You are on page 1of 3

Prolog

Islustrasi: anak kecil bernama Petrova yang berada di Rusia. Perbandingan: Ibu Nelly yang berobat ke dukun karena Tuhan tidak menjawab doanya untuk menyembuhkannya. Bagaimana Anda menjelaskan ini? Di mana letak permasalahannya, sehingga doa-doa kita sering serasa sia-sia, dan Tuhan sering tampak seperti tak berdaya? Masih ada gunanyakah beriman serta berharap kepada-Nya? Apa sih, kalau ada, manfaat praktis doa-doa kita? Wah, jangan-jangan pertolongan embah dukun memang lebih bisa diandalkan. *** Pertama, perlu Anda ketahui, bahwa iblis dan antek-anteknya memang memiliki kuasa yang luar biasa. Kepada Yesus, Iblis bahkan berani menawarkan seluruh kerajaan dunia beserta segala kegemilangannya. Ia tentu tidak menawarkan, bila tidak memilikinya, bukan? Jadi tidak usah heran, kalau Anda mendengar cerita bahwa dukun ini bisa menyembuhkan, atau dukun itu bisa memberi kekayaan, dan dukun yang lain lagi bisa membuat orang enteng jodoh. Memang bisa kok! Dan sebaliknya, Tuhan acap kali terkesan diam seperti Megawati. Dan pertolonganNya selalu tiba terlambat, seperti kereta api kelas ekonomi. Tapi yang akan saya katakan berikut ini, penting sekali anda perhatikan. Sesuatu yang sepintas kelihatan seperti pertolongan yang cepat, nyata dan efektifbila bersumber dari iblis ia selalu bersifat jebakan. Selalu mencelakakan. Tidak pernah tidak! Maksud saya, barangkali nyaman di awal perjalanan, namun berujung pada kebinasaan! Pasti! Karena itu jangan sekali-kali anda berprinsip asal bisa sembuh atau kaya atau memperoleh jodohtidak peduli siapa sumbernya dan bagaimana caranya. Jangan! Uji dan tes yang teliti lebih dahulu. Kalau sumbernya adalah iblis, jangan pikir panjang, buang jauh-jauh opsi itu! Berprinsiplah lebih baik mati di pangkuan Tuhan, ketimbang hidup di pelukan Setan. Kedua, kekecewaan kita terhadap Tuhan karena doa-doa kita yang sepertinya sia-sia itu, umumnya juga disebabkan oleh pemahaman yang keliru tentang doa. Doa memang besar manfaatnya, serta luar biasa dampaknya. Tentu! Ini harus kita akui. Tapi doa tidak berfungsi untuk menggantikan tangan, kaki, dan otak. Anda masih harus bekerja dan berpikir, bukan cuma berdoa. Dan juga bukan metode untuk memaksa Allah mengikuti kemauan kitaseperti pistol di tangan penodong. Sebaliknya, doa adalah pernyataan betapa kita rindu melaksanakan kehendak-Nya. Doa harus mendorong dan membuat kita bekerja lebih giat dan lebih baik. Bukan membuat kita semakin malas, karena berprinsip cukup dengan doa. Tidak! Kehidupan doa yang benar akan

memotivasi kita hidup lebih bertanggung jawabsebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota gereja. Bukan sebaliknya, menjadi egois, karena berprinsip yang penting hubunganku dengan Tuhan. Peduli amat dengan yang lain. *** Reformator Yohanes Calvin menganalogikan doa dengan napas. Seperti orang tidak dapat hidup tanpa bernapas, begitulah orang Kristiani tidak dapat hidup tanpa berdoa. Dan sebagaimana bernapas adalah perkara yang telah kita lakukan sepanjang usia kita, berdoa pun adalah perkara seharihariyang berjalan otomatisdalam kehidupan beragama orang kristiani. Yang paling banyak kita lupakan adalah, walaupun semua orang sudah bernapas sejak ia di rahim ibunda, tidak semua orang bernapas dengan benar. Hanya sedikit yang sadar, betapa bernapas dengan benar itu sangat bermanfaat bagi kehidupan. Hampir semua bentuk olahraga kesehatan tradisional atau meditasi yang kini popular itu, intinya adalah melatih kita bernapas dengan benar, agar dengan demikian seluruh tubuh merasakan manfaatnya yang optimal. Judul buku ini terambil dari Lukas 11:1, saat murid Tuhan memohon, Tuhan, ajarlah kami berdoa. Judul ini saya pilih untuk mengingatkan, pertama, betapa sering kita mengabaikan kuasa doa yang begitu potensial tersimpan di dalam diri kita, dan membuatyna mubazir. Seperti banyak orang yang mengabaikan tenaga dalam yang tersedia di tubuhnya sendiri. Kedua, judul tersebut juga ingin mengingatkan kita betapa kita, siapa pun dia, masih harus terus-menerus belajar. Belajar untuk berdoa dengan benar. Ini khususnya menjadi amat mendesak, ketika kita menyaksikan di sekitar kita begitu banyak penyesat yang mengajarkan ajaran yang salah tentang doa. Doa dibuat semakin popular dengan pengertian yang salah. *** Karena itu, siapa pun masih perlu untuk memohon, Tuhan, ajarlah kami berdoa. Artinya, kepada siapa lagi kita harus berguru mengenai doa yang benar, kalau bukan kepada Tuhan sendiri? Dan doa apa lagi yang dapat kita jadikan rujukan atau referensi utama, bila bukan doa yang diajarkan oleh Yesus sendiriDoa Bapa Kami? Demikianlah latar belakang diterbitkannya buku ini. Isinya, saya akui, tidak ringan dan serba gampang. Tapi ini disebabkan antara lain karena saya benar-benar menghormati Anda. Anda tidak mau kan terus menerus diperlakukan dan diajari seperti murid Taman Kanak-kanak? Buku ini adalah untuk mereka yang tingkat imannya adalah TK ke atas. Sekarang, setelah mengatakan semuannya itu, dengan penuh hormat perkenankanlah saya mengajak Anda: Mari kita sama-sama belajar.

You might also like