You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi makin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Akhir-akhir ini teknologi kedokteran modern mampu melakukan transplantasi organ. Secara faktual, hal ini sangat membantu pihak-pihak yang menderita sakit bisa sembuh kembali dengan penggantian organnya yang sakit diganti dengan organ manusia yang sehat. Namun dalam pelaksanaannya banyak kendala-kendala yang dihadapi. Maka dalam makalah ini kami akan berusaha mengupas tentang permasalahan transplantasi organ. Tentunya makalan ini banyak sekali kekurangankekurangan, maka kami menerima masukan dari pembaca. B. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan TRANSPLANTASI dan mahasiswa diharapkan mampu untuk lebih mendalami tentang matei transplantasi dan juga diharpkan agar terbentuk kerjasama yang baik antar mahasiswa. C. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Apa yang dimaksud dengan TRANSPLANTASI? Bagaimana TRANSPLANTASI menurut pandangan islam? Adakah bagian-bagian organ yang halal dan haram apabila dilakukan? Kalainan apa yang mungkin bisa terjadi?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Transplantasi adalah pengganyian organ atau jaringan tubuh yang fungsinya sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan organ atau jaringan sehat yang berasal dari organ lain atau tubuh sendiri (Nugroho, 1991). Transplantasi adalah memindahan organ tubuh dari orang sehat atau mayat yang organ tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki organ tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) Dapat bertahan hidup secara sehat, tanpa ada suatu gangguan akibat dari proses transplantasi tersebut. B. Permasalahan Dari segi hukum, permasalahan yang timbul adalah diperlukannya perangkat hukum yang mengatur prisedur untuk menjadi donor. Posedur operasi, perlindungan hukum bagi pelaksa operasi dan masalah jual beli organ. Dari segi hukum pemerintahan telah membuat peraturanya no. 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anotomis serta transplantasi organ alat atau jaringan tubuh manusia. Dari segi agama permasalahanya yang timbul adalah belum adanya kesepakatan diantara para ahli hukum kristen dalam masalah transplantasi organ ini. C. Pembagian Transplantasi 1. Dari organ hidup, kepada orang hidup yang mengalami gangguan pada organ tubuh. Yang dimaksud disini adalah donor organ tubuh bagi siapa saja yang memerlukan pada saat si donir masih hidup. Donor semacam ini hukumnya boleh. Adanya hak milik organ tersebut terhadap organ-organ tubuhnya berarti telah memberinya hak untuk memanfaatkan organorgan tersebut, yang berarti ada kemudahan menyumbangkan organ tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan organ tersebut dan ada suatu kesepakatan diantara keduea belah pihak yang bersangutan.

2. Dari orang meninggal dunia , kepada orang hidup yang mengalami gangguan pada organ tubuh. Yang dimaksud disini adalah donor anggota tubuh dari orang yang sudah meninggal kepada orang yang masih hidup yang membutuhkan organ tubuh. Hal ini menurut agama kristen diperbolrhkan apabila ada kesepakatan antara keluarga dari penyumbang organ tubuh yang sudah meniunggal kepada orang yang masih hidup dn membutuhkan organ tubuh tersebut. D. Transplantasi Organ dan Jaringan tubuh 1. Definisi Transplantasi organ dan jaringan tubuh merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Proses ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika, dan moral. Kendala lain yang dihadapi indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplantasi atau terbatasnya jumlah donor keluarga.(Living Related Donor) dan donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terekait(hulu, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemerintah dan swasta) E. Jenis-jenis Transplantasi Beberapa jenis transplantasi/pencangkokan, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh sebagai berikut: 1. Transplantasi Autologus Adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dalam tubuh itu sendiri. 2. Transplantasi Autogenik Adalah perpindahan dari satu tubuh ke tubuh yang lain yang sama spesiesnya. 3. Transplantasi Singenik

4.

Adalah perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik. Transplantasi Xenograft Adalah perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sma spesiesnya.

F. Transplantasi organ dalam pandangan islam Diantara banyak pertanyaan etis terkait dengan pencangkokan organ seperti yang sedang hangat-hangat saat ini, ada penekanan yang berbedabeda dari sisi sosial-ekonomi maupun keagamaan. Di AS, misalnya, isu-isu utama yang dibahas teutama berkisar pada kelompok pertanyaan kedua, mengenai perolehan dan distribusi organ. Di negara berkembang, sementara penggunaan teknologi ini jauh dibelakang negara maju, banyak isu muncul terkait dengan organ trafficking, sementara distribusi organ tak menjadi isu. Pada badian ini akan dibahas satu contoh respon tergadap pencangkokan organ dari para pemikir muslim. Terkait dengan karakter aherankgama islam maupun konteks sosial muslim, tak mengherankan jika tak semua pertanyaan di atas mendapatkan penekanan yang sama. Secara umum, kelompok-kelompok keagamaan, khususnya islam, memberikan soratan cukup mendasar persoalan boleh tidaknya dari sudut pandang nilainilai keagamaan melakukan pencakokan organ. Litelatur islam mengenai isu ini didominasi oleh pendekatan fikih. Dan persoalan utama yang mendominasi fikih biasanya terbatas pada masalah halal-haram,meskipun tidak selalu demikian.dalam islam,petanyaan penting mengenai apakah pencangkokan organ di perbolehkan oleh agama di jawab dengan merujuk pada sumber tekstual utama(Quran dan hadis)maupun kitab-kitab hukumfikih. Dari segi metodologi untuk menjawab masalah-masalah kontemporer ulama mencari kasus-kasus yang di bahas dalam kitab-kitab lama itu,atau kasus-kasus- yang analog dengannya.penganbilan keputusan seperti ini dibimbing oleh seperengkat prinsip umum,yang di sebut usul fikih (prinsipprinsip fikih). Di antaranya,ada perinsip pertimbangan manfaat dan mudarat (keburukan) dari suatu keputusan;prinsip mendahulukan menghindari

keburukan;prinsip bahwa manfaat yang amat besar dapat mengatasi keburukan-keburukan inheren yang lebih kecil, prinsip darurat (sesuatu yang dalam keadaan normal tak diperbolehkan,tapi dalam keadaan darurat diperbolehkan),prinsip maslahah atau kesejahteraan publik dan sebagainya. Dalam hal pencangkokan organ,keputusan-keputusan legal-etis bisa dicari dengan melihat bagaimana kitab-kitab klasik itu memandang penggunaan bagian-bagian tubuh manusia untuk tujuan penyembuhan.kadang-kadang,seperti akan ditunjukan contohnya dibawah,upaya ini dilakukan dengan tak memperhatikan konteksnya dengan baik,tapi hanya melihat kasus dimana organ tubuh manusia diperlakukan meski dalam konteks yang amat jauh berbeda dengan konteks pencangkokan.meskipun pendekatan ahistoris semacam ini telah sering dikritik,tapi masih juga kerap digunakan. Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain,karena karakter fikih dalam islam,pebdapat yang muncul tak hanya satu,tapi beragam,dan satu dengan lainya bahkan terkadang saling bertolak belakang,meski menggunakan sumber-sumber yang identik.disini akan disampaikan beberapa pandangan yang cukup populer mengenai isu ini. Pandangan yang menentang pencangkokan organ diajukan atas dasar setidaknya tiga alasan: 1. Kesucian hidup/tubuh manusia : setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah yang jelas mengenai ini dalam al-quran. Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang terkenal yang sering dikutip untuk menunjukan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi mayat Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang organ itu ketika ia masih hidup. 2. Tubuh manusia adalah amanah : hidup, diri, dan tubuh manusia padanya adalah bulan miliknya sendiri, tapi pinjaman dari tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena itu manusia tak memiliki hak mendonorkannya pada orang lain.

3.

Tubuh tidak boleh diperlakukan sebagai benda material semata : pencakokan dilakukan dengn mengerat orgn tubuh seseorang untuk dicangkokan [ada tubuh orang lain, disini tuuh dianggap sebagi benda mererial semata yang bagian-bagianya bisa dipindah-pindah tanpa mengurangi ke-tubuh-an seseorang.

Sedangkan pandangan yang mendukung pencangkokan organ memiliki beberapa dasar, sebagai berikut 1. Kesejahteraan publik (maslahah) : pada dasarnya manipulasi organ memang tidak diperkenankan, meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan hidup manusia, yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum islam. Dengan alasan ini pun, ada beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan : pencakokan organ boleh dilakukan jika tidak ada alternatif lain untuk menyelamatkan nyawa, derajat keberhasilanya cukup tinggi ada persetujuan dri pemilik organ asli (atau ahli warisnya), penerima organ sudah tau persis segala implikasi pencangkokan ( inforormed consent) Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi Muslim untuk membantu manusia lain, khususnya sesama Muslim, pendorongan organ secara sukarela merupakan bentuk altruisme yang amat tinggi (tentu ini dengan anggapan bahwa si donor tidakmenerima uang untuk tindakannya), dan karenanya dianjurkan. Sekali lagi, untuk itu pun ada beberapa syarat: o Ada persutujuan dari donor o Nyawa donor tidak tercantum dengan pengambilan organ dari tubuhnya o Pencangokan yang akan dilakukan berpeluang berhasil amat tinggi o Organ tidak diperbolehkan transaksi jual-beli

2.

Ada satu implikasi yang menarik dari sini, jika syarat ini dikombinasikan dengan kebolehan (dan dalam kasus tertentu kewajiban) melakukan pencakokan organ, maka mendonorkan organ bagi muslim hukumnya adalah wajib sosial(fardhu kifayah), yaitu, dalam suatu komunitas Muslim, adalah kewajiban bagi salah seorang muslim untuk

mendonorkan organnya jika ada orang lain yang membutuhkan (sekali lagi, tentu dengan memenuhi pembatasan-pembatasan di atas) Belakangan ini, diantara lembaga-lembaga pemberi fatwa didunia Muslim, pandangan yang dominan adalah pandangan yang mendukung bolehnya pencangkokan organ. Diantara lembaga semacam itu yang mendukung pencangkokan organ adalah Akademi Fikih Islam (Lembaga di bawah Liga Muslim Se-Dunia, yang berpusat di Arab saudi) pada fatwa-fatwanya pada tahun 1985 dan1988, di bawah Departemen agama, Mesir, yang biasanya diketuai oleh ulama dari Universitas al-Azhar). Pencakokan yang diperbolehkan mencakup autotransplantasi, allotranplantasi, dan juga heterotransplantasi dalam urutan keterdesakan (situasi darurat) yang lebih tinggi. Meski demikian, diperbolehkannya pencangkokan organ ini selalu diikuti syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas. Kasus pencangkokan ini termasuk kasus yang agak langka, dimna ada konsensus yang cukup luas. Maka demikian, ada dua catatan yang perlu diberikan. Pertama, di samping konsessus umum itu, ada beberapa variasi mengenai beberapa hal yang lebih terinci dan mengenai tingkat keterdesakan(yang paling tinggi menyatakan bahwa prosedur ini bole dilakukan hanya alam kondisi dimana nyawa seseorang benar-benar tercantum dan tak ada jalan lain sama sekali kalau ia masih mau dipertahankan tetap hidup). Satu contoh dari hal yang spesifik itu adalah adnya fatwa yang menyatakan bahwa pencakokan organ hanya boleh diambil dari donor hidup, dan tak boleh membahayakan nyawa donor, artinya, donor ginjal diperbolehkan, sementara jantung tidak. Kedua, perlu dicatat bahwa tetap saja ada fatwa-fatwa yang berbeda, meski tak sepopuler fatwa-fatwa di atas. Yang cukup terkenal diantara penentang pencakokan organ adalah mahzab doeband di Pakistan (dengan ulamanya yang cukup konservatif, Mufty Muhammad syafii) Dalam pandangan yang lebih moderat/liberal, keberatan ulama konservatif itu tak selalu dijawab. Keberatan ulama mereka terkait dengan status tubuh manusia: bahwa tubuh adalah suci dan tak boleh dihinakan, dan bahwa tubuh bukanlah milik manusia (lihat tiga alasan yang dibahas di atas). Mengenai yang pertama , argumen yang diambil dari hadis

mengenai larangan mematahan tulang dapat segera ditolak setelah kita melihat konteks ucapan Nabi Muhammad itu. Konteksnya adalah peristiwa dimana seseorang menggali kubur yang kasar mematahkan tulang mayat karena kuburan yang sudah digali ternyata terlalu sempit. Ini jelas perbuatan yang tidak menghormati mayat. Sementara dalam pencakokan organ, ada tujuan yang jelas, dan tujuan itu amat mulia. Demikian pula, mengambil organ dengan alasam mulia yang jelas bukanlah tindakan yang melanggar amanah, justru upaya memenuhi perintah lain Tuhan untuk menyelamatkan hidup sesama manusia. Tiga catatan kritis atas wacana fiih yang dominan: Pembahasan terakhir membawa kita ke persoalan yang lebih jauh mengenai apa yang disebut oleh moosa (2002) sebagaikosmologi tubuh. moosa menganalisis bahwa perbedaan-perbedaan fatwa tersebut bersumber dari pandangan mengenai tubuh yang berbeda. Kosmologi tubuh konservatif nyaris menutup hak manusia untuk memperlakukan tubuhnya sendiri untuk tujuan apapun. Ujung-ujungnya adalah pandangan mengenai takdir yang demerministik. Dalam konteks lain, kosmologi tubuh ini juga mempengaruhi, misalnya, pandangan negatif terhadap perempuan, karena, diantaranya darah menstruasi dipandang sebagai sesuatu yang najis. Padahal, darah menstruasi dapat sepenuhnya dijelaskan sebagai peristiwa biologis /alamiah sepenuhnya, tanpa perlu diberi signifikansi spiritual. Dengan kasus yang kedua ini lebih tampak jelas adanya inkoherensi antara pandangan konservatif atas tubuh dengan pandangan mengenai tubuh yang disampaikan sains. Inilah yang dikeluhkan oleh moosa: tak adanya koherensi epistemik antara fikih dengan sains di masa ini, sementara di masa yang lebih awal, pemahaman fikih selalu dilandasi oleh pemahaman ilmiah yang up to date. Ditarik lebih jauh, jika kosmologi tubuh modern diterima, maka mungkin tak perlu ada pembedaan sama sekali antara organ yang diperoleh dari manusia hidup, manusia mati, atau bahkan dari binatang , kecuali pembedaan yang sifatnya biologis semata. Demikian pula, pembedaan antara tubuh muslim dengan non muslim juga enjadi suatu yang releva.

Sebagai catatan terakhir, bisa kita lihat bahwa diantara tiga kelompok persoalan etis menyangkut pencangkokan organ, fikih islam terlalu condong pada kelompok pertama, mengenai kebolehan prosedur inidari sudut pandang pemahaman keagamaan yang kurang luas. Kelompok masalah etis kedua(persoalan distribusi organ) hanya sedikit tersentuh, itu pun sejauh ada hubungannya dengan kelompok masalah pertama. Benar bahwa, seperti diungkapkan masalah diatas, kelompok masalah kedua memang terasa jauh lebih urgen di tempat-tempat dimana pencangkokan organ menjadi prosedur yang amat sering dilakukan, seperti AS. Meski demikian, jenis-jenis pencangkokan organ tertentu, khususnya ginjal, sudah cukup lazim pula dilakukan dalam komunitas muslim, manun persoalan etika perolehan dan distribusi organ belum cukup mendapat perhatian. Demikian pula ketidakbolehan memperjualbalikan organ diajukan semata-mata dengan alasan bahwa tubuh seseorang bukan miliknya sendiri. Di luar alasan teologis itu, sebenarnya ada alasan social ekonomis yang pada saat ini terasa lebih mendesak menyangkut terjadinya organ trafficking yang terjadi di Negara-negara Dunia ketiga. Yang nyaris absen dari literature islam adalah pembahasan tentang isu kejadian distributive. Memandang bahwa kejadian adalah salah satu nilai etis terpenting islam, nyaris tak adanya pembahasan tentang ini tentu patut disesalkan. Perhatian yang lebih serius pada aspek keadilan social ekonomi kiranya akan mengubah wacana pemfatwaan masalah pencakokan organ. Situasi ini terjadi kemungkinan besar karena secara umum tradisi etika dalam islam kontemporer tak cukup berkembang, terdominasi oleh wacana fikih yang mau tidak mau lebih berpusat pada persoalanpersoalan legal mengenai halal-haram secara intrinsic. Di sisi lain, jika dalam kasus pelanggaran jual beli organ yang muncul terutama adalah alasan teologis, ini karena pembuat fatwa pada masa kini pun terlalu terpaku pada wacana dimasa yang lebih awal dan kkurang memnberikan perhatian pada konteks social ekonomi saat ini. Upaya-upaya merekontruksi suatu system etika islam telah dilakukanntuk menduk, namun kita belum melihat munculnya ragan mahzab-mahzab etika yang cukup kuat untuk mendukung perdebatan etis mengenai masalah9

masalah kontemporer. Ini adalah suatu kelemahan yang banyak dikeluhkan pemikir muslim,dan sedang diperbaiki, namun kiranya masih membutuhkan waktu yang cukup lama.
G. TRANSPLANTASI MENURUT SYARIAT ISLAM

Didalam syariat islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ yaitu: a. Transplantasi organ dari donor yang masih hiudup Seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti, ginjal, akn tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengaibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung hati dan otaknya tidak diperbolehkan. Hukum transplantasi dari orang yang telah meninggal 1. Sebelum kita menggunaan organ tubuh yang telah meninggal surat wasiat yang telah ditandatangani krtu donor atau yang lainnya 2. Jika terdapat kasus sipenyumbang organ memberikan oersetujuan terlebih dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan dapat dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas penyumbang. 3. Organ atau jaringan yang disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang ditentukan dapat menyelamatkan kualitas hidup manusia lainnya. 4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur medis bahwa sipenyumbang organ telah meninggal dunia 5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim

b.

10

c.

Keadaan darurat Setelah ditinjau bagian-bagian tubuh yang halal dan yang haram apabila didonorkan: 1. Donor anggota tubuh yang dapat pulih kembali Diantara bagian tubuh yang dapat tumbuh kembali apabila didonorkan adalah darah., adapun pelaksana ini disebabkan karena pasien kekurangan atau kehabisan darah seperti ketika terjadi kecelakaan lalu linta, kebakaran,pada anggota tubuh, akibat persalinan dst. Dapat disimpulakan bahwa donor darah hukumnya boleh selama halite sangat darurat dan dibutuhkan.

Firman allah swt : Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia.(Qs Almaidah:32) 2. Donor anggota tubuh yang bisa menyebabkan kematian Ada beberapa organ yang dapat menyebabkan seseorang. Seperti, limpa, ginjal, otak dan lainnya. Maka mendonorkan organ-organ tersebut hukumnya haram karena ternasuk dalam kategori bunuh diri. Dan bertentangan dengan firma allah swt: dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan.(Qs al baqarah:195) Donor anggota tubuh yang tunggal Organ-organ tubuh manusia ada yang tunggal ada juga yang ganda(berpasangan). Adapun yang tunggal diantaranya adalah mulut, pankreas, buah pelir dan lainya. Adapun yang ganda karena salah satu sudah rusak, atau tida berfungsi sehingga menjadi tunggal, seperti mata yang tinggal satu, mendonorkan organ-organ seperti ini hukumnya haram walaupun itu tidak

3.

11

menyebabkan kematian. Karena, kemaslahatan yang ingin dicapai oleh pasien tidak kalah besarnya dengan kemaslahatan yang ingin dicapai pendonor 4. Donor anggota tubuh yang ada pasangannya a. Jika donor salah satu organ tubuh tersebut tidak membahayakan pendonor dan kemungkinan besar donor tersebut menyelamatkan pasien, maka hukumnya boleh, seperti seseorang yang mendonorkan satu ginjalnya. Seseorang masih bisa hidup bahkan bisa beraktifitas sehari-hari sebagaimana biasanya hanya menggumakan satu ginjal saja. b. Sebaliknya jika donor salah satu organ tubuh yang ada pasangannya tersebut membahayakan atau paling tidak membuat kehidupan pendonor menjadi lebih sengsara, maka donor anggota tubuh tersebut tidak diperbolehkan, apabila jika tidak membawa banyak manfaat lagi pasien penerima donor.

H. PRO DAN KONTRA TRANSPLANTASI Pandangan yang menentang pencangkokan organ diaukan atas dasar setidaknya ada tiga alasan : 1. Kesucian hidup makhluk hidup 2. Tubuh manusia adalah amanah 3. Tubuh tidak boleh diperlakukan sebagai benda material semata Pandangan yang mendukung pencangkokan organ memiliki beberepa dasar, sebagai berikut :

Kesejahteraan hidup
Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi muslim untuk membantu manusia lain sesama muslim

I.

12

I.

HUKUM MEMPERJUALBELIKAN ORGAN Mahzab Hanafi dalam kitab path Al kadir Tidak boleh diperjualbelikan organ manusia itu Mahzab Maliki, Syafii, Hambali Organ tubuh manusia adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari manusia itu sendiri karena masing-masing organ tubuh mempunyai fungsi yang melekat dengan manusia itu sendiri. Memperjualbelikan bagiannya sama atrinya dengan memperjualbelikan manusia itu sendiri. Dan memperjualbelikan manusia diharamkan oles syara. Menurut UU. No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam pasal 33 ayat 2 Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfuse darah dilakukan hanya untuk kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersil. Menurut PP No. 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantsi alat dan atau jaringan tubuh manusia. Pasal 17 : Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringn tubuh manusia Jika terjadi pelanggaran, maka akan mendapatkan hukuman pidana selama 15 tahun atau denda sebesar Rp 300.000.000,-

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa transplantasi adalah pemindahan organ tubuh dari orang sehat atau yang sudah mati yang organ tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki organ tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipaen dapat bertahan hidup secara sehat, tanoa ada suatu gangguan akibat dari proses transplantasi tersebut.

14

DAFTAR PUSTAKA

Http:// Google_Transplantasi menurut Pandangan Agama Islam.com3Des2010

15

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama

Oleh,

Reguler 4 semester 1 POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI 2010/2010

16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah TRANSPLANTASI ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah agama dan sebagai bahan pembelajaran untuk kita semua. Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pengerjaan dan penyelesaian makalah ini. Kemudian, mengingat proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semuanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi kami khususnya dan umumnya untuk semuanya.

Sukabumi, Oktober 2010

Penulis

17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................... 1 C. Rumusan Masalah ................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. Pengertian ............................................................................................. Permasalan............................................................................................ Pengbagian Transportasi ...................................................................... Transplantasi Organ dan jaringan Tubuh .............................................. Jenis Transplantasi ............................................................................... Transplantasi Organ Dalam Pandangan Islam ...................................... Transplantasi Menurut Syariat Islam .................................................... Pro dan Kontra Transplantasi ................................................................ Hukum Memperjualbelikan Organ........................................................ 2 2 2 3 3 4 10 12 13

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ........................................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA

18

You might also like