You are on page 1of 41

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segalah ridho, rahmat, dan hidayahnya sehingga Makalah Kesehatan Bank ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini ini kami buat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan. Makalah ini tidak dapat kami selesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk hal tersebut maka saya sampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Nugraha, DR., SE. AKT, M.Si sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Perbankan 2. Teman-teman Pendidikan Akuntansi yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini 3. Semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Seperti halnya pepatah Tak Ada Gading yang Tak Retak, saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan dalam pembuatan makalah berikutnya.

Bandung, Juni 2012

Penyusun

1|Kesehatan Bank

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2 BAB I ...................................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 3 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3 Maksud dan Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3

BAB II..................................................................................................................................................... 4 KAJIAN TEORI ..................................................................................................................................... 4 2.1 Pengertian Kesehatan Bank .......................................................................................................... 4 2.2 Manfaat pentingnya Penilaian Kesehatan Masyarakat. ................................................................ 4 2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Metode CAMELS ................................................................. 4 2.4 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................................................................. 12 BAB III ................................................................................................................................................. 13 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................................................... 13 3.1 Analisis Pada Bank Lippo ........................................................................................................... 13 3.1.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS............................... 13 3.1.2. Perhitungan /Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital) ............................................ 13 3.1.3. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Kualitas Asset ( Asset quality ) ......................... 18 3.1.4. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Rentabilitas ( Earning ) .................................... 21 3.1.5. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Likuiditas ( Liquidity ) ...................................... 24 3.1.6. Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS ............................. 27 3.2 Analisis Pada City Bank ............................................................................................................. 28 3.2.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS............................... 28 3.2.2 Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS .............................. 38 BAB IV ................................................................................................................................................. 40 PENUTUP ............................................................................................................................................ 40 4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 41

2|Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi antara lain dari laporan-laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar rincian surat berharga yang dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan, daftar rincian penyertaan, daftar rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus dilaporkan kepada Bank Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan penulisan makalah ini adalah : 1. Apa devinisi dari kesehatan bank? 2. Bagaimanakah suatu Bank bisa dikatakan sehat?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui devinisi dari kesehatan Bank 2. Untuk menganalisis kesehatan suatu Bank di indonesia.

3|Kesehatan Bank

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kesehatan Bank Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai dengan Undangundang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

2.2 Manfaat pentingnya Penilaian Kesehatan Masyarakat. Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, Penilaian tingkat kesehatan bank sangat penting dan bermanfaat karena merupakan tolok ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan ketentuan perbankan yang sehat dan juga sebagai tolok ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual maupun secara perbankan.

2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Metode CAMELS Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, bank dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan Pengawas bank. Semua dengan tanggung jawab masing masing pihak tersebut perlu untuk menyatukan diri bersama sama berupaya untuk mewujudkan perbankan yang sehat. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan tata cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang sebelumnya oleh Bank Indonesia telah diatur dalam Surat Edaran kepada semua bank Umum di Indonesia No. 30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 yang diubah dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998.

4|Kesehatan Bank

Pada Tahun 2004 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 38, Tambahan Lembaran Negara No. 4382 ). Perubahan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan

bahwa semakin pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang perbankan yang berpengaruh pada meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil resiko yang dimilki bank. Semakin meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil risiko yang dimiliki bank serta perubahan metodologi penilaian kondisi bank yang diterapkan secara internasional akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor Permodalan, Kualitas Asset, Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitaif dan atau kualitatif setelah memperkembangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional ( Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ). Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tgl 12 April 2004 mengenai sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum (Lembaran Negara No. 4382 ). Pada dasarnya penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian terhadap hasil usaha bank dalam waktu tertentu dan tingkat kesehatan bank akan digolongkan dalam lima peringkat komposit masing masing faktor. Adapun kriteria penetapan peringkat komposit tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut : Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Tujuan penilaian dari masing masing komponen CAMELS adalah : 1. Capital ( Modal ) Penilaian tehadap faktor permodalan ini dilakukan mengingat kecukupan modal sangat diperlukan guna kelangsungan operasional bank sehari hari. Dimana modal digunakan sebagai penyangga apabila sedang mengalami kerugian. 2. Asset ( Aktiva ) Penilaian tehadap faktor ini dilakukan karena Kualitas asset merupakan salah satu aspek terpenting yang mempengaruhi pasar pendapatan bunga. Pengelolaan asset yang baik meliputi tata cara pemberian kredit yang dapat dipercaya dan penerapan pengendalian kredit.
5|Kesehatan Bank

3. Management ( Manajemen ) Penilaian terhadap faktor manajemen ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran Direksi dan Komisaris dalam menetapkan kebijakan manajemen resiko, mengawasi pelaksanaannya, kualitas sistem Informasi Manajemen, sistem Pengawasan internal, strategi jangka pendek, menengah dan panjang, masalah kepemimpinan termasuk upaya penyediaan kader pemimpin. Penilaian manajemen cenderung bersifat subjektif dan kualitatif dan perlu dicarikan kesepakatan untuk mengurangi terjadinya beda pandang antara pemeriksa dan objek yang diperiksa. 4. Earnings ( Rentabilitas ) Penilaian terhadap faktor rentabilitas ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank untuk menetapkan harga yang mampu untuk mengcover seluruh biaya. Laba memungkinkan bank tumbuh. Selain besar laba yang dihasilkan, kualitas dan sumber laba juga menjadi objek penelitian. Laba yang dihasilkan secara stabil dan tumbuh secara konsisten memberi nilai tambah. 5. Liquidity ( Likuiditas ) Penilaian terhadap faktor likuiditas ini dilakukan mengingat aktiva bank kebanyakan bersifat secara tidak liquid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek. Oleh sebab itu likuiditas digunakan untuk mengukur kapabilitas bank dalam memenuhi kewajibannya terutama jangka pendek dan jangka panjang. 6. Sensitivity to Market Risk ( Sensitivitas terhadap resiko pasar ) Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko pasar ini dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan faktor pasar dalam hal ini suku bunga dan nilai tukar yang akan memperngaruhi perolehan NIM dan nilai modal ekonomis, dimana penilaian ini bukan hanya sekedar berdasarkan data yang lalu tapi juga memperhatikan kondisi yang akan datang. Penilaian dari masing masing komponen CAMELS yang terdiri dari Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity, Sensitivy to Market Risk dilakukan dengan tujuan sebagai berikut ( Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ) : 1. Permodalan ( Capital ) Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut : a. Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

6|Kesehatan Bank

Penilaian dilakukan untuk menilai kecukupan tingkat modal yang dimiliki bank untuk menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan usaha bank Sentral untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Semakin besar rasio mengidentifikasikan bahwa bank semakin Solvable. b. Komposisi Permodalan Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Modal Inti (tier1) dengan Modal Pelengkap (tier 2 ) dan Modal tambahan (tier 3). Semakin besar modal inti dibandingkan dengan modal pelengkap mengindikasikan bank memiliki buffer ( real capital ) yang lebih kuat untuk menyerap potensi kerugian. c. Trend ke depan / proyeksi KPMM Penilaian ini dilakukan untuk mengukur apakah ekspansi usaha bank yang antara lain dicerminkan oleh pertumbuhan eksposur risiko (ATMR) yang didukung oleh tingkat kecukupan modal bank. Sejalan dengan tujuan umum perbankan yaitu bank ingin mengembangkan produk dan jasanya guna ekspansi perusahaan. Salah satu produk utama perbankan adalah penyaluran kredit dengan memperbanyak jumlah kredit yang diberikan sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif yang mempunyai risiko juga naik. Hal ini akan memberi dampak kepada laba bank. d. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam mengcover kerugian akibat dari memburuknya penanaman dana bank pada Aktiva Produktif. Memburuknya Aktiva Produktif ini dikarenakan adanya penggolongan kolektibilitas kredit. Pengukuran terhadap penggolongan Aktiva Produktif antara lain adalah ketetapan pembayaran kembali pokok dan bunga bank serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit. e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penanaman modal yang berasal dari keuntungan ( Laba ditahan ) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan penambahan modal bank yang berasal dari hasil usaha ( self generating funds ). f. Rencana Permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha Penilaian ini dilakukan untuk mengukur apakah rencana ekspansi usaha bank yang antara lain dicerminkan oleh pertumbuhan volume usaha ( total aset ) yang didukung oleh rencana pertumbuhan modal. g. Akses kepada sumber permodalan
7|Kesehatan Bank

Penilaian ini dilakukan untuk menilai tingkat kemudahan baik dalam memperoleh modal dari sumber sumber permodalan atau melalui pasar modal. h. Kinerja Keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank Penilaian ini dilakukan untuk menilai kemampuan keuangan pemegang saham bank dalam meningkatkan permodalan bank. Penilaian ini juga meliputi komitmen pemegang saham terutama dalam rangka meng-excerase letter of comfort sebagaimana diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku. 2. Kualitas Asset ( Assets ) Penilaian terhadap faktor aset meliputi penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut : a. Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva Produktif. Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui tingkat permasalahan Aktiva Produktif yang dihadapi bank termasuk kinerja manajemen risiko kredit. b. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit. Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat konsentrasi pemberian kredit kepada debitur tertentu. c. Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah / non performing asset dibandingkan dengan Aktiva Produktif Penilaian pada komponen ini dilakukan untuk menilai perkembangan kinerja Aktiva Produktif bermasalah selama 12 bulan terakhir. Hal ini juga berkaitan dengan kinerja manajemen bank yang tidak optimal dalam mengelola Aktiva Produktifnya. Hal yang perlu diperhatikan bank adalah menjaga kualitas Aktiva Produktifnya agar terhindar dari kelompok Aktiva Produktif yang bermasalah agar dapat menjalankan proyek perbankan yang sehat. d. Tingkat Kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kecukupan Penyisihan Pengapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk guna menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan oleh Aktiva Produktif. e. Kecukupan kebijakan dan Prosedur Aktiva Produktif Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan dan penerapan kebijakan dan prosedur Aktiva Produktif bank dalam menunjang kegiatan usaha bank.
8|Kesehatan Bank

f. Sistem Kaji Ulang (review) internal terhadap Aktiva Produktif Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan konsistensi penerapan sistem kaji ulang internal bank, serta kecukpan cakupan cakupan laporan yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dari hasil ini diharapkan bank memiliki sistem kaji ulang yang memadai, komprehensif, dilakukan secara berkala dan konsistensi oleh pihak yang independent yang ditunjuk serta menghasilkan laporan yang informative agar bisa ditindak lanjuti hasil laporan tersebut secara konsisten. g. Dokumentasi Aktiva Produktif Penilaian komponen in dilakukan untuk menilai kecukupan sistem dokumentasi bank dalam mendukung kegiatan usaha bank. Hal ini sangant penting dalam kegiatan usaha bank karena data dokumen tersebut merupakan bukti dilakukannya transaksi, pemberian kredit, dan hal hal lain dalam kegiatan usaha perbankan. h. Kinerja Penanganan Aktiva Produktif (AP) bermasalah. Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kinerja work out unti dalam memperkecil potensi kerugian bank dari risiko audit. Apabila terjadinya indikasi adnya AP bermasalah bank seharusnya melakukan tindakan restrukturas, agar AP bermasalah tersebut kembali pulih sehingga dapat dikategorikan kembali ke dalam golongan kolektibilitas lancar. 3. Manajemen ( Management ) Penilaian terhadap faktor manajamen meliputi penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut : a. Manajemen Umum Penilaian komponen manajemen umum ini dilakukan untuk melihat apakah bank telah melakukan praktek Good Corporate Governance. b. Penerapan sistem manajemen risiko Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan sistem manajemen risiko dalam rangka pengendalian terhadap risiko risiko yang dihadapi oleh bank.

9|Kesehatan Bank

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia atau pihak lain. Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat kapatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen pengurus bank terhadap Bank Indonesia serta otoritas lainnya. 4. Rentabilitas ( Earnings ) Penilaian terhadap faktor Rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut : a. Return on Asset (ROA) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan manajemen atas seluruh aktivitasnya dalam menghasilkan laba. b. Return on Equity (ROE) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur peranan tingkat laba terhadap modal bank. Rasio ini semakin besar mengindiksikan kemampuan modal dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin baik. c. Net Interest Margin (NIM) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui margin bunga atau kemampuan pendapatan bunga menutupi beban bunga, pembentukan cadangan sekaligus return terhadap rata rata total asset. d. Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan Operasional (BOPO). Penilaian ini dilakukan utnuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutupi biaya operasional. e. Perkembangan laba Operasional Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai perkembangan laba operasional selama 12 bulan terakhir guna mengukur kinerja bank dalam menghasilkan laba perusahaan. f. Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan Diversifikasi pendapatan. Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kesesuaian antara komposisi Aktiva Produktif bank dengan komposisi pendapatannya. g. Penerapan prinsip Akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai konsistensi dan kesesuaian antara penerapan sistem akuntansi yang telah dilakukan bank dengan standar akuntasi yang berlaku.

10 | K e s e h a t a n B a n k

h. Prospek Laba Operasional Penilaian komponen ini dilakukan agar dapat menilai bank dalam memproyeksikan laba operasional dalam kurun waktu tertentu di masa depan, melalui rencana bisnis yang telah dibuat. Bank membuat rencana bisnis selama 3 tahun ke depan dengan memperhatikan aspek makro dan mikro seperti kondisi ekonomi, trend bisnis perbankan dan faktor penunjang lainnya. 5. Likuiditas ( Liquidity ) Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen sebagai berikut : a. Aktiva Liquid kurang dari 1 bulan dibandingakn dengan pasiva liquid kurang dari 1 bulan Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo b. 1 month maturity mismatch ratio Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kinerja Asset an Liabilities management/ALMA dalam mengelola asset dan kewajibannya dilakukan dengan memonitor ada tidaknya mismatch terhadap asset dan kewajiban bank. c. Loan to Deposito Ratio (LDR) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kredit yang diberikan yang dibiayai oleh dan pihak ketiga. d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank dalam pengelolaan cash in dan cash out guna pengelolaan likuiditas bank. e. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat ketergantungan pendanaan bank f. Kebijakan dan pengelolaan Likuiditas (Asset and Liabilities management /ALMA) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kebijakan yang telah dibuat oleh manajemen dalam pengelolaan terhadap risiko asset perbankan. g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal atau sumber sumber pendanaan lainya. Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan bank dalam memperoleh akses sumber pendanaan di pasar baik jangka pendek maupun jangka panjang, kemudian track record bank dalam pasar tersebut.
11 | K e s e h a t a n B a n k

h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK) Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur pertumbuhan Dana Pihak Ketiga selam 1 tahun periode yang berhasil dihimpun oleh bank, dan kecenderungan pergerakan dana pihak ketiga yang ada di bank. 6. Sensitivitas terhadap resiko pasar ( Sensitivity To Market Risk ) Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut : a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan Potensial Loss sebagai akibat fluktuasi (adversi movement) suku bunga. Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan modal bank dalam menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari perubahan suku bunga dalam berbagai kondisi perekonomian yang ada. b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat (adversi movement) nilai tukar. Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan modal bank dalam menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan nilai tukar. c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan sistem manajemen risiko pasar termasuk penerapannya untuk mengendalikan eksposur risiko pasar yang ada pada bank. 2.4 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank No Faktor CAMELS Bobot BPR 1 2 3 4 5 6 Permodalan Kualitas Aktiva Produktif Kualitas Manajemen Rentabilitas(Earning) Likuiditas Sensitivitas 30% 30% 20% 10% 10% BU 25% 30% 25% 10% 10%

12 | K e s e h a t a n B a n k

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Pada Bank Lippo 3.1.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS Penilaian indicator kesehatan bank dengan menggunakan CAMELS dalam penelitian ini dibatasi hanya membahas aspek Permodalan, Kualitas Asset, Rentabilitas, dan likuiditas. Masing masing factor akan dievaluasi secara terpisah selama periode triwulan pada periode Maret, Juni, September, Desember. Penilaian ini sesuai dengan peraturan pada surat Edaran Bank Indonesia N0.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia, disebutkan bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia ini secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan Desember 3.1.2. Perhitungan /Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital) Analisis terhadap Faktor Permodalan Bank Lippo ini dilakukan berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret sampai dengan Desember pada tahun 2004 2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan factor ini. Penilaian terhadap factor factor permodalan ini dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsure judgementi yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari factor-faktor penilaian serta pengaruh dari factor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Pada Aspek Permodalan ini rasio (Kriteria kuantitatif) yang digunakan adalah: 1. Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau CAR 2. Komposisi Permodalan 3. Trend ke depan KPMM 4. Aktiva Produktif Yang DiKlasifikasikan dibandingkan dengan Modal Bank

13 | K e s e h a t a n B a n k

Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku Penilaian terhadap komponen ini dilakukan melalui perhitungan KPMM atau CAR selama tiga tahun yaitu tahun 2004 2006 (untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran). Untuk mempermudah menganalisis, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.1 KPMM pada Bank Lippo (2004-2006) Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa Bank Lippo pada Tahun 2004-2006 mempunyai rasio KPMM yang cukup jauh diatas ketentuan minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Dan bila dilihat dari grafik yang ada perubahan rasio KPMM cenderung stabil karena peningkatan jumlah modal bank dan nilai ATMR juga stabil. Atas dasar analisis tersebut maka penilaian peringkat komponen factor permodalan untuk Bank Lippo saya simpulkan mendapat nilai peringkat 2 (dua ) yang mengindikasikan keadaan permodalan Bank Lippo dari sisi KPMM adalah sehat.

14 | K e s e h a t a n B a n k

Komposisi Permodalan Penilaian terhadap komponen ini dilakukan melalui perhitungan komposisi permodalan selama tiga tahun yaitu tahun 2004-2006 yang dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 4.2 Grafik Komposisi Permodalan pada Bank Lippo (2004-2006)

Berdasarkan gambar 4.2 diatas, Bank Lippo selama periode triwulan 2004-2006 mengalami fluktuasi komposisi permodalan yang cukup stabil dan cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah modal inti Bank berbanding stabil dengan peningkatan modal pelengkap bank, sekalipun diakhir tahun 2006 modal pelengkap bank mengalami peningkatan yang cukup signnifikan bila dibandingkan dengan modal inti sehingga menyebabkan rasio menurun cukup tajam. Atas dasar analisis ini, maka penilaian peringkat komponen komposisi modal Bank Lippo dapat disimpulkan mendapat nilai peringkat satu.

15 | K e s e h a t a n B a n k

Trend ke depan /Proyeksi KPMM Adapun penilaian komponen permodalan ini dapat dilihat pada Gambar di bawah berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik Trend Proyeksi KPMM pada Bank Lippo (2004-2006)

Dari Gambar 4.3 diatas dapat disimpulkan, Bank Lippo memiliki rasio KPMM untuk tiga tahun tetap lebih tinggi cukup signifikan bila dibandingkan dengan ketentuan rasio KPMM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8 %. Trend ini mengindikasikan rasio KPMM Bank Lippo memiliki kecenderungan meningkat, dapat dikatakan persentase pertumbuhan modal lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pertumbuhan ATMR. Sehingga penilaian peringkat komponen factor Trend ke depan / Proyeksi KPMM untuk Bank Lippo dapat saya simpulkan mendapat nilai peringkat 2(dua).

16 | K e s e h a t a n B a n k

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan Modal bank. Perhitungan rasio pada penilaian komponen dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan APYD terhadap Modal Bank pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.4 diatas selama Periode triwulan tahun 2004-2006, rasio APYD terhadap modal bank pada Bank Lippo mengalami penurunan, hal ini disebabkan jumlah Aktiva Produktif yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian mengalami kecenderungan menurun dan besarnya masih dapat dicover oleh modal bank. Maka penilaian terhadap peringkat komponen ini dapat disimpulkan mendapat peringkat 3 (tiga). Penilaian akhir terhadap factor permodalan Penilaian akhir terhadap factor ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil yang telah di dapat dari masing masing komponen (kuantitatif dan kualitatif) factor permodalan ini. Hasil yang didapat secara garis besar untuk criteria kuantitaif selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat 2(dua). Maka dapat disimpulkan hasil penilaian peringkat Faktor permodalan untuk Bank Lippo selama periode triwulan tahun 2004-2006 berada pada peringkat 2 (sehat) yang mengindikasikan Tingkat modal Bank Lippo berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 bulan mendatang.

17 | K e s e h a t a n B a n k

3.1.3. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Kualitas Asset ( Asset quality ) Analisis terhadap factor komponen kualitas Aset pada Bank Lippo dilakukan berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret hingga Desember pada tahun 2004-2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan factor komponen kualitas asset ini. Pada Aspek Kualitas Asset ini Rasio (Criteria Kuantitatif) yang digunakan adalah : 1. APYD dibandingkan dengan AP 2. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan denga Total Kredit 3. Perkembangan AP bermasalah dibandingkan dengan AP 4. Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva Produktif Semakin besar jumlah APYD maka hasil penilaian ini menghasilkan rasio yang semakin besar. Hal ini mengidentifikasikan kualitas Aktiva Produktif dan kinerja manajemen risiko kredit yang semakin buruk yang akhirnya dapat menimbulkan kerugian pada bank. Untuk lebih mudah dalam menganalisis Komponen Kualitas Aset ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.5 Grafik APYD terhadap Total Aktiva Produktif pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio ini pada Bank Lippo selama periode 2004-2006 cenderung mengalami penurunan. Pada awal periode tahun 2004 rasio berada di atas 3% namun di periode selanjutnya rasio ini
18 | K e s e h a t a n B a n k

semakin menurun hingga berada dibawah 3%. Hal ini disebabkan Jumlah Aktiva Produktif meningkat stabil, sedangkan jumlah APYD semakin menurun. Berdasarkan analisis tersebut maka disimpulkan Bank Lippo mendapatkan nilai peringkat 3 (tiga) yang mengindikasikan bahwa Bank telah berusaha untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan dalam risiko kredit dan usahanya cukup berhasil. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit Penilaian pada komponen ini tidak dapat saya lakukan karena data mengenai jumlah kredit yang diberikan kepada debitur inti maupun jumlah debitur inti pada bank Lippo merupakan data interen yang tidak dipublikasikan oleh pihak bank. Oleh sebab itu penilaian komponen ini diabaikan dan tidak signifikan. Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah dibandingkan dengan Aktiva Produktif Untuk lebih jelas lagi dalam menganalisis komponen ini maka dapat dilihat pada Gambar dibawah ini

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan AP bermasalah terhadap Aktiva Produktif pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio ini pada Bank Lippo selama periode 2004-2006 cenderung menurun. Perkembangan rasio menjadi semakin rendah , hal ini mengindikasikan bahwa kinerja/ kualitas aktiva Produktif yang semakin membaik karena mencapai sekitar dibawah 1%. Sehingga dalam penilaian komponen factor kualitas asset ini Bank Lippo mendapat nilai peringkat 2 (dua)
19 | K e s e h a t a n B a n k

Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP Analisis terhadap hasil yang diperoleh, semakin kecil rasio ini mengindikasikan rendahnya kemampuan bank dalam menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan oleh Aktiva Produktif non Lancar. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut ini :

Gambar 4.7 Grafik Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.7 diatas menunjukan bahwa Bank Lippo untuk periode triwulan selama tahun 2004-2006 telah memiliki rasio PPAP yang dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk dan berkisar di persentase 130% sampai dengan 250% ,walaupun memiliki kecenderungan menurun tapi memiliki persentase rasio yang baik yaitu > 105%. Oleh karena itu penilaian terhadap komponen factor kualitas asset pada BankLippo dapat disimpulkan mendapat nilai peringkat 2 (dua). Penilaian akhir Faktor Komponen Kualitas Asset Penilaian akhir terhadap factor ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil yang telah di dapat dari masing masing komponen(kuantitatif dan kualitatif) factor permodalan ini. Namun karena pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya menganalisis rasio perhitungan saja , maka yang dinilai hanya komponen kuantitatif saja (penilaian berdasarkan rasio perhitungan). Hasil yang didapat secara garis besar untuk criteria kuantitatif selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat 2 (dua), karena tidak semua komponen kuantitatif dari factor ini dinilai sangat baik. Oleh karena itu penilaian akhir untuk peringkat Faktor Kualitas Asset mendapat nilai peringkat 2 (dua) yang
20 | K e s e h a t a n B a n k

mengindikasikan bahwa Kualitas Asset baik namun terdapat minor deficiencies yang tidak signifikan. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan administrasi mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta di dokumentasikan dengan baik.

3.1.4. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Rentabilitas ( Earning ) Analisis terhadap factor komponen kualitas Aset pada Bank Lippo dilakukan berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret hingga Desember pada tahun 2004-2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan factor komponen kualitas asset ini. Pada aspek Rentabilitas ini rasio (criteria Kuantitif) yang digunakan adalah : 1. Return On Asset (ROA) 2. Return On Equity (ROE) 3. Net Interest Margin (NIM) 4. Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Opersional (BOPO) Rasio Return On Asset (ROA) Apabila rasio Return On Asset (ROA) semakin kecil ini mengindikasikan kurangnya kemampuan bank baik dalam mengelola struktur aktiva maupun meningkatkan pendapatan dan efisiensi menekankan biaya yang mempengaruhi modal bank. Untuk lebih jelas dalam menganalisis komponen ini, perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 4.8 Grafik Perkembangan ROA pada Bank Lippo (2004-2006)

21 | K e s e h a t a n B a n k

Dari Gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa pada periode triwulan maret ke juni di tahun 2004 rasio ROA menurun cukup tajam dari 3.33% ke 0.80 %, namun di periode selanjutnya rasio meningkat hingga mencapai di atas 1.25 %. Oleh karena itu rasio ROA untuk Bank Lippo pada periode triwulan tahun 2004-2006 diberi nilai peringkat 2(dua) yang mengindikasikan bahwa perolehan laba Bank Lippo tinggi. Return On Equity (ROE) Semakin besar rasio ini mengindikasikan bahwa kemampuan modal dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin baik. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut ini:

Gambar 4.9 Grafik Perkembangan ROE pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.9 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio ROE pada Bank Lippo cenderung stabil dan masih dinilai sangat tinggi karena diatas 12,5 % walaupun pada awal triwulan tahun 2004 rasio menurun cukup tajam dari 104.48% ke 25.83%. Dengan demikian maka nilai peringkat untuk komponen ini adalah peringkat 1 (satu )

22 | K e s e h a t a n B a n k

Net Interest Margin (NIM) Penilaian komponen ini dapat secara jelas dianalisis dengan melihat Gambar berikut ini :

Gambar 4.10 Grafik Perkembangan NIM pada Bank Lippo(2004-2006) Dari Gambar 4.10 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio NIM Bank Lippo selama periode triwulan tahun 2004-2006 mengalami peningkatan dan cenderung naik. Penilaian terhadap komponen ini diberi nilai peringkat 1 (satu) karena Bank mampu menghasilkan marjin bunga bersih yang sangat tinggi (> 3%) yang merupakan sumber pendapatan utama perbankan Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO yang semakin besar mengindikasikan kurangnya kemampuan bank dalam menentukan biaya operasional serta dalam meningkatkan pendapatan operasionalnya, yang akan menimbulkan kerugian karena bank dinilai kurang efisien dalam mengelola usahanya.

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.11 di atas menunjukan bahwa Bank Lippo pada periode triwulan tahun 2004-2006 memiliki rasio berkisar antara 70 % sampai dengan 80%, Hal ini
23 | K e s e h a t a n B a n k

mengindikasikan Bank memiliki tingkat efisiensi yang baik, Bank masih mampu mengontrol baik biaya operasional maupun pendapatan operasionalnya. Oleh karena itu untuk penilaian factor komponen rentabilitas ini mendapat nilai peringkat 2 (dua). Penilaian akhir faktor komponen rentabilitas Penilaian akhir terhadap faktor ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil yang telah di dapat dari masing masing komponen (kuantitatif dan kualitatif) faktor permodalan ini. Namun karena pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya menganalisis rasio keuangan saja , maka yang dinilai hanya komponen kuantitatif saja (penilaian berdasarkan rasio perhitungan). Hasil yang didapat secara garis besar untuk kriteria kuantitatif selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat 2 (dua). Jadi penilaian akhir untuk peringkat Faktor Rentabilitas ( Earnings ) mendapat nilai peringkat 2 (dua) yang mengindikasikan Secara umum kinerja rentabilitas baik. Kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

3.1.5. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Likuiditas ( Liquidity ) Analisis terhadap faktor komponen kualitas Aset pada Bank Lippo dilakukan berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret hingga Desember pada tahun 2004-2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan faktor komponen kualitas asset ini. Pada Aspek Likuiditas ini rasio (kriteria Kuantitatif) yang digunakan adalah : 1. AL < 1 bulan dibandingkan dengan PL < 1 bulan 2. 1 Month Maturity Mismatch 3. Loan To Deposit Ratio (LDR) 4. Proyeksi Cash flow 3 bulan mendatang Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan Tujuan penilaian komponen ini adalah untuk mengukur kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut ini :

24 | K e s e h a t a n B a n k

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Aktiva Liquid <1bulan terhadap Pasiva Liquid < 1bulan pada Bank Lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.12 diatas dapat dilihat bahwa persentase perbandingan antara aktiva liquid dan pasiva liquid Bank Lippo selama periode triwulan tahun 2004-2006 mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat, rasio yang dihasilkan berkisar antara 25% sampai dengan 45%, sehingga dapat disimpulkan nilai peringkat untuk komponen Perbandingan Aktiva Liquid dengan Pasiva Liquid adalah peringkat 2 (dua) yang mengindikasikan bahwa Aktiva dan Pasiva Bank Lippo liquid. 1 - Month Maturity Mismatch Ratio Tujuan penilaian ini adalah untuk menilai kinerja assets and liabilities management/ALMA dalam mengelola asset dan kewajibannya dilakukan dengan memonitor ada tidaknya mismatch terhadap asset dan kewajiban bank. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 4.13 Grafik 1 Month Maturity Mismatch Ratio pada Bank Lippo (2004-2006)

25 | K e s e h a t a n B a n k

Dari Gambar 4.13 di atas dapat dilihat bahwa selama periode triwulanan tahun 2004-2006 Bank Lippo mengalami mismatch, grafik menunjukan rasio mengalami kecenderungan terus menurun dan bernilai rendah walaupun di awal triwulan tahun 2005 rasio mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 14,24 % sampai dengan 42,73 %, tapi secara keseluruhan dapat di ambil kesimpulan bahwa Bank Lippo memiliki rasio 1 month Maturity Mismatch yang semakin membaik. Oleh karena itu penilaian untuk komponen factor likuiditas ini mendapat nilai peringkat 2 (dua) Loan to Deposito Ratio (LDR) Tujuan penilaian komponen ini adalah untuk mengetahui besarnya kredit yang diberikan yang dibiayai oleh dana pihak ketiga. Untuk lebih jelas , perhatikan Gambar berikut ini:

Gambar 4.14 Grafik Perkembangan LDR pada Bank lippo (2004-2006) Dari Gambar 4.14 di atas dapat dilihat bahwa rasio LDR Bank Lippo cenderung mengalami peningkatan, namun rasio LDR masih berkisar di bawah 50%. Oleh karena itu untuk komponen ini dapat disimpulkan mendapat nilai peringkat 1 (satu). Proyeksi Cash Flow 3 bulan mendatang Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank dalam pengelolaan cash in dan cash out guna pengelolaan likuiditas bank. Proyeksi arus kas ini dilakukan dengan melihat arus kas tiga bulan kedepan, masing-msing periode penilaian.

26 | K e s e h a t a n B a n k

Gambar 4.15 Grafik Proyeksi Cash Flow 3 bulan mendatang pada bank Bank Lippo (2004-2006 ) Dari Gambar 4.15 di atas menunjukan bahwa dalam periode triwulan tahun 20042006 Bank Lippo mengalami fluktuasi rasio proyeksi cash flow yang tidak stabil. Cash flow Bank Lippo mengalami arus kas negative, ini dialami di periode triwulan Itriwulan II (Tahun 2004), Triwulan I,II,III (tahun 2006), dan melonjak diperiode tahun 2005 sekalipun arus kas tidak negative tetapi rasionya sangat tinggi berada diatas 35%. Dari penilaian diatas maka penilaian untuk peringkat komponene faktur likuiditas ini, saya simpulkan mendapat peringkat 5 (lima) yang mengindikasikan bahwa rasio proyeksi cash flow Bank Lippo sangat buruk atau negative. Penilaian akhir Faktor Likuiditas Penilaian terhadap factor likuiditas dilakukan dengan mengkombinasikan hasil yang telah didapat dari masing-masing komponen factor likuiditas ini. Hasil yang didapat secara garis besar untuk criteria kuantitatif selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat 2(dua). Oleh karena itu Penilaian akhir untuk factor Likuiditas ini , saya simpulkan mendapat peringkat 3(tiga) yang mengindikasikan bahwa secara umum kinerja likuiditas Bank Lippo cukup baik, kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai, sekalipun ada 1 komponen yang dinilai tidak baik yaitu komponen proyeksi cash flow.

3.1.6. Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS Tahap terakhir dalam analisis tingkat kesehatan bank yaitu penentuan terhadap tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Metode CAMELS. Dari hasil penilaian masing-masing factor CAMELS untuk masing-masing periode, analisis dilanjutkan
27 | K e s e h a t a n B a n k

pada penetapan kesimpulan peringkat tingkat kesehatan secara menyeluruh. Dalam perhitungan masing-masing factor yang sudah dilakukan didapatkan nilai peringkat untuk masing-masing factor CAMELS, yaitu sebagai berikut : Nilai peringkat Faktor Permodalan (Capital) : 2 (sehat) Nilai peringkat Faktor Kualitas asset (Asset) : 2 (Sehat) Nilai peringkat Faktor Rentabilitas (Earnings) : 2 (sehat) Nilai peringkat Faktor Likuiditas (liquidity) : 3 (cukup sehat) Dari lampiran laporan hasil penilaian tingkat kesehatan bank dan pernyataan di atas maka dapat di ambil kesimpulan penentuan tingkat kesehatan bank Pada Bank Lippo,Tbk selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah Bank Lippo mendapat nilai komposit akhir tingkat kesehatan Bank senilai 2 ( dua), yang mengindikasikan bahwa Bank Lippo tergolong baik dan mampu mengatasi negative kondisi perekonomian dan industri keuangan namun Bank masih memiliki kelemahan kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. Sekalipun Bank Lippo mendapat nilai komposit akhir tingkat kesehatan bank yang tergolong sehat, namun harus tetap memperhatikan dan meningkatkan penilaian pada factor permodalan, kualitas asset dan khususnya factor Likuiditas . Faktor Likuiditas yang dimiliki oleh Bank lippo perlu mendapat perhatian lebih.Hal ini disebabkan Faktor likuiditas memiliki salah satu komponen kuantitatif yang mendapat penilaian buruk (peringkat 5) yaitu komponen Proyeksi Cash flow nya. Pada periode triwulan I,II di tahun 2004 arus kas Bank Lippo negative, hal ini disebabkan dana yang dikeluarkan lebih banyak dari pada dana yang masuk, ini terjadi di dalam kegiatan investasi dan pendanaan seperti pembelian aktiva tetap, efekefek, pembayaran pinjaman-pinjaman.

3.2 Analisis Pada City Bank 3.2.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS Tabel Dibawah ini merupakan table triwulan perhitungan rasio Citibank N.A Pada 3 Tahun terakhir yaitu tahun 2007, 2008, sampai 2009 yang didapat dari Bank Indonesia. Berikut ini adalah analisis Citibank N.A:

28 | K e s e h a t a n B a n k

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perhitungan Rasio Keuangan CITIBANK N.A. CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190 Telp. 021-52908545 per Desember 2009 s.d 2007 (Dalam Persentase) Pos-pos I. Permodalan 1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit 2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar 3. Aktiva tetap terhadap modal II. Kualitas Aktiva 1. Aktiva produktif bermasalah 2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif 3. Pemenuhan PPA produktif 4. Pemenuhan PPA non produktif 5. NPL gross 6. NPL net III. Rentabilitas 1. ROA 2. ROE 3. NIM 4. BOPO IV. Likuiditas LDR V. Kepatuhan (Compliance) 1.a. Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak terkait a.2. Pihak tidak terkait 1.b. Persentase Pelampauan BMPK 73.63 79.47 70.21 5.74 25.29 6.7 65.21 5.64 28.11 7.65 81.71 5.68 33.18 8.5 64.17 10.23 1.52 8.29 2.35 7.01 .99 4.93 5.5 125.13 3.96 4.62 125.92 3.5 3.65 106.84 31.83 30.46 9.18 25.56 24.12 9.65 23.32 20.79 12.91 12-2009 12-2008 12-2007

29 | K e s e h a t a n B a n k

b.1. Pihak terkait b.2. Pihak tidak terkait 2. GWM Rupiah 3. PDN 5.1 7.54 6.22 3.27 9.42 5.9

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perhitungan Rasio Keuangan CITIBANK N.A. CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190 Telp. 021-52908545 per September 2009 s.d 2007 (Dalam Persentase) Pos-pos I. Permodalan 1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit 2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar 3. Aktiva tetap terhadap modal II. Kualitas Aktiva 1. Aktiva produktif bermasalah 2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif 3. Pemenuhan PPA produktif 4. Pemenuhan PPA non produktif 5. NPL gross 6. NPL net III. Rentabilitas 1. ROA 2. ROE 3. NIM 4. BOPO 6.39 29.24 6.55 62.22 4.82 27.27 7.82 66.98 5.81 34.24 8.53 61.05 1.63 9.74 1.98 8.3 5.15 4.3 5.06 125.67 3.94 3.84 103.12 2.43 3.39 110.16 31.6 30.05 8.68 22.95 20.69 11.66 24.15 19.98 12.48 09-2009 09-2008 09-2007

30 | K e s e h a t a n B a n k

IV. Likuiditas LDR V. Kepatuhan (Compliance) 1.a. Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak terkait a.2. Pihak tidak terkait 1.b. Persentase Pelampauan BMPK b.1. Pihak terkait b.2. Pihak tidak terkait 2. GWM Rupiah 3. PDN 5.02 8.25 8.03 5.56 9.07 14.03 65.37 78.12 67.85

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perhitungan Rasio Keuangan CITIBANK N.A. CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190 Telp. 021-52908545 per Juni 2009 s.d 2007 (Dalam Persentase) Pos-pos I. Permodalan 1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit 2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar 3. Aktiva tetap terhadap modal II. Kualitas Aktiva 1. Aktiva produktif bermasalah 2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif 3. Pemenuhan PPA produktif 4. Pemenuhan PPA non produktif 5. NPL gross 9.23 8.14 3.87 4.93 131.39 3.81 3.73 103.14 2.53 3.44 113.87 30.76 29.04 9.01 22.24 20.06 12.41 25.17 20.33 11.88 06-2009 06-2008 06-2007

31 | K e s e h a t a n B a n k

6. NPL net III. Rentabilitas 1. ROA 2. ROE 3. NIM 4. BOPO IV. Likuiditas LDR V. Kepatuhan (Compliance) 1.a. Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak terkait a.2. Pihak tidak terkait 1.b. Persentase Pelampauan BMPK b.1. Pihak terkait b.2. Pihak tidak terkait 2. GWM Rupiah 3. PDN

1.4

2.05

4.65

6.2 28.24 6.19 65.29

4.26 24.23 7.84 68.65

6.25 33.86 8.67 62.69

65.6

74.26

71.17

5.02 9.16

9.03 13.2

9.24 11.04

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perhitungan Rasio Keuangan CITIBANK N.A. CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190 Telp. 021-52908545 per Maret 2009 s.d 2007 (Dalam Persentase) Pos-pos I. Permodalan 1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit 2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar 3. Aktiva tetap terhadap modal II. Kualitas Aktiva
32 | K e s e h a t a n B a n k

03-2009 03-2008 03-2007

29.42 28.11 8.72

25.68 22.19 11.52

24.52 18.7 12.01

1. Aktiva produktif bermasalah 2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif 3. Pemenuhan PPA produktif 4. Pemenuhan PPA non produktif 5. NPL gross 6. NPL net III. Rentabilitas 1. ROA 2. ROE 3. NIM 4. BOPO IV. Likuiditas LDR V. Kepatuhan (Compliance) 1.a. Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak terkait a.2. Pihak tidak terkait 1.b. Persentase Pelampauan BMPK b.1. Pihak terkait b.2. Pihak tidak terkait 2. GWM Rupiah 3. PDN

3.96 4.86 133.98

3.24 3.77 106.49

2.57 3.64 115.96

8.89 2.05

7.33 .99 4.75

6.37 26.04 6.12 69.65

4.53 25.56 7.95 66.77

5.28 28.56 8.85 65.57

72.36

73.6

81.43

5.04 5.6

9.05 5.58

8.04 1.51

Permodalan (Capital) Pada table diatas terdapat keterangan CAR (Capital Adequacy Ratio) mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup

kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan suratsurat berharga. CAR diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. CAR adalah jumlah minimum yang harus dipenuhi oleh suatu bank. Jumlah minimum ini ditetapkan oleh pihak yang berwenang yaitu bank sentral atau BI (Bank Indonesia). CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal
33 | K e s e h a t a n B a n k

yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Menurut sinungan CAR adalah perbandingan modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedian setelah dihitung pertumbuhan resiko (margin risk) dari akibat yang berisiko. Maksudnya adalah, modal sendiri yang dimiliki suatu bank dibandingkan dengan aktiva tertimabang menurut resiko. Dari tahun 2007 sampai dengan 2009 triwulan ke 4 Citibank N.A mengalami perubahan nilai rasio CAR yang memperhitungkan rasio kredit maupun pasar. Setiap tahunnya Rasio CAR yang memperhitungkan resiko kredit mengalami kenaikan yaitu 23.32 pada tahun 2007 menjadi 25.56 pada tahun 2008 dan 31.83 pada tahun 2009. Begitupun dengan CAR yang memperhitungkan resiko pasar, mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 terus mengalami kenaikan yaitu 20.79 pada tahun 2007 menjadi 24.12 pada tahun 2008 dan 30.46 pada tahun 2009. Factor yang mungkin mempengaruhi perubahan nilai CAR antara lain, jenis aktiva dan resiko yang dimiliki oleh aktiva tersebut, kualitas aktiva, total aktiva dari bank yang bersangkutan (semakin besar aktiva maka semakin besar resiko), struktur posisi kualitas permodalan, dan kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. Nilai CAR untuk triwulan 4 pada tahun 2007, 2008, dan 2009 cukup bagus karena terus mengalami kenaikan. Dengan kata tain Citibank telah dapat mengurangi atau memperkecil komitmen pinjaman yang tidak digunakan, mengurangi jumlah pinjaman yang diberikan sehingga dapat memperkecil resiko, menambah posisi modal dengan cara setoran tunai atau go public dan lain-lain. Aktiva tetap terhadap modal merupakan perdandingan aktiva tetap yang diniliki oleh Citibank.N.A. terhadap modal sendiri. Kesimpulan dari bagian permodalan adalah Rasio kecukupan modal atau CAR Citibank N.A dari tahun 2007 sampai 2009 telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh bank Central atau BI (Bank Indonesia) yaitu lebih dari 8%. Jika suatu bank memiliki CAR dibawah 8% itu tandanya kesehatan bank tersebut perlu dipertanyakan. Semakin tinggi CAR pada suatu bank menunjukan bahwa bank tersebut dapat menanggung resiko yang mungkin timbul dari aktiva yang dimilikinya.

34 | K e s e h a t a n B a n k

Kualitas Aktiva (Assets Quality) 1. Aktiva produktif bermasalah. Mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2009. Semakin tinggi nilai aktiva produktif yang bermasalah maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapi oleh bank dari segi aktiva. Jika terdapat aktiva produktif yang bermasalah kemungkinan hal yang terjadi pada Citibank adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan bahkan macet. Jenis aktiva produktif tersebut antara lain, kredit yang diberikan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain serta penyertaan. Menghitung perkembangan aktiva produktif bermasalah pada suatu bank digunakan perbandingan antara aktiva produktif yang bermasalah dengan total aktiva produktif. 2. PPA produktif terhadap aktiva produktif PPA produktif atau Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan tujuan menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Perubahan PPA produktif terhadap aktiva produktif dari tahun 2007 sampai tahun 2009 terus mengalami kenaikan yaitu dari 3.65 pada tahun 2007 menjadi 4.62 pada tahun 2008 dan menjadi 5.5 pada tahun 2009. Dengan kata lain Citibank A.N. terus meningkatkan jumlah PPA produktif terhadap aktiva produktif setiap tahunnya untuk mengurangi resiko yang akan ditimbulkan nantinya. 3. Pemenuhan PPA Produktif Pemenuhan PPA Produktif pada Bank DKI melebihi 100% diantaranya

106.84 pada tahun 2007, 125.92 pada tahun 2008 dan 125.13 pada tahun 2009. Pada persentase ini artinya Bank DKI dapat menjamin resiko yang ditimbulkan dari aktiva yang produktif. Meskipun pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan nilai dari tahun sebelumnya. 4. NPL NPL ( Non Performing Loan ) yang dimiliki Citibank N.A. tidak terlalu besar ini hal ini menunjukan bahwa Citibank N.A. tidak mengalami kesulitan atau bahkan gagal dalam penyaluran kredit. Jika ini terjadi (bernilai besar) maka bank akan kesulitan dalam mengembalikan dana yang dititpkan oleh masyarakat atau nasabah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penurunan laba bersih.

35 | K e s e h a t a n B a n k

Rentabilitas Rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemempuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: 1.ROA ROA (Return On Assets adalah rasio) yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan secara relative dibanding dengan total assetnya dengan kata lain ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset bank tersebut. Semakin tinggi ROA yang dimiliki bank maka semakin besar laba atau yang didapat oleh bank tersebut serta semakin bagus pula posisi bank dari segi penggunaan asset yang biasanya akan meningkatkan saham dari bank tersebut. Rasio ROA pada Citibank N.A. dari tahun 2007 sampai 2009 pada triwulan ke 4 sempat mengalami penurunan dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 5.68 pada tahun 2007 menjadi 5.64 pada tahun 2008. Penurunan ini dapat disebabkan oleh manajemen kurang efisien dalam penggunaan aktiva yang ada sebagai sumber dana bank. Tetapi pada 2009 nilai ROA ini mengalami kenaikan, menjadi 5.74 hal ini dapat terjadi karena mungkin manajemen telah membenahi tingkat efisiensi penggunaan aktiva. 2.ROE ROE (Return on Equity) adalah perbandingan keuntungan yang diperoleh bank dengan total modal sendiri. Semakin besar ROE maka semakin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan serta akan meningkatkan harga saham dan pembagian deviden kepada investor akan semakin besar pula. Citibank N.A. pada triwulan ke 4 tahun 2007 sampai dengan terus mengalami penurunan. Penurunan ini berarti menurunnya laba bersih, menurunnya harga saham dan menurunnya deviden yang akan dibagikan kepada investor. 3.NIM NIM (Net Interest Margin) adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif. NIM merupakan indikator untuk menunjukan
36 | K e s e h a t a n B a n k

tingkat efisiensi operasional suatu bank. Selama 2007 sampai 2009 pada triwulan ke 4 terus mengalami penurunan meskipun angkanya tidak terlalu besar. 4.BOPO BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapat operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. BOPO merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional, yang merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan. Perbandingan rasio ini pada Citibank N.A. tahun 2007 sampai 2009 pada triwulan 4 kurang efisien kecuali yang terjadi pada tahun 2008 yaitu 64.17 pada tahun 2007, 81.71 pada tahun 2008, dan 65.21 pada tahun 2009. Jika kita menganut pada ketentutan BOPO tentang tingkat efisien range-nya harus pada tingkat 70%-80% maka angka rasio BOPO pada tahun 2007 dan 2009 triwulan ke 4 tidak berada diposisi yang aman beda dengan yang terjadi pada tahun 2008 nilai BOPO berada pada nilai aman dengan kata lain pada tahun ini bank telah dapat menjalankan kegiatan operasional dengan efektif dan efisien. Sedangkan rendahnya nilai BOPO kemungkinan disebabkan oleh manajemen mulai kehilangan kendali dalam mengatur kredit yang diberikan atau menurunnya kinerja dari karyawan. Kedua factor tersebut sering menjadi penyebab perubahan BOPO. Likuiditas 1. LDR LDR atau Loan to Deposit Ratio adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya. LDR menyatakan sejauh mana bank dapat membayar kembali dalam penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi LDR menunjukan bahwa semakin rendahnya likuidasi suatu bank. Pada Triwulan ke 4 tahun 2007 sampai tahun 2009 Citibank N.A. mengalami kenaikan dan penurunan
37 | K e s e h a t a n B a n k

nilai LDR yaitu 70.21 pada tahun 2007 naik menjadi 79.47 pada tahun 2008 dan mengalami penurunan menjadi 73.63 pada tahun 2009. Kepatuhan 1.Persentase pelanggaran BMPK Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan terhadap persentase penyedia dana pada modal bank. Selama 2007 s.d. 2009 Citibank.N.A. tidak melakukan pelanggaran BMPK atau Batas Maksimum Pemberian Kredit baik kepada pihak terkait seperti pemegang saham bank yang bersangkutan, anggota dewan komisaris, anggota direksi, anak perusahaan dan lainlain maupun tidak terkait yaitu peminjam atau kelompok peminjam dari pihak selain pihak terkait. 2. Persentase Pelampauan BMPK Pelampauan BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase penyediaan dana terhadap modal bank pada saat laporan dan tidak termasuk pelanggaran BMPK. Selama 2007 s.d. 2009 Citibank.N.A. tidak melakukan pelampauan BMPK atau batas Maksimum Pemberian Kredit. Jika suatu bank memiliki CAR yang negative maka dengan otomatis bank tersebut akan melakukan pelanggaran dan pelampauan BMPK. 3.GWM GWM atau Giro Wajib Minimum milik bank harus tetap terjaga untuk menghindari terjadinya damapak buruk dari system perbankan dan perekonomian. 4. PDN PDN (Posisi Devisa Netto) pada Citibank.N.A. di triwulan ke 4 tahun 2007 sebesar 5.9, tahun 2008 sebesar 3.27 dan tahun 2009 sebesar 7.54. Dari ketiga tahun tersebut masih jauh dibawah ketentuan yang berlaku yaitu 20%.

3.2.2 Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS CAR, Likuiditas (ROA, ROE NIM) dan BOPO akan berpengaruh pada profitabilitas suatu bank. Citibank.N.A. memiliki CAR yang tidak terlalu kecil namun cukup untuk menjamin resiko yang ditimbulkan dari aktiva, lalu memiliki BOPO yang ada pada range yang kurang aman yaitu sekitar 60%-70% walaupun pada tahun 2008 triwulan ke 4 melebihi 80%, dan memiliki angka ROA, ROE dan NIM yang cukup menjamin walau tidak sepenuhnya aman. CAR yang dimiliki
38 | K e s e h a t a n B a n k

bernilai positif lebih dari angka 10% dan Citibank. N.A. tidak memiliki pelanggaran dan pelampauan BMPK yang mungkin akan mengakibatkan kerugian bagi pihak bank baik yang terkait maupun tidak terkait. Secara keseluruhan kesehatan Citibank.N.A. dari tahun 2007s.d.2009 kurang baik dengan pengendalian manajemen yang kurang stabil yang dapat dilihat dari rendahnya nilai BOPO, dan nilai PPA Produktif yang dibuat cukup menjamin rasa aman untuk para nasabahnya. Dari keseluruhan data yang ada saya mengangkap bahwa Bank dalam kondisi yang sehat, terutama pada tahun 2008 triwulan ke-4. Hal ini dikarenakan nilai BOPO yang berada pada nilai yang efektif dan efisien dibandingkan dengan tahuntahun yang sebelumnya dan pada triwulan yang lain.

39 | K e s e h a t a n B a n k

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMELS (Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensivity). Keenam faktor tersebut memang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Berdasarkan Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMELS, tingkat kesehatan Bank Bank Lippo dan Citybank memiliki tingkat kesehatan yang baik dan mampu mengatasi negative kondisi perekonomian dan industri keuangan.

40 | K e s e h a t a n B a n k

DAFTAR PUSTAKA
http://septianadc.blogspot.com/2011/04/analisis-kesehatan-bank-menurutrasio_17.html?zx=a86c434d87ef108a

41 | K e s e h a t a n B a n k

You might also like