You are on page 1of 27

Tuntunan Shalat Sunnah Rawatib

Kategori: Fiqh dan Muamalah 42 Komentar // 7 September 2010 Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya Attathowwu (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya attathowwu dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib. Dan sesungguhnya at-tathowwu di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi shallallahu alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh). Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana sholat fardhu, sehingga saya (penulis) ingin menjelaskan sebagian dari hukum-hukum sholat rawatib secara ringkas: 1. Keutamaan Sholat Rawatib Ummu Habibah radiyallahu anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ansabah. An-Nuam bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728) Aisyah radhiyallahu anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya. Dalam riwayat yang lain, Dua rakaat sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya (HR. Muslim no. 725) Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar. Ummu Habibah radhiyallahu anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasai no. 1814, Ibnu Majah no. 1160) 2. Jumlah Sholat Sunnah Rawatib

Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasai, dari Aisyah radiyallahu anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasai no. 1794) 3. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, Bahwasanya rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al Kaafirun ( ) dan surat Al Ikhlas (( .) HR. Muslim no. 726) Dan dari Said bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya: Sesungguhnya rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh dirakaat pertamanya membaca: (( ) QS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat keduanya membaca: (( ( QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim no. 727) 4. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Badiyah Maghrib Dari Ibnu Masud radiyallahu anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada sholat sunnah sesudah maghrib: surat Al Kafirun ( ) dan surat Al Ikhlas (( .) HR. AtTarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166) 5. Apakah Sholat Rawatib 4 Rakaat Qobiyah Dzuhur Dikerjakan dengan Sekali Salam atau Dua Kali Salam? As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: Sunnah Rawatib terdapat di dalamnya salam, seseorang yang sholat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya nabi bersabda: Sholat (sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam. (Majmu Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/288) 6. Apakah Pada Sholat Ashar Terdapat Rawatib? As-Syaikh Muammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, Tidak ada sunnah rawatib sebelum dan sesudah sholat ashar, namun disunnahkan sholat mutlak sebelum sholat ashar. (Majmu Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/343) 7. Sholat Rawatib Qobliyah Jumat As-Syaikh Abdul Azis bin Baz rahimahullah berkata: Tidak ada sunnah rawatib sebelum sholat jumat berdasarkan pendapat yang terkuat di antara dua pendapat ulama. Akan tetapi disyariatkan bagi kaum muslimin yang masuk masjid agar mengerjakan sholat beberapa rakaat semampunya (Majmu Fatawa As-Syaikh Bin Baz 12/386&387) 8. Sholat Rawatib Badiyah Jumat

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan sholat jumat, maka sholatlah sesudahnya empat rakaat. (HR. Muslim no. 881) As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata, Adapun sesudah sholat jumat, maka terdapat sunnah rawatib sekurang-kurangnya dua rakaat dan maksimum empat rakaat (Majmu Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387) 9. Sholat Rawatib Dalam Keadaan Safar Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam didalam safar senantiasa mengerjakan sholat sunnah rawatib sebelum shubuh dan sholat sunnah witir dikarenakan dua sholat sunnah ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah, dan tidak ada riwayat bahwasannya rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan sholat sunnah selain keduanya. (Zaadul Maad 1/315) As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata: Disyariatkan ketika safar meninggalkan sholat rawatib kecuali sholat witir dan rawatib sebelum subuh. (Majmu fatawa 11/390) 10. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib Dari Ibnu Umar radiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah kalian bagai kuburan. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777) As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di rumahnya. meskipun di Mekkah dan Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram maupun masjid An-Nabawi; karena saat nabi shallallahu aalihi wasallam bersabda sementara beliau berada di Madinah.. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan melakukan sholat sunnah rawatib di masjidil haram, dan ini termasuk bagian dari kebodohan. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295) 11. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib Ibnu Qudamah berkata: Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib badiyah maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat fardhu tersebut . (Al-Mughni 2/544) 12. Mengganti (mengqodho) Sholat Rawatib Dari Anas radiyallahu anhu dari rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang lupa akan sholatnya maka sholatlah ketika dia ingat, tidak ada tebusan kecuali hal itu. (HR. Bukhori no. 597, Muslim no. 680) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Dan hadits ini meliputi sholat fardhu, sholat malam, witir, dan sunnah rawatib. (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah 23/90) 13. Mengqodho Sholat Rawatib Di Waktu yang Terlarang

Ibnu Qoyyim berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengqodho sholat badiyah dzuhur setelah ashar, dan terkadang melakukannya terus-menerus, karena apabila beliau melakukan amalan selalu melanggengkannya. Hukum mengqodho diwaktu-waktu terlarang bersifat umum bagi nabi dan umatnya, adapun dilakukan terus-menerus pada waktu terlarang merupakan kekhususan nabi. (Zaadul Maad 1/308) 14. Waktu Mengqodho Sholat Rawatib Sebelum Subuh Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu berkata, rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum sholat subuh, maka sholatlah setelah matahari terbit. (At-Tirmdzi 423, dan dishahihkan oleh Al-albani) Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari kakeknya Qois, berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar rumah mendatangi sholat kemudian qomat ditegakkan dan sholat subuh dikerjakan hingga selesai, kemudian nabi shallallahu alaihi wasallam berpaling menghadap mamum, maka beliau mendapati saya sedang mengerjakan sholat, lalu bersabda: Sebentar wahai Qois apakah ada sholat subuh dua kali?. Maka saya berkata: Wahai rasulullah sungguh saya belum mengerjakan sholat sebelum subuh, rasulullah bersabda: Maka tidak mengapa. (HR. At-Tirmidzi). Adapun pada Abu Dawud dengan lafadz: Maka rasulullah shallallahu alaihi wasallam diam (terhadap yang dilakukan Qois). (HR. At-tirmidzi no. 422, Abu Dawud no. 1267, dan Al-Albani menshahihkannya) As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata: Barangsiapa yang masuk masjid mendapatkan jamaah sedang sholat subuh, maka sholatlah bersama mereka. Baginya dapat mengerjakan sholat dua rakaat sebelum subuh setelah selesai sholat subuh, tetapi yang lebih utama adalah mengakhirkan sampai matahari naik setinggi tombak (Majmu Fatawa AsSyaikh Muammad bin Ibrahim 2/259 dan 260) 15. Jika Sholat Subuh Bersama Jamaah Terlewatkan, Apakah Mengerjakan Sholat Rawatib Terlebih Dahulu atau Sholat Subuh? As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: Sholat rawatib didahulukan atas sholat fardhu (subuh), karena sholat rawatib qobliyah subuh itu sebelum sholat subuh, meskipun orang-orang telah keluar selesai sholat berjamaah dari masjid (Majmu Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsatimin 14/298) 16. Pengurutan Ketika Mengqodho As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: Apabila didalam sholat itu terdapat rawatib qobliyah dan badiyah, dan sholat rawatib qobliyahnya terlewatkan, maka yang dikerjakan lebih dahulu adalah badiyah kemudian qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang belum mengerjakan sholat rawatib qobliyah mendapati imam sedang mengerjakan sholat dzuhur, maka apabila sholat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah sholat rawatib badiyah dua rakaat, kemudian empat rakaat qobliyah. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/283) 17. Mengqodho Sholat Rawatib yang Banyak Terlewatkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Diperbolehkan mengqodho sholat rawatib dan selainnya, karena merupakan sholat sunnah yang sangat dianjurkan

(muakkadah) kemudian jika sholat yang terlewatkan sangat banyak, maka yang utama adalah mencukupkan diri mengerjakan yang wajib (fardhu), karena mendahulukan untuk menghilangkan dosa adalah perkara yang utama, sebagaimana Ketika rasulullah mengerjakan empat sholat fardhu yang tertinggal pada perang Khondaq, beliau mengqodhonya secara berturut-turut. Dan tidak ada riwayat bahwasannya rasulullah mengerjakan sholat rawatib diantara sholat-sholat fardhu tersebut.. Dan jika hanya satu atau dua sholat yang terlewatkan, maka yang utama adalah mengerjakan semuanya sebagaimana perbuatan nabi shallallahu alaihi wasallam pada saat sholat subuh terlewatkan, maka beliau mengqodhonya bersama sholat rawatib. (Syarh Al-Umdah, hal. 238) 18. Menggabungkan Sholat-sholat Rawatib, Tahiyatul Masjid, dan Sunnah Wudhu As-Syaikh Abdurrahman As-Sadi rahimahullah berkata: Apabila seseorang masuk masjid diwaktu sholat rawatib, maka ia bisa mengerjakan sholat dua rakaat dengan niat sholat rawatib dan tahiyatul masjid, dengan demikian tertunailah dengan mendapatkan keutamaan keduanya. Dan demikian juga sholat sunnah wudhu bisa digabungkan dengan keduanya (sholat rawatib dan tahiyatul masjid), atau digabungkan dengan salah satu dari keduanya. (Al-Qawaid Wal-Ushul Al-Jamiah, hal. 75) 19. Menggabungkan Sholat Sebelum Subuh dan Sholat Duha Pada Waktu Duha As-Syaikh Muhammad Bin Utsaimin rahimahullah berkata: Seseorang yang sholat qobliyah subuhnya terlewatkan sampai matahari terbit, dan waktu sholat dhuha tiba. Maka pada keadaan ini, sholat rawatib subuh tidak terhitung sebagai sholat dhuha, dan sholat dhuha juga tidak terhitung sebagai sholat rawatib subuh, dan tidak boleh juga menggabungkan keduanya dalam satu niat. Karena sholat dhuha itu tersendiri dan sholat rawatib subuh pun juga demikian, sehingga tidaklah salah satu dari keduanya terhitung (dianggap) sebagai yang lainnya. (Majmu Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 20/13) 20. Menggabungkan Sholat Rawatib dengan Sholat Istikhorah Dari Jabir bin Abdullah radiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kami sholat istikhorah ketika menghadapi permasalahan sebagaimana mengajarkan kami surat-surat dari Al-Quran, kemudian beliau bersabda: Apabila seseorang dari kalian mendapatkan permasalahan, maka sholatlah dua rakaat dari selain sholat fardhu (HR. Bukhori no. 1166) Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: Jika seseorang berniat sholat rawatib tertentu digabungkan dengan sholat istikhorah maka terhitung sebagai pahala (boleh), tetapi berbeda jika tidak diniatkan. (Fathul Bari 11/189) 21. Sholat Rawatib Ketika Iqomah Sholat Fardhu Telah Dikumandangkan Dari Abu Huroiroh radiyallahu anhu, dari nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apabila iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu. (HR. Muslim bi As-syarh An-Nawawi 5/222) An-Nawawi berkata: Hadits ini terdapat larangan yang jelas dari mengerjakan sholat sunnah setelah iqomah sholat dikumandangkan sekalipun sholat rawatib seperti rawatib subuh, dzuhur, ashar dan selainnya (Al-Majmu 3/378)

22. Memutus Sholat Rawatib Ketika Sholat Fardhu ditegakkan As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: Apabila sholat telah ditegakkan dan ada sebagian jamaah sedang melaksanakan sholat tahiyatul masjid atau sholat rawatib, maka disyariatkan baginya untuk memutus sholatnya dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat fardhu, berdasarkan sabda nabi shallallahu alaihi wasallam: Apabila iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu.., akantetapi seandainya sholat telah ditegakkan dan seseorang sedang berada pada posisi rukuk dirakaat yang kedua, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menyelesaikan sholatnya. Karena sholatnya segera berakhir pada saat sholat fardhu baru terlaksana kurang dari satu rakaat. (Majmu Fatawa 11/392 dan 393) 23. Apabila Mengetahui Sholat Fardhu Akan Segera Ditegakkan, Apakah Disyariatkan Mengerjakan Sholat Rawatib? As-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Sudah seharusnya (mengenai hal ini) dikatakan: Sesungguhnya tidak dianjurkan mengerjakan sholat rawatib diatas keyakinan yang kuat bahwasannya sholat fardhu akan terlewatkan dengan mengerjakannya. Bahkan meninggalkannya (sholat rawatib) karena mengetahui akan ditegakkan sholat bersama imam dan menjawab adzan (iqomah) adalah perkara yang disyariatkan. Karena menjaga sholat fardhu dengan waktu-waktunya lebih utama daripada sholat sunnah rawatib yang bisa dimungkinkan untuk diqodho. (Syarh Al-Umdah, hal. 609) 24. Mengangkat Kedua Tangan Untuk Berdoa Setelah Menunaikan Sholat Rawatib As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: Sholat Rawatib: Saya tidak mengetahui adanya larangan dari mengangkat kedua tangan setelah mengerjakannya untuk berdoa, dikarenakan beramal dengan keumuman dalil (akan disyariatkan mengangkat tangan ketika berdoa). Akan tetapi lebih utama untuk tidak melakukannya terus-menerus dalam hal itu (mengangkat tangan), karena tidaklah ada riwayat yang menyebutkan bahwa nabi shallallahu alaihi wasallam mengerjakan demikian, seandainya beliau melakukannya setiap selesai sholat rawatib pasti akan ada riwayat yang dinisbahkan kepada beliau. Padahal para sahabat meriwayatkan seluruh perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan rasulullah baik ketika safar maupun tidak. Bahkan seluruh kehidupan rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radiyallahu anhum tersampaikan. (Arkanul Islam, hal. 171) 25. Kapan Sholat Rawatib Ketika Sholat Fardhu DiJama? Imam Nawawi rahimahullah berkata: Sholat rawatib dikerjakan setelah kedua sholat fardhu dijama dan tidak boleh dilakukan di antara keduanya. Dan demikian juga sholat rawatib qobliyah dzuhur dikerjakan sebelum kedua sholat fardhu dijama. (Shahih Muslim Bi Syarh An-Nawawi, 9/31) 26. Apakah Mengerjakan Sholat Rawatib Atau Mendengarkan Nasihat? Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Saudi: Disyariatkan bagi kaum muslimin jika mendapatkan nasihat (kultum) setelah sholat fardhu hendaknya mendengarkannya, kemudian setelahnya ia mengerjakan sholat rawatib seperti badiyah dzuhur, maghbrib dan isya (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah LilBuhuts Al-Alamiyah Wal-Ifta, 7/234)

27. Mendahulukan Menyempurnakan Dzikir-dzikir setelah Sholat Fardhu Sebelum Menunaikan Sholat Rawatib As-Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah ditanya: Apabila saya mengerjakan sholat jenazah setelah maghrib, apakah saya langsung mengerjakan sholat rawatib setelah selesai sholat jenazah ataukah menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian sholat rawatib? Jawaban beliau rahimahullah: Yang lebih utama adalah duduk untuk menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian menunaikan sholat rawatib. Maka perkara ini disyariatkan baik ada atau tidaknya sholat jenazah. Maka dzikir-dzikir yang ada setelah sholat fardhu merupakan sunnah yang selayaknya untuk dijaga dan tidak sepantasnya ditinggalkan. Maka jika anda memutus dzikir tersebut karena menunaikan sholat jenazah, maka setelah itu hendaknya menyempurnakan dzikirnya ditempat anda berada, kemudian mengerjakan sholat rawatib yaitu sholat badiyah. Hal ini mencakup rawatib badiyah dzuhur, maghrib maupun isya dengan mengakhirkan sholat rawatib setelah berdzikir. (Al-Qoul Al-Mubin fii Marifati Ma Yahummu Al-Mushollin, hal. 471) 28. Tersibukkan Dengan Memuliakan Tamu Dari Meninggalkan Sholat Rawatib As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: Pada dasarnya seseorang terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama) kemudian melakukan yang lebih afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang tersibukkan dengan memuliakan tamu di saat adanya sholat rawatib, maka memuliakan tamu didahulukan daripada mengerjakan sholat rawatib. (Majmu Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 16/176) 29. Sholatnya Seorang Pekerja Setelah Sholat Fardhu dengan Rawatib Maupun Sholat Sunnah lainnya. As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: Adapun sholat sunnah setelah sholat fardhu yang bukan rawatib maka tidak boleh. Karena waktu yang digunakan saat itu merupakan bagian dari waktu kerja semisal aqad menyewa dan pekerjaan lain. Adapun melakukan sholat rawatib (bada sholat fardhu), maka tidak mengapa. Karena itu merupakan hal yang biasa dilakukan dan masih dimaklumi (dibolehkan) oleh atasannya. 30. Apakah Meninggalkan Sholat Rawatib Termasuk Bentuk Kefasikan? As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: Perkataan sebagian ulama: (Sesungguhnya meninggalkan sholat rawatib termasuk fasiq), merupakan perkataan yang kurang baik, bahkan tidak benar. Karena sholat rawatib itu adalah nafilah (sunnah). Maka barangsiapa yang menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat tidaklah dikatakan fasik bahkan dia adalah seorang mukmin yang baik lagi adil. Dan demikian juga sebagian perkataan Fuqoha: (Sesungguhnya menjaga sholat rawatib merupakan bagian dari syarat adil dalam persaksian), maka ini adalah perkataan yang lemah. Karena setiap orang yang menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat maka ia adalah orang yang adil lagi tsiqoh. Akantetapi dari sifat seorang mukmin yang sempurna selayaknya bersegera (bersemangat) untuk mengerjakan sholat rawatib dan perkara-perkara baik lainnya yang sangat banyak dan berlomba-lomba untuk mengerjakannya. (Majmu Fatawa 11/382) (Yang dimaksud adalah artikel tersebut: http://fdawj.atspace.org/awwb/th2/14.htm (pen.))

Faedah: Ibmu Qoyyim rahimahullah berkata: Terdapat kumpulan sholat-sholat dari tuntunan nabi shallallahu alaihi wasallam sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan menjaga 17 rakaat dari sholat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat dari sholat rawatib, 11 rakaat atau 13 rakaat sholat malam, maka keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan sholat selain yang tersebutkan bukanlah sholat rawatib..maka sudah seharusnyalah bagi seorang hamba untuk senantiasa menegakkan terus-menerus tuntunan ini selamanya hingga menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat terkabulkannya doa dan tersegeranya dibukakan pintu bagi orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali? Allah-lah tempat meminta pertolongan. (Zadul Maad 1/327) Lembaran singkat ini saya ringkas dari sebuah buku yang saya tulis sendiri berjudul Hukumhukum Sholat Sunnah Rawatib. Dan sholawat serta salam kepada nabi kita muhammad shallalllahu alaihi wasallam dan keluarganya serta para sahabatnya. Amiin Ummul Hamaam, 1 Ramadhan 1431 H Penulis: As-Syaikh Abdullah bin Zali Al-Anziy Sumber: Buletin Darul Qosim (www.dar-alqassem.com) Penerjemah: Abu Ahmad Meilana Dharma Putra Murojaah: Al-Ustadz Abu Raihana, MA. Artikel www.muslim.or.id Dari artikel Tuntunan Shalat Sunnah Rawatib Muslim.Or.Id by null

Rabu, 08 Feb 2012 Cetak | Kirim

Adakah Shalat Sunnah Rawatib Sesudah Ashar?


Apakah ada shalat sunnah sesudah shalat 'Ashar? Saya pernah membaca beberapa hadits yang berhubungan dengan shalat sunnah setelah shalat 'Ashar, di antaranya dari 'Asiyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata: "Dua shalat yang tak pernah ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di rumahku dalam keadaan apapun yaitu dua rakaat sebelum fajar dan dua rakaat setelah 'Ashar. (HR. al-Bukhari, no. 566-567 dan Muslim no. 835) (08131100XXX) Jawaban: Oleh: Ust. Badrul Tamam Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Terdapat beberapa hadits shahih, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang shalat sesudah 'Ashar. Di antaranya apa yang diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Beberapa orang yang aku percaya dan dipercaya oleh Umar bersaksi bahwa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam melarang shalat setelah Shubuh sehingga matahari terbit dan sesudah Ashar sehingga matahari tenggelam. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Hadits Abu Said al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Tidak ada shalat sesudah Shubuh hingga matahari meninggi dan tidak ada shalat sesudah Ashar hingga matahari tenggelam. (HR. Bukhari dan Muslim) Dan dari abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu,

"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang shalat sesudah 'Ashar sehingga matahari tenggelam dan (melarang shalat sesudah Shubuh sehingga matahari terbit." (HR. Muslim) Sehingga disimpulkan dari Hadits-hadits di atas, shalat sunnah rawatib sesudah 'Ashar itu dilarang. Dan didapatkan keterangan bahwa Umar bin Khathab memukul orang yang mengerjakan shalat sunnah sesudah 'Ashar. Namun terdapat beberapa hadits shahih lain yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sesudah 'Ashar. Di antaranya, dari alAswad dan Masruq Radhiyallahu 'Anhuma, berkata: Kami menyaksikan 'isyah Radhiyallahu 'Anha berkata: "Tak ada satu haripun di mana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam datang kepadaku kecuali beliau shalat dua raka'at sesudah 'Ashar." (HR. alBukhari dan Muslim) Al-Bukhari juga mengeluarkan hadits yang bersumber dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata: "Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah sama sekali meninggalkan dua rakaat sesudah 'Ashar saat di sisiku." Disebutkan juga dalam Shahihain, dari jalur Kuraib yang menuturkan, bahwa Ibnu Abbas, alMiswar bin makhramah, dan Abdurrahman bin Azhar Radhiyallahu 'Anhum mengutusnya kepada 'Aisyah untuk menanyakan perihal shalat dua rakaat sesudah 'Ashar. Di mana 'Aisyah mengerjakannya sementara mereka mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarangnya. Kemudian 'Aisyah menyuruh Kuraib agar datang kepada Ummu Salamah dan menanyakan kepadanya. Ringkasnya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah shalat dua rakaat sesudah 'Ashar di rumahnya, lalu ditanyakan kepada beliau dan beliau menjawab,

"Sesungguhnya telah datang kepadaku beberapa orang utusan dari Abdul Qais, mereka menyibukkanku dari mengerjakan dua rakaat sesudah Zuhur maka keduanya itu (dua rakaat sesudah 'Ashar) adalah itu." Dan dalam Shahih Muslim, dari Abu Salamah yang menanyakan kepada 'Asiyah Radhiyallahu 'Anha tentang dua sujud (shalat dua rakaat) yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesudah 'Ashar. 'Aisyah menjawab: "Beliau biasa mengerjakannya sebelum 'Ashar, lalu beliau tidak sempat mengerjakannya atau lupa, kemudian beliau shalat sesudah 'Ashar. Kemudian beliau membiasakannya, dan adalah beliau apabila mengerjakan satu shalat maka beliau melaziminya (kontinyu mengerjakannya)." Menurut imam Nawawi dalam Syarah Muslim, yang nampak dalam hadits ini bahwa dua sujud adalah dua rakaat sebelum shalat 'Ashar. Al-Qadhi Iyadh berkata: Selayaknya maknanya dibawa kepada sunnah (sebelum) Zuhur, sebagaimana dalam hadits Ummu Salamah agar dua hadits sesuai. Dan sunnah Zuhur sah dinamakan dengan sebelum 'Ashar."

Imam Nawawi rahimahullah, memahami dari ( maka keduanya itu (dua rakaat sesudah 'Ashar) adalah itu), "bahwa shalat sunnah rawatib apabila terlewat disunnahkan mengqadha'nya. Dan ini adalah mazhab yang shahih menurut kami." Sementara shalat yang memiliki sebab tidak dimakruhkan dikerjakan pada waktu terlarang. Yang dimakruhkan adalah shalat sunnah yang tidak memiliki sebab. Sebagian ulama memahami keterangan tentang perbuatan beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang kemudian melazimi dua rakaat sesudah 'Ashar sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah, maka itu dibawa kepada khushushiyyah (kekhususan) bagi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. (Lihat Fath al-Baari: II/77, cet Salafiyah) Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah, berkata: "Hal itu didukung oleh perkataan 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Rasulullah tidak pernah meninggalkannya hingga beliau berjumpa dengan Allah (yaitu dua rakaat sesudah 'Ashar). Rasulullah selalu mengerjakannya, namun beliau tidak pernah mengerjakannya di masjid karena khawatir hal itu akan memberatkan umatnya, padahal beliau suka meringankan umatnya." (Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah: II/17; edisi Indonesia). Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan persoalan ini, bahwa apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang suatu perbuatan lalu beliau mengerjakannya, menunjukkan itu adalah kekhususan untuk beliau. Namun tidak dipungkiri ada sebagian ulama yang berpendapat disunnahkanya shalat dua rakaat sesudah 'Ashar, seperti Syaikh al-Albani rahimahullah sebagaimana yang terdapat dalam Silsilah Shahihnya. Dengan catatan, itu dikerjakan sebelum matahari menguning sebagaimana hadits yang terdapat dalam Musnad Ahmad, "Janganlah kalian shalat sesudah 'Ashar kecuali kalian shalat sementara matahari masih meninggi." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Diganggu Jin? Oleh : Kang Badri Sudah dua tahun lebih Ahmadi membawa ibunya ke beberapa rumah sakit, didalam bahkan luar negri, namun anehnya penyakit yang diderita ibunya tidak kunjung sembuh, bahkan setelah beberapa kali dioperasi kondisinya tidak semakin membaik akan tetapi sebaliknya semakin memprihatinkan. Dari mulai berat di kepala yang terus menerus, bahu terasa berat sekali, hingga panas dibagian-bagian tertentu yang senantiasa berpindah-pindah, mengakibatkan terganggunya ritme istirahat, akhirnya jadi sulit tidur dan jika tidurpun selalu gelisah juga mimpi hal yang menakutkan. Banyak yang menganjurkan untuk berobat alternatif, namun Ahmadi khawatir salah tempat, takut terjerumus dalam kemusyrikan. Orang sunda bilang Dukun lintuh, Panyakit matuh. Suatu hari ia tertarik dengan Ruqyah, karena banyak tamu yang menjenguk mengatakan mungkin ibu terkena guna-guna, gangguan jin. Namun sekali lagi ia tambah bingung apakah hal itu tidak musyrik? Akhirnya ia bertemu dengan seorang ustadz praktisi Ruqyah, untuk memantapkan hatinya ia berkonsultasi terlebih dahulu agar lebih yakin. Apa yang dimaksud dengan Ruqyah ustadz? Ruqyah ialah bacaan-bacaan (doa) yang ditujukan untuk kesembuhan dan penangkal penyakit fisik dan non fisik (sihir, gangguan jin), yang bersumber dari al Quran dan Sunnah (dicontohkan oleh Nabi saw atau perbuatan sahabat yang disetujuinya. Apakah tidak musyrik meyakini jin bisa masuk kedalam tubuh kita? Ibn Taimiyyah menjelaskan didalam Kitab Majmu Fatawa vol 24, hal 276 menjelaskan, para imam Ahlusunah Waljama'ah sepakat bahwa jin bisa masuk kedalam tubuh manusia, lebih lanjut beliau menjelaskan, Tidak ada Seorangpun dari kalangan ulama Islam yang mengingkari adanya kemungkinan jin kemungkinan jin masuk kedalam tubuh orang yang kesurupan dan yang tidak. Orang yang mengingkarinya dan mengklaim bahwa syari'at menganggap hal itu sebagai kebohongan, maka sesungguhnya dia sendirilah yang telah mendustakan syari'at agama. Tidak ada satupun dalil yang meniadakan hal ini, di vol 19, hal 112 beliau menyebutkan bahwa orang-orang yang mengingkari kemungkinan masuknya jin kedalam tubuh manusia ini adalah dari kalangan Mu'tazilah. Katanya ada hadits yang menjelaskan bahwa Ruqyah itu musyrik? Ya, betul sekali Rasul bersabda : Sesungguhnya Ruqyah, jimat-jimat dan guna-guna itu Musyrik. HR.Muslim. Ruqyah itu terbagi dua : Ruqyah Syirkiyyah, yang mengandung unsur-unsur musyrik seperti memakai jimat, kemenyan dan menyebut nama-nama selain Allah. Dan Ruqyah Syar'iyyah yaitu ruqyah yang tidak mengandung unsur muysrik dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. HR. Muslim. Jadi, yang dimaksud ialah Ruqyah Syirkiyyah. Oleh karena itu Imam Ash Suyuthi menjelaskan bahwa para ulama sepakat membolehkan ruqyah dengan tiga syarat yaitu : 1. Ruqyah dengan Quran atau nama-nama Allah dan sifat-sifatnya. 2. Dengan bahasa arab atau bahasa yang dipahami maknanya. 3. Berkeyakinan bahwa sesungguhnya ruqyah itu

tidak berfaidah secara langsung, akan tetapi semua itu terjadi karena taqdir Allah ta'ala.

Kenapa Jin bisa masuk dalam tubuh manusia ? Jangankan kita manusia biasa, bila kita perhatikan QS. 38:41 dimuka, kejadian yang menimpa Nabi Ayyub yang diganggu dengan kepayahan dan siksaan dari Syetan. Demikian pula Rasulullah saw, Imam Bukhori-Muslim dalam kitab Shohinya meriwayatkan hadits dari Aisyah ra : Rasulullah saw disihir sehingga seolah-olah beliau melakukan senggama dengan istri-istrinya yang sesungguhnya tidak melakukanya. Hal demikian merupakan sihir yang sangat. Hal ini menunjukan bahwa hal itu terdapat dalam Quran dan Sunnah. Namun secara umum banyak terjadi dari dua faktor, pertama internal, hal itu diakibatkan : a. "Pagar-pagar penjaga rumah", penangkal dari gangguan dipendam/ditanam didalam dan disekitar rumah atau tempat usaha. GHAIB, yang

b.

Jimat-jimat, Rajah yang digantungkan, dipasang dirumah atau tempat usaha, dibawa, dipakai "ROMPI", sapu tangan, ikat pinggang, ikat kepala dll. Dalam bentuk benda. Seperti : Senjata, benda-benda pusaka dan bertuah, cincin, gambargambar bernyawa, patung, topeng.

c.

d. Amal-amal Wirid atau dzikir yang tidak diajarkan Nabi Muhammad saw. Tidak ada dalil resmi yang bisa dipertanggung jawabkan, seperti beberapa "Sholawat", do'a-do'a yang diwiridkan (diulang-ulang) dengan bilangan yang ditentukan dengan hikmah (khasiat), fadhilah tertentu yang tidak ada keterangan SHOHIH secara disiplin ilmu agama. e. Ilmu kadigdayan, kanoragan, tenaga dalam yang diperoleh melalui isian, "susuk", pernafasan, wirid-wirid bacaan dsb. e. Kemaksiatan-kemaksiatan akibat melanggar larangan Allah dan RasulNya. Seperti makan-minum dengan tangan kiri. Meramal, datang ke paranormal Dll.

Hal-hal tersebut akan dijadikan terminal/landasan jin agar mudah masuk kedalam tubuh kita yang selanjutnya mengintervensi akhlak dan tubuh kita. Yang kedua external, seperti : a. Pelet, guna-guna, santet atau tenung/teluh serta sirep/Gendam (Hipnotis). Termasuk dalam kelompok Sihir

b. 'Ainul Hasad (pandangan jahat) atau Nafsul Hasad (jiwa yang jahat) dari Manusia & Jin c. Dijadikan tumbal

d. Keluarga / Orang tua berbuat musyrik Dll

Adakah ciri-ciri orang yang terkena gangguan Jin ? Ada, hal ini disimpulkan dari

pengalaman orang-orang yang positif terkena gangguan jin, seperti :

1.

FISIK a. Pusing-pusing sebagian atau keseluruhan, leher berat atau kaku

b. Bahu, pundak selalu berat/pegal c. Nyeri, panas atau teras berat pada bagian-bagian tertentu

d. Sakit pada perut atau ulu hati e. Dada sesak atau panas f. g. Gangguan sekitar rahim, prostat, ginjal Pandangan mata kabur

h. Mendengkur sangat keras ketika tidur atau suara gigi bergesekan i. j. k. l. Makan-minum berlebih Memiliki kekuatan fisik yang diluar kemampuan umumnya manusia Sakit yang sangat pada jam-jam tertentu Sakit yang berpindah-pindah

m. Sakit yang tiba-tiba datang dan hilang, Dsb. 2. PSIKIS a. Mudah dan sering marah / tersinggung

b. Bingung, sulit konsentrasi c. Sering bermimpi yang menakutkan

d. Sering bermimpi didatangi binatang buas e. Sering bermimpi dengan orang yang sama f. g. Bermimpi jatuh ditempat yang tinggi Bermimpi berada ditempat yang bau busuk h. Resah, gelisah, takut, minder

h. Sulit tidur, banyak tidur i. j. k. l. Malas beraktivitas dalam kebaikan Sering berprasangka buruk, was-was Mud tidak stabil Merasa ada bisikan-bisikan dihati atau di telinga

m. Pernah atau sering mendengar suara letusan diatap atau sekitar rumah, khususnya malam hari n. Sering bisa menebak o. Bisa melihat sesuatu (makhluk atau benda) yang umumnya tidak terlihat oleh orang lain

p. Merasa selalu ada yang megikuti, Dsb 3. IBADAH a. Sering lupa jumlah raka'at shalat

b. Terasa berat / mengantuk setiap berdzikir atau membaca Al Quran atau ketika hadir di pengajian c. Sering sulit bangun pagi / subuh

d. Sering batal ketika berwudlu e. Sering tidak yakin ketika berwudlu, mandi janabah atau was-was ketika salat, Dsb 4. a. Aktivitas Sosial

Terhalang rizkinya, sering gagal dalam usaha mencari nafkah. QS. 2:268

b. Terhalang jodohnya. QS. 2:120 c. Dijauhi/dibenci rekan-rekannya, dsb

Jadi Ruqyah itu untuk yang kesurupan? Justru itu pemahaman yang harus diluruskan, Rasulullah meruqyah dengan menyimpan telapak tangannya ditempat yang sakit dan membaca : "Wahai Tuhan manusia, jauhkanlah penyakit, sembuhkanlah karena Engkaulah Yang Maha menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan darimu dengan kesembuhan yang tidak akan

meninggalkan (bekas) penyakit.HR. Bukhori. Hadits tersebut menjelaskan bahwa Ruqyah tidak sekedar untuk gangguan non fisik namun juga fisik, seperti sahabat pernah meruqyah yang gila hingga ia sembuh. Apakah cukup dengan Ruqyah saja Ustadz untuk mengobati berbagai penyakit ? Oh tidak, Ruqyah merupakan bagian dari Thib Nabawi (pengobatan cara nabi) sebaiknya diteruskan dengan terapi yang lainya yaitu Madu (Herbal) dan Hijamah (bekam, buang darah kotor) sebagai pengobatan yang terbaik yang beliau sabdakan. HR Bukhari , untuk kesempurnaan menempuh kesembuhan dan mengharap ridhoNya serta mengikuti Sunnah Nabi. Apakah dizaman Rasulullah saw ada sahabat yang menjadi praktisi ruqyah ? Subhanallah, Ruqyah merupakan diantara kesempurnaan Islam, betapa banyak umat Islam yang terjebak dengan kemusyrikan, ada yang pakai susuk, ada yang terkena sihir, guna-guna, pelet dll, apabila Islam tidak memberikan solusi akan hal itu niscaya ketika mereka bertobat dan mencari jalan kesembuhanya mereka akan datang kepada dukun-dukun terkutuk itu, Na'udzubillahi Min Dzalik. Oleh karena itu kita bisa melakukan ruqyah sendiri, namun bila kekuatanya lebih kuat kita butuh bantuan orang lain, bukan berarti praktisi ruqyah lebih shaleh dari yang lain namun ia punya pengalaman dalam hal tersebut, sebagaimana kita datang ke dokter bukan berarti ia lebih sehat namun ia berpengalaman dibidangnya. Wallahu A'lam. Setelah mendengar penjelasan seperti itu dengan hati yang mantap serta yakin Ahmadi membawa ibunya untuk diruqyah, ternyata positif, ibunya terkena gangguan jin terbukti ketika ia diruqyah seperti kehilangan kesadaran dan keluar suara-suara yang aneh dari mulutnya juga dari muntahnya yang bercampur dengan darah, hal itu menunjukan sudah lamanya gangguan. Setelah dua kali diruqyah, dibekam dan diberi racikan obat-obatan dari herbal, Alhamdulillah ibunya sembuh dan bisa beraktifitas seperti biasa seperti tidak pernah sakit parah.

Ahmadi merasa takjub dengan kedahsyatan pengobatan cara Nabi ini, Dalam hati saya masih ada pertanyaan yang mengganjal Ustadz, ketika mengantar ibunya yang ketiga kali. Apa itu? Sahut Ustadz. Karena ibu saya sekarang sudah sembuh, bolehkah terapi-terapi ini, digunakan bagi orang yang tidak memiliki keluhan seperti saya? Karena sayapun ingin merasakan kedahsyatan pengobatan cara Nabi ini, sepeti diRuqyah,dihijamah? Oh itu rupanya, sangat boleh. Karena inilah rahasia Rasulullah saw menjadi orang yang sangat kuat dan sehat, ketika beliau usia senja HR. Muslim menyebutkan beliau salat malam satu rakaatnya membaca lebih dari 700 ayat dan yang lebih menakjubkan lagi ruku dan sujudnya sebanding dengan berdirinya, Subhanalloh. Ternyata beliau senantiasa berbekam pada tanggal 17 atau 19 atau 21 di bulan Hijriyyah, karena itu merupakan waktu yang tepat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Apakah setelah diruqyah mesti dibekam? Ya, idealnya seperti itu, karena Rasulullah saw. Bersabda : Sesungguhnya Syetan mengalir dalam peredaran manusia. HR. BukhoriMuslim. Dalam kajian jinologi, mereka membuat kapling dalam tubuh manusia, mengintervensi dengan memberi ide-ide negatif hingga penyakit yang menghalangi kekhusyuan ibadah kita, karena beningnya hati, khusyunya ibadah mesti didukung dengan sehatnya jasmani-rohani kita. Selain itu bekam merupakan terapi yang terbaik bagi umat

manusia (HR. Bukhari), juga sebagai amanah instruksi para Malaikat yang berjumpa dengan Rasulullah saw ketika beliau Isra-Miraj : Wahai Rasulullah gunakanlah bekam dan suruhlah umatmu untuk mengerjakannya. HR. Tirmidzi. Akhirnya Ahmadipun didiagnosa diruqyah, hijamah dan diberi resep herbal. Subhanalloh betul Ustadz, tubuh saya sekarang menjadi lebih ringan dan berat dibahupun jadi hilang serta sedikit kaku ditangan-kaki juga lebih nyaman sekarang. Awalnya saya takut, karena dikira sakitnya luar biasa, eh ternyata lebih sakit digigit semut daripada dibekam. Dan tadi ketika diruqyah kenapa suara saya ngorok seperti tadi ustadz? Ya, karena antum juga positif terkena gangguan. Pantas dari ciri-ciri tadi banyak yang sesuai dengan yang saya rasakan. Ya begitulah kadang-kadang kita tidak sadar, sesungguhnya kita juga terkena gangguan Jin, oleh karena itu baiknya dalam sebulan sekali kita tune-up tubuh kita dengan pengobatan cara Nabi. Wallahu A'lam bish Showab.

Cabang-cabang BRC

PERSIAPAN RUQYAH
A. Persiapan diri :
Memiliki referensi yang cukup tentang Penobatan, Ruqyah, Jin dan Tazkiyah Nafs (pensucian Jiwa) Banyak istighfar & taqorrub kepada Allah swt Doa2 & Dzikir2 perlindungan perlu dilakukan juga oleh keluarga Upayakan selalu dalam keadaan berwudhu Sebaiknya taqorrub dengan amal-amal sholih dan istianah kepada ALLAH swt sebelum memulai peruqyahan Tawakkal, menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah SWT

A. Persiapan yang diruqyah :


Musnahkan / tutup pintu2 masuk Syaithan/jin : benda2 kemusyrikan : Jimat, penangkal, penglaris, pusaka2. Ilmu tenaga dalam (berikut atribut/panji2nya), jiwa yg penakut, pemarah, sering sedih, terlalu senang canda (sering tertawa-tawa), gambar2 bernyawa & patung, lambang2 kekufuran, dzikir2/wirid2/sholawat2 yang tidak diajarkan Nabi. Benda2 tersebut dibakar : bacakan ayat kursi, dibakar, dirusak, dibuang ke tempat yang tdk dijangkau orang (shg tdk ditemukan lagi) Bila blm sempat dilakukan, maka harus sudah ada sikap penolakkan dan siap memusnahkan. Bila merokok, niatkan berhenti dari merokok (setelah diruqyah biaanya sudah tidak nikmat lagi cita rasa rokoknya. Berwudhu sebaik-baiknya Tertutup auratnya. Hendaknya seorang wanita bersama muhrimnya jika yang meruqyah lakilaki.

A. Persiapan lingkungan tempat meruqyah :


Bersih dari benda2 kemusyrikan, gambar, patung, alat2 musik dan lambang2 kekufuran atau kemaksiyatan. Termasuk yang ada pada perlengkapan rumah : maja, kursi, perhiasan dsb.

Bila rumah tsb ada benda2 kemusyrikan atau hal-hal yang harus dimusnahkan atau banyak tikus/ular maka lakukan peruqyahan utk rumah tersebut terlebih dahulu cara : Bacakan ruqyah di air dlm jml yg cukup banyak, cipratkan/semprotkan ke sarang2 tikus/ular, semua sudut rumah kecuali kamar mandi/wc.

A. Mengawali peruqyahan :
Dengan doa2 pertolongan, seperti : Yaa hayyu yaa qoyyuum birohmatika astagiits : Wahai Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan Allahumma ainnaa alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika. , Ya ALLAH bantulah kami dalam mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan beribadah yang baik kepadaMu.

A. Sering-seringlah meminta perlindungan kepada ALLAH swt dengan dzikir berikut :


YA ALLAH aku berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu dengan sesuatu yang aku ketahui dan aku memohon ampun dari (menyekutukanMu dengan sesuatu) yang aku tidak ketahui

A. Bacaan
Beberapa ayat yang sering digunakan dalam meruqyah diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Al Fatihah Al Baqarah 1-5,102, 163-164, 255, 258-286 Al Imran 18-19 Al Araf 54-56, 117-122 Yunus 81-82 Thaha Al Muminun 33-36

8. 9.

Ash Shoffat 1 10 Al Ahqaf 29-32

10. Ar-Rahman 33-36 11. Al Hasyr 21-24 12. Al Jin 1-9 13. Al Ikhlas 14. Al Falaq 15. An Naas

A. Teknik penanganan Reaksi:

REAKSI KETIKA DIRUQYAH Baik dalam peruqyahan massal atau individual dapat terjadi beberapa reaksi-reaksi sebagai berikut : Reaksi aktif :

1.

a. Gerak fisik. Gerakkan tangan, kepala, raut muka, mata berkedip


cepat.

1.

a. Gerakkan2 jurus beladiri dsb.


1.

a. Suara/ucapan. Teriakkan, menangis, suara kesakitan, marah dsb.


1.

a. Batuk-batuk keras seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan


1.

a. Bersendawa (jawa : antob) terus-menerus, bersin-bersin


1.

a. Dsb..
Langkah yang dilakukan : Lakukan Ruqyah lebih intensif secara individual, ajaklah (jin) utk bicara, didakwahi, diajak bertaubat, perintahkan agar keluar. Reaksi pasif :

1.

a. Pusing/kepala berat, leher sakit, suara mengganggu di telinga


1.

a. Panas badan sebagian atau keseluruhan


1.

a. Dingin tiba-tiba sebagian badan atau keseluruhan


1.

a. Ada rasa seperti angin di sekitar tubuh


1.

a. Kesemutan berat pada tangan atau kaki


1.

a. Sesak dada, berdebar-debar, terasa mual


1.

a. Terasa bergetar, berdenyut (jawa : kedutan), ada yang berjalan di


beberapa bagian dalam tubuh.

1.

a. Ingin teriak, ingin menangis


1.

a. Tiba-tiba ingin buang air besar/kecil


1.

a. Mengantuk berat, gelisah


1.

a. Dsb.
Langkah yang dilakukan : Tanyakanlah kepada ybs tentang apa yang dirasakannya selama proses peruqyahan. Sarankan agar banyak-banyak istighfar dengan suara pelan sementara peruqyahan dilanjutkan kembali. Setelah peruqyahan dirasa cukup, tanyakanlah bagaimana keadaannya/yang dirasakannya. Tanpa reaksi : Tidak ada yang dirasakannya dari hal-hal tersebut di atas. Tetapi gangguan/Keluhan yang dirasakan tetap ada. kembali

Langkah yang dilakukan : Sarankan agar dengan sungguh-sungguh memusnahkan,

meghilangkan, meningglkan sebab-sebab gangguan sebagaimana tersebut diatas. Sarankan agar melaksanakan dengan sungguh-sungguh resep peRuqyahan Melanjutkan peruqyahan ketika sudah dirasa cukup waktu bahwa ybs melaksanakan saran-saran di atas.

Berontak/meronta-ronta/teriak/menangis, cara : dipegangi jika perlu diikat dengan kain sehingga tidak melukai, jin tsb ditanya, didakwahi, diperintah keluar. Bila tidak mau menjawab/melawan, cara : berikan perlakuan fisik, tekan daerah2 sensitif (titik2 accupuntur) seperti : titik/gundukan antara ibujari dan terlunjuk tangan, titik tengah2 antara bahu (pundak) dengan puting susu, titik sekitar pusar 3 jari di atas atau di bawahnya. Tekan kira 2 seberat tekanan 3 s/d 5 kg sambil dibacakan ayat2 siksa (seperti Ad Dukhon <44> : 43 50 , As Shoffat <37> : 1 10) berulang-ulang. Diam/tidak mau berkomunikasi, cara : tanyakan pasien tersebut bagian mana yang terasa sakit/berat/pusing/panas/getar dsb, maka pusatkan peruqyahan di tempat tsb (letakkan tangan dan lakukan pencabutan seolah-olah ada yang melekat di tempat tersebut) lalu tanyakan keadaannya setelah peruqyahan tsb.

A. Bantu dengan Air Ruqyah. Selama membaca bacaan ruqyah bila memungkinkan

secara bersamaan buat air ruqyah, cara : dekatkan mulut ke permukaan air dan atau letakkan salah satu telapak/jari tangan masuk ke dalam air. B. Yang paling perlu diingat bahwa target utama dalam Peruqyahan ini adalah : mengembalikan saudara-saudara kita tersebut dari kekeliruan Aqidah, ibadah serta akhlaqnya.

Jaga keikhlasan & kebersihan amal kita secara syari serta sabar, Semoga kita selalu dimudahkan oleh ALLAH.

abi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya setan itu dapat berjalan pada tubuh anak cucu Adam melalui aliran darah. (HR. AlBukhari, Kitab Al-Ahkam no.7171 dan Muslim, Kitab As-Salam no. 2175) Fenomena kesurupan masih mengundang perdebatan hingga saat ini. Kalangan yang menolak, (lagilagi) masih menggunakan alasan klasik yakni tidak bisa diterima akal. Semoga, kajian berikut bisa membuka kesadaran kita bahwa syariat Islam sejatinya dibangun di atas dalil, bukan penilaian pribadi atau logika orang per orang. Tapi kita sebagai orang islam harus percaya akan adanya alam ghaib. Pengobatan terhadap orang yang kesurupan jin mempunyai dua bagian : 1. Pencegahan kesurupan Di antara upaya pencegahan adalah dengan menjaga semua larangan, taubat dari segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri dengan beberapa dzikir, doa dan taawwudz yang di syariatkan. 2. Pengobatan Kesurupan Yaitu dengan cara seorang muslim yang hatinya sejalan dengan lisan dan ruqyahnya- membacakan bacaan bagi orang yang kesurupan. Dan pengobatan dengan ruqyah yang paling ampuh adalah dengan surat Al-Fatihah, 1 ayat kursi, dua ayat teakhir surat Al-Baqarah, Qul Huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas), Qul Auudzubirabbil Falaq (surat Al-Falaq), dan Qul Auudzubirabbin Naas (surat An-Naas), dengan memberi tiupan pada orang yang kesurupan dan mengulangi bacaan tersebut sebanyak tiga kali atau lebih, dan ayat-ayat Al-Quran lainnya.1 Sebabseluruh isi Al-Quran adalah penyembuh bagi apa yang ada di dalam hati, penyembuh, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dalam pengobatan ini diperlukan adanya dau hal, yaitu : Pertama, dari pihak orang yang kesurupan jin, yakni berkaitan dengna kekuatan dirinya, kejujuran tawajjuhnya (menghadap) kepada Allah ,taawwudz yang benar yang sejajar antara hati dan lidahnya. Kedua, dari sisi orang yang beruapaya mengobatin, di mana dia pun harus demikian, karena senjata yang dipergunakan itu minimal harus seimbang dengan senjata lawan. 3 __________________ 1. Lihat Sunnan Abi Dawud no. 3420, 3896, 3897, 3901, Ahmad V/210, dan lainnya dari Hharijah bin ash-shalt , lihat Silsilah al- Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 2027) 2. Lihat al-Fat-hur Rabbani, Tartiibu Musnad al-Imam Ahmad XVII/183. 3. Lihat mengenai bacaan ruqyah yang panjang dan bermanfaat dalam kitab, Wiqaayatul Insan minal

Jinni was-Syaithan (hal. 81-84), juga Ash-Shaarimul Battaar (hal. 190-117), karya Syaikh Wahid Abdus Salam Baali. Lihat juga Zaadul Maad IV/66-69, serta Iidhaahul Haqq fii Dukhuulil jinni bil Insi war Radd alaa Man Ankara Dzaalik, karya al-Allamah Abul Aziz bin Abdullah bin Baaz( hal. 14). Dan Fataawa Ibni Taimiyah XIX/ 9-65 dan XXIV/276. Demikian juga al-Wiqaayah wal Ilaaj minal Kitab was Sunnah, karya Muhammad bin Syayi (hal. 66-69). Selain itu juga lihat juga cara mengusir jin dari rumah, dalam kitab al-Wiqaayah wal Ilaaj, Muhammad bin SyaayI (hal. 59). Dan juga Aalamul jinni wasy Syayaathiin, karya al Asyqar (hal. 130) Sumber Refrensi Doa & Wirid Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Dengan sedikit tambahan

Jin Qorin
Pertanyaan: Assalamualaikum Apa jin qorin itu? Apakah dia itu setan? Apakah jin qorin itu adalah perilaku yang selalu buruk? Mohon penjelasannya. Terima kasih wassalamualaikum Dari: Risa Anggita Jawaban:
Siapa itu Qorin?

Qorin adalah jin yang ditugasi untuk mendampingi setiap manusia dengan tugas menggoda dan menyesatkannya. Karena itu, qorin termasuk setan dari kalangan jin. Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya, Apa itu qorin? Beliau menjawab, Qorin adalah setan yang ditugasi untuk menyesatkan manusia dengan izin Allah. Dia bertugas memerintahkan kemungkaran dan mencegah yang maruf. Sebagaimana yang Allah firmankan,

Setan menjanjikan kefakiran untuk kalian dan memerintahkan kemungkaran. Sementara Allah menjanjikan ampunan dan karunia dari-Nya. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 268)Akan tetapi, jika Allah memberikan karunia kepada hamba-Nya berupa hati yang baik, jujur, selalu tunduk kepada Allah, lebih menginginkan akhirat dan tidak mementingkan dunia maka Allah akan menolongnya agar tidak terpengaruh gangguan jin ini, sehingga dia tidak mampu menyesatkannya. (Majmu Fatawa, 17:427)
Dalil Adanya Jin Qorin

Di antara dalil yang menunjukkan adanya qorin: a. Firman Allah

Yang menyertai manusia berkata : Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh. (QS. Qaf: 27) Dalam tafsir Ibn Katsir dinyatakan bahwasanya Ibnu Abbas radhiallahu anhu, Mujahid, Qatadah dan beberapa ulama lainnya mengatakan, Yang menyertai manusia adalah setan yang ditugasi untuk menyertai manusia. (Tafsir Ibnu Katsir, 7:403) b. Hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam Dari Ibnu Masud radhiallahuanhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin. Para sahabat bertanya, Termasuk Anda, wahai Rasulullah? Beliau menjawab,

Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk Islam. Karen itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik. (HR. Muslim) Tugas jin Qorin Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin. (HR. Muslim) Imam An-Nawawi mengatakan, Dalam hadis ini terdapat peringatan keras terhadap godaan jin qorin dan bisikannya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberi tahu bahwa dia bersama kita, agar kita selalu waspada sebisa mungkin. (Syarh Shahih Muslim, 17:158) Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajid menjelaskan, Berdasarkan perenungan terhadap berbagai dalil dari Alquran dan sunah dapat disimpulkan bahwa tidak ada tugas bagi jin qorin selain menyesatkan, mengganggu, dan membisikkan was-was. Godaan jin qorin ini akan semakin melemah, sebanding dengan kekuatan iman pada disi seseorang. (Fatawa Islam, tanya jawab, no. 149459) Apakah qorin juga menyertai manusia setelah dia meninggal? Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, Apakah qorin ini akan terus menyertai manusia, sampai menemaninya di kuburan? jawabnya, Tidak. Zahir hadis Allahu alam menunjukkan bahwa dengan berakhirnya usia manusia, maka jin ini akan meninggalkannya. Karena tugas yang dia emban telah berakhir. Ketika manusia mati maka akan terputus semua amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya. (HR. Muslim). (Majmu Fatawa, 17:427) Cara Melindungi Diri dari Jin Qorin Banyaklah berdzikir dan memohon perlindungan kepada Allah. Jika kita sungguh-sungguh melakukan hal ini, insyaaAllah, akan datang perlindungan dari Sang Kuasa. Allah berfirman,

Apabila setan menggodamu maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Araf: 200) Dalam Tafsir As-Sadi dinyatakan, Kapanpun, dan dalam keadaan apapun, ketika setan menggoda Anda, dimana Anda merasakan adanya bisikan, menghalangi Anda untuk melakukan kebaikan, mendorong Anda untuk berdosa, atau membangkitkan semangat Anda untuk maksiat maka berlindunglah kepada Allah, sandarkan diri Anda kepada Allah, mintalah perlindungan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar terhadap apa yang anda ucapkan dan Maha Mengetahui niat Anda, kekuatan dan kelemahan Anda. Dia mengetahui kesungguhan Anda dalam bersandar kepada-Nya, sehingga Dia akan melindungi Anda dari godaan dan was-was setan. (Taisir Karimir Rahman, Hal.313) Allahu alam

Read more about jin qarin by www.konsultasisyariah.com

You might also like