). Usahatani semangka akan menghasilkan output berupa fisik dan ekonomi. Output fisik berupa produk semangka, sedangkan output ekonominya berupa pendapatan. Besarnya input akan berpengaruh terhadap hasil output ekonominya. Petani pada umumnya tidak mempunyai catatan usahatani (farm recording), sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat- ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek, karena mereka masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan. Tentu saja teknik pengumpulan datanya harus baik dan benar (Soekartawi, 1995).

10

Suatu usahatani memerlukan proses analisis finansial agar dapat mengetahui berhasil atau tidaknya usahatani dalam menjalankan usahanya. Analisis finansial dapat menggunakan beberapa analisis salah satunya yaitu analisis biaya dan pendapatan. Unsur- unsur biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi seperti penyusutan peralatan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah sesuai dengan jumlah produksi. Produk yang dihasilkan dari korbanan biaya tetap dan biaya variabel kemudian dijual. Hasil dari penjualan disebut penerimaan. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga jual produk. Setelah diperoleh penerimaan, dapat diketahui pendapatan yang diperoleh perusahaan yaitu dari selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Pengeluaran total diperoleh dari hasil penjumlahan antara total biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 1995). Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP) merupakan suatu metode yang bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu usaha tani berada pada kondisi hasil usaha diperoleh sama dengan yang dikeluarkan atau dengan kata lain usaha dijalankan tidak untung dan tidak rugi. Penghitungan yang dilakukan terdiri dari Break Even Point (BEP) berdasarkan unit dan rupiah (Sutrisno, 2009). Analisis lain yang digunakan dalam proses analisis finansial adalah Analisis Revenue Cost Ratio (R/C). Perimbangan penerimaan dan biaya (Revenue Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah suatu usaha dianggap menguntungkan atau tidak. Hal tersebut berkaitan dengan pertimbangan atas keberlanjutan suatu

11

usaha. Suatu usaha dianggap menguntungkan dan perlu dikembangkan apabila nilai R/C ratio lebih dari satu. Suatu usaha hanya mampu menghasilkan penerimaan yang cukup untuk menutup biaya dikeluarkan berada pada posisi tidak untung dan tidak rugi (break even point), R/C ratio sama dengan satu. Suatu usaha dianggap tidak menguntungkan apabila nilai R/C ratio kurang dari satu, (Soekartawi, 1995). Return on Invesment (ROI) merupakan kempuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Skema kerangka pemikiran kajian finansial usaha tani semangka di Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Gambar 1.

12

Hortikultura

Buah- buahan

Sayuran

Tanaman Hias

Tanaman Obat

Semangka

Non Semangka Usahatani

Input

Hasil Usahatani Analisis Biaya dan pendapatan Analisis Break Even Point Fisik Ekonomi Analisis Revenue Cost (R/C) Return on Invesment (ROI) dan Payback Period

Keberlanjutan usahatani semangka

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

13

III.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode survei yaitu suatu metode penelitian dengan mendasarkan suatu pengamatan dan penyelidikan langsung pada beberapa sampel untuk memberi keterangan yang lebih jelas dan valid tentang sesuatu masalah sehingga didapatkan data representatif (Teken,1965).

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Welahan Wetan, Glempangpasir, Karangbenda, dan Bunton. Pemilihan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan penghasil buah semangka di Kecamatan Adipala. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2011.

B. Sasaran Penelitian Sasaran dari penelitian ini adalah petani semangka yang menanam semangka pada musim tanam 2010/2011 di Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.

C. Rancangan Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel petani dilakukan dengan cara sensus karena populasi petani semangka sedikit yaitu 62 petani. Subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002). Penentuan petani sampel adalah petani semangka yang melaksanakan usahatani pada musim tanam 2010/2011. 14

Sebaran populasi petani semangka di Kecamatan Adipala terletak di empat Desa yaitu: 1. Desa Welahan Wetan 2. Desa Glempangpasir 3. Desa Karangbenda 4. Desa Bunton Total Petani sebanyak 20 petani. sebanyak 30 petani. sebanyak 2 petani. sebanyak 10 petani. sebanyak 62 petani.

D. Metode Pengambilan Data dan Jenis Data

1. Metode Pengambilan Data a. Wawancara Wawancara atau interview merupakan suatu cara pengumpulan data memakai daftar pertanyaan yang telah disiapkan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian. b. Observasi Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara meninjau dan mengamati secara langsung terhadap objek yang diteliti. c. Studi pustaka Teknik pengumpulan data dengan mempelajari hasil- hasil penelitian, literatur, internet serta sumber lain yang relevan dengan penelitian.

15

2. Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan petani semangka berdasarkan daftar pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya. Data yang diambil dari petani sampel yaitu biaya usahatani dan pendapatan petani. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung atau data penunjang yang diperoleh dari sumber tidak langsung yaitu instansi atau lembaga terkait dengan penelitian, internet dan pustaka yang menunjang kegiatan penelitian.

E. Variabel dan Pengukuran

Variabel dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Produksi semangka, yaitu jumlah semangka yang dihasilkan petani semangka dalam satu kali proses produksi dihitung dengan satuan kilogram. 2. Biaya total adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan produsen untuk membiayai usahatani semangka dalam satu kali proses produksi. Biaya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Biaya tetap, yaitu biaya yang nilainya tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah. b. Biaya variabel, yaitu biaya yang nilainya bergantung pada besar kecilnya volume produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah.

16

3. Harga semangka adalah harga jual semangka yang diterima petani, dinyatakan dengan satuan rupiah per kilogram. 4. Penerimaan, yaitu hasil penjualan semangka selama satu kali proses produksi. Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah produk dengan harga produk perkilogram. Penerimaan dinyatakan dengan satuan rupiah. 5. Pendapatan atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total, dinyatakan dalam satuan rupiah per proses produksi.

F. Metode Analisis Data

Beberapa alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Analisis Biaya dan Pendapatan Biaya tetap dalam usahatani semangka, yaitu biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah semangka yang diproduksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah sesuai dengan jumlah semangka yang diproduksi. a. Biaya Total Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya total dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (Soekartawi, 1995) : TC = FC + VC

Keterangan : TC FC : : Total Cost (biaya total), satuan rupiah Fixed Cost (biaya tetap), satuan rupiah 17

VC

Variable Cost (biaya variabel), satuan rupiah

Penyusutan digunakan untuk menghitung peralatan usahatani yang dapat dipakai lebih dari satu musim tanam. Rumus penyusutan menurut (Sutrisno,2001) sebagai berikut: Penyusutan = b. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan harga jual produk. Penerimaan pada usahatani semangka di Kecamatan Adipala dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1995): TR = P x Q Keterangan: TR : Total Revenue (penerimaan total), satuan rupiah P Q : Price (Harga), satuan rupiah per kilogram : Quantity (jumlah barang), dalam satuan kilogram

c. Pendapatan Pendapatan bersih atau keuntungan usaha diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995): Pd = TR - TC

Keterangan: Pd : Pendapatan (keuntungan), satuan rupiah

TR : Total Revenue (penerimaan total), satuan rupiah TC : Total Cost (biaya total), satuan rupiah

18

2. Analisis Break Even Point (BEP) Analisis Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Break Even Point (BEP) secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto,2001): a. BEP unit =

b. BEP rupiah

Keterangan: P V = Harga jual per unit, satuan rupiah = Biaya variabel per unit, satuan rupiah

FC = Biaya tetap, satuan rupiah VC = Biaya variabel, satuan rupiah S Q = Volume penjualan, satuan kilogram = Jumlah unit/ kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual, satuan kilogram 3. Analisis Revenue Cost Ratio(R/C) R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. R/C ratio digunakan untuk menganalisis penerimaan yang diperoleh dari usahatani, menunjukan penggunaan satu satuan biaya yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah penerimaan. R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995):

19

R/C =

Keterangan: R/C = Revenue Cost Ratio Py = Harga satuan produk yang dihasilkan, satuan rupiah Y = Jumlah produk yang dihasilkan, satuan kilogram

FC = Biaya Tetap (fixed cost), satuan rupiah VC = Biaya Variabel (variable cost), satuan rupiah Kriteria: R/C > 1, berarti usahatani tersebut menguntungkan dan usaha tani tersebut perlu untuk dikembangkan R/C = 1, berarti usahatani tersebut memberikan penerimaan yang hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan sehingga usahatani tersebut tidak perlu dilanjutkan 4. Return on Invesment (ROI) ROI digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasikan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang telah dikeluarkan. Rumus ROI menurut Soekartawi (1993), sebagai berikut: ROI = x 100 %

20

Jangka waktu pengembalian modal dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut: Jangka waktu pengembalian = x waktu proses produksi

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jenis Kegiatan Persiapan Survei Pendahuluan Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Skripsi I Xxx Xxx II Bulan keIII IV V VI

xxx xxx xxx xxx xxx xxx

21

You might also like