Professional Documents
Culture Documents
B8
D R A H M A D LU T F I FAT H U L L A H M A
Apa yang melatarbelakangi perbedaan metode ahli fikih dan ahli hadis? Karakter berpikir orang, turut dipengaruhi oleh kitab yang dibaca. Pada ahli hadis, terlalu berkecimpung dengan kesahihan riwayat (mada shihat al-hadis). Sedangkan orang fikih lebih melihat dampak yang diakibatkan atas suatu teks untuk pengambilan sebuah hukum (istinbath alahkam). Namun, meski sekalipun hadis tersebut dhaif, ahli fikih akan mencoba mencari illat-nya sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan karena mereka memang berbeda dalam penguasaan bidang tertentu. Misalnya, ketika kita berdebat dengan Wahbah AlZuhaili tentang ilmu hadis, tentu saja hal itu tidak tepat. Karena, corak berpikir Zuhaili didominasi ilmu fikih.
DAMANHURI ZUHRI/REPUBLIKA
ajian hadis di Indonesia masih sangat minim. Akibatnya, hadis-hadis lemah dan palsu dengan begitu mudah tersebar luas di Indonesia. Kondisi seperti ini disinyalir karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan hadis-hadis lemah dan palsu. Selain itu, kondisi tersebut juga diperparah dengan rendahnya kajian hadis di Indonesia. Bahkan, karya ulama nusantara dalam kajian hadis juga sangat sedikit. Kalau ada yang bagus, karya tersebut merupakan karangan ulama yang lama bermukim di Arab Saudi, seperti At-Termasi yang menulis Syarah Manhaj Dzawi An-Nadhar. Di samping itu, merebaknya hadis lemah dan palsu juga turut disebarkan oleh para mubalig (penceramah). Bahkan, di kalangan dai, keberadaan hadis lemah sangat dominan, bahkan tak jarang mereka menggunakan hadis-hadis palsu. Kajian dan pengajaran metode hadis selama ini sifatnya juga masih normatif, sebatas pada pengertian berikut klasifikasinya saja. Pengajaran hadis di Tanah Air jarang menyentuh level penelitian, tutur Dr Ahmad Lutfi Fathullah MA, direktur eksekutif Pusat Kajian Hadis Jakarta. Menurutnya, saat ini yang paling mendesak adalah mengubah metode pengajaran hadis, dari pengertian makna pada penelitian kualitas hadis. Tradisi sanad dalam sebuah hadis tidak hanya melalui kitab-kitab fadhail (keutamaan), tetapi juga kitab-kitab utama sekaligus, ujar Lutfi. Seberapa urgensi kajian hadis itu, bagaimana kualitas hadis yang berkembang di Indonesia, dan bagaimana pengkajiannya? Berikut petikan lengkap wawancara Republika dengan dosen hadis di beberapa perguruan tinggi Islam ini.
Benarkah dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim ada hadis dhaif? Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, mau dibilang sahih semua, itu benar. Namun, bila ada orang yang menyatakan dhaif di dalamnya, hal itu juga benar. Hanya saja, orang yang tidak mengerti tentang masalah ini akan salah persepsi. Karena berdasarkan konsep ilmu hadis, dalam kitab Bukhari dan Muslim, ada hadis yang dhaif. Imam Bukhari mengatakan bahwasanya hadis yang dia pertanggungjawabkan adalah hadis dengan sanad menyambung sampai ke Rasulullah. Sedangkan yang tidak disebutkan sanadnya secara lengkapdalam ilmu hadis dianggap muallaq ataupun mauquf maka Bukhari tidak menjamin kesahihannya. Cukup dengan menyatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh sahabat. Hadis muallaq dan mauquf, dalam kajian ilmu hadis dikategorikan sebagai hadis dhaif. Dan, kedua kategori hadis itu banyak terdapat di Shahih Bukhari. Tetapi, jika menggunakan perspektif Imam Bukhari, dalam kitabnya itu tidak terdapat hadis dhaif. Bukankah Bukhari menegaskan sendiri hanya mengumpukan hadis-hadis sahih dalam kitab Sahihnya? Benar. Tetapi, yang dimaksudkan di situ adalah hadis yang menyambung sanadnya ke Rasulullah. Sedangkan muallaq, sengaja dilakukan karena bisa jadi nilai kesahihan hadis tersebut lebih rendah dibanding hadis yang tersambung. Tetapi, kriteria yang diletakkan Bukhari, sangat ketat. Dan, itu berbeda dengan imam lainnya. Apakah dengan demikian akan mengurangi kredibilitas Bukhari? Tentu saja tidak. Di mata para pengkaji hadis, adanya fakta tersebut tidak akan mengurangi kredibilitas Bukhari sebagai seorang periwayat hadis. Namun, menurut kacamata orang awam, bisa jadi hal itu akan menjadi celah untuk menyerang Bukhari. Saya bisa menegaskan bahwa Shahih Bukhari sudah teruji selama ratusan tahun. Sedangkan, pendapat mereka yang mencercanya sama sekali belum terbukti Mengapa hadis tentang Isra Miraj dipermasalahkan oleh sebagian kalangan? Peristiwa Isra Miraj paling berpotensi disisipkan hadis-hadis lemah, bahkan palsu, karena dalam peristiwa ini, tidak banyak orang yang menyaksikan perjalanan tersebut. Dan, dasar yang meyakininya adalah keimanan. Tatkala Syekh Muhammad Al-Ghazali meragukan hadis tentang Isra Miraj yang terdapat dalam Shahih Bukhari, argumen yang dikeluarkan bertentangan dengan pendapat mayoritas seperti AnNawawi dan Ibnu Hajar al-Asqalani. Bahkan, oleh sebagian kalangan, Syekh Muhammad Al-Ghazali dituding sebagai orang yang tak tahu tentang kajian hadis. Apakah hadis dhaif bisa dijadikan landasan dalam akidah? Hadis dhaif digunakan sebagai penjelasan (bayan) akidah dan tidak digunakan sebagai dasar. Sedangkan untuk konteks dasar, hadis-hadis tentang surga dan neraka harus menggunakan hadis mutawatir sekalipun mutawatir maknawi. Namun, jika terkait dengan detail seperti apakah
Apa urgensi hadis dalam hukum Islam? Alquran lengkap dari sisi konsep. Sedangkan, penjelasannya secara detail, baik tentang hukum maupun lainnya, dapat ditelusuri dari hadis Rasulullah SAW. Hadis merupakan sumber hukum yang sangat penting bagi umat Islam. Ia menempati peringkat kedua setelah Alquran. Karena itu, keberadaan hadis sangat penting, terutama dalam tataran amaliah (perbuatan). Sebab, sebagian besar tuntunan agama bersifat amaliah. Apakah perbedaan riwayat bisa berpengaruh pada kesimpulan hukum? Keempat mazhab (Syafiiyah, Malikiyah, Hanafiyah, dan HanabilahRed), banyak mempergunakan hadis sebagai rujukan. Karena itu, ada perbedaan pandangan di antara mereka dalam menetapkan sebuah kasus hukum karena nash yang digunakan juga berbeda. Misalnya, dalam hal tata cara shalat Rasulullah terdapat beberapa riwayat yang berbeda. Bisa jadi, sahabat yang satu meriwayatkan bahwa dia melihat Rasulullah shalat dengan mengenakan baju putih dan membaca Surah Al-Kautsar. Sedangkan, sahabat lainnya, mengisahkan bahwa Rasulullah shalat dengan memakai baju merah dan membaca Surah Al-Ala. Sejauh manakah ulama mazhab fikih menyikapi perbedaan riwayat tersebut? Imam Malik memiliki konsep amalan orang Madinah adalah hujjah (dalil) yang kuat. Sedangkan Imam Syafii dalam Kitab Ar-Risalah mempunyai konsep lebih jelas dan teliti. Konsepnya, siapa saja sahabat yang shalat di shaf paling depan dan siapa yang tidak pernah ketinggalan jamaahnya, maka yang demikian lebih kuat karena rutinitasnya lebih tinggi. Imam Syafii, misalnya, melakukan kritik sejarah modern dengan kajian antropologi. Karena itu, Imam Syafii tersohor sebagai perintis kajian ilmu nasikh mansukh dan konep syadz. Bukankah Imam Malik sendiri juga terkadang menggunakan hadis dhaif? Ada jarak yang sangat jauh antara kita dan