You are on page 1of 5

Sinta Mustika Andryani

1002045140

Penyelesaian konflik kuil Preah Vihear ?

Kuil Preah Vihear Thailand

Kamboja

Thailand dan Kamboja merupakan kawasan Asia tenggara. Kawasan Asia Tenggara memang tak pernah sepi dari konflik. Selain konflik politik yang berlangsung dalam lingkup domestik didalam negara ASEAN tersebut, terdapat juga konflik yang lingkup internasional dalam artian melibatkan satu negara dengan negara lainnya. Konflik antara kamboja dan Thailand tentang kuil Preah Vihear merupakan salah satu konflik antar negara dengan negara dikawasan Asia Tenggara. Konflik ini bersumber dari saling klaim antara Thailand dan Kamboja atas kuil Preah Vihear. Hal itu terjadi karena kuil tersebut berada di perbatasan kedua negara dan sebagai situs sejarah kuil ini kerap menjadi tujuan favorit wisatawan baik dari Kamboja maupun thailand selain itu diwilayah perbatasan kaya akan bahan tambang seperti batu mulia dan permata. Kuil ini juga merupakan kuil agama Hindu yang merupakan situs sejarah yang telah berumur kurang lebih 900 tahun. Karena aspek kesejarahannya tersebut, Kuil ini didaftarkan sebagai salah satu situs warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, Karena alasan-alasan tersebut, maka kepemilikan atas kuil ini dapat mendatangkan keuntungan pada negara yang memiliki kedaulatan di wilayah tersebut. Sebenarnya Mahkamah internasional telah menyatakan bahwa kuil Preah Vihear masuk didalam kedaulatan Kamboja melalui surat keputusan Communique No.62/16, tetapi

wilayah di sekitar Candi Preah Vihear yang seluas 4,6 km2 tidak ditetapkan kepemilikannya.1 Oleh karena itu Thailand dan Kamboja tetap mengklaim wilayah di sekitar Candi Preah Vihear ke dalam wilayah kedaulatannya masing-masing dan wilayah sekitar tersebut masih dalam status sengketa dan tetap menjadi sumber konflik. Kedua kepala negara sudah mencoba upaya-upaya untuk menyelesaikan konflik yang dampaknya sudah berimbas ke warga sipil, dengan segala upaya diplomasi, negosiasi sudah dilaksanakan dan Kamboja sudah berusaha mencoba jalan mediasi namun ditolak oleh Thailand. ASEAN yang merupakan salah satu organisasi kawasan Asia Tenggara, apakah mampu sebagai penengah konflik Preah Vihear? Mengapa Thailand bersikukuh untuk tidak melibatkan pihak ketiga? Mengapa diplomasi tidak cukup berjalan untuk dapat menengahi permasalahan antar dua negara ini ? ASEAN sebagai organisasi internasional kawasan tersebut sebenarnya sudah

mempunyai rujukan-rujukan penyelesaian masalah perbatasan seperti Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) tetapi negara-negara anggota ASEAN justru lebih percaya oleh pihak orang ketiga seperti mahkamah internasional dan PBB. Kasus ThailandKamboja yang ditengahi oleh Mahkamah intenasional merupakah salah satu bukti lemahnya mekanisme penyelesaian konflik internal diantara negara-negara ASEAN. Ketidakpercayaan negara anggota ASEAN atas mekanisme penyelesaian konflik oleh ASEAN pun menjadi alasannya. Setelah ditetapkannya Kuil Preah Vihear kedalam World Heritage oleh UNESCO melalui usulan Kamboja, menimbulkan aksi protes dari aktivis dan para nasionalis di Thailand mengingat sebagian besar wilayah disekitar kuil masih dalam status sengketa. Ditetapkannya kuil Preah Vihear kedalam kedaulatan Kamboja tentu saja memberikan keuntungan luar biasa. Dengan segala resources yang ada di sekitar kuil secara tidak langsung diharapkan dapat membantu perekonomian kamboja. keputusan ini tentu saja membuat Thailand tidak bisa tinggal diam. Sebagai negara yang cukup terkenal dibidang pariwisatanya Thailand merasa tersaingi dan dirugikan apalagi dengan status wilayah yang masih belum jelas. Inilah yang membuat perbatasan Thailand-Kamboja kembali menegang.

Situs rujukan www.scribd.com/doc/ 16432032Mahkamah-Internasional.html

Kamboja mengambil langkah mediasi tapi ditolak oleh Thailand. Mengapa thailand bersikukuh tidak melibatkan pihak ketiga? tentu saja karena dalam perjanjian batas antara Kamboja-Thailand tahun 1962 melalui keputusan Mahkamah Internasional sudah dinyatakan dengan tegas bahwa candi itu ada diwilayah Kamboja. Sehingga kalau melakukan mediasi dengan pihak ketiga, pastilah Thailand tidak mempunyai peluang. Satu-satunya jalan yang masih terbuka adalah dengan membicarakannya secara bilateral. Bagi kamboja tentu lain lagi. Secara hukum Internasional, mereka berada diatas angin dan tentu saja enggan untuk mau berunding kalau secara bilateral. ASEAN sebenarnya mampu menyelesaikan kasus-kasus dikawasannya namun kembali lagi pada kepatuhan negara anggota terhadap keputusan yang dihasilkan masih akan menjadi masalah. Tidak efektifnya diplomasi pada kasus ini juga ditenggarai oleh adanya keinginan ingin memiliki sepenuhnya. Pandangan ini juga sejalan dengan ide dan asumsi dasar kaum realis yaitu 1)pandangan pesimis atas sifat manusia; 2)Keyakinan bahwa hubungan internasional pada dasarnya konfliktual dan bahwa konflik internasional pada akhirnya diselesaikan oleh perang; 3)Menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negaranya.2 Berangkat Pada kasus Thailand dan kamboja yang memilih jalur diplomasi sebagai cara untuk penyelesaian konflik tapi sampai sekarang kasus tersebut tidak dapat terselesaikan. Sejalan dengan pandangan realis tadi bahwa faktanya semua negara harus mengejar kepentingan nasionalnya sendiri berarti bahwa negara dan pemerintahan lainnya tidak akan pernah dapat diharapkan sepenuhnya. Keamanan dan kelangsungan negaralah yang menjadi poin penting dalam hubungan luar negeri suatu negara. Dengan berlarutlarutnya hasil dari segala perundingan yang masih dalam batas ambang keraguan akan bagaimana penyelesaian konflik ini, tak dipungkiri terdapatnya implikasinya kepada kedua negara yang sudah merembet kemasyarakat sipil, stabilitas keamanan kedua negara, faktanya karena konflik yang terus berlanjut tanpa tahu bagaimana penyelesaiannya perjuangan dua negara ini tidak berujung pada pemenuhan tujuan nasional negaranya. Tujuan dari diplomasi yang baik atau efektif adalah untuk menjamin keuntungan maksimum

Robert jackson & George Sorensen, 2009 (Terjemahan) Pengantar Studi Hubungan Internasional Yogyakarta, Hal.88-89.Pustaka Pelajar.

negara itu sendiri dan kepentingan nasionallah yang menjadi poin utama dalam sebuah hubungan luar negeri suatu negara. Konflik kuil Preah Vihear merupakan bukti bahwa diplomasi tidak selalu menjadi pilihan utama suatu negara. Pilihan utama dari suatu negara adalah yang paling menguntungkan bagi kepentingan nasionalnya. Kesimpulannya ASEAN sebagai organisasi kawasan seharusnya lebih berani mendorong negara-negara anggota untuk menuntaskan sengketa-sengketa perbatasannya. Akan lebih baik lagi bila ASEAN juga mampu membuat semacam pedoman penyelesaian masalah perbatasaan tersebut ketimbang bertikai. Dalam penyelesaian masalah perbatasan keberadaan Itikad baik (Good will) dari pihak-pihak bersengketa juga menjadi modal utama yang sangat menentukan. Diharapkan adanya kesepahaman antara dua negara untuk dapat menyelesaikan kasus ini dengan baik dan adanya pengorbanan antar dua negara membagi sebagian wilayah untuk dilebur kedalam suatu nilai-nilai bersama yang diharapkan agar terciptanya stabilitas keamanan dikawasan regional.

Daftar Pustaka : Jackson, Robert & George Sorensen (Terjemahan).2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Refrensi Situs :

http://international.okezone.com/read/2011/06/23/411/471701/unesco-inginkanmediator-konflik-thailand-kamboja http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/01/27/kebijakan-luar-negeri-thailand-ke-kambojadalam-konflik-perbatasan-candi-preah-vihear-2008-2011-faktor-internal-dan-eksternal-thailand/ http://international.okezone.com/read/2012/02/14/411/575178/thailand-kambojaberunding-masalah-perbatasan http://www.klikheadline.com/in/berita/berita.asp?id=news312011238453k967rc8f1wsa6j7 52818780 http://www.forumkeadilan.com/internasional.php?tid=58

You might also like