You are on page 1of 30

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB I PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses dimana zat yang akan dipisahkan digunakan untuk membentuk suatu endapan padat. Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia dengan analitis, larutan khususnya standar dalam AgNO3 metode argentometri dan gravimetri. Argentometri merupakan analisa kuantitatif volumetrik berdasarkan pengendapan. Argentometri digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur dalam titrasi yang melibatkan garam perak dengan indikator yang sesuai. Kegunaan analisa argentometri ini adalah menentukan kadar halogenida, misalnya Cl-, yang terkandung dalam sampel sehingga berguna untuk oseanografi, pangan, dan industri. I.2. Tujuan Percobaan A. Menganalisa kadar Cl- dengan metode Mohr B. Menganalisa kadar Cl- dengan metode Fajans C. Menganalisa kadar Cl- dengan metode Volhard I.3. Manfaat Percobaan A. Mahasiswa dapat menganalisis kadar Cl- dalam sampel murni dengan metode titrimetrik B. Mahasiswa dapat menerapkan metode argentometri untuk sampel praktis

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


1

ARGENTO-GRAVIMETRI

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


2

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB II TINJAUAN PUSTAKA Argentometri adalah analisa kuantitatif volumetri untuk menentukan kadar halogen dalam sampel dengan menggunakan larutan standar AgNO3. Pada argentometri titik akhir titrasi ditentukan oleh terbentuknya larutan berwarna atau timbulnya kekeruhan yang pertama. II.1. Metode Mohr Digunakan untuk menetapkan kadar ion halogen yang dilakukan dalam suasana netral dengan indikator K2CrO4 dan larutan standar AgNO3. Ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan merah coklat dari perak kromat. Reaksi: Ag+ + Cl- AgCl(s) (endapan putih) 2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4(s) (endapan merah coklat) Dasar titrasi dengan metode ini adalah suatu pengendapan bertingkat dari AgCl dan setelah semua mengendap baru terjadi endapan Ag2CrO4. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat contoh berikut. Misal dalam larutan NaCl 0,1 M terdapat adanya indikator K2CrO4 yang mempunyai konsentrasi 0,01 M, maka konsentrasi Ag+ untuk mengendapkan ion Cl- dan CrO42- dapat dihitung. A. Untuk mengendapkan ion ClPada saat ini terjadi titik kesetaraan. Baik ion klorida maupun ion perak tak ada yang berlebih, dan masing-masing konsentrasi adalah kuadrat (dari) Ksp. Pada kurva titrasi titik ini disebut titik ekivalen (TE), yaitu titik pada kurva yang menunjukkan jumlah gram ekivalen titran sama dengan jumlah gram ekivalen zat yang dititrasi.

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


3

ARGENTO-GRAVIMETRI Ksp AgCl = 1,0 x 10-10 [Ag+] = [Cl-] [Ag+]2 = 1,0 x 10-10 [Ag+] = 1,0 x 10-5 B. Untuk mengendapkan ion CrO42Ksp Ag2CrO4 = 2 x 10-12 [Ag+]2 [CrO42-] = 2 x 10-12 [Ag+]2 [10-2] = 2 x 10-12 [Ag+]2 = 2 x 10-10 [Ag+] = 1,4 x 10-5 Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa banyaknya ion perak yang dibutuhkan untuk mengendapkan ion kromat lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengendapkan ion klorida. Jadi pada saat TAT terjadi, ion klorida praktis telah mengendap semua, sehingga perak kromat baru mengendap setelah semua ion klorida mengendap membentuk perak klorida. Hal-hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode Mohr:
1

Baik untuk menentukan ion klorida dan bromida tetapi tidak cocok untuk ion iodida dan tiosianida. Titrasi dalam suasana netral atau sedikit alkalis, pH 7 10,5. Tidak cocok untuk titrasi larutan yang berwarna, seperti CuCl2 (biru), CaCl2 (perak), NiCl (hijau) karena akan menyulitkan pengamatan saat TAT.

2. 3.

4.

Tidak bisa untuk garam-garam Cl dan Br yang terhidrolisa, karena terbentuk endapan yang tak diharapkan. Misal garam Cl atau Br dengan kation Al, Fe, Bi, Sn, Sb, dan Mg.

5. 6.

Larutan tidak boleh mengandung CO3 2-, SO4 2-, PO43- , C2O42karena akan mengendap dengan Mg. Larutan tidak boleh mengandung ion Pb 2+ dan Ba2+

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


4

ARGENTO-GRAVIMETRI karena akan mengendap sebagai garam kromat yang berwarna. Dihilangkan dengan penambahan Na2CO3 jenuh. II.2. Metode Volhard Metode ini menggunakan prinsip back to titration, yaitu pada sampel halogenida ditambah suatu larutan standar AgNO3 secara berlebih, kemudian sisa AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan standar NH4CNS. Indikator yang dipakai adalah Ferri Amonium Sulfat. Dalam prosesnya larutan harus bersifat asam dengan tujuan untuk mencegah hidrolisa garam ferri menjadi ferri hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT. Suasana asam dapat dibuat dengan menambahkan HNO3 pekat. Tetapi penggunaan HNO3 jangan terlalu pekat karena akan menyebabkan NH4CNS akan teroksidasi menjadi NO dan CO2. 3NH4CNS + 13HNO3 16NO + 3CO2 + NH4HSO4 + 5H2O Pada metode ini dalam mekanisme reaksinya akan terbentuk perak klorida dan perak tiosianat. Cl- + AgNO3 encer AgCl(s) AgNO3 sisa + NH4CNS AgCNS(s) CNS- sisa + Fe3+ Fe(CNS)3 merah darah (saat TAT) Perak klorida lebih mudah larut daripada perak tiosianat, dan klorida itu cenderung melarut kembali menurut reaksi. AgCl(s) + SCN- AgSCN(s) + ClTetapan kesetimbangan reaksi ini ditentukan oleh angka banding tetapan hasil kali kelarutan perak klorida terhadap perak tiosianat. Karena tetapan yang pertama lebih besar daripada yang kedua, maka reaksi tersebut di atas sangat cenderung untuk berjalan dari kiri ke kanan. Jadi tiosianat dapat dihabiskan tidak hanya oleh ion perak yang berlebih, tetapi juga oleh endapan perak klorida itu sendiri. Jika ini terjadi, akan diperoleh hasil yang terlalu rendah

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


5

ARGENTO-GRAVIMETRI dalam analisis klorida. Tetapi reaksi ini dapat dicegah dengan menyaring perak kloridanya. Untuk penetapan kadar Br- tidak perlu penyaringan karena tetapan hasil kali kelarutan AgBr lebih kecil daripada AgCNS, sedangkan untuk I- penambahan indikator setelah mendekati TAT karena bila I- bertemu indikator Fe3+ terjadi I2 yang sering menyebabkan kesalahan titrasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode Volhard: 1. Larutan harus bersifat asam, tujuannya untuk menghindari hidrolisa garam ferri menjadi ferri hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT. 2. HNO3 yang digunakan untuk memberikan suasana asam jangan terlalu pekat sebab akan mengoksidasi NH4CNS menjadi NO dan CO2. Dimana CO2 yang terbentuk dapat bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3 yang dapat bereaksi dengan Ag+ menghasilkan Ag2CO3 yang dan berwarna putih sehingga

menyulitkan pengamatan saat TAT. Selain itu kadar Fe3+ akan berkurang, sehingga kemungkinan TAT akan terjadi jauh. 3. Endapan AgCl yang terbentuk harus disaring dulu, dicuci dengan air dan air cucian dijadikan satu dengan filtrat baru dititrasi dengan NH4CNS. II.3. Metode Fajans Dalam metode ini digunakan indikator adsorpsi. Bila suatu senyawa organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat diubah dan dapat menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam perak. Mekanisme bekerjanya indikator semacam itu berbeda dari

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


6

ARGENTO-GRAVIMETRI mekanisme apapun yang telah dibahas sejauh ini. Fajans

menemukan fakta bahwa fluoresein dan beberapa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak. Bila perak nitrat ditambahkan ke dalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus itu cenderung memegangi pada permukaannya (mengadsorpsi) sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan itu. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi sekunder yang terikat lebih longgar. (AgCl) . ClLapisan Primer M+ Lapisan Sekunder Klorida Berlebih

Jika perak nitrat terus menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder. (AgCl) . Ag+ Lapisan Primer XLapisan Sekunder Perak Berlebih

Fluoresein merupakan asam organik lemah yang dapat dilambang -kan dengan HFI. Bila fluoresein ditambahkan ke dalam labu titrasi, anionnya, FI-, tidaklah diserap oleh perak klorida koloidal selama ion-ion klorida masih berlebih. Tetapi bila ion perak berlebih, ion FI- dapat ditarik ke permukaan partikel yang bermuatan positif, seperti (AgCl) . Ag+ FIAgregat yang dihasilkan akan berwarna merah muda, dan warna itu cukup kuat untuk digunakan sebagai indikator visual.

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


7

ARGENTO-GRAVIMETRI Macam-macam indikator yang biasa digunakan antara lain: 1. Fluoresein untuk ion klorida, pH 7-8 / diklorofluoresein dengan pH 4 2. Eosin untuk ion bromida, iodida, dan tiosianida, pH 2 3. Hijau bromkresol untuk ion tiosianida, pH 4-5 Hal-hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode Fajans: 1. Larutan jangan terlalu encer agar perubahan warna dapat diamati dengan jelas. 2. Ion indikator harus bermuatan berlawanan terhadap ion penitran. 3. Endapan yang terjadi sebaiknya berupa koloid sehingga luas permukaan penyerap besar. Boleh ditambahkan zat pencegah koagulasi terdispersi. 4. Indikator tidak boleh teradsorpsi sebelum ion utama mengendap sempurna (sebelum TE) tapi harus segera teradsorpsi setelah TE terjadi. 5. Indikator yang terserap oleh endapan ikatannya tidak boleh terlalu kuat karena ion indikator akan teradsorpsi oleh endapan sebelum TE tercapai. 6. Pemanasan hingga suhu 80C baru dititrasi sehingga menunjang hasil pengamatan. II.4. Fisis dan Chemist Reagen 1. NaCl a. Fisis BM= 58,45; BJ= 2,163 gr/cc; TD= 141,3C; TL= 800,4C Kristal, tidak berwarna, kubik Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 39,8 seperti dextrin yang membuat endapan tetap

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


8

ARGENTO-GRAVIMETRI Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 25,7 b. Chemist Dengan AgNO3 terbentuk endapan yang tidak larut dalam air. Reaksi: AgNO3 + NaCl NaNO3 + AgCl(s) 2. AgNO3 a. Fisis 244C Larutan tidak berwarna Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 95,2 Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 22,2 b. Chemist Reaksi: AgNO3 + H2SO4(p) AgHSO4 + HNO3 Dengan H2S dalam suasana asam / netral membentuk endapan Ag2S Reaksi: 2AgNO3 + H2S Ag2S + HNO3 Dengan Na2CO3 membentuk endapan Ag2CO3 putih kekuningan. Reaksi: 2AgNO3 + Na2CO3 Ag2CO3 + 2NaNO3 3. NH4CNS a. Fisis BM= 76,12; n= 1,685; TL= 147,6C; TD= 170C Larutan tak berwarna Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 170 Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 122 b. Chemist Reaksi: 2CNS- + Cu2+ Cu(CNS)2 Dengan Mg(NO3)2 membentuk endapan putih Dengan CuSO4 bereaksi membentuk endapan Cu(CNS)2 Dengan H2SO4 bereaksi membentuk cincin coklat. BJ= 4,35 g/cc; BM= 168,8; n= 1,744; TL= 213C; TD=

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


9

ARGENTO-GRAVIMETRI Mg(CNS)2 Reaksi: 2CNS- + Mg2+ Mg(CNS)2 Dengan FeCl3 berwarna merah darah Reaksi: 3CNS- + Fe3+ Fe(CNS)3 merah darah 4. HNO3 a. Fisis BM= 63,02; n= 1,502; BJ= 1,42 g/cc Larutan tidak berwarna b. Chemist Merubah lakmus biru menjadi merah Ditambah basa menjadi garam dan air Reaksi: HNO3 5. K2CrO4 a. Fisis BM = 126; BJ = 2,732 gr/cc; TL = 97,5C Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 75,6 Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 52 b. Chemist yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam mineral encer. Reaksi: CrO42- + Ba2+ BaCrO4(s) Dengan AgNO3 membentuk endapan merah coklat yang larut dalam asam nitrat. Reaksi: CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4(s) Dengan Pb asetat membentuk endapan kuning yang tidak larut dalam asam asetat, tapi larut dalam HNO3. Reaksi: Pb2+ + CrO42- PbCrO4(s) Dengan BaCl2 bereaksi membentuk endapan kuning muda
+

10

NaOH NaNO3 + H2O

Dengan garam nitrat larut

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


10

ARGENTO-GRAVIMETRI II.6. Fungsi Reagen


A. NaCl B. AgNO3

11

: untuk menstandarisasi larutan AgNO3 : untuk menstandarisasi larutan NH4CNS dan untuk mengendapkan Cl-

C. NH4CNS : untuk menitrasi sampel pada percobaan metode Volhard D. HNO3

: untuk memberikan

suasana asam pada larutan

sehingga mencegah hidrolisa garam ferri menjadi ferri hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT
E. K2CrO4

: sebagai indikator perak klorida dalam bentuk koloida

F. Dextrin : menjaga

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1


11

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB III METODOLOGI PERCCOBAAN III.1. Bahan : 1. Larutan NaCl 0,05 N 2. Larutan AgNO3 3. Larutan NH4CNS 4. Larutan HNO3 6 N 5. Larutan Ferri amonium sulfat 6. Indikator K2CrO4 5% 7. Indikator Fluoresein 8. Dekstrin III.2. Alat : 1. Buret, Statif, dan Klem 2. Corong 3. Erlenmeyer 4. Beaker Glass 5. Gelas Ukur III.3. Gambar Alat 6. Kertas Saring 7. Labu Takar 8. Pipet Volume 9. Pipet Ukur 10.Pipet Tetes

12

Gambar 3.3.1 Alat-Alat Praktikum Argentometri Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI III. 4 Keterangan Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Buret, Statif,dan Klem Corong Erlenmeyer Beaker Glass Gelas Ukur Kertas Saring Labu Takar Pipet Volume Pipet Ukur : Rangkaian Alat yang dalam proses titrasi. : Untuk Memindahkan zat ke tempat sempit : Tempat mereaksikan zat dengan titran : Tempat mencampurkan zat : Tempat menentukan volume fluida : Kertas untuk menyaring endapan setelah : Tempat untuk mengencerkan : Untuk menggambil zat dengan suatu volume : Untuk mengukur volume larutan : Untuk mengambil sedikit cairan 10. Pipet Tetes III. 5 Cara Kerja 1. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl 0,05 N a. Ambil 10 ml larutan standar NaCl 0,05 N, masukkan dalam labu erlenmeyer. b. Tambahkan 0,4 ml K2CrO4 c. Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3. Perhitungan : N AgNO3 =
( ( ) )

13

2. Standarisasi larutan NH4CNS dengan AgNO3 a. Ambil 10 ml larutan AgNO3 yang sudah distandarisasi. Masukkan dalam erlenmeyer. b. Tambahkan 2 ml HNO3 6 N dan 0,4 ml Ferri amonium sulfat. c. Titrasi dengan NH4CNS sampai timbul warna merah kecoklatan pertama yang tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran. Perhitungan : N NH4CNS = (
( ) )

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI 3. Menetapkan kadar Cl- dengan metode Mohr a. Masukkan 10 ml larutan sampel ke dalam erlenmeyer. b. Tambahkan 0,4 ml K2CrO4 c. Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3. Perhitungan : Cl (ppm) = fp = faktor pengenceran 4. Menetapkan kadar Cl- dengan metode Fajans a. Ambil 10 ml sampel dan masukkan dalam erlenmeyer. b. Tambahkan 10 tetes indikator fluoresein, atur pH 7-8, panaskan sampai 80C. (atau tambahkan dekstrin) c. Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah muda pertama yang tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran. Perhitungan : Cl (ppm) = fp = faktor pengenceran 5. Menetapkan kadar Cl- dalam vitamin B1 dengan metode Volhard a. Ambil 10 ml sampel, ditambah 2 ml HNO3 6 N dan AgNO3 berlebih (12 ml), dikocok, saring dan cuci dengan air beberapa kali, air cucian dijadikan satu dengan filtrat. b. Tambahkan 0,4 ml Ferri amonium sulfat. c. Titrasi dengan NH4CNS sampai timbul warna merah kecoklatan pertama yang tak hilang pada pengocokan. Perhitungan : Cl (ppm) = fp = faktor pengenceran
[( ) ( ) ] ( ) ( )

14

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1.1 Tabel Hasil Percobaan Analisa Argentometri Metode Mohr Fajans Volhard IV.2 Pembahasan A. Metode Mohr Kadar Cl- yang ditemukan lebih besar dari kadar asli sampel yaitu 616,28 ppm dari 389,95 ppm dengan % error 58,04 %. Hal ini disebabkan karena : a. Larutan bersuasana asam, konsentrasi ion kromat akan berkurang karena HCrO4 akan terionisasi sedikit sekali. Lagipula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat. 2H+ + 2CrO4 2HCrO4 CrO42- + H2O Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan membutuhkan titran AgNO3 berlebih untuk mengendapkan Ag2CrO4 sehingga kadar Cl- yang diperoleh lebih besar dari kadar asli. Jika yang terbentuk berdasarkan reaksi kesetimbangan diatas adalah ion Cr2O72-, ion tersebut akan bereaksi dengan Ag+ membentuk Ag2CrO4 dengan reaksi sebagai berikut : 2 Ag+ + Cr2O72- Ag2Cr2O7 merah kecoklatan Jadi, jika yang terbentuk Ag2Cr2O7 akan terbentuk endapan merah kecoklatan. Reff : Underwood, A.I. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition. hal 228 Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1 Kadar ClPercobaan 616,28 ppm 596,4 ppm -775,5 ppm Asli 389,95 ppm 480,85 ppm 496,3 ppm % error 58,04 % 24,03 % 256,25 %

15

ARGENTO-GRAVIMETRI b. Kelarutan dari perak kromat lebih larut (8,4 x 10-5) daripada perak klorida (1 x 10-5). Jika ion perak ditambahkan kedalam larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi yang besar, dan konsentrasi ion kromat yang kecil, maka perak klorida akan mengendap terlebih dahulu. Endapan perak kromat tidak akan terbentuk sebelum konsentrasi ion perak mengikat Ksp perak kromat [AgCrO4 =2 x 10-12] dengan [Ag+] = 10-5. Untuk menghasilkan endapan perak kromat kita memerlukan konsentrasi kromat sebesar : [Ag+]2 [CrO42-] = 2 x 10-12 [CrO42-] =
(
)

16

= 0,05 M

Konsentrasi diatas cukup tinggi sehingga tidak dapat digunakan alam praktek. Ion kromat yang berwarna kuning menyulitkan pengamatan dari pembentukan endapan berwarna, Biasanya konsentrasi kromat yang digunakan sebesar 0,005-0,01 M. Hal ini yang mengakibatkan kebutuhan AgNO3 lebih banyak dari yang asli. Dalam percobaan, volume titran AgNO3 yang kami temukan adalah 3,1 ml. Sedangkan volume seharusnya adalah : Cl- (ppm) 389,95 V = =
[( ( ) ) ]

= 1,96 m

Sehingga volume yang kami temukan sebesar 3,1 ml lebih besar daripada volume seharusnya yaitu 1,96 ml. Reff : Underwood, A.I. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition. hal 227 B. Metode Fajans Pada percobaan ini, kadar Cl- yang kami temukan lebih besar daripada kadar asli. Yanb mempengaruhi hasil percobaan ini adalah temperatur atau suhu. Suhu yang harus dipertahankan pada percobaan ini adalah 70-80C. Hal ini dikarenakan pada metode Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI Fajans, perak klorida harus dipertahankan dalam bentuk koloid. Ketika suhu berada dibawah 70C terbentuk koagulasi antara perak klorida dengan air. Partikel yang awalnya bereadiameter 10-7 10-9 cm saat koloid kemudian bertambah besar karena masuknya air kedalam partikel. Partikel besar ini akan mengakibatkan kebutuhan AgNO3 sebagai titran bertambah. Oleh karena itu untuk mencegah koagulasi, dilakukan pemanasan sehingga air akan terdehidrasi. Selain dilakukan pemanasan, dekstrin bisa digunakan sebagai alternatif. Dekstrin akan menjadi koloid pelindung yang menjaga endapan terbebas keluar. Reff : Underwood, A.I. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition. hal 72 dan 230 C. Metode Volhard Kadar Cl- yang kami temukan lebih kecil dari kadar asli yaitu 775,5 ppm dari 496,3 ppm dengan persen error 256,25%. Hal ini disebabkan karena alasan sebagai berikut: a. Terdapatnya penambahan AgNO3 berlebih yang bereaksi dengan NH4CNS sehingga mempengaruhi kadar Cl- yang ditemukan. Sesuai dengan reaksi berikut, Cl- + AgNO3 excess -> AgCl +AgNO3 AgNO3 sisa + NH4CNS AgCNS Fe3+ +NH4CNS [Fe(CNS)]2+ merah darah Pada penambahan AgNO3 berlebih, menghasilkan AgNO3 sisa yang akan bereaksi dengan NH4CNS. Reaksi ini adalah reversible. Karena AgNO3 dari reaksi pertama tersisa banyak, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan sehingga dengan penambahan sedikit NH4CNS sudah terbentuk AgCNS. Kemudian bereaksi dengan Fe3+ membentuk [Fe(CNS)]2+ sehingga terlihat warna merah darah yang menandakan TAT. Reff: Underwood, A.I. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition. hal 228

17

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI b. Tidak semua endapan AgCl tersaring. Sesuai dengan reaksi di bawah ini, AgCl + SCN- AgSCN + ClMengingat AgSCN kurang dapat larut dibandingkan AgCl, reaksi ini bergeser ke kanan dan akan menyebabkan hasil analisa klorida yang rendah. Jadi untuk mencegah terjadinya reaksi di atas, selain dengan disaring dapat juga dengan menambahkan nitrobenzena sebelum dititrasi dengan tiosianat. Nitrobenzena akan membentuk lapisan minyak di atas permukaan AgCl yang mencegah reaksi tiosianat. Volume yang sesungguhnya dibutuhkan dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut: Cl- (ppm) 496,3 ppm V = =
[( [( ) ( ) ( ) )] ]

18

= 7,6 ml

Dengan demikian diketahui bahwa volume NH4CNS yang sesungguhnya diperlukan dalam titrasi ini adalah 7,6 ml. Reff: Underwood, A.I. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition. hal 289 D. Aplikasi Argentometri dalam Kehidupan Salah satu aplikasi argentometri adalah penentuan kadar klorida dalam sample air. Metode ini baik digunakan untuk air jernih. Potasium chromate sebagai indikator dalam metode ini akan terlihat ketika mendekati titik akhir titrasi dari titrasi perak klorida. Perak Klorida ini diendapkan secara kuantitatif sebelum terbentuk perak merah kromat. Reff: Kgosidintsi. 2007. Determination of Chloride in Water Sample Using Argentometri Method. http://ubenvscience.blogspot.com/2007/09/determination-ofchloride-in-water.html (diakses pada 7 November 2011)

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI Gambar 4.3.2 Grafik Hubungan pCl- dengan Volume AgNO3

19

GRAFIK HUBUNGAN PCL VS VOLUME AgNO3 dengan METODE MOHR


1.4 1.2 1 pCl 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.1 SAMPEL ASLI HASIL PERCOBAAN

VOLUME AgNO3 (ml)

Gambar 4.3.2 Grafik Hubungan pCl- dengan Volume AgNO3

GRAFIK HUBUNGAN PCL VS VOLUME AgNO3 dengan METODE FAJANS


1.2 1 0.8 pCl 0.6 0.4 0.2 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 SAMPEL ASLI HASIL PERCOBAAN

VOLUME AgNO3 (ml)

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan A. Kadar Cl- sampel pertama yang ditemukan dengan metode Mohr, 616,28 ppm, lebih besar dari kadar asli yaitu 389,85 ppm dengan % error 58,04% B. Kadar Cl- sampel kedua yang ditemukan dengan metode Volhard, -775,5 ppm, lebih besar dari kadar asli yaitu 496,35 ppm dengan % error 256,25% C. Kadar Cl- sampel ketiga yang ditemukan dengan metode Fajans, 616,28 ppm, lebih besar dari kadar asli yaitu 480,85 ppm dengan % error 24,03% V.2 Saran A. Lakukan titrasi perlahan-lahan agar pemberian titran akurat. B. Segera hentikan titrasi setelah terjadi perubahan warna. C. Pada metode Mohr, gunakan konsentrasi kromat 0,005-0,01M D. Pada metode Fajans, pastikan titrasi dilakukan pada suhu 800C atau tambahkan dekstrin agar larutan tidak menggumpal. E. Pada metode Volhard, pastikan endapan AgCl tersaring seluruhnya atau tambahkan nitrobenzena agar tidak terjadi reaksi dengan tiosianat.

20

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses dimana zat yang akan dipisahkan digunakan untuk membentuk suatu endapan padat. Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analitis, khususnya dalam metode argentometri dan gravimetri. Gravimetri juga merupakan bagian dari analisa kuantitatif yang berhubungan dengan pengukuran berat dengan memisahkan analis dari semua komponen lainnya sehingga dapat ditentukan kadar suatu zat. Di samping zat-zat anorganik, senyawa organik juga telah dianalisis dengan teknik gravimetri, sebagai contohnya penetapan kadar kolesterol dalam sereal dan laktosa dalam produk susu. I.2 Tujuan Percobaan Menentukan kadar Ba2+ dalam sampel I.3 Manfaat Percobaan Dapat mengetahui kadar Ba2+ dalam suatu sampel dengan prosedur gravimetri.

21

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Landasan Teori yang Mendukung Analisa gravimetri adalah suatu metode pengukuran berat dengan memisahkan analit dari semua komponen lainnya sehingga dapat ditentukan kadar suatu zat dengan menggunakan faktor gravimetri. Suatu analisa gravimetri biasanya berdasarkan reaksi: aA + bB AaBb Dengan ketentuan a adalah analit A bereaksi dengan b molekul B. Hasil AaBb biasanya merupakan zat dengan kelarutan kecil sehingga dapat ditimbang dalam bentuk itu setelah dikeringkan atau dibakar menjadi senyawa lain yang susunannya diketahui dan kemudian ditimbang. Suatu pereaksi B ekses biasanya ditambahkan untuk menekan kelarutan endapan, contohnya pada penentuan Ca2+. Ca2++C2O42-CaC2O4 CaC2O4 CaO + CO2 + CO Persyaratan yang harus dipenuhi dalam metode gravimetri adalah: A. Pada pemisahan harus cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan. B. Zat yang ditimbang harus punya susunan tertentu dan harus murni. Jika tidak hasil tidak dapat diperoleh. II.2 Aplikasi Analisa Gravimetri Gravimetri dapat dilakukan terhadap zat-zat organik seperti penentuan kolesterol pada padi-padian. Selain itu analisa unsur dan senyawa organik biasanya juga dilakukan dengan cara ini. Misalnya C dalam senyawa organik dapat ditentukan dengan membakar sampel dalam oksigen dan menyerap CO2 dan H2O yang dihasilkan pada absorpsi yang cocok. Tabung absorbsi ditimbang sebelum dan sesudah pembakaran untuk memperoleh CO2 dan H2O yang dihasilkan. Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

22

ARGENTO-GRAVIMETRI II.3 Keuntungan Gravimetri Walaupun gravimetri telah digantikan dari segi rutinnya dengan instrumental, namun gravimetri sebenarnya lebih cepat dan teliti daripada instrumen yang perlu dikalibrasi. Alat pada umumnya memberikan hanya pengukuran relatif dan harus dikalibrasi atas dasar cara gravimetri atau titimetri klasik. Jika analit merupakan suatu konstata pertama (> 1%) ketelitian dari berbagai bagian perseribu dapat diharapkan, jika contoh tak terlalu kompleks. Jika analit minoritas kurang dari 1%, cara gravimetri biasanya tidak digunakan. II.4 Teori Kopresipitasi, Peptisasi, Post Presipitasi Kopresipitasi adalah proses membawa serta turun suatu zat yang biasanya terlarut sewaktu pengendapan dari endapan yang dikehendaki. Misalkan ion nitrat pada pengendapan barium sulfat menyebabkan endapan mengandung barium nitrat sehingga dikatakan nitratnya mengalami kopresipitasi dengan sulfat atau akibat adsorpsi ion ketika proses pengendapan. Pada kejadian ini zat penyebab ketidakmurnian masuk ke dalam sisi kristal dan ion-ion yang terserap terseret ke bawah pada waktu koagulasi. Prosedur yang digunakan untuk mengurangi kopresipitasi: A. Cara penentuan 2 pereaksi ini dapat digunakan untuk mengendalikan konsentrasi zat pengatur dan muatan listrik yang dibawa oleh partikel primer endapan dalam dikendalikan dengan menggunakan pH yang sesuai. B. Pemuaian dengan gumpalan dan gelatin harus dengan larutan elektrolit dalam larutan pencuci untuk menghindari presipitasi. C. Pencemaran ini merupakan manfaat besar endapan kristalin, manfaat yang cukup besar bagi endapan bergumpal tetap tidak digunakan untuk gelatin. D. Pengendapan ulang apabila endapan dengan mudah dapat dilarutkan kembali terutama untuk oksidasi hidrolisi dan garam kristalin asam lemak. Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

23

ARGENTO-GRAVIMETRI E. Pemisahan zat pengotor dapat dipisahkan/ sifat kimianya diubah dengan suatu pencuci sebelum endapan terbentuk. Penggunaan persyaratan yang menuju ke partikel lebih besar, yaitu jika pengendapan cukup perlahan. II.5 Fisis dan chemist H2SO4 Fisis : Berat molekul = 98,08 gr/mol Berat jenis = 1,83 gr/cc Titik didih = 3400C Titik leleh = 10,440C Kelarutan dalam 100 bagian air dingin = 80 Kelarutan dalam 100 bagian air panas = 59 Chemist : Merupakan asam kuat Jika ditambah basa membentuk garam dan air

24

Dengan Pb2+ membentuk PbSO42Pb2+ + SO4 PbSO4 Dengan Ba2+ membentuk BaSO42Ba2+ + SO4 BaSO4

Fungsi : membentuk endapan BaSO4

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Bahan : 1. H2SO4 0,1 N 2. H2SO4 sangat encer 3. Aquadest III.2 Alat : 1. Kertas saring Whatman 2. Pengaduk 3. Corong 4. Beaker glass 5. Gelas ukur 6. Pipet tetes III.3 Gambar Alat :

25

Gambar 3.3.2 Alat-Alat Praktikum Gravimetri

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI III.4 Keterangan Alat : 1. Kertas saring Whatman : Menyaring endapan BaSo4 2. Pengaduk 3. Corong 4. Beaker glass mereaksikan 5. Gelas ukur 6. Pipet tetes III.5 Cara Kerja : 1. Menimbang kertas saring Whatman 2. Ambil 10 ml sampel yang mengandung Ba2+ (volume sampel yang diambil untuk diendapkan tergantung konsentrasi sampel). 3. Tambahkan H2SO4 0,1 N dan diaduk. 4. Endapan BaSO4 putih yang terbentuk disaring dengan kertas saring Whatman yang diletakkan dalam corong. Tampung filtrat dalam beaker glass. 5. Cuci endapan dengan H2SO4 sangat encer dan air cucian dijadikan satu dengan filtrat untuk kemudian ditambahkan H2SO4 0,1 N lagi 6. Ulangi seperti langkah 4 dan 5 sampai penambahan H2SO4 tidak menimbulkan endapan lagi. 7. Keringkan endapan dalam oven 100-110C tapi jangan sampai kertas saring hangus. 8. Ditimbang berat kertas saring bersama endapan yang telah kering. Perhitungan : Ba2+ (ppm) =
( )

26

: Mempermudah terjadinya reaksi : Memindahkan fluida ke tempat lain : Tempat mencampurkan dan

: Menentukan volume fluida : Mengambil fluida sedikit demi sedikit

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1.2 Tabel Hasil Percobaan Analisa Argentometri Berat kertas saring mula-mula (W1) Berat kertas saring + endapan (W2) Kadar Ba2+ yang ditemukan Kadar Ba2+ asli % error IV.2 Pembahasan A. Adanya reduksi sulfat oleh karbon dari kertas filter. Endapan barium sulfat yang terbentuk pada umumnya disaring dengan kertas filtrat (kertas saring Whatman) kemudian dicuci dengan H2SO4 sampai tidak ada endapan lagi pada filtrat. Pada saat proses pemanasan atau pengeringan endapan barium sulfat yang menempel pada kertas saring Whatman, sulfat mudah sekali tereduksi oleh karbon yang ada pada kertas sarng bila udara melimpah. Kertas saring yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari serat kayu, karbon dan serat kuarsa. Adanya karbon dalam kertas filter membuat sulfat mudah sekali tereduksi. Reaksi : BaSO4(s) + 4C(s) BaS + 4CO(g) Bila reaksi tersebut terjadi maka endapan Ba2+ yang terbentuk akan lebih rendah sehingga kadar Ba2+ yang ditemukan lebih kecil daripada kadar asli Ba2+ dalam sampel. Reff: Underwood, A.I. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition. hal 86 B. Pengaruh suhu pada saat reaksi pembentukan endapan. Pada analisis gravimetri pengerjaannya didasarkan pada reaksi 2,03 gram 2,24 gram 6.180 ppm 8997,036 ppm 31,31 %

27

1. Kadar Ba2+ yang ditemukan lebih kecil dari sampel asli, karena :

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI pengendapan sehingga suhu sangat berpengaruh pada proses pembentukan endapan karena suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika suhu diperbesar maka kelarutan endapan semakin kecil. Pada saat reaksi pembentukan endapan, reaksi berjalan secara eksoterm sehingga menghasilkan panas. Hal ini dibuktikan dengan perubahan entalpi pada reaksi berikut : Reaksi: Ba2+ + SO42- BaSO4 menunjukkan bahwa reaksi H = -14732 (pada 25C) pengendapan barium sulfat Perubahan ental i (H) ada reaksi diatas bernilai negatif, hal ini menghasilkan panas. Hal ini menyebabkan adanya kenaikan suhu pada saat pembentukan endapan sehingga mengakibatkan kelarutannya meningkat dan endapan yang terbentuk menjadi lebih kecil. Hal ini yang menyebabkan kadar Ba2+ yang ditemukan lebih kecil dari kadar asli. Reff : Amborowati, Tri Hiu. 2009. Pengendapan dan Gravimetri. http://www.scribd.com/doc/20354210/Pengendapan-DanGravimetri (diakses pada 7 November 2011) 2. Aplikasi gravimetri dalam industri A. Pengolahan tanin limbah kayu industri kayu lapis Tanin digunakan limbah tidak kayu diolah jenis dengan kayu, tujuan sehingga untuk dapat memodifikasi resin fenol, formaldehid. Serbuk kayu yang dilihat dari menggunakan sampel (serbuk kayu) jenis pa saja. Dalam pengolahannya, dibutuhkan perhitungan. Perhitungan ini berguna untuk menghitung kadar tanin terkondensat. Dalam menghitung kadar tanin terkondensat dihutung berdasarkan gravimetri. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebelum dilakukan perhitungan, endapan yang dikeringkan dalam oven harus didinginkan terlebih dahulu. Reff: Linggawati, Amilia dkk. 2002. Pemanfaatan Limbah Tanin Kayu Lapis untuk Memodifikasi Resin Fenol, Formaldehid. B. Oven pengering kerupuk Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

28

ARGENTO-GRAVIMETRI Oven pengering kerupuk digunakan pada industri rumah tangga dengan berbasis mikrokontroler atmega 8535 menggunakan pemanas. Dalam pengujian lama waktu pengeringan untuk mengetahui kadar air pada bahan yang diuji, digunakan metode gravimetri. Metode gravimetri digunakan dalam proses ini karena dalam proses ini dibutuhkan ketelitian yang tinggi. Reff: Syafriyudin, Dwi Prasetyo. 2009. Oven Pengering Kerupuk Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535 Menggunakan Pemanas pada Industri Rumah Tangga.

29

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

ARGENTO-GRAVIMETRI BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Kadar Ba2+ yang ditemukan 6.180 ppm lebih kecil dari kadar asli yaitu 8997,036 ppm dengan % error sebesar 31,31 %. V.2 Saran A. Harus berhati-hati dalam menyaring larutan agar diperoleh hasil maksilmal. B. Penyaringan larutan dilakukan berulang kali, sampai benar-benar tidak ada endapan. C. Dalam pengeringan endapan, jangan sampai kertas saring hangus. D. Pastikan suhu pengeringan pada range 100-110C. E. Dalam menimbang endapan yang sudah dikeringkan, kondisi kertas saring harus benar-benar kering.

30

Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1

You might also like