You are on page 1of 18

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Tujuan Praktikum Maksud dari pelaksanaan praktikum Time Study ini adalah untuk bisa

merealisasikan waktu penyelesain pekerjaan secara metoda jam henti dan Work Sampling dan bagaimana menentukan penyesuaian dan kelonggaran yang sekiranya perlu diberikan kepada pekerjanya. Tujuan dari pelaksanaan praktikum Time Study antara lain :
1. Mngetahui dan memahami cara atau penggunaan Time Study dan Work Sampling. 2. Mampu untuk menentukan waktu baku berdasarkan Time Study dan Work Sampling. 3. Mengetahui pengaruh waktu baku terhadap produktivitas pada suatu stasiun kerja. 4. Menentukan waktu baku (Time Standart).

1.2

Model Pemecahan Masalah 1. Membagi kelompok kerja untuk setiap work station 2. Dalam percobaan ini time study di bagi dalam 2 bagian, yaitu jam henti, dengan prosedur sebagai berikut: o Memilih dan menentukan operator o Melatih operator o Menyesuaikan pekerjaan agar operator terampil di dalam perakitan komponen o Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan. o Melakukan pengolahan data dari hasil praktikum dan menghitung waktu dari gerakan-gerakan yang terjadi selama melakukan perakitan pesawat telepon. o Menjumlahkan waktu dari elemen-elemen gerakan yang terjadi untuk setiap work station untuk mengetahui jumlah waktu perakitan pesawat telapon secara keseluruhan.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 1

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Work sampling, dengan prosedur sebagai berikut: o Menentukan suatu satuan kunjungan o Menghitung waktu kunjungan berdasarkan bilangan random yang di dapat. o Menentukan dan menjelaskan secara terperinci setiap kegiatankegiatan pekerja yang terjadi. o Melakukan persentasi produktif dan non produktif terhadap hasil dari pengumpulan data. o Menentukan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian dari penelitian yang dilakukan. o menghitung jumlah produk yang dihasilkan selama melakukan penelitian. 3. Melakukan pengujian keseragaman data, dari data-data yang terpakai, kemudian memplot kedalam grafik. Jika ada data yang diluar batas kontrol atas atau bawah, maka data itu harus dihilangkan. Kemudian dilakukan uji keseragaman data. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai semua data berada di dalam batas kontrol. 4. Melakukan pengujian kecukupan data, dari data-data yang terpakai. Jika data tidak mencukupi maka data harus ditambah dengan melakukan penelitian lagi sampai dengan data yang dibutuhkan mencukupi 5. Menghitung waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku. 6. Menganalisa hasil dari pengolahan data dengan membandingkan waktu yang di dapat dari hasil pengerjaan dengan jam henti dan work sampling. 7. Menarik suatu kesimpulan bedasarkan hasil analisa.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 2

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

1.3

Flowchart

Gambar 1.1 Deskriptif Prosedur Praktikum Time Study

1.4

Alat yang Digunakan 1. Format pengamatan 2. Work station 3. Stopwatch 4. Alat tulis 5. Pesawat telepon 6. Meja perakitan

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 3

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Time study Frederick W. Taylor memulai Time Study-nya pada tahun 1881 ketika bekerja pada Midvale Steel Company di Philadelpia. Ia berpendapat bahwa hasil kerja sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu kerja, lamanya waktu istirahat dan frekuensi istirahat. Sehubungan dengan hal tersebut, Taylor melakukan pengukuran-pengukuran waktu. Sejak itulah pengukuran waktu secara teliti dan ilmiah mulai dilakukan. Pada perkembangan berikutnya, Time Study berkembang menjadi Work Maesurement (pengukuran waktu kerja). Pada dasarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja (Work Measurement) dibagi dalam dua bagian, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran waktu secara langsung adalah pengukuran waktu yang dilakukan secara langsung, yaitu tempat dimana pekerjaan bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk kedalam pengukuran secara langsung adalah Jam Henti (Stopwatch) dan sampling pekerjaan (Work Sampling). Sedangkan pengukuran sacara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat kejadian, yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemenelemen gerakan. Yang termasuk dalam kelompok ini data waktu baku dan data waktu gerakan. Perbedaan dan persamaan pengukuran waktu dengan metode jam henti dan work sampling . o Perbedaan : Metode jam henti adalah pengamatan terus menerus berada ditempat pekerjaan sedangkan work sampling adalah pengamat terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati pekerjaan tersebut pada waktuwaktu yang telah ditentukan secara acak. o Persamaan :
Metode jam henti dan work sampling merupakan metode pengukuran waktu secara langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung pada saat berlangsungnya pekerjaan.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 4

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

2.2

Pengukuran Waktu Jam Henti Pada pengukuran waktu yang menggunakan jam henti (Stopwatch) sebagai

alat utamanya. Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan karena kesederhanaannya. Dalam pengukuran waktu jam henti terdapat beberapa aturan yang perlu dijalankan untuk mendapat hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini. A. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pekerjaan. 1. Melakukan penelitian pendahuluan 2. Memilih operator 3. Melatih operator 4. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan 5. Menyiapkan alat pengukuran B. Langkah-langkah melakukan pengukuran waktu 1. Uji keseragaman data 2. Uji kecukupan data 3. Langkah-langkah melakukan perhitungan waktu baku Terdapat 4 cara penyesuaian, yaitu : o Shumard Cara Shumard memberikan patokan-patokan penelitian malalui kelas ferformance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Di sini pengukuran diberi patokan untuk manilai performance kerja operator menurut kelas-kelas superfast+, fast, fast-, exelent dan seterusnya. Seorang yang dipandang berkerja normal diberikan nilai 60, dengan nama performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila performance seorang operator dinilai Exelent maka dia mendapat nilai 80, dan karenanya faktor penyesuaiannya adalah:

P = Nilai Kelas Ferformance 60 o Westinghouse Cara Westinghouse menggerakan penelitian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 5

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

keterampilan, usaha, kondisi kerja dan kosistensi. Setiap faktor dibagi kedalam beberapa kelas yang masing-masing kelas mempunyai nilai sendirisendiri. Keterampilan atau skill pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan latihan, tapi ini hanya sampai ketingkat tertentu saja. Keterampilan juga dapat menurun apabila bekerja terlalu lama, sudah lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain seperti kesehatannya terganggu, rasa jenuh yang berlebihan, pengaruh sosial dan sebagainya. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas Dari kelas-kelas tampak perbedaan yang disebabkan oleh keraguraguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, dan hal-hal lainnya. Dengan pembagian ini pengukuran akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja yang dilihat dari segi keterampilannya. Dengan tujuan supaya faktor penyesuaian akan lebih objektif. Untuk usaha (Effort) cara Westinghouse membagi atas kelas-kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukan operator ketika melakukan pekerjaannya Dalam prakteknya, banyak terjadi pekerja yang mempunyai keterampilan rendah, tapi usahanya tinggi. Kadang-kadang usaha ini begitu besarnya sehingga tampak berlebihan dan tidak banyak menghasilkan. Sebaliknya, seorang yang mempunyai keterampilan tinggi tidak jarang mempunyai usaha yang rendah. Jadi walaupun keterampilan dan usaha berkaitan erat, kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara terpisah dalam pelaksanaannya. Maka dalam penyesuaiannya cara Westinghouse memisahkan faktor keterampilan dengan usaha. Selain kedua faktor diatas, faktor lain yang terdapat dalam penyesuaian cara Westinghouse adalah kondisi kerja dan konsisten. Yang dimaksud kondisi kerja pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungan, seperti pencahayaan, temperatur dan kebisingan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha, dan konsisten merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu diluar operator, yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan untuk merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut juga sebagai faktor manajemen, karena

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 6

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

faktor inilah yang dapat merubah pekerja menjadi nyaman, sehingga apabila faktor kondisi kerja enak, nyaman, maka produktivitas pun akan meningkat. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu: Ideal, Exelent, Good, Average, Fair,Dan Poor. Kondisi yang Ideal adalah kondisi yang cocok untuk untuk pekerjaan yang bersangkutan, yang memberikan performace yang maksimal. Sebaliknya kondisi Poor adalah kondisi yang tidak membantu jalannya pekerjaan, bahkan menghambat pencapaian performace yang maksimal. Kondisi yang Ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan, karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik yang berbeda. Kondisi yang dianggap Good pada sebuah pekerjaan, bisa saja dirasakan Fair atau bahkan Poor untuk pekerjaan lain. Untuk itu pengetahuan tentang kondisi kerja yang tersebut diatas perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja (dalam hal ini penyesuaian) dapat dilakukan seteliti mungkin. Faktor berikutnya yang tidak kalah penting adalah konsistensi. Faktor ini perlu diperhatikan karena pada kenyataanya setiap pengukuran waktu angkaangka yang dicatat tidak pernah sama. Waktu penyelesaian yang ditunjukan pekerja selalu berubah-ubah dari siklus ke siklus, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Seperti halnya faktor-faktor lain, konsisten juga dibagi menjadi enam kelas, yaitu: Perfect, Excellent,Good, Average, Fair dan Poor. Seseorang yang bekerja Perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari waktu ke waktu. Sebaliknya konsisten Poor terjadi bila waktu-waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Konsisten rata-rata (average) adalah bila selisih antara waktu-waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu atau dua yang selisihnya jauh.

o Obyektif Cara objektif adalah cara yang memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan berapa harga p untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Di sini pengukur melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditunjukan oleh operator. Jika operator bekerja dengan

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 7

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

kecepatan wajar maka diberikan nilai satu; atau p1 = 1. Jika kecepatan dianggap terlalu tinggi maka p1>1 dan sebaliknya p1<1 jika terlalu lambat. Cara menentukan besarnya p ini tidak jauh berbeda dengan cara menentukan factor penyesuaian dengan cara persentase. Perbedaannya terletak pada penilainya. Pada yang ditulis terakhir yang dinilai adalah keadaan keseluruhan yaitu semua keadaan yang dianggap berpengaruh pada kewajaran kerja, sedangkan pada cara objektif yang dinilai hanya kecepatannya saja.

o Bedaux Pada dasarnya cara Bedaux tidak banyak berbeda dengan cara Shumard, hanya saja nilai-nilai pada cara Bedaux dinyatakan dalam B (huruf pertama Bedaux, penemunya) seperti misalnya 60 B atau 70 B.

2.3

Sampling Pekerjaan (Work Sampling) Work Sampling merupakan salah satu cara pengukuran dari bagian Time

Study yang dilakukan secara langsung di tempat berjalannya pekerjaan seperti halnya pengukuran waktu jam henti. Bedanya dengan jam henti adalah pada cara sampling pekerjaan pengamatannya tidak terus menerus berada ditempat, melainkan pada saat-saat yang telah ditentukan secara acak. Work Sampling mempunyai beberapa kegunaan diantaranya: 1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja. 2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau peralatan kerja. 3. Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tak langsung 4. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan. 5. Untuk mengetahui beban kerja dari pekerjaan tak langsung Adapun fungsi utama dari Work Sampling yaitu sebagai berikut : 1. Activity and Delay Sampling Activity and Delay Sampling digunakan untuk mengukur dan mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja/kelompok kerja atau untuk mengetahui tingkat pemakaian (Utilitas) mesin-mesin, peralatan dan fasilitas kerja.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 8

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

2. Performance Sampling Performance Sampling digunakan untuk mengukur performance index atau performance level dari para pekerja sepanjang waktu kerjanya, performance sampling ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghitung benda kerja dari para pekerja serta memperkirakan kelonggaran bagi suatu jenis pekerjaan tertentu. 3. Work Measurement Work Measurement digunakan untuk menghitung dan menentukan waktu baku dari suatu jenis pekerjaan tertentu. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggung jawabkan secara statistik, perlu ditempuh langkahlangkah yang dijalankan sebelum work sampling dilakukan yaitu : 1. Menetapkan tujuan pengukuran yaitu untuk apa sampling dilakukan 2. Jika sampling dilakukan untuk mendapat waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, perbaikan atas kondisi dan cara kerja harus dilakukan terlebih dahulu. 3. Memilih operator-operator yang refresentatif untuk diukur 4. Jika diperlukan dapat diadakan latihan bagi operator yang dipilih agar bias dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan. 5. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan. 6. Melakukan pemisahan kegiatan menjadi elemen-elemen pekerjaan yang akan diukur. Yang harus diperhatikan dalam pemisahan ini adalah bahwa 7. Antara elemen-elemen kegiatan tersebut harus terpisah satu sama lain (Mutually Exclusive) dan kegiatan tersebut adalah semua kegiatan yang mungkin terjadi ditempat pekerjaan berlangsung (Mutuali Exhaustive) 8. Menentukan waktu pengamatan secara acak melalui bilangan acak (Random Generator) dari tabel bilangan acak atau dari komputer.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 9

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data Time Study

Tabel 3.1 Tabel pengumpulan data time study

Sub Grup (n) K 1 1 2 3 4 5 6.71 6.28 5.30 5.81 7.27 2 6.96 6.05 5.83 6.08 6.17 3 5.61 6.38 6.57 4.78 5.58 4 6.53 5.88 5.69 5.61 6.36 5 5.90 5.70 6.39 6.02 5.82 6 6.69 7.68 5.62 6.30 5.46 7 5.69 5.80 5.74 5.58 5.76 8 5.71 5.62 5.74 5.98 5.81 6.23 6.17 5.86 5.77 6.03 30.06

3.2 Pengumpulan Data Work Sampling

Tabel 3.2 Tabel pengumpulan data work sampling Hari Pengamatan Kegiatan 1 Produktif Non produktif Total % produktif 30 10 40 0.75 2 27 13 40 0.68 3 26 14 40 0.65 4 25 15 40 0.63 108 52 160 2.71 Jumlah

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 10

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

3.3 Pengolahan Data 3.3 Perhitungan Time Study

Tabel 3.3 Jam henti (kondisi normal dan kondisi fatique)

sub grup (n) K 1 1 2 3 4 5 6.71 6.28 5.30 5.81 7.27 2 6.96 6.05 5.83 6.08 6.17 3 5.61 6.38 6.57 4.78 5.58 4 6.53 5.88 5.69 5.61 6.36 5 5.90 5.70 6.39 6.02 5.82 6 6.69 7.68 5.62 6.30 5.46 7 5.69 5.80 5.74 5.58 5.76 8 5.71 5.62 5.74 5.98 5.81 6.23 6.17 5.86 5.77 6.03 30.06

Harga Rata-Rata Sub Grup:

Standar Deviasi:

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 11

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Standar Deviasi Rata-Rata Sub Grup:

Tes Keseragaman Data: = 96 % (dari tabel)

BKA

BKB

Test Kecukupan Data:

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 12

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Waktu siklus:

Waktu normal:

P Faktor Penyesuaian Berdasarkan Metoda Objektif Bagian badan yang di pakai Pedal kaki Cara penggunaan tangan Koordinasi mata deengan tangan Peralatan Berat Jumlah P =1+0.10=1.10 WN = WS x P = 48.12 X 1.10 = 52.932 detik/unit Waktu Baku: Allowance terdiri dari : 1. Fatique a. Tenaga yang dikeluarkan : 5 % b. Sikap Kerja (Berdiri) c. Gerakan Kerja d. Kelelahan Mata e. Temperatur Ruangan f. Keadaan Atmosfer g. Keadaan Lingkungan
Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

: (D) : (F) : (H) : (J) : (N)

:5 :0 :0 :2 :0

: (B-1) : 2 + 1 : 10

:1% :0% :0% :5% :0% :0%

Modul I - 13

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

2. Hambatan Tak Terhindarkan 3. Kebutuhan Pribadi Total WB = WN+(WN x Allowance)

:0% :3% : 14 %

= 52.932+ (52.932 14%) = 60.35detik/unit 3.4 Perhitungan Work Sampling

Tabel 3.4 Hasil Pengamatan hari Pengamatan kegiatan 1 produktif non produktif total % produktif 30 10 40 0.75 2 27 13 40 0.68 3 26 14 40 0.65 4 25 15 40 0.63 108 52 160 2.71 jumlah

1. % produktif = 2. Uji keseragaman data

Plot data

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 14

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

BKA

BKB

3. Uji kecukupan data

4. Jumlah menit produktif = % produktif x jumlah menit pengamatan = 67 x 800 = 536 5. Waktu siklus

6. Waktu Normal P Faktor Penyesuaian Berdasarkan Metoda Objektif Bagian badan yang dipakai Pedal kaki Cara penggunaan tangan Koordinasi mata dengan tangan Peralatan Berat Jumlah P = 1 + 0.13 = 1.13 : (E) : (F) : (H) : (J) : (N) :8 :0 :0 :2 :0

: (B-1) : 2 + 1 13

WN = WS x P = 40 x 1.13 = 45.2 menit/unit 7. Waktu Baku Kelonggaran (Allowance) terdiri dari : 1. Fatique a. Tenaga yang dikeluarkan : 6 % b. Sikap Kerja (Berdiri)
Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

:1%

Modul I - 15

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

c. Gerakan Kerja d. Kelelahan Mata e. Temperatur Ruangan f. Keadaan Atmosfer g. Keadaan Lingkungan 2. Hambatan Tak Terhindarkan 3. Kebutuhan Pribadi Total WB = WN + (WN x Allowance) = 45.2 + (45.2 x 0.4275)

:0% :0% :1% :0% :0% : 32.25 % : 2.5 % 42.75 %

= 45.2 + 19.32 = 64.52 menit/unit BAB IV ANALISA DAN KESIMPULAN

4.1

Analisa

4.1.1 Jam Henti Sebelum dilakukan pengukuran sebaiknya operator sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan dan sudah berada pada tingkat pengusaan maksimum. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan maka sebaiknya dalam dipilih operator yang

berkemampuan normal dan dapat diajak bekerjasama. setelah itu dilakukan latihan bagi operator tersebut dengan cara kerja yang telah ditetapkan pada tiap-tiap work station.

4.1.2 Waktu Siklus Pada analisa waktu siklus ini data waktu didapatkan dari pengukuran jam henti hasil tabel bilangan acak sebanyak 40 data. Setelah dilakukan pengolahan data, Semua data waktu yang didapat sudah seragam tanpa perlu dilakukan revisi, karena seluruh data berada dalam batas kontrol, dengan tingkat ketelitian () = 4% dan tingkat keyakinan () = 96%. Hasil perhitungan test kecukupan data diperoleh harga N<N, artinya data yang diambil cukup mewakili (representatif). Sedangkan, hasil perhitungan waktu baku, diperoleh waktu siklus rata-rata sebesar 48.12 detik, artinya seorang

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 16

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

operator memerlukan waktu sebanyak 48.12 detik untuk menyelesaikan pekerjaannya. Waktu siklus ini dipengaruhi oleh keterampilan operator dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga jika operator sudah terbiasa dengan pekerjaannya, maka operator akan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan tersebut. Maka waktu siklus menjadi lebih singkat.

4.1.3 Work Sampling Dari hasil pengukuran menunjukan adanya perbedaan kemampuan dari tiap-tiap operator dalam menyelesaikan pekerjaan. Keadaan yang demikian dapat diperbaiki agar diperoleh standar yang baik, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja dan jumlah produk yang dihasilkan lebih banyak. Untuk mengatasi keadaan tersebut dapat dilakukan perbaikan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan pekerjaan sebaiknya dipilih operator yang

berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. 2. Setelah dipilih, operator perlu dilatih agar operator terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan pada tiap-tiap work station. Dalam perhitungan waktu baku, untuk mendapatkan kelonggaran yang sepantasnya sebaiknya memperhatikan sifat dari kegiatan-kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri dan operator yang diukur harus seseorang yang melakukan kegiatan kelonggaran secara wajar karena hal ini dapat mempengaruhi besarnya waktu baku yang diperoleh.

4.2

Kesimpulan

4.2.1 Time Study Teknik jam henti adalah teknik pengukuran waktu kerja dengan menggunakan alat jam henti (stop watch) kepada seluruh pekerja. Dan melakukan pengamatan terus menerus berada ditempat pekerjaan mulai dari awal pengerjaan produk hingga selesai. Dari 40 data, diperoleh data yang seragam, maka data tersebut tidak memerlukan revisi. Setelah setelah itu dilakukan tes kecukupan data. Dari test kecukupan data diperoleh harga N<N, artinya data yang digunakan cukup mewakili.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 17

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Dari hasil perhitungan waktu baku diperoleh Waktu Siklus sebesar 48.12 detik/buah, Waktu normal 52.932 detik/unit dan waktu baku 60.35 detik. Waktu normal yang diperoleh dipengaruhi oleh faktor penyesuaian. Penyesuaian yang digunakan berdasakan metoda objektif kelas performance normal. Sedangkan waktu bakunya yang diperoleh kelonggaran (allowance). Kelonggaran yang diberikan yaitu kebutuhan pribadi, hambatan tak terhindarkan dan menghilangkan rasa fatique.

4.2.2 Work Sampling Work sampling adalah teknik pengukuran waktu kerja dengan cara mendatangi lokasi tempat kerja, tetapi pada waktu yang ditentukan secara random. Dari hasil pengukuran waktu diperoleh data yang seragam, artinya data berasal dari sistem yang sama. Dari hasil perhitungan test kecukupan data terdapat harga N>N, artinya data tidak cukup, dan setelah itu dilakukan pengambilan data kembali, sampai data tersebut mencukupi. Pengukuran dengan cara work sampling dilakukan untuk mengetahui apakah seorang operator produktif atau tidak produktif. Dari dasil pengukuran dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa kemampuan tiap-tiap operator berbeda. Hal ini dapat dilihat dari waktu penyelesaian pekerjaan tiap operator dan jumlah produk yang dihasilkannya.

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Universitas Suryakancana

Modul I - 18

You might also like