You are on page 1of 12

KEBAKARAN HUTAN

MENGIDENTIFIKASI TANDA TANDA BENCANA ALAM

a. Pengertian Kebakaran Hutan Kebakaran hutan (forest fire) adalah peristiwa dimana terbakarnya hutan atau adanya titik-titik api/panas yang rentan terbakar. Kebakaran hutan secara alami umumnya disebabkan oleh factor cuaca dan iklim, aliran magma/lava/lahar dari letusan gunung berapi, maupun pada lahan gambut. Selain itu kebakaran hutan dapat pula diakibatkan oleh kegiatan eksploitasi manusia seperti ladang berpindah atau kecerobohan manusia seperti membakar sampah atau kegiatan berkemah. Di Indonesia, kebakaran hutan terbesar terjadi pada tahun 1997, yaitu di Sumatera dan Kalimantan. Dalam peristiwa tersebut, diperkirakan terdapat ratusan titik api di wilayah hutan, perkebunan, sejumlah taman nasional, cagar alam, dan Hutan Lindung di Sumatera maupun Kalimantan. Untuk memadamkan kebakaran hutan tersebut, pemerintah membuat hujan buatan (cloud seeding) yang diturunkan di Riau, sebagian Pekanbaru, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Cara lain yang efektif dalam mematikan titik api adalah dengan Bom Air. Kegiatan pemadaman itu dilakukan dengan menyiapkan sejumlah peralatan pemadam kebakaran, walaupun jumlahnya relative tidak sebanding dengan areal kebakaran hutan yang terbakar. Indikasi yang dapat dijadikan petunjuk tentang sejauh mana suatu daerah dapat dikategorikan sebagai wilayah rawan kebakaran antara lain dijelaskan dalam table 1.5 berikut.
Tabel 1.5 Kriteria daerah rawan kebakaran di Indonesia Indeks Tingkat No. Kriteria Keadaan Cuaca Lokal Kekeringan Kekeringan 1.500 2.000 Tinggi . Selama 60 hari tidak turun hujan 1. Wilayah Rawan 1 . Curah hujan <5 mm per hari . Curah hujan < 30 mm per 60 hari . Suhu maksimum > 340C . Kelembapan udara di siang hari < 40 % 1.000 1.499 Sedang . Selama 40 hari tidak turun hujan 2. Wilayah Rawan 2 . Curah hujan <5 mm per hari . Curah hujan < 30 mm per 40 hari . Suhu maksimum > 330C . Kelembapan udara di siang hari < 45 % <1.000 Rendah . Selama 20 hari tidak turun hujan 3. Wilayah Rawan 3 . Curah hujan <5 mm per hari . Curah hujan < 30 mm per 20 hari . Suhu maksimum > 340C . Kelembapan udara di siang hari < 50 % 1

b. Latar Belakang Penyebab Kebakaran Hutan 1) Tanda-tanda dan penyebab kebakaran hutan Ciri suatu daerah rawan atas bencana kebakaran antara lain tampak gejala/pertanda seperti hangusnya lahan-lahan hutan, perkebunan, atau areal pertanian, serta rusaknya fasilitas umum seperti sarana ekonomi, lingkungan permukiman, pendidikan, dan sebagainya. Beberapa aspek yang melatarbelakangi terjadinya kebakaran lahan dan hutan antara lain sebagai berikut : a. Factor cuaca dan iklim, misalnya sambaran petir pada hutan yang kering akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Semakin kering cuaca, semakin tinggi tingkat kerawanan suatu daerah untuk mengalami kebakaran dan kekeringan. b. Aktivitas vulkanik, seperti terkena aliran lava, lahar atau awan panas dari letusan gunung api. c. Kebakaran dibawah tanah (ground fire), yaitu terjadi di daerah gambut. Pada musim kemarau, lahan gambut dapat menyulut kebakaran di atas tanah. d. Kecerobohan manusia yang mendorong timbulnya kebakaran, seperti lading berpindah. Kegiatan berladang ini melakukan pembakaran hutan/lahan untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. 2) Dampak kebakaran hutan terhadap lingkungan alam dan social Dampak yang dapat ditimbulkan dari kebakaran hutan antara lain sebagai berikut : a. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. b. Membunuh satwa liar dan memusnahkan vegetasi atau spesies endemic (khas) akibat terbakar, terjebak asap, atau rusaknya habitat mereka. c. Menimbulkan kekeringan yang dapat menghambat alur dan menurunkan volume air waduk di saat musim kemarau. Hal ini berpengaruh terhadap terhambatnya layanan pembangkit listrik tenaga air, serta jalur transportasi sungai sebagai jalur distribusi kebutuhan bahan pokok masyarakat pedalaman. d. Menimbulkan banjir bandang pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. e. Musnahnya bahan baku industry perkayuan atau furniture. Selain itu, hal ini juga dapat berimbas kepada bertambahnya angka pengangguran. f. Berjangkitnya penyakit infeksi saluran pernapasan dan kanker paru-paru.

g. Menimbulkan asap yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan masyarakat seperti kegiatan keagamaan, ekonomi, pendidikan dan perhubungan darat, perairan ataupun udara. h. Merusak sarana umum seperti fasilitas transportasi, bangunan atau harta benda lainnya.

c. Tanda-tanda datangnya kebakaran hutan Tanda-tanda datangnya kebakaran hutan adalah : 1. Terjadinya akumulasi asap Akumulasi asap ini sulit untuk dihentikan sebab musim kemarau yang sedang terjadi. Dan pemerintah pun barulah sibuk menanganinya dengan proses pembuatan hujan buatan. 2. Adanya titik api (hot spot) Hotspot atau titik api mulai bertebaran. Inilah yang diduga sebagai penyebab pekatnya kabut dan asap beberapa pekan terakhir ini. penyebab banyaknya titik api tersebut karena adanya penduduk yang membuka lahan dengan membakar hutan. Masyarakat beranggapan dengan dibakar, lahan akan subur ketimbang dengan menggunakan alat berat. Karena anggapan inilah masyarakat membakar hutan untuk membuka lahan, 3. Meluasnya kobaran api di lokasi kebakaran Kebakaran hutan adalah kebakaran yang menghanguskan hutan dan padang rumput. Kebakaran hutan ini bisa disebabkan oleh gejala alam seperti petir dan sebagainya, akan tetapi kebanyakan melanda hutan produktif, perkebunan kelapa sawit dan ladang disebabkan oleh nyala api yang dilakukan manusia pada saat penyiapan lahan, kurang sempurna mematikan api (termasuk membuang puntung rokok) dan juga kesengajaan pembakaran. Sedangkan unsure yang memperluas kebakaran hutan sangat dipengaruhi oleh faktor alam seperti datang nya angin kencang. Pada umumnya kebakaran hutan mencakup areal yang relatif luas, karena banyak benda yang dapat terbakar. Dari segi

kualitas

dan

kuantitas

kebakaran

pun

beragam,

begitu

juga

sifatpembakarannya cukup kompleks. Karakteristik kebakaran itu antara lain


a) Lokasi kebakaran yaitu lokasi kebakaran biasanya dari kampung hingga

jauh ke dalam hutan yang pada umumnya sulit dijangkau dan air tidak tersedia.
b) Bentuk permukaan tanah yaitu keadaan hutan yang berbukit dengan

perubahan cuaca yang drastis dapat menimbulkan kebakaran hutan yang sangat membahayakan. 4. Adanya loncata api dari permukaan membakar ranting ataupun tajuk, yang semakin besar. Meluaskan kobaran api di lereng pegunungan sangat cepat dan meluasnya kobaran api tersebut banyak yang disebabkan oleh loncatan (percikan api) sehingga menimbulkan lidah api yang panjang, yang panjangnya berbeda dengan lidah kebakaran bangunan.

Syarat terjadinya pembakaran(api) ada tiga unsur seperti konsep segitiga api yaitu adanya benda yang dapatterbakar, temperatur (panas), dan udara (oksigen). Apabila salah satu unsur dari tiga unsur ini tidak terpenuhi tidak akan terjadi pembakaran.

d. Wilayah yang rentan kebakaran hutan Hasil identifikasi dipakai untuk menentukan skala prioritas atas langkah atau upaya yang tepat dalam menanggulangi bencana alam. Salah satu upaya ialah mengidentifikasi wilayah yang rawan bencana alam dengan cara memetakan wilayah rawan bencana dan resiko bencana. Contoh wilayah Kebakaran Hutan :

Lokasi Waktu Penyebab

: Palangkaraya, Kalimantan Tengah. : Tahun 2004 : Pada tahun 1990-an mulai maraknya budaya tebang, kemas dan bakar.

Budaya tersebut berkelanjutan hingga saat ini. Akibat : Bandara tertutup asap, penyakit ISPA, roda perekonomian dan transportasi macet. Lokasi Waktu Penyebab : Riau, Kalimantan Timur. : 1982/1983 dan 1997/1998 : Pada tahun 1990-an mulai maraknya budaya tebang, kemas dan baker. Budaya tersebut berkelanjutan hingga saat ini.

Akibat

: Bandara tertutup asap, penyakit ISPA, roda perekonomian dan transportasi macet, kerugian material.

Musibah kebakaran hutan yang di ikuti bencana asap yang menutupi jarak pandang dan mengganggu pernapasan nampaknya sudah menjadi langganan negeri ini. Contoh diatas tadi berupakan segelintir bencana yang terjadi di negeri ini. Riau merupakan salah satu proponsi yang menjadi langganan untuk musibah ini. Tercatat sejak 10-15 tahun terakhir ini, bencana alam yang satu ini tidak pernah ketinggalan. Sepanjang sejarah, Indonesia merupakan pemenggang rekor terluas. Di Riau pada tahun 1982/1983 hampir 3,5 juta hektare hutan hangus terbakar. Pada tahun 1997/1998 rekor kembali terulang, kali ini 11,7 hektare hutan yang menjadi korban.

Kerugian material sudah tak terhitung lagi. Mulai dari kerusakan hutannya, kerusakan sarana dan prasarana, biaya pengobatan pasien, dan terganggunya transportasi. Musibah ini tak hanya menimpa Negara Indonesia saja, melainkan juga merambat ke negeri tetangga seperti Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia. Indonesia pun akhirnya mendapat citra buruk, lantaran tidak mampu memadamkan kebakaran hutan secara tuntas. Sehingga negara tetangga pun ikut menyumbangkan tenaga dan dana bagi

penanggulangan kebakaran hutan dan asap, mereka juga menyampaikan kritikan pedas bagi Indonesia.

e. Dampak bencana alam kebakaran hutan Kebakaran berskala besar sekaligus menghasilkan asap telah menambah parah masalah di Indonesia dan negara-negara tetangga. Sebagi contoh, kebakaran besar yang terjadi saat kemarau panjang (El Nio) tahun 1992/1993, 1987, 1991, 1994, dan 1997/1998 (Dennis, 1999) menghabiskan areal yang cukup luas sekaligus mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Kebakaran Lahan dan Hutan 1997/1998 di Indonesia diperkirakan menghabiskan US$ 9 milliar dengan emisi carbon yang cukup tinggi dan sebagai salah satu poluter terbesar di dunia (Asia Development Bank, 1999; Barbara and Schweithelm, 2000). Permasalahannya hingga saat ini adalah belum terjawabnya penyebab utama dari kebakaran ini secara rinci, tuntas dan terstruktur. Beberapa pihak berpendapat bahwa kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan ataupun kehutanan berskala kecil oleh masyarakat local maupun dalam skala besar, seperti perkebunan dan HPH/HTI. LSM Lingkungan Hidup, mengklaim bahwa kebakaran besar merupakan resultante dari aktivitas konsesi hutan dan perkebunan (Jakarta Post, 3 Oktober 1994) Pemerintah Indonesia, menekankan bahwa secara umum 85% dari 5 juta ha kebakaran 1994 disebabkan oleh aktivitas tebas-bakar masyarakat lokal (Jakarta Post, 7 Oktober 1994) hingga akhirnya mengeluarkan kebijakan yang melarang persiapan lahan menggunakan api. Pada sisi lain terbatasnya sarana dan prasarana mengakibatkan sulitnya pengawasan dan inventarisasi informasi kebakaran yang terjadi secara rinci. Sebagai contoh, Pusdalkarhut Department Kehutanan Pontianak (1998), secara umum, baru dapat mendokumentasikan kebakaran 1997 di Kalimantan Barat sekitar 52,000 ha berupa HPH, HTI dan Perkebunan Kelapa Sawit. Penelitian yang dilakukan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR), International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), LSM setempat (seperti Yayasan Dian Tama, Kalimantan Barat) dan United States Forest Service (USFS) untuk
6

mengidentifikasi secara rinci mengenai penyebab dan dampak kebakaran vegetasi di Indonesia. Tujuannya adalah menjawab mengenai alasan (why), faktor alam atau ekologi (what), aktor yang mempunyai andil (who), dan lokasi (where) mengenai masalah kebakaran untuk menghasilkan saran implikasi kebijakan terbaik yang diharapkan dapat direalisasikan oleh seluruh stakeholder(pengguna lahan). Kebakaran bukanlah suatu inti pokok dari permasalahan, melainkan hanya merupakan gejalaterhadap degradasi hutan dan lahan yang telah dan akan terjadi. Sebagai bahan pendekatan penelitian ini digunakan sebuah hipotesa bahwa kebakaran yang terjadi disebabkan oleh 3 faktor (Tomich et al., 1997), yaitu api yang digunakan sebagai: 1. Alat (tools), seperti aktivitas penggunaan atau persiapan lahan baik dalam skala kecil maupun besar. 2. Senjata (weapon), usaha perolehan atau konflik lahan 3. Kecelakaan (accident), tergantung pada karakteristik lahan atau suatu implikasi dari 2 faktor diatas.

f. Cara penanggulangan bencana alam kebakaran hutan EFEKTIF MENGATASI KEBAKARAN HUTAN, LAHAN DAN KEBUN PADA TANAH-TANAH BERGAMBUT Kebakaran hutan, lahan dan kebun seringkali terjadi. Dampak yang ditimbulkan sangat luas bagi manusia dan lingkungan hidup. Kerugian ekonomi, ekologi, kesehatan, dan aspek lainnya sudah pasti terjadi. Untuk melakukan pemulihan mebutuhkan waktu yang lama. Mencari penyebab terjadinya kebakaran hutan sangat sulit. Yang pasti, terjadinya kebakaran hutan karena ketamakan manusia. Hutan, lahan dan kebun dibakar. Latar belakang pembakaran sangat beragam. Ada karena ingin membuka lahan untuk dikuasai, ada karena kedengkian pada kebun tetangga yang sangat bagus, ijo royo-royo, ada karena kesengajaan, ada karena ingin jalan pintas menjadi kaya tanpa mau mengeluarkan duit yang banyak untuk membangun tananaman ekonomis dan berbagai sebab lainnya. Jika terjadi kebakaran, kita tanyakan siapa yang menyebabkan kebakaran ? Jawabnya sudah pasti tidak tahu. Tiada yang mau bertanggung jawab.
7

Yang pasti kebakaran menyebabkan penderitaan. Kepedulian menghadapi kebakaran sangat diperlukan oleh setiap orang. Tidak perduli apakah dia seorang Raja, Priyayi, Penguasa, Intelektual, Selebritis .. Memaknai kepada setiap orang, untuk tidak berperilaku membakar hutan, lahan dan kebun sangat mulia. Kemuliaan sangat diperlukan oleh setiap orang, kemunafikan tentu dimurkai. Begitu saja?, kok!, repot. Ya, kerepotan karena kebakaran hutan sudah pasti terjadi. Buah hati yang sedang riang-riangnya bermain, harus terkurung dalam kamar atau diungsikan. Asap pekat menyapu setiap sudut. Napas seorang penderita penyakit Asma semakin pendek, mata Tukang Sate juga semakin perih. Kicau burung yang menyapa ditiap pagi, lenyap! Kapankah itu akan berakhir?. Semuanya bergantung kepada kita, Tuhan akan merestui kepada Umatnya yang selalu tidak letih berupaya. Memadamkan api di bumi, lebih baik. Ini amal kita untuk mengurangi siksaan api di neraka!. BAGAIMANA CARA MENGENDALIKAN KEBAKARAN Banyak cara untuk mengendalikan kebakaran. Contoh sederhana yang dapat dilakukan : Jangan Membakar Sampah di Musim Kemarau. Membersihkan kebun yang bersemak. Membersihkan lahan tidur yang dimiliki, tanam dengan tanaman yang bermanfaat. Sulit tumbuh, Mas? Tanam dengan Nenas atau Kelapa Sawit. TBS kelapa sawit sekarang sudah dibeli orang. Itu murah!. Lima tahun kedepan, so pasti, harganya sangat baik. Buat parit batas tanah yang jelas. Bagi kawan-kawan yang hoby memancing di hutan, jika membuat api pendiangan jangan ditinggalkan, padamkan. Aturlah perilaku kita untuk tidak menimbulkan terjadinya kebakaran hutan, lahan dan kebun secara berkesinambungan, selama kita masih diberi waktu oleh yang Disana. CARA EFEKTIF MEMADAMKAN KEBAKARAN HUTAN, LAHAN DAN KEBUN Kami sudah lakukan!!, mulai dari menggunakan Gayung, Ember, Baskom, Memukul dengan Kayu, Katir Bomtik, Semprot dengan Hitachi, Menggali Kawah Api di Gambut,

Memanggil Pawang Hujan, Jelangkung dll. Tidak bisa!, letih saja, buang tenaga!. Enak tidur saja!. Kita tidak perlu pesimis dalam menghadapi kebakaran hutan, lahan dan kebun. Pasti ada cara terbaik untuk melakukannya. Tentu, harus efektif, ekonomis dan efesien. PERALATAN YANG DIPERLUKAN Mesin Pompa bertekanan tinggi untuk pencucian kendaraan/mobil merek Yuen Liang buatan Taiwan atau merek lain berikut dengan mesin penggerak. 2. Drum penampungan air, dapat diisi dengan air pompa Hitachi atau Ember. 3. Selang bertekanan yang dapat disambung secara praktis. Panjang selang 100 meter. 4. Tongkat penyemprot/Stik Semprot. 5. Masker Penahan Debu dan Asap. 6. Sepatu Both. CARA KERJA PEMADAMAN API PADA HUTAN, LAHAN DAN KEBUN 1. Tentukan titik sasaran, dimana kebakaran terjadi. Selidiki, apakah lokasi tersebut sedang terjadi kebakaran atau telah lama terjadi kebakaran. Bila sedang terjadi kebakaran, ditemukan adanya api yang menyala-nyala. Dan bila bekas terjadinya kebakaran ditemukan kawah-kawah api yang dapat menenggelamkan kaki kita bila terinjak. Dampaknya kaki akan melepuh. 2. Persiapkan pompa bertekanan berikut drum air secara berdekatan. Isilah drum dengan air yang cukup dan berkelanjutan. 3. Pasanglah selang bertekanan sesuai keperluan. Bila lokasi kebakaran jauh, selang dapat disambung, hingga 5 (lima) sambungan atau sepanjang 500 meter. Keistimewaan selang ini adalah tidak mudah terlipat, tidak menyangkut apabila ditarik, tenaga yang diperlukan untuk menarik sangat ringan. 4. Pasanglah Tongkat Semprot/Stik Semprot. Apabila sedang terjadi kebakaran, aturlah stik semprot dengan cara mengabut. Kabut yang dibuat akan memadamkan api secara luas dan mengurangi panas yang menyengat. Bila memadamkan bekas kebakaran, aturlah stik dengan bentuk menembak. Air akan masuk ke dalam kawah hingga ke lapisan bawah, api akan padam segera. 5. Gunakan Sepatu Both dalam tiap-tiap kegiatan pemadaman. Sepatu Both mampu menahan panas pada kaki dan menghindari kaki mengalami pelepuhan oleh panas.

6. Untuk mengatasi gangguan pernapasan, gunakan Masker Standar. Asap dan debu dapat disaring, sehingga petugas pemadam dapat bertahan lama menghadapi api. 7. Saat melakukan pemadaman, di garis depan harus dilakukan secara bergantian. Aturlah waktu yang tepat, sehingga petugas di garis depan dapat bekerja dengan baik. 8. Fungsikan petugas pemantau dan penghubung yang menginformasikan kepada petugas pemadam, kapan maju atau mundur melakukan pemadaman. 9. Persiapkan air minum yang segar bagi petugas yang memerlukannya. 10. Persiapkan petugas gawat darurat jika diperlukan. 11. Kebakaran yang baru terjadi akan segera padam apabila dilakukan dengan pengabutan. Panas yang ditimbulkan berkurang karena butir-butir uap air yang ditembakan menyerap panas. Petugas yang bekerja pada lini depan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Efektifitas pemadaman akan berlangsung baik. 12. Pemadaman kawah api pada lahan gambut bekas terjadinya kebakaran dilakukan dengan mengatur stik semprot seperti laju peluru. Air yang ditembakkan akan masuk pada kawah-kawah yang dalam dan akan memadamkan api secara baik.

10

Lampiran Gambar Kebakaran Hutan

11

12

You might also like