You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa atas ridhoNya kami dapat menyelesaikan makalah ini, sejalan dengan proses peningktan POLITEKNIK KESEHATAN YAPKESBI, bermaksud untuk membagikan ilmu yang telah di dapat melalui makalah ini. Peran dari makalah ini sebagai media atau sarana belajar bagi pembaca untuk mengetahui INSEMINASI BUATAN. Namun walaupun makalah ini sebagai media belajar pembaca,peran dosen atau fasilitator sangat menentukan keberhasilan pembaca dalam mencapai tingkat pengetahuan tentang program pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tertuang dalam makalah ini.oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada dosen atau fasilitator untuk selalu membimbing,mengarahkan,dan memotivasi sehingga penulis tidak ada kesulitan dalam mengerjakan dan mencapai hasil yang di harapkan oleh POLITEKNIK KESEHATAN YAPKESBI. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , baik dari segi penyajian maupun isi materinya. Oleh karena itu, untuk melengkapi kekuranngannya penulis berharap kepada dosen atau fasilitator untuk menambahkannya. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan material sehingga makalah ini selesai di buat, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukabumi, Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1 1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 1 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan tujuan inseminasi buatan ................................................ 2 2.2 Tujuan Inseminasi Buatan ...................................................................... 2 2.3 Teknik Inseminasi ................................................................................... 2 2.4 Dampak Inseminasi Buatan .................................................................... 3 2.5 Benar-salahkah inseminasi buatan? ........................................................ 3 A. Inseminasi buatan adalah haram ....................................................... 3 B. Bayi Tabung Dalam Sudut Pandang Islam ....................................... 5 C. Inseminasi Buatan ............................................................................. 7

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11 3.2 Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dewasa ini,di barat terjadi polemik hangat dalam rangka mencari jawab atas pertanyaan berikut ini. Kalau seorang suami mandul dan tidak bisa memberikan anak, lalu dia bersama istrinya bersepakat untuk melakukan inseminasi buatan dengan memasukan sperma lakilaki ke dalam rahimnya tanpa melalui hubungan seksual,bolehkah hal itu di lakukan? Permasalahan ini menjadi bahan pembicaraan hangat di majelis rendah (DPR) inggris, lalu di limpahkan pengkajiannya kepada suatu komisi khusus. Di italia, paus mengeluarkan amar pelarangan terhadapnya. Sementara itu, di prancis para dokter mengatakan bahwa, hal itu boleh dilakukan sepanjang ada kesepakatan suami-istri, sedangkan di swiss, negara mengakui anak seperti itunsebagai anak sah bagi suami-istri itu kecuali bila si suami menolaknya berdasar undang-undang. 1.2 Tujuan penulisan a. Tujuan umum Untuk mengetahui pandangan agama terhadap inseminasi yang menjadi polemik di masyarakat b. Tujuan khusus Untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam di poltekes yapkesbi Sukabumi 1.3 Rumusan masalah a. Masalah umum Masalah umum yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang inseminasi buatan b. Masalah khusus Masalah khusus yg akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang pandangan agama terhadap inseminasi buatan. 1.4 Manfaat Penulisan Dapat menambah pengetahuan tentang masalah inseminasi buatan

BAB II PEMBAHASAN TEORI

2.1 Pengertian dan tujuan inseminasi buatan Inseminasi buatan adalah peletakan sperma ke follicle ovarian (intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian (intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi alami Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menggunakan rasa ,karsa dan daya cipta yang di miliki. Salah satunya di bidang iptek yang berkembang pesat dewasaini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi reproduksi yang telah banyak di kembangkan adalah inseminasi buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahaan dari artificial insemination yang berarti memasukan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa) yang di ejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen. Maka definisi inseminasi buatan adalah memasukan atau penyampaikan semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami

2.2 Tujuan Inseminasi Buatan Adapun tujuan dari inseminasi buatan adalah sebagai suatu cara untuk mendapatkan keturunan bagi pasanagn suami-istri yang belum mendapat keturunan,karena hadirnya seorang anak merupakan tanda cinta kasih pasangan suami-istri,tetapi tidak semua pasangan dapat melakukan proses reproduksi secra normal,sebagian kecil diantaranya memiliki berbagai kendala yang tidak memungkinkan mereka untuk memiliki keturunan.

2.3 Teknik Inseminasi 1. Teknik IUI ( intrauterine inseminatio) Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke lubang uterime (rahim).

2. Teknik DIPI ( direct intraperitoneal insemination ) Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara sperma di injeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum). Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang di sebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan

mempunyai 2 cabang dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk memesukan atau menyalurkan sperma dan ujung yang laindimasukan kedalam saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI di masukan ke dalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan atau di injeksikan kurang lebih sebanayak 0,5-2 ml, setelah inseminasi selesai di lalkukan orang yang mendapatkan perlakukan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10-15 menit.

2.4 Dampak Inseminasi Buatan Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walau pun prosedurnya sudah benar , bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar dari pada di bandingkan pada bayi normal, penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang di pilih untuk di gunakan pada inseminasi belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yabg paling sering muncul anatara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal dan kelenjar pankreas.

2.5 Benar-salahkah inseminasi buatan? A. Inseminasi buatan adalah haram Menurut salah satu putusan fatwa ulama saudi arabia, di sebutkan bahwa alim ulama di lembaga riset pembahsan ilmiah,fatwa,dakwah dan bimbingan islam di kerajaan Saudi arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung,karena praktek tersebut akan menyebabkan terbukanya aurat ,tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim, kendati pun mani yang di suntikan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Namun demikian ada fatwa lain yang dikeluarkan oleh Majlis Mutama Fiqih Islami. Majelis ini menetapkan sebagai berikut: 5

Pertama: Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara perkara lain yang dikecam oleh syariat . a. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokan ke dalam rahim istrinya. b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita . c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut . d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istri . e. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain. lain yang

Kedua: Dua perkara berikut ini

boleh dilakukan jika memang sangat

dibutuhkan dan setelah memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut: 1. Sperma tersebut diambil dari suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya . 2. Sperma si suami diambil kemudian di suntikan ke dalam saluran rahim istrinya untuk disemaikan . Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam

masalah ini adalah aurat vital si wanita harus tetep terjaga (tertutup) demikian juga kemungkinan kegagaslan proses operasi persemaian sperma dan indung

telur itu sangat diperhitungkan. Demikian pula perlu diantasipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran amanah dari orangorang yang lemah iman dirumah rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur

supaya operasi tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam melakukannya perlu kewaspadaan yang ekstra ketat .

Sementara itu Syaikh Nashiruddin Al Albani sebagai tokoh ahli sunnah wal jamaah berpendapat lain, beliau berpendapat sebagai berikut : Tidak boleh, karena proses pengambilan mani (sel telur wanita) tersebut berkonsekuensi minimalnya sang dokter (laki laki) akan melihat aurat wanita lain . Dan melihat aurat wanita lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaaan darurat yang

mengharuskan seorang lelaki memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut , dan ini pun tidak boleh. Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap peradaban orang orang Barat (Kaum Kuffar) dalam perkara yang mnereka minati atau (sebaliknya) mereka hindari . Seorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh allah berupa anak dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir dan ketetapan Allah SwT atasnya .jikalau saja rasulallah SaW menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizqi berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulallah saw menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat(halal)dalam mendapatkan anak.(fatawa Al-marah Al-muslimah hal.288).

B. Bayi Tabung Dalam Sudut Pandang Islam Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sbb : 1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama. 2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zariah sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya 7

antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya). 3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zariah sebab hal ini akan menimbulkan masala~ yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan. 4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zariah ( ), yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya. 5. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut di buahi dengan sel sperma suaminya yang telah di proses sebelumnya dan di pilih yang terbaik 6. Sel telur dan sprema yang sudah di pertemukan di dlam tabung petri kemudian di biakaan di dalam lemari pengeram. Pemantauan di lakukan 1820 jam kemudian dan keesokan harinya di harapakan sudah terjadi pembuahan sel 7. Embrio yang berada dalam tingkat pemebelahan sel ini . kemudian diimplantasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan 8. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi, dilakuakan pemeriksaab air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudioan dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi

Ulama di malaysia pun yang tergabung dalam jabatan kemajuan islam malaysia memberi fatwa tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut : Keputusan 1 a. Bayi tabung uji dari benih suami istri yang mencantumkan secara terhormat adalah sah di sisi islam,sebaliknya benih yg di ambil dari bukan suami istri yang sah bayi tabung itu adalah tidak sah b. Bayi yang di lahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta pesaka dari keluarga yang berhak 8

c. Sekiranya benih dari suami atau istri yang di keluarkan dengan cara yang tidak bertentangan dengan islam,maka ianya di kira sebagai cara terrhormat

Keputusan 2 a. Bayi tabung uji dari benih suami istri yang di cantumkan secara terhormat adalah sah di sisi islam, sebaliknya benih yang di ambil dari bukan suami istri yang sah bayi tabung itu adalah tidak sah b. Bayi yang di lahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta pesaka dari keluarga yang berhak c. Sekiranya benih dari suami atau istri yang di keluarkan dengan cara yang tidak bertentangan dengan islam ,maka ianya di kira sebagai cara terhormat.

C. Inseminasi Buatan Inseminasi buatan ialah pembuahan pada hewan atau manusia tanpa melalui senggama (sexual intercourse). Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan dalam dunia kedokteran, antara lain adalah: Pertama; Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri. Kedua; Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba palupi) Teknik kedua ini terlihat lebih alamiah, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi melalui hubungan seksual. Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam Al-Quran dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Quran dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum

yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika. Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Mantan Ketua IDI, dr. Kartono Muhammad juga pernah melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia menghimbau masyarakat Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan ovumnya berasal dari suami-isteri sendiri. Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah al hajatu tanzilu manzilah al dharurat (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat). Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalildalil syari yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor ialah:

10

Pertama; firman Allah SWT dalam surat al-Isra:70 dan At-Tin:4. Kedua ayat tersebuti menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhlukmakhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi. Kedua; hadits Nabi Saw yang mengatakan, tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban). Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah atau tidak mengawini wanita hamil. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak melakukan senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan. Pada saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena itu, kita tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka. Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa dalam bahasa Arab bisa berarti air hujan atau air secara umum, seperti dalam Thaha:53. Juga bisa berarti benda cair atau sperma seperti dalam An-Nur:45 dan Al-Thariq:6. Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal dari ssperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih yang mengatakan darul mafsadah muqaddam ala jalbil mashlahah (menghindari mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik maslahah/kebaikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami

11

gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa: 1. percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan. 2. 3. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah. 4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tanggal. 5. 6. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).

Adapun mengenai status anak hasil inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum menurut hukum Islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi atau hubungan perzinaan. Dan kalau kita bandingkan dengan bunyi pasal 42 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah maka tampaknya memberi pengertian bahwa anak hasil inseminasi buatan dengan donor itu dapat dipandang sebagai anak yang sah. Namun, kalau kita perhatikan pasal dan ayat lain dalam UU Perkawinan ini, terlihat bagaimana peranan agama yang cukup dominan dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2 ayat 1 (sahnya perkawinan), pasal 8 (f) tentang larangan perkawinan antara dua orang karena agama melarangnya, dll. lagi pula negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku. Sedangkan hukum inseminasi buatan pada hewan dan hasilnya sebagaimana yang sering orang lakukan juga harus diddudukkanmasalahnya. Pada umumnya, hewan baik yang hidup di darat, air dan udara, adalah halal dimakan dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya, kecuali beberapa jenis makanan/hewan yang dilarang dengan jelas oleh agama 12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan Jadi, menurut pandangan agama islam inseminasi buatan adalah haram karena praktek tersebut akan menyebabkan terbukanya aurat,tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim, ada pula yang berpendapat tidak boleh,karena proses pengambilan, mani (sel telur wanita) tersebut berkonsekuensi minimalnya sang dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita. Dan melihat aurat wanita lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

3.2 Saran Karena berbagai alas an sebaiknya inseminasi buatan tidak dilakukan selain karena menurut pandangan agama haram juga dapat menimbulkan polemik sosial, banyak cara selain inseminasi buatan untuk mendapatkan keturunan.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Inseminasi_buatan http://majalahkesehatan.com/inseminasi-buatan/ http://pondokibu.com/kehamilankelahiran/mengenal-inseminasi-buatan/ http://belog.web.id/archives/inseminasi-buatan-menurut-islam

14

MAKALAH INSEMINASI BUATAN


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah agama

Disusun Oleh:

Reguler 4

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI 2010

15

You might also like