You are on page 1of 4

MENETAPKAN KEBUTUHAN KONSELING HIV/PMS a.

Definisi Konseling adalah kebutuhan proses pembicaraan dan pembahasan masalah-masalah antara kita dengan konselor (orang yang dilatih untuk mengatasi masalah PMS). b. Penyakit Menular seksual (PMS) dan AIDS AIDS adalah PMS yang paling sering didengar belakangan ini. Ketakutan orang tentang AIDS sangat besar, karena sejauh ini belum dapat disembuahkan. Obat-obatan yang dapat membantu perawatan mereka yang sudah kena AIDS (bukan menyembuhkan) juga sangat mahal. Semua orang bisa saja terkena AIDS. Di Indonesia sudah ada bayi maupun rang dewasa yang terkena AIDS. Karena itu, kita mesti waspada terhadap bahaya penularan AIDS. c. Catatan khusus tentang AIDS Kita tidak bisa melihat apakah seseorang terkena AIDS (bibit AIDS tidak bisa dicegah dengan obat-obatan, suntikan atau AIDS belum dapat disembuhkan dan dapat berakibat AIDS dapat menular dengan cara yang sama dengan PMS Penampakan AIDS sama seperti penyakit yang mengenai penyakit AIDS) hanya berdasarkan penampilannya jamu-jamuan kematian yang lain orang biasa seperti TBC, tumor, radang paru, infeksi saluran pencernaan dan lain-lain AIDS dapat dicegah dengan cara hanya berhubungan seks dengan seorang pasangan yang juga hanya berhubungan seksual dengan kita, atau dengan menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual

D. Mengembangkan Perencanaan 1. Menetapkan Kebutuhan Pemeriksaan Laboratorium a) Pemeriksaan Laboratorium awal dan rutin yang harus dilakukan adalah pemeriksaan kadar Hb, untuk mengetahui apakah pasien dalam keadaan anemia atau tidak di awal kehamilannya. Pemriksaan awal ini dijadikan sebagai patokan dalam memantau kemajuan kehamilannya. b) Pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut : Kadar leukosit, apabila ada indikasi terjadi infeksi. Protein urine, untuk penapisan pre-eklamsi. Hematokrit, untuk penapisan DHF. Pemeriksaan darah, untuk penapisan penyakit malaria. Pemeriksaan pembiakan bakteri jika ada indikasi khussu untuk penegakan diagnosis infeksi. 2. a) b) c) Menetapkan Kebutuhan Belajar / Bimbingan bagian apa pasien. Berdasarkan apa yang ditanyakan pasien. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif. Contoh : Data dasar yang mendukung adalah sebagai berikut : Data subjektif : pasien mengatakan tidak suka makan sayuran, telur, dan daging. Makan sehari dua kali, yaitu bakso dan mie ayam. Akhir-akhir ini sering pusing, mata berkunang-kunang, dan mudah lelah. Dta Objektif : trimester I belum ada peningkatan BB, konjungtiva anemis, ujung jari tangan dan kaki pucat, kadar Hb 9 gram %. d) Selain kasus atau keadaan khusus yang dialami oleh pasien, bidan tetap perlu memberikan mater-materi pendidikan kesehatan sesuai dengan usia kehamilannya, antara lain sebagai bnerikut : Nutrisi/ pemenuhan gizi selama hamil. Olahraga ringan / senam hamil Istirahat. Kebersihan. Pemberian ASI untuk bayi. KB pasca persalinan Tanda-tanda bahaya selama hamil Aktivitas seksual. Kegiatan sehari-hari Obat-obatan Asap rokok. Sikap tubuh yang baik. Pakaina dan sepatu. 3. Menetapkan kebutuhan untuk Pengobatan Komplikasi Ringan

a) Bidam mempunyai hak untuk melakukan pengobatan komplikasi ringan pada ibu hamil. b) Namun dalam pemberian pengobatan ini bidan juga tetap harus memperhatikan aturan (dosis) yang tepat. Jika obat yang diberikan adalah antibiotic, maka hatihati dengan adanya riwayat alergi pasien terhadap obat antibiotik. 4. Menetapkan Kebutuhan untuk Konsultasi atau Rujukan ke Tenaga Kesehatan lain a) Dalam pelaksanaan asuhan kadang dijumpai kasus yang membutuhkan konsultasi atau rujukan ke tenaga kesehatan lain. b) Konsultasi ini bertujuan agar perencanaan masalah yang diambil benar-benar sesuai dengan apa yang dialami oleh pasien karena ditangani secara lebih spesifik oleh ahli yang kompeten. c) Beberapa contoh kasus yang memerlukan konsultasi dan rujukan antara lain Sebagai berikut : No Contoh Kasus Konsultasi/Rujukan 1 Ibu hamil dengan riwayat Dokter obstetric dan abortus lebih dari satu kali. ginekologi. 2 Ibu hamil dengan depresi. Psikolog/psikiater 3 Ibu hamil dengan penyakit Dokter spesialis penyakit DM, Jantung dalam dan ahli fisioterapi. 4 Ibu hamil dengan trauma pada Dokter ahli penyakit dalam kasus kecelakaan dan mengalamin cedera tulang dan otot. 5 Ibu hamil dengan penyakit Dokter ahli penyakit dalam. hepatitis. 6 Ibu hamil dengan HIV/AIDS Dokter ahli penyakit dalam, psikolog, dan tokoh agama sebagai pendukung mental ibu. 7 Ibu hamil dengan Hiperemesis Dokter spesialis obstetric dan gravidarum. ginekologi.

5. Menetapkan Kebutuhan untuk konseling yang spesifik (Anticipatory Guidance) a) Setiap pasien yang diasuh mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda pula. b) Bidan perlu untuk menitikberatkan ini untuk membuat keputusan tentang perlu tidaknya diberikan konseling secara khusus. c) Konseling ini dimaksudkan agar permasalahan atau ketidaktahuan pasien dapat diatasi sehingga masa kehamilan dapat berlangsung dengan aman dan nyaman. d) Beberapa kasus yang membutuhkan konseling atau anticipatory guidance antara lain sebagai berikut : Primigravida Multigravida dengan sibling rivaly.

Pasangan usia muda. Kehamilan di luar nikah. Primitua. Kehamilan dengan penyulit dan sebagainya.

6. Menetapkan Kebutuhan Konseling HIV / AIDS a) Setiap pasien hamil yang positif mengidap virus HIV /AIDS dengan pemberian konseling secara intensif. b) Ibu hamil dengan HIV sangat rentan dengan berbagai kondisi yang berkaiatan dengan perjalanan penyakitnya serta kondisi psikologis yang labil. c) Materi konseling yang dapat direncanakan untuk ibu hamil dengan HIV/AIDS Antara lain sebagai berikut : Ini Penerimaan ibu terhadap kehamilan ( menerima atau menolak ). Motivasi untuk melanjutkan dan melakukan perawatan kehamilan. Dukungan lingkungan, keluarga, dan pasangan. Pengambil keputusan terhadap perawatan, termasuk kepastian penanggung biaya dan perawatan dan pengobatan. Pertemuan intensif ibu hamil dengan melibatkan suami / pasangan untuk mendiskusikan kelanjutan perawatan dengan berbagai kemungkinan penyulit yang dihadapi. Ketidaknyaman yang dirasakan sesuai dengan perkembangan janin dan usia 7. Menetapkan Jadwal Kunjungan sesuai perkembangan Kehamilan a) Jadwal kunjungan dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien dengan bidan. Bidan memberikan gambaran atau informasi mengenai frekuensi kunjungan ibu hamil (minimal satu bulan sekali atau 4 kali selama hamil ). b) Jadwal Kunjungan dibuat berdasarkan kesepakata, hal ini dimaksudkan agar pasien mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan dirinya serta adanya penghargaan terhadap pasien dalam membuat keputusan. REFERENSI 1. Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta, Salemba Medika,2009. 2. Ika Pantiawati, dkk. Kumpulan Soal Ujian OSCA Kebidanan. Jakarta, Numes, 2009.

You might also like