You are on page 1of 36

PROPOSAL

SKENARIO PLANNING PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM


MEWUJUDKAN REFORMASI ADMINISTRASI PADA MASA
PEMERINTAHAN FAUZI BAHAR DAN YUSMAN KASIM

Oleh:

Septria Yanto
05 193 039

Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Andalas
2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika

dibandingkan dengan mahkluk lainnya, yang telah diberi kelebihan akal, pikiran

serta nafsu dalam penciptaannya. Untuk itu maka, manusia dituntut mampu

melakukan usaha-usaha perubahan menuju ke arah yang lebih baik dalam

perjalanan hidupnya. Tentu saja dengan menggunakan segala kelebihan-kelebihan

yang dimilikinya tersebut.

Sama-sama kita ketahui bahwa manusia menjalani hidup tidak hanya

untuk hari ini, akan tetapi manusia juga harus memikirkan hari esok, baik itu

untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Begitulah realita manusia, karena

manusia tidak mau menerima begitu saja realita yang dijalaninya, bagaimanapun

bentuk realita itu. Jika realita itu baik seseorang akan berkeinginan untuk

membuatnya lebih baik lagi, dan jika realita itu buruk maka manusia akan

berusaha untuk merubahnya kearah yang lebih baik.1

Jadi pada intinya berfikir untuk melakukan perubahan merupakan suatu

kepastian dalam hidup dan kehidupan, karena perubahan itu adalah gerak dan

gerak itu adalah hidup. Sebaliknya, diam itu merupakan pertanda mati. Oleh

karena itu setiap umat manusia dan individu haruslah memiliki pemikiran dan

aktivitas untuk mengadakan perubahan. Jika tidak, maka akan membawa

1
Mohammad Mushtofa Ramadlan, 2005, reformasi vs revolusi, Ciputat: Wadi Press, Hal VII.
kepunahan umat dan keterpecahan individu. Sikap fatalisme (pasrah secara total)

terhadap sebuah keadaan akan menjadi penyakit yang sangat berbahaya dan akan

mengakibatkan umat manusia terjerumus dalam musibah yang sangat

mengerikan.2

Begitu juga dengan Indonesia, sebagai sebuah bangsa dan negara dituntut

untuk tetap melakukan perubahan-perubahan dalam setiap saat perjalanan

sejarahnya. Menurut Engels, “Negara…lebih sebagai satu produk masyarakat

pada tingkat perkembangan tertentu; itu adalah pengakuan bahwa masyarakat

tersebut telah terlibat dengan kontradiksi tak terpecahkan, bahwa mereka

menggantungkan diri pada antagonisme-antagonisme yang tak dapat dipersatukan

dan tak berdaya untuk mengenyahkannya”.3 Berdasarkan pendapat Engles

tersebut sangat jelas kita lihat bahwa, negara memang harus dan tetap setiap saat

melakukan perubahan dalam perjalanan sejarahnya. Hal ini disebabkan karena

realitas kehidupan masyarakat itu sendiri penuh konflik-konflik yang tidak akan

pernah bisa dihilangkan, baik vertikal maupun horizontal.

Kemudian salah satu bentuk dari perubahan itu di Indonesia adalah

lahirnya reformasi, yang ditandai dengan ditumbangkannya sebuah kekuasaan

diktator. Presiden Soeharto dipaksa mengundurkan diri menyusul protes massa

yang terus meningkat. Protes massa yang dilancarkan sejak akhir tahun 1980an,

mencapai puncaknya pada bulan mei 1997, dan terulang lagi pada Mei 1998.

Sebagian besar rakyat yang dipimpin mahasiswa menolak hidup lebih lama di

2
Ibid.
3
[Engels (n.d): `140] dalam Ronald H. Chilcote, 2003, Teori Perbandingan Politik, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, Hal. 258.
bawah kediktatoran.4 Hal ini disebabkan karena adanya rasa tidak puas dari rakyat

terhadap pemerintah yang telah berakumulasi selama 32 tahun di bawah rezim

Soeharto yang bersifat otoriter dan sentralistik.

Sedangkan dalam tuntutan reformasi itu sendiri, rakyat menuntut

demokratisasi politik dan ekonomi yang terwujud dalam agenda reformasi yaitu,

perubahan sistem pemerintahan dari yang bersifat sentralistik menjadi sistem

pemerintahan yang desentralistik. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999

pemerintahan transisi (B.J. Habibie) menyetujui UU No 22 Tahun 1999 tentang

otonomi daerah, yang kemudian direvisi oleh pemerintahan Megawati menjadi

UU No. 32 Tahun 2004. Ini artinya pemerintah daerah tidak lagi menjadi

pelaksana misi dari pemerintah pusat tetapi menjadi pengelola dan penyelenggara

sumber daya lokal serta membuat keputusan persoalan publik lokal daerahnya.

Dengan diberikannya kewenangan yang sangat luas itu maka, daerah

memiliki legitimasi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, yang diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

otonomi.

Sekarang setelah hampir sepuluh tahun reformasi masih banyak yang

harus diperbaiki oleh bangsa ini pada setiap lini kehidupan berbangsa dan

bernegaranya, baik itu dari segi sosial, budaya, politik, ekonomi dan moral. Hal

ini disebabkan karena reformasi yang terjadi sejak sepuluh tahun lalu sampai saat

4
Max Lane, 2007, Bangsa Yang Belum Selesai, Jakarta: Reform Institute, Hal. Xvii.
ini masih belum mampu memperbaiki sistem yang ada di negara ini, reformasi

memang telah melakukan perubahan di dalam tatanan masyarakat, akan tetapi

sampai saat ini masih belum mampu merubah sistem dan hanya memperbaiki

sistem yang ada. Hal ini disebabkan karena masih adanya golongan-golongan

yang merasa nyaman dengan status quo dan tetap berusaha untuk

mempertahankannya. Sementara sistem itu sendiri terdiri dari sub sistem- sub

sistem yang berkaitan satu sama lainnya secara fungsional dimana jika salah satu

sub sistem tidak berfungsi akan menyebabkan sistem itu akan terganggu secara

keseluruhan atau malah hancur sama sekali. Kemudian jika dilihat aplikasi teori

sistem dalam sebuah organisasi secara luas mencakup seperangkat komponen dari

suatu elemen yang terdapat hubungan timbal-balik, karena pada dasarnya ada

saling ketergantungan dan saling mempengaruhi antar institusi yang terdapat

dalam organisasi.5 Sedangkan yang dimaksud sebagai sistem yang ada di negara

ini yaitu, pemerintah, masyarakat dan swasta secara nasional, dan negara-negara

lain secara internasional.

Pada hakikatnya reformasi itu merupakan upaya bangsa yang perlu dilakukan
tiada henti untuk selalu mencari dan menemukan format baru di berbagai bidang
kehidupan dalam rangka menyempurnakan kualitasnya. Dan secara fundamental
reformasi itu adalah merupakan a major change of the mind - set untuk
mengubah tata pikir yang keliru, yang perlu direvisi menuju ke tata pikir yang
lebih mendasar sesuai dengan cita - cita dan kepentingan masyarakat bangsa
kita.6

Begitu juga dengan reformasi administrasi negara yang telah menjadi agenda

pemerintah semenjak reformasi lahir, dalam agenda kebijaksanaan reformasi

administrasi negara (administrative reform) diperlukan sebuah scenario planning


5
Yenni Febriani, 2004, Skripsi dengan judul “Efektifitas Program Kejar Paket A Bagi
Masyarakat, dengan studi kasus: Anak Putus Sekolah di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten
Solok” Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas.
6
Muh Irfan Islamy, Agenda Kebijaksanaan Reformasi Admninistrasi Negara, Jurnal Administrasi
Negara Vol. II, No. 1, September 2001 : 13-30.
yang mengarah pada tujuan peningkatan kinerja pelaksanaan keseluruhan fungsi-

fungsi manajemen pemerintahan yang didasarkan pada kebutuhan bagi

peningkatan kecepatan efektivitas dan mutu pelayanan sesuai dengan dinamika

kemajuan masyarakat dan tantangan pembangunan7.

Kemudian reformasi administrasi negara bertujuan, yang tidak saja secara

klasik demi tercapainya tujuan yang efektif dan efisien tetapi juga, sejauh

mungkin tujuan itu tercapai sesuai dengan kriteria public accountability and

responsibility yang harus dipenuhi oleh setiap aparat pemerintah atau birokrasi

negara di semua lini. Reformasi administrasi merupakan salah satu determinan

penting dalam sistem administrasi publik yang berperan melakukan proses

transformasi nilai yang terarah pada pencapaian tujuan pemerintahan.8

Maka beranjak dari latar belakang dan kondisi demikian, kebutuhan akan
perubahan dan adaptasi aparatur pemerintah sangatlah mendesak, walaupun
masalah yang mengitarinya terlalu kompleks dan rumit. Sebagai konsekuensi
logisnya, maka reformasi administrasi publik menjadi sebuah keharusan
(condition sine quanon) dan harus menjadi perhatian utama pemerintah, termasuk
pemerintahan daerah di Indonesia. Adapun aturan yang mengatur mengenai hal
itu adalah:

1. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 1

ayat 5 s/d 9 yang berbunyi:

a. Ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

7
Rakhmad, Reformasi Administrasi Publik Menuju Pemerintahan Daerah Yang Demokratis,
jurnal Administrasi Publik/Volume1/No.1/2005.
8
Muh Irfan Islamy, loc. cit.
b. Ayat 6, daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Ayat 7, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Ayat 8, dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
e. Ayat 9, tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada
daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.

2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 2

ayat 2 s/d3 yang berbunyi:

a. Ayat 2, Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembatuan.
b. Ayat 3, Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

3. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 11

pasal 1 yang berbunyi:

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria


eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian
hubungan antar susunan pemerintahan.

4. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 21

poin a dan c yang berbunyi:

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:

a. Poin a, mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;


b. Poin c, mengelola aparatur daerah;
5. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 22

poin a dan c yang berbunyi:

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:

a. Poin a, melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan


kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Poin b, meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
c. Poin c, mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Poin d, mewujudkan keadilan dan pemerataan;

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

organisasi perangkat daerah, Peraturan Pemerintah ini pada prinsipnya

dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah

dalam menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing serta adanya

koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi

kelembagaan antara pusat dan daerah9. Pasal 1 ayat 8 yang berbunyi:

Perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu kepala daerah


dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat
daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan,
dan kelurahan.

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

organisasi perangkat daerah pasal 2 ayat 2 s/d 3 yang berbunyi:

a. Ayat 2, Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur


mengenai susunan, kedudukan, tugas pokok organisasi perangkat daerah.
b. Ayat 3, Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan gubernur/bupati/walikota.

9
Lihat penjelasan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang
organisasi perangkat daerah.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

organisasi perangkat daerah pasal 14 ayat 3 yang berbunyi:

Dinas daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;


b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai
dengan lingkup tugasnya;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Maka berdasarkan aturan-aturan tersebut maka Kota Padang sebagai

daerah otonom mempunyai legitimasi untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahannya sendiri. Sedangkan berdasarkan tuntutan reformasi rakyat

menuntut kebebasan berdemokrasi dan pemerintah menjalankan roda

pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel, dan responsive. Sebagai

pemegang tanggungjawab yang telah diamanahkan oleh rakyat maka pemerintah

haruslah memenuhi semua tuntutan tersebut.

Tugas pemerintah dalam proses pembangunan bangsa demikian kompleks yang


meliputi berbagai dimensi kehidupan dan melibatkan seluruh masyarakat bangsa
dengan beragam latar belakang sosial budaya dan ekonomi sehingga memerlukan
sistem dan proses manajemen pemerintahan yang handal. Revitalisasi dan
pembangunan sektor publik dewasa ini diarahkan untuk mewujudkan birokrasi
publik yang mampu mengelola tugas pemerintahan dan pembangunan secara
efisien, efektif, responsif dan bertanggung jawab.10

Untuk mewujudkan segala tuntutan tersebut, berdasarkan wewenang yang telah

diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004, maka pemerintah Kota Padang harus

mampu mewujudkan tuntutan reformasi dalam segala bidang kehidupan yang

demikian kompleks. Selain itu pemerintah Kota Padang harus mempunyai sistem

dan proses manajemen pemerintahan yang baik, sehingga segala tuntutan rakyat

10
Loc. Cit
akan manajemen administrasi publik akan terpenuhi, dan untuk mewujudkan

semua itu pemerintah Kota Padang harus mampu merubah status quo dan

kemapanan yang telah tercipta selama ini11, yang salah satu caranya adalah

melaksanakan reformasi administrasi di lingkungan pemerintah Kota Padang.

Kemudian untuk mewujudkan reformasi administrasi itu, dari situasi yang

telah mapan kepada situasi yang semuanya akan berubah secara menyeluruh

sudah seharusnya Kota Padang menyiapkan scenario planning tertentu dalam

mewujudkan tujuan reformasi administrasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar

tercapainya tujuan yang efektif dan efisien serta berkelanjutan (sustainable).

Menurut Michael Porter (2004), skenario adalalah “An internally consistent view

of what the future might turn out to be—not a forecast, but one possible future

outcome”12 yang jika diartikan adalah sebuah pandangan konsisten secara internal

tentang apa yang menjadi mungkin masa depan itu–bukan sebuah ramalan, namun

merupakan suatu hasil masa depan yang memungkinkan.

Jadi jika kita simpulkan scenario itu merupakan langkah-langkah atau

tahap-tahap yang mungkin dan harus direncanakan oleh pemerintah Kota Padang

dalam mewujudkan reformasi administrasi dilingkungan birokrasi Kota Padang.

Lingkungan birokrasi dipilih karena birokrasi merupakan rumah bagi administrasi

11
Dikutip dari hasil diskusi kelas Reformasi Admininistrasi tanggal 14 November 2008. Dalam
reformasi administrasi yang dilakukan pemerintah pada birokrasi, akan menimbulkan situasi
yang labil, karena situasi birokrasi yang ada selama ini telah menimbulkan situasi kemapanan
didalam birokrasi itu sendiri. Dengan adanya perubahan yang terjadi akan menyebabkan
birokrasi itu merasa canggung, karena dahulu birokrasi itu tidak seperti ini dan sekarang seperti
ini.
12
G . Ringland and L. Young, 2006, Scenarios in M arketing, John Wiley & Sons, L td, Hal. 5.
publik, karena proses administrasi itu berlangsung dan terjadi di dalam ranah

birokrasi publik itu sendiri.13

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan teori sistem, Kota Padang sebagai

daerah yang otonom dalam mengelola daerahnya sendiri seharusnya dapat

membuat scenario planning yang holistik (menyeluruh) dalam mewujudkan

reformasi administrasi yang tentu saja tidak hanya berasal dari pemerintah saja

akan tetapi juga harus melibatkan sub sistem-sub sistem lainnya seperti

masyarakat dan swasta, sehingga hasil yang dihasilkan lebih optimal dan efisien

serta perubahan yang terjadi tidak bersifat parsial (setengah-setengah).

“Reformasi secara holistik merupakan reformasi perencanaan sampai pada

evaluasi dari perencanaan”14, disini pemerintah sebagai pelayan publik harus

melibatkan rakyat (konstituen) untuk ikut terlibat dalam jalannya roda

pemerintahan, pada tataran ini rakyat dan swasta berfungsi sebagai pengawas dari

jalannya reformasi administrasi, hal ini karena rakyat dan swastalah yang

berhubungan atau melakukan kontak secara langsung dengan administrasi yang

terdapat didalam birokrasi pemerintah, dan untuk melakukan tugas pengawasan

itu pemerintah secara umum dan pemerintah Kota Padang khususnya harus

mempunyai scenario supaya masyarakat kota padang sadar akan hak dan

kewajibannya, karena jika masyarakat sudah sadar akan hal itu maka pengawasan

itu akan berjalan dengan sendirinya. Sehingga hal ini akan mengakibatkan

reformasi administrasi negara akan berjalan dengan sendirinya.

13
Loc. Cit 14 November 2008
14
Loc. Cit 14 November 2008. Konsep pelayanan otonomi daerah adalah memberikan otonomi
yang luas bagi daerah untuk mengatur daerahnya. Bagaimana suatu daerah menyusun strategi,
visi, misi, kegiatan dan evaluasi dari implementasi strategi yang telah di susun sebelumnya.
Pengawasan ini perlu karena realitasnya aparat birokrasi sering dihujat

oleh masyarakat karena pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan

mereka. Aparat organisasi publik menjadi lamban dan sering terjebak kedalam

kegiatan rutin. Mereka tidak responsive terhadap aspirasi dan kepentingan publik

serta lemahnya adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

dilingkungannya.15 Hal ini disebabkan oleh, masih terdapatnya patologi-patologi

dalam birokrasi itu sendiri, diantaranya adalah masih terdapatnya budaya

feodalistik, belum berorientasi prestasi dan keinginan untuk melayani masih

rendah. Sehingga hal ini sering merugikan masyarakat dan cendrung menjadi

penghambat dari reformasi administrasi di lembaga-lembaga pemerintah yang

berfungsi sebagai pelayan publik.

Hal ini dapat didapat dibuktikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi

didalam birokrasi itu sendiri diantaranya seperti kasus yang dihadapi oleh salah

satu masyarakat yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah Kota Padang saat

mengurus izin IMB. Pada saat datang ke kelurahan masyarakat di beri surat

keterangan oleh kelurahan untuk mengurus IMB ke kecamatan. Kemudian setelah

sampai di kecamatan masyarakat itu ditawari dengan dua alternative yaitu,

mengurus sendiri atau tau beres karena akan diurus oleh orang kecamatan. Tetapi,

untuk itu masyarakat diminta untuk membayar uang sebesar Rp 700.000,- (Tujuh

Ratus Ribu Rupiah). Kemudian karena kurang yakin masyarakat tersebut

mengecek lagi kebenaran dari penambahan biaya tersebut, dan setelah tau bahwa

tidak ada penambahan biaya maka masyarakat tersebut kemabali ke kecamatan

15
Muh. Irfan Islami, dalam Septria Yanto, dkk, 2008, “Manajemen Pelayanan Publik Dinas Tata
Ruang dan Tata Bangunan Pemerintah Kota Padang”, laporan penelitian tugas mata kuliah
menajemen pelayanan publik pada program studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas
Andalas, Hal. 1.
untuk mengklarifikasi temuan tersebut. Setelah klarifikasi dilakukan ternyata uang

tersebut dikembalikan utuh, dengan ancaman akan dilaporkan kepada pihak yang

berwenang. (data hasil wawancara, 08 April 2008).16 Berdasarkan data ini sangat

jelas kita lihat bahwa reformasi administrasi di Kota Padang belum terwujud

sepenuhnya. Sehingga hal ini menurut saya harus harus dikaji dan diteliti untuk

menemukan pemecahan-pemecahan dari permalahan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah merupakan sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk terjadi

akan tetapi tidak terjadi dan begitu juga sebaliknya, sesuatu yang tidak diinginkan

oleh manusia akan tetapi terjadi. Kemudian suharnan dalam bukunya yang

berjudul psikologi kognitif menjelaskan bahwa:

masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap
hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan
keluarnya. Suatu persoalan dapat bersumber dari dalam diri seseorang atau dari
lingkungannya, bergerak dari yang paling mudah sampai yang paling sulit, dan
dari masalah yang sudah jelas (defined problem) sampai masalah yang tidak jelas
(ill-defined problem). Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan,
hambatan, gangguan, ketidakpuasan, atau kesenjangan.17

Dari latar belakang maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana skenario planning Pemerintah Kota Padang pada masa

pemerintahan Fauzi Bahar-Yusman Kasim dalam mewujudkan reformasi

birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Padang?

2. Kedala-kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah Kota Padang pada

masa pemerintahan Fauzi Bahar-Yusman Kasim dalam mewujudkan

reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Padang?

16
Septria Yanto, dkk, Op. Cit. Hal. 38.
17
Suharnan, 2005, Psikologi Kognitif, Jombang: Srikandi. Hal. 282-283.
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi skenario planning Pemerintah Kota Padang

pada masa pemerintahan Fauzi Bahar-Yusman Kasim dalam

mewujudkan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota

Padang.

2. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah

Kota Padang pada masa pemerintahan Fauzi Bahar-Yusman Kasim

dalam mewujudkan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota

Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan

penelitian maka manfaat penelitian ini dapat kita bagi menjadi empat kelompok

yaitu:

1.4.1 Manfaat Akademis

Setiap tesis dipastikan akan memunculkan anti-tesis sebagai lawan atau

pengembangannya, begitu juga dengan sebuah pemikiran yang muncul

pada suatu masa maka akan memunculkan sebuah pemikiran baru, baik

itu yang berlawanan dengan pemikiran sebelumnya ataupun

pengembangan dari pemikiran tersebut. Begitu juga dengan penelitian

ini yang bertujuan untuk mengembangkan ataupun mungkin sebaliknya

sebagai pembantahan dari teori-teori yang telah ada sebelumnya.


Sehingga ilmu pengetahuan akan selalu berdinamika menuju

kesempurnaan demi tujuan filosofis untuk kesejahteraan manusia.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi peneliti

selanjutnya, yang melakukan penelitian pada bidang yang ada

kaitannya dengan penelitian ini sebagai bahan perbandingan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

berharga pada pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Padang

khususnya sebagai bahan pertimbangan untuk menjalankan perannya

di masa yang akan datang, dalam pengambilan kebijakan-kebijakan

mengenai reformasi administrasi.

1.4.3 Manfaat Sosial

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pemecahan-

pemecahan dari permasalahan yang akan diteliti.

b. Memberikan gambaran pada masyarakat kota padang mengenai

scenario planning Pemerintah Kota Padang dalam mewujudkan

reformasi administrasi dilingkungan pemerintah Kota Padang.

1.4.4 Manfaat Teknis

a. Sebagai media untuk mempelajari fenomena-fenomena sosial yang

ada dalam kehidupan masyarakat.


b. Penelitian ini merupakan media bagi peneliti untuk menerapkan

teori-teori yang telah dipelajari dan menambah daya nalar serta

peka dalam menganalisis suatu permasalahan yang dihadapi.

c. Sebagai pemenuhan tugas, dari studi yang peneliti ambil.

1.5 Sistematika Isi Penelitian

1.5.3 Bab I Pendahuluan

Pada bab ini peneliti telah mendeskripsikan mengenai latar belakang

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta gambaran

umum reformasi administrasi dilingkungan pemerintah Kota Padang.

1.5.4 Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini mendiskripsikan mengenai konsep yang peneliti pakai untuk

melihat Scenario Planning Pemerintah Kota Padang Dalam

Mewujudkan Reformasi Administrasi.

1.5.5 Bab III Metode Penelitian

Bab ini mendiskripsikan mengenai metode penelitian yang peneliti

pakai dalam melakukan penelitian. Pendekatan yang dipergunakan

dalam pendekatan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah

pendekatan kualitatif.

1.5.6 Bab IV Lokasi Penelitian

Bab ini mendiskripsikan gambaran bentuk lokasi penelitian dimana

penelitian ini akan diadakan. Lokasi pada penelitian yang akan

dilaksanakan ini berlokasi di Kota Padang.


1.5.7 Bab V Hasil Pembahasan

Bab ini mendiskripsikan mengenai permasalahan penelitian yang

melihat Scenario Planning Pemerintah Kota Padang Dalam

Mewujudkan Reformasi Administrasi pada masa pemerintahan Fauzi

Bahar dan Yusman Kasim.

1.5.8 Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dalam penelitian yang telah

dilakukan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan survey kepustakaan yang peneliti lakukan, penelitian yang


cukup relevan dengan tema penelitian yang akan dilakukan ini yaitu “Skenario
Planning Pemerintah Kota Padang Dalam Mewujudkan Reformasi
Administrasi Pada Masa Pemerintahan Fauzi Bahar dan Yusman Kasim”
adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nuraida (2003) dengan tema
“Pandangan Aparat Birokrasi Pmerintah Terhadap Penampilan Birokrasi
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat” dengan studi kasus pada dinas kesehatan
dan kesejahteraan sosial Provinsi Sumatera Barat. Adapun konsep yang digunakan
dalam melihat kasus diatas adalah menggunakan konsep birokasi ideal menurut
Weber dan teori organisasi J. Heginbothan, dengan pendekatan survey deskripitf
yang memayungi berbagai metode penelitian yang sangat beragam dan dengan
label yang sangat bergam pula, antara lain kualitatif untuk menggambarkan sifat
datanya.
Kemudian dalam penelitiannya Nuraida menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara terstruktur (kuesioner),
wawancara mendalam dan dokumentasi. Dalam hal pengambilan sampel untuk
penelitian ini Nuraida, menggunakan teknik pengambilan sampel stratified
random sampling dengan membagi sampel berdasarkan seksi-seksi yang terdapat
di dalam dinas-dinas. Sehingga masing-masing seksi dalam sampel memiliki
keterwakilan yang seimbang dalam populasi. Sedangkan dalam menganalisa data
yang telah didapat menggunakan sifat univariat yaitu, data yang didapat melalui
kuesioner diolah mulai dari editing, mengkoding, membuat tabulasi dan disusun
dalam bentuk tabel presentase. Kemudian data itu diinterpretasi dengan
menjelaskan secara rasional dan sistematis tentang gejala sosial yang sedang
diteliti.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Nuraida adalah
menyarankan kepada aparat birokrasi pemerintah Sumbar untuk lebih mandiri dan
mampu menyelenggarakan tugasnya secara mandiri sehingga intervensi
pemerintah pusat terhadap pemerintah provinsi tidak terlalu besar, menyarankan
kepada birokrasi agar mampu membentuk struktur organisasinya sendiri sesuai
dengan kebutuhan, dan pimpinan organisasi diharapkan agar melakukan
pengawasan kepada bawahan secara fleksibel sehingga dapat menimbulkan
koordinasi yang komunikatif dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dalam melaksanakan tugas. Sehingga akan tercipta birokrasi yang responsif,
bertanggungjawab dan netral. Selanjutnya untuk mendukung iu semua harus
diadakan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan yang terarah kepada pegawai
atau aparat sehingga pegawai atau aparat akan mempunyai kemampuan tinggi.
Hal ini ini diharapkan untuk meningkatkan mutu dari berbagai aspek karena,
birokrasi sebagai pengayom dan pelayan masyarakat dimasa mendatang akan
lebih banyak berfungsi sebagai katalisator dan pendorong peran serta
masyarakat.18
Penelitian Nuraida ini dianggap relevan karena pada penelitian yang akan
dilakukan ini juga akan membahas birokrasi, birokrasi merupakan rumah dari
administrasi publik sudah selayaknya harus memberikan pelayanan yang
maksimal kepada masyarakat yang membutuhkannya, karena para administrator-
admnistrator itu merupakan masyarakat yang terpilih sebagai pelayan dari
masyarakat itu sendiri dan bukan malah sebaliknya. Untuk mewujudkan hal itu
maka diperlukan sebuah reformasi administrasi negara khususnya di Kota Padang.

2.2 Konstruksi Model Teoritis

2.2.1 Scenario Planning

Scenario Planning mulai populer di tahun 70-an ketika terjadi krisis

18
Nuraida, 2003, Skripsi dengan judul “Pandangan Aparat Birokrasi Pmerintah Terhadap
Penampilan Birokrasi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat” dengan studi kasus pada dinas
kesehatan dan kesejahteraan sosial Provinsi Sumatera Barat, Jurusan Ilmu Politik FISIP
Universitas Andalas.
harga minyak dunia yang tiba-tiba melambung tinggi. Saat itu bukan tidak ada

minyak, tapi harga minyak melambung karena krisis politik di Timur Tengah.

Shell, adalah perusahaan minyak yang telah menerapkan scenario planning. Di

awal tahun 70-an, Shell membuat berbagai skenario yang mungkin terjadi,

salah satunya adalah melambungnya harga minyak dunia, suatu kondisi yang

jauh dari ramalan kebanyakan para ahli ekonomi saat itu. Dan ternyata

kejadiannya adalah sesuatu yang berbeda dari kebanyakan ramalan, harga

minyak melambung menyebabkan kelesuan ekonomi dunia. Shell, yang sudah

menyiapkan diri dengan berbagai skenario tersebut mampu memanfaatkan

keadaan, sehingga melejit menjadi 3 besar dunia. Perusahaan lain yang

beruntung dalam kondisi krisis minyak saat itu adalah perusahaan-perusahaan

mobil Jepang yang sukses memasarkan mobil ukuran kecil bagi pasar

Amerika (salah satunya adalah Honda Civic berukuran kecil, yang tadinya

dipandang skeptis akan dibeli orang Amerika).19

Menurut Tundjung W Sutirto, kata skenario bisa punya dua arti.

Yakni, pertama skenario satu garis besar dari suatu dramatika atau teater yang

memberikan gambaran dari suatu adegan, ciri atau karakter, dan situasi. Arti

kedua adalah perkiraan mengenai sesuatu yang akan terjadi dimasa depan.

Bila perkiraan itu dibuat sangat cermat dan dengan mempertimbangkan

berbagai faktor, dapat memengaruhi kejadian-kejadian di masa depan. Dalam

scenario planning, skenario diberi arti sebagai suatu lorong-lorong pilihan

19
http://sepia.blogsome.com/2007/01/01/hidup-mengalir-dengan-multi-skenario/ diakses pada 29
Oktober 2008.
yang mungkin tersedia menuju masa depan.20

Skenario secara umum bermanfaat untuk mengungkap dan

menyampaikan keinginan, rencana dan pandangan seseorang terhadap

perubahan maupun membantu orang untuk memutuskan bagaimana

menyesuaikan diri terhadap perubahan dan mencapai visi mereka tentang

masa depan. Skenario adalah bagian penting dalam pengelolaan secara adaptif

karena membantu orang untuk mengambil keputusan sekarang tentang

perubahan yang mungkin akan terjadi di masa depan.21

Skenario adalah cerita tentang apa yang mungkin terjadi . Berbeda

dengan proyeksi, skenario tidak perlu menggambarkan masa depan seperti apa

yang kita harapkan. Sebaliknya skenario berusaha untuk merangsang

pemikiran kreatif yang membantu orang melepaskan diri dari pola pandang

yang sudah mapan terhadap berbagai situasi dan merencanakan tindakannya.22

Scenario planning atau perencanaan berdasarkan skenario, bukan

merupakan kegiatan untuk memilih alternative. Scenario planning bertujuan

untuk pemahaman bagaimana setiap kemungkinan akan berjalan. Dengan

pemahaman ini sebuah lembaga dapat mempersiapkan diri dalam membuat

berbagai keputusan strategis untuk menghadapi berbagai kemungkinan di

masa mendatang. Perencanaan skenario adalah alat bantu manager untuk

melihat ke depan yang penuh ketidakpastian.

20
http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/07/slo03.htm diakses pada 29 Oktober 2008.
21
Eva Wollenberg, David Edmunds dan Louise Buck, 2001, Mengantisipasi Perubahan: Skenario
sebagai sarana pengelolaan hutan secara adaptif, Bogor: Center for International Forestry
Research (CIFOR).
22
Ibid.
Scenario planning adalah suatu cara meramal yang kreatif dalam

rangka perubahan yang cepat dengan kompleksitas tinggi dan penuh

ketidakpastian. Scenario planning digunakan oleh organisasi untuk membuat

keputusan tatkala ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa

mendatang dan hasil proyeksi kinerja organisasi di masa lalu tidak mampu

memberikan gambaran. Inti dari scenario planning adalah pengembangan

gambaran mengenai kemungkinan-kemungkinan kondisi di masa mendatang

dan mengidentifikasi perubahan-perubahan dan implikasi yang muncul

sebagai akibat dari kondisi tersebut. Sebagai ringkasan, scenario planning

bertujuan untuk mengelola ketidakpastian. Skenario bukan prediksi melainkan

tools untuk membantu manajemen fokus pada ketidakpastian yang sifatnya

kritis (critical uncertainties).23

Dalam menjalankan scenario kita perlu memilih pendekatan skenario

yang sesuai dengan tujuan, karena pendekatan scenario yang akan diambil

harus sesuai dengan tujuan yang akan diinginkan. Tipe pendekatan scenario

dapat dikelompokan menjadi empat yaitu:

1. Visi adalah suatu visi tentang masa depan yang diinginkan atau yang

ideal.

2. Proyeksi adalah perkiraan seakurat mungkin tentang apa yang akan

terjadi di masa depan. Sesuai dengan kecenderungan yang ada

sekarang.

23
http://www.desentralisasi-kesehatan.net/id/moduldhs/blok_5.htm diakses pada 29 Oktober 2008.
3. Jalur adalah penentuan bagaimana kita bisa beranjak dari keadaan

sekarang ke masa depan dengan mem- bandingkan keadaan sekarang

dengan skenario masa depan yang diinginkan (visi).

4. Alternatif adalah perbandingan antara berbagai pilihan melalui

beberapa skenario dari tipe visi , proyeksi atau jalur.

2.2.2 Reformasi Administrasi

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan bahwa tujuan kita berbangsa

dan bernegara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam konteks

kesejahteraan sosial, Bung Karno menegaskan: (1) tidak boleh ada kemiskinan

di bumi Indonesia merdeka, (2) tidak didominasi kaum kapitalis, dan (3)

kesejahteraan yang merata ke seluruh rakyatnya, bukan kesejahteraan orang

seorang atau hanya segelintir orang.24

Untuk mewujudkan cita-cita yang telah dituangkan dalam pembukaan

UUD 1945 tersebut maka dibutuhkan reformasi administrasi dan untuk

mencapai tujuan reformasi administrasi, utamanya adalah penyempurnaan

manajemen pelayanan publik. Hal ini disebabkan karena masyarakat selalu

mengharapkan memperoleh pelayanan yang sebaik - baiknya dari aparat

pemerintah.

24
Dikutip dari hasil diskusi dengan tema hari lahirnya Pancasila di sekretariat DPC GmnI Cabang
Padang pada tanggal 1 juni 2007.
Menurut Muh Irfan Islamy, Setidak - tidaknya ada 5 hal dan sekaligus

menjadi tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi oleh administrasi negara

dalam rangka memberikan pelayanan yang sebaik - baiknya kepada

masyarakat.25

1. Derasnya tuntutan agar pemerintah mampu menumbuhkan adanya

good governance yaitu suatu sistem penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab dan profesional.

Rekruitment penyelenggara pemerintahan di semua jenjang harus

benar - benar didasarkan pada persyaratan merit system dan menolak

favoritisme dan nepotisme.

2. Semakin tajamnya kritik masyarakat atas semakin rendahnya

kualitas pelayanan publik. Masyarakat telah merasa melaksanakan

kewajiban - kewajibannya tetapi seringkali hak - haknya terpasung

oleh aparat pelayanan.

3. Semua aparat pemerintah dituntut untuk mempunyai sense of crisis

sehingga mereka benar - benar paham bahwa kita sekarang sangat

membutuhkan aparat pelayanan yang mampu to do more with less

artinya dalam situasi yang penuh dengan krisis ini aparat pelayanan

harus bekerja lebih keras dan lebih produktif dengan serta

kelangkaan sumber – sumber.

4. Aparat pemerintah dituntut agar bekerja lebih profesional

dengan mengedepankan terpenuhinya public accuntability and

responsibility yaitu dengan menekan sekecil mungkin pemborosan

25
Loc. Cit.
penggunaan sumber - sumber negara dan juga sekaligus memperkuat

peraturan perundangan yang berlaku (the body of rules) sebagai

fondasi untuk melaksanakan tugas - tugasnya.

5. Masyarakat, sebagai pihak yang harus dipenuhi dan dilindungi

kepentingannya (public interest), menuntut agar pemerintah

memperhatikan dengan sungguh - sungguh aspirasi mereka dan sejauh

bisa memenuhinya.

Kelima hal diatas hanyalah sebagian kecil dari tuntutan masyarakat yang harus

diperhatikan oleh pemerintah. Selanjutnya reformasi administrasi itu sendiri

pada hakikatnya menyangkut dimensi dan spektrum yang sangat luas dan

kompleks dengan tujuan yang sangat jelas yaitu meningkatkan administrative

performance dari birokrasi pemerintah.

2.3 Skema Pemikiran


UU No. 32 Tahun 2004

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007

Reformasi administrasi dilingkungan


pemerintah Kota Padang

Birokrasi pemerintah Kota Padang

Tujuan yang diharapkan

Scenario Planning Pemerintah Kota Padang

Dampak/ Hasil
2.4 Daftar Istilah

1. Pelayanan diartikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/ atau

organisasi baik langsung maupun tidak lansung untuk memenuhi

kebutuhan

2. Pelayanan publik adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk fisik

3. skenario adalah sebagai suatu lorong-lorong pilihan yang mungkin

tersedia menuju masa depan.

4. Scenario planning adalah suatu cara meramal yang kreatif dalam

rangka perubahan yang cepat dengan kompleksitas tinggi dan penuh

ketidakpastian.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Desain Penelitian.

Penelitian mengenai skenario planning pemerintah Kota Padang dalam

mewujudkan reformasi administrasi pada masa pemerintahan Fauzi Bahar dan

Yusman Kasim ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar

peneliti dapat mengetahui secara utuh kenyataan di lapangan. Seperti yang

dikatakan oleh Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif digunakan sebagaimana

proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati.26 Kemudian sejalan

dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.27

Dipakainya pendekatan kualitatif pada penelitian yang akan dilaksanakan

ini tidak terlepas dari kecocokan tema penelitian dengan metode penelitian

kualitatif. Jadi untuk menjelaskan bagaimana skenario planning pemerintah Kota

Padang dalam mewujudkan reformasi administrasi pada masa pemerintahan Fauzi

Bahar dan Yusman Kasim lebih tepat menggunakan pendekatan kualitatif untuk

menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari informan terkait dengan

permasalahan yang akan diteliti. Di samping itu penggunaan pendekatan

penelitian ini adalah upaya dari peneliti untuk mengeksplorasi dan


26
Lexy J. Moleong, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 3.
27
Ibid
mendiskripsikankan secara tertulis tentang permasalahan penelitian ini dalam

menyusun laporan penelitian yang kompleks dan efisien sehingga tujuan

penelitian dapat terwujud.

3.2 Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini teknik pemilihan informan yang dipakai adalah

dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber dan data dengan pertimbangan tertentu.28 Teknik ini

dipakai karena orang yang diambil sebagai informan adalah orang yang lebih

mengetahui tentang apa yang diharapkan oleh peneliti. Jadi ini berarti, orang-

orang yang dipilih sebagai informan dalam penelitian ini adalah orang-orang atau

lembaga yang terlibat langsung atau berkepentingan dengan reformasi

administrasi di Kota Padang.

Berkaitan dengan penelitian ini, adapun informan yang akan dijadikan

sampel pada penelitian ini adalah:

1. Pemerintah Kota Padang dalam hal ini adalah Fauzi Bahar dan Yusman

Kasim. Informan ini dipilih karena penelitian yang akan dilakukan berada

pada saat Fauzi Bahar dan Yusman Kasim Menjadi walikota dan wakil

walikota Kota Padang.

2. Lembaga atau organisasi yang mempunyai kepentingan terhadap

Pemerintah Kota Padang. Lembaga yang dimaksud disini yaitu NGO seperti

LBH Padang, BAKO (Badan Anti Korupsi) Sumbar, Ormas/OKP seperti

28
Lexi J. Moleong, Op. Cit, Hal. 6.
KNPI (Komite Nasiona Pemuda Indonesia) Kota Padang, GMNI (Gerakan

Mahasiswa Nasional Indonesia) Cabang Padang, HMI (Himpunan

Mahasiswa Islam) Cabang Padang. Organisasi atau lembaga ini dipilih

karena menurut peneliti organisasi ini banyak terlibat dan representative

terhadap tema penelitian yang akan dilakukan.

3. Tokoh masyarakat yang penulis anggap berkompeten terhadap

permasalahan yang sedang diteliti. Tokoh masyarakat yang penulis maksud

adalah, Drs. H. A. Bakar Effendi. Peneliti memilih informan ini dengan

pertimbangan bahwa beliau adalah salah satu tokoh administrator senior di

Sumatera Barat, selain pernah menjadi administrator sejak tahun 1945

beliau juga pernah menjadi dosen di Fakultas Sospol Universitas Imam

Bonjol Padang tahun 1967, instruktur pada kursus penataran dan pelatihan

dinas di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah

Daerah Sumatera Barat, kemudian tahun 1972 juga menjadi dosen di

Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Sumbar. Selanjutnya beliau

juga aktif dalam organisasi-organisasi, pejuangan melawan penjajahan

sebelum kemerdekaan dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

3.3 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dan subjek penelitian ini, maka locus/tempat

penelitian yaitu wilayah hukum pemerintahan Kota Padang. Lokasi penelitian ini

dipilih karena menurut penulis Kota Padang merupakan Ibu Kota Provinsi

Sumatera Barat yang penduduknya lebih heterogen dari pada kota-kota yang lain

di Provinsi Sumatera Barat. Selain itu di Sumatera Barat, Kota Padang Merupakan
Ibukota Provinsi Sumatera Barat yang seharus dan selayaknya harus menjadi

contoh bagi daerah-daerah lainnya khususnya dalam hal reformasi administrasi

negara. Kemudian selama ini penulis amati, masyarakat Kota Padang cukup

banyak berusaha untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah dengan cara melakukan aksi-aksi demontrasi dan menurut penulis

masyarakat Kota Padang cukup partisipatif. Sehingga dengan analisa seperti itu

maka penulis memilih Kota Padang sebagai locul dari penelitian yang akan

dilakukan ini.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang menunjuk pada subjek penelitian

penelitian.29 Dalam penelitian ini unit analisis dapat berupa individu, keluarga dan

organisasi. Dalam penelitian yang akan dilakuka ini peneliti menggunakan

oganisasi sebagai unit analisis, adapun organisasi yang akan dijadikan unit

analisis adalah Pemerintah Kota Padang.

Hal ini dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

scenario planning Pemerintah Kota Padang untuk mewujudkan reformasi

aministrasi dilingkungan Pemerintah Kota Padang. Individu (informan)

merupakan representasi dari organisasi (Pemerintah Kota Padang) yang

mengetahui scenario planning Pemerintah Kota Padang dalam mewujudkan

reformasi. Oleh karena itu, dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini organisasi

dijadikan sebagai unit analisis.

29
Suharsimi Arikunto, 2005, Manajemen Penelitian (Edisi Revisi), Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 99.
3.5 Peranan Peneliti

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari objek

penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang

diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Selain itu

dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas bersifat

holistik, dinamis, tidak dapat dipisahkan ke dalam variable-variabel penelitian.

Kalaupun dapat dipisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian

dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrument

penelitiannya sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu,

dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”.

Penelitian ini diawali dengan pencarian data awal sebagai dasar dari

penyusunan proposal penelitian, dimana peneliti melakukan survey awal di lokasi

penelitian, mencari literatur dan tanggapan-tanggapan masyarakat terhadap objek

yang akan diteliti. Dalam pengambilan data, penulis berupaya memberikan

penjelasan kepada informan tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang

dilakukan sehingga dengan demikian diharapkan informan tidak khawatir dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam melakukan wawancara pun

penulis berupaya menjaga agar pertemuan yang dilakukan tidak mengganggu

aktifitas informan, sehingga adanya keterpaksaan dalam melakukan wawancara

dapat dihindari. Kerja sama dari seluruh informan dalam ini juga sangat

membantu dalam melakukan wawancara.


Wawancara yang dilakukan dengan setiap informan rata-rata berlangsung

selama satu sampai dua jam. Untuk masing-masing informan wawancara

dilakukan sebanyak satu kali, dan beberapa pengecualian untuk kebutuhan

informasi yang masih kurang, penulis kembali lagi melakukan wawancara dengan

membuat janji terlebih dahulu dengan informan.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian ini data diperoleh Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Sedangkan jenis

data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil

wawancara dan pendapat informan sedangkan data sekunder diperoleh dari

dokumentasi dan arsip yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6.1 Wawancara

Wawancara (interview) dapat dipandang sebagai metode pengumpulan

data dengan jalan tanya-jawab sepihak, yang dikerjakan dengan sitematis dan

berlandaskan kepada tujuan penelitian.30 Wawancara akan dilakukan dengan

wawancara semi terstruktur (indept interview). Jenis wawancara ini dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur.31 Sedangkan dalam proses wawancara ini peneliti memberikan

pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban-jawaban informan

dicatat atau direkam dengan alat perekam. Hal ini dimaksudkan agar dapat

memperoleh data yang lebih akurat sehingga data penelitian yang bersifat

30
Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research (jilid2), Yogyakarta: ANDI, Hal. 82.
31
Sugiyono, Op. Cit, Hal. I65.
pribadipun dapat ditemukan serta dapat digunakan sebagai penguji terhadap

data-data yang didapat dengan teknik lainnya.

3.6.2 Dokumentasi

Penggunaan dokumentasi digunakan untuk membantu dan

mendukung bukti dalam penelitian dapat berupa arsip-arsip, gambar, dan

tulisan-tulisan. Pada penelitian ini menggunakan dokumen hanya sebagai data

sekunder untuk memperkuat dan menjelaskan data dan informasi yang

didapat dengan teknik wawancara tadi.

3.7 Analisis Data.

Analisis data pada dasarnya merupakan proses pengorganisasian dan

mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.32 Sesuai

dengan jenis dan sifat penelitian ini maka semua data yang telah didapatkan

melalui wawancara dan pendokumentasian akan disusun secara sistematis atau

diklasifikasikan dan akan disajikan secara deskriptif untuk memberikan gambaran

secara mendalam dari tema yang menjadi permasalahan penelitian. Selain itu

analisa data juga dilakukan selama proses pengumpulan data. Karena dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis data bukanlah dua hal yang

terpisah satu sama lain, sehingga selama pengumpulan data berlansung selama itu

pula proses peng-analisis-an berlansung.33

32
Lexy J. Moleong, Op. Cit. Hal. 103.
33
Afrizal, 2005, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Dari Pengertian Sampai Penulisan
Laporan, Laboratorium Sosiologi FISIP Unand, Padang. Hal. 54.
Kemudian barulah dilakukan interpretasi kualitatif baik secara emik

maupun etik. Interpretasi emik dimaksudkan sebagai penginterpretasian data dari

permasalahan subjek penelitian terhadap lingkungan dan dunia sekitarnya.

Sedangkan interpretasi etik adalah data yang diinterpretasikan menurut pandangan

dari peneliti sendiri berdasarkan kajian kepustakaan yang relevan.34

3.8 Teknik Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif dengan metode eksploratif dan deskriptif, maka

teknik pengujian keabsahan data bukanlah menggunakan teknik pengujian

statistik seperti penelitian kuantitatif. Teknik pengujian keabsahan data yang

digunakan adalah teknik triangulasi, triangulasi data dapat diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Denzim dalam Moleong

membedakan empat macam triangulasi yaitu: Triangulasi Sumber, Metode dan

Penyidik. namun yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik

triangulasi sumber, sebagaimana yang dikemukakan Moleong, apabila data

diperoleh dari berbagai sumber, tekhnik triangulasi yang paling tepat adalah

triangulasi sumber atau pemeriksaan data melalui sumber lain. Tekhnik triangulasi

berdasarkan sumber berarti, membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui orang-orang (sumber) yang

berbeda.35

34
Lexy J. Moleong, Op. Cit. Hal.121.
35
Ibid, Hal. 103.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Afrizal, 2005, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Dari Pengertian Sampai


Penulisan Laporan, Laboratorium Sosiologi FISIP Unand, Padang.

Wollenberg, Eva dkk, 2001, Mengantisipasi Perubahan: Skenario sebagai sarana


pengelolaan hutan secara adaptif, Bogor: Center for International
Forestry Research (CIFOR).

Ringland, G. and L. Young, 2006, Scenarios in Marketing, John Wiley&Sons, Ltd

Moleong, Lexy J., 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Lane, Max, 2007, Bangsa Yang Belum Selesai, Jakarta: Reform Institute.

Ramadlan, Mohammad Mushtofa, 2005, reformasi vs revolusi, Ciputat: Wadi


Press.

Islamy, Muh Irfan, 2001, Agenda Kebijaksanaan Reformasi Admninistrasi


Negara, Jurnal Administrasi Negara Vol. II, No. 1.

Nuraida, 2003, Skripsi: “Pandangan Aparat Birokrasi Pmerintah Terhadap


Penampilan Birokrasi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat” dengan
studi kasus pada dinas kesehatan dan kesejahteraan sosial Provinsi
Sumatera Barat, Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas.

Rakhmad, Reformasi Administrasi Publik Menuju Pemerintahan Daerah Yang


Demokratis, jurnal Administrasi Publik/Volume1/No.1/2005.

Chilcote, Ronald H., 2003, Teori Perbandingan Politik, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Yanto, Septria, dkk, 2008, “Manajemen Pelayanan Publik Dinas Tata Ruang dan
Tata Bangunan Pemerintah Kota Padang”, laporan penelitian tugas mata
kuliah menajemen pelayanan publik pada program studi Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Andalas.

Suharnan, 2005, Psikologi Kognitif, Jombang: Srikandi.

Arikunto, Suharsimi, 2005, Manajemen Penelitian (Edisi Revisi), Jakarta: Rineka


Cipta, Hal. 99. Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research (jilid2),
Yogyakarta: ANDI.

Febriani, Yenni, 2004, Skripsi dengan judul “Efektifitas Program Kejar Paket A
Bagi Masyarakat, dengan studi kasus: Anak Putus Sekolah di Kecamatan
Bukit Sundi Kabupaten Solok” Jurusan Sosiologi FISIP Universitas
Andalas.

http://sepia.blogsome.com/2007/01/01/hidup-mengalir-dengan-multi-skenario/
diakses pada 29 Oktober 2008. 02.00am

http://www.desentralisasi-kesehatan.net/id/moduldhs/blok_5.htm diakses pada 29


Oktober 2008. 10.45pm

http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/07/slo03.htm diakses pada 29 Oktober


2008. 11.00am

You might also like