You are on page 1of 13

RANGKUMAN PERBEDAAN KARAKTERISTIK KARYA SASTRA DALAM SETIAP PERIODE

KELOMPOK 15 DISUSUN OLEH: 1. (28) KELAS XII IPS 4 SHOFWATUL INAYAH (23) 2. SRI ULAS

TAHUN AJARAN 2012/2013 SMA N 1 KRAGAN

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KARYA SASTRA DALAM SETIAP PERIODE


Beberapa pengertian karya satra: Karya Sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Sastra/kesusastraan ialah hasil karya manusia yang mempergunakan bahasa sebagai alat pencurahannya,baik lisan maupun tulisan, yang dapat menimbulkan rasa indah(estetis) serta dapat menggetarkan tali jiwa pembaca atau pendengarnya. Susastra adalah karya yang isi dan bentuknya sangat serius berupa ungkapan yang timba dari kehidupan kemudian direkap dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai sarannya sehingga mencapai estetika yang indah. Berikut yang termasuk karya sastra: 1. Prosa Prosa ialah karangan bebas yang tidak terikat pada bentuk,irama,dan rima (sajak) atau terikat dengan oleh banyaknya suku kata dan jumlah baris, prosa dibagi menjadi dua antara lain: a. prosa baru Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat, yang termasuk prosa baru antara lain: Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabangcabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar Dewantara. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar Adinegoro, Catatan di Sumatera M. Rajab.

Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati. Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi. b. Prosa Baru Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah: Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh: Nyi Roro Kidul Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, Si Malin Kundang Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

2. Drama / film Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain). . Jenis-jenis drama : 1.tragedi drama yang diwarnai kesedihan. 2.Komedi: sandiwara ringan yg penuh dng kelucuan meskipun kadang-kadang kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dng bahagia; drama ria; 3.Tragedi- komedi 4.Pantonim:pertunjukan drama tanpa kata-kata yang dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah (biasanya diiringi musik) 3. Puisi Puisi adalah hasil ciptaan manusia yang terdiri atas satu atau beberapa baris yang memperlihatkan pertalian makna . Puisi dibagi menjadi 2 : a. Puisi Lama Puisi lama adalah puisi yang sifatnya masih asli dan belum mendapat pengaruh dari barat. Jenis Puisi Lama Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek Seloka adalah pantun berkait Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. b. Puisi Baru Puisi baru adalah puisi yang isi , bentuk , dan iramanya telah berubah dan isinya pun lebih luas dan lebih lincah. Jenis-jenis Puisi Baru : Balada adalah puisi berisi kisah/cerita Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan

Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik Unsur-unsur Intrinsik Puisi tema adalah tentang apa puisi itu berbicara amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca rima adalah persamaan-persamaan bunyi ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.) diksi adalah pilihan kata/ungkapan tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi

PERIODISASI KARYA SASTRA Periodisasi karya sastra adalah pembagisn kesusastraan berdasarkan masa atau zamannya ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang lain Penggolongan suatu karya sastra ke dalam suatu periode tertentu, tentu harus didasarkan oleh ciri-ciri tertentu. Setiap periode/angkatan sastra mempunyai ciri yang berbeda. Ciri khas sastra setiap periode/angkatan merupakan gambaran dari masyarakatnya sebab sastra merupakan hasil dari masyarakatnya. Jika masyarakat berubah, sastranyapun akan berubah. Berdasarkan pendapat itu, terjadilah penggolongan sastra atau periodisasi sastra seperti berikut: 1. Sastra Indonesia Lama (Sebelum Tahun 1920) Kesusastraan lama adalah kesusastraan yang lahir sebelum Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Kesusastraan lama lahir sekitar tahun 1500, setelah agama Islam masuk ke Indonesia sampai abad XIX. Kesusastraan Melayu pada waktu itu masih bersifat cerita lisan dari mulut ke mulut, belum berbentuk tulisan atau huruf. Orang yang bercerita dan berpantun disebut pawang. Pawang dianggap sebagai buku kesusastraan. Pawang berjasa menerapkan kesusastraan kepada rakyat sebab rakyat pada waktu itu, belum dapat membaca dan menulis. Rakyat dapat mengetahui kesusastraan jika menghadiri pertunjukan yang dilakukan oleh para pawang di daerah Melayu. Ciri-ciri kesusastraan lama adalah bahasanya masih menggunakan bahasa baku yang kaku, ceritanya masih berkisar tentang dewa-dewa, raksasa, atau dongeng yang mulukmuluk, misalnya menceritakan putri yang cantik jelita serta istana yang indah, atau cerita tentang pengembaraan seorang putra raja.

Setelah agama Hindu dan Islam masuk ke Indonesia, baru kesusastraan ini ditulis dalam bentuk buku. Kesusastraan lama yang asli dapat dibagi menjadi tiga bagian. 1. Cerita yang hidup dalam masyarakat, misalnya Lebai Malang, Pak Belalang, Pak Kadok, dan Si Makbul. 2. Sejarah lama yang bersifat nasional, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Aceh, dan Silsilah Bugis. 3. Pelipur lara, misalnya Hikayat si Miskin, Hikayat Mashudul Hak, Hikayat Malin Deman, Hikayat Awang Sulung Merah Muda, dan Cerita si Umbut. Dan Juga Ada Beberapa Periodisasi, antara lain: 1. Zaman Sastra Melayu Lama Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain. 2. Zaman Peralihan Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban. 2. Sastra Indonesia Masa Kebangkitan (19201942) Perkembangan bahasa dan sastra Indonesia mulai berkembang sejalan dengan gerak bangsa yang memilikinya. Pembentukan sastra Indonesia mulai tampak dengan berdirinya gerakan nasional yang dipimpin oleh Budi Utomo (1908). Dari sini, timbullah sastra baru yang dipancarkan oleh masyarakat baru pula. Pada masa itu, keadaannya lebih dinamis dan dikuasai oleh dunia percetakan serta merupakan alam kebebasan individu. Dalam masa ini, nama pengarangnya lebih menonjol, begitu pula hasil karyanya. Hasil karyanya lebih banyak sehingga lebih memungkinkan setiap orang dapat menikmati karya para pengarangnya. Sastra Indonesia Masa Kebangkitan ini (19201942) dikelompokkan menjadi beberap periode antara lain sebagai berikut: a. Angkatan 20-an atau Angkatan Balai Pustaka Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti

kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Ciri-ciri: Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa melayu. Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa. Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah atau lokal. Cerita yang diangkat seputar romantisme. Puisinya berupa syair dan pantun Alirannya bercorak romantic Soal kebangsaan belum mengemuka Gaya bahasa masih menggunakan perumpamaan Contoh: Azab dan Sengsara (Merari Siregar) Sitti Nurbaya (Marah Rusli) Salah Asuhan (Abdul Muis) Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Sutan Sati) b. Angkatan 30-an atau Angkatan Pujangga Baru Istilah Angkatan Pujangga Baru untuk karya-karya yang lahir tahun 30-40-an, diambil dari majalah Pujangga Baroe yang terbit tahun 1933. Disebut sebagai Angkatan Tiga Puluhan sebab singkatan ini lahir pada tahun 30-an dan muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh balai pustaka terhadap karya tulis satrawan pada zaman tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa Nasionalisme dan kesadaran kebangsaan . Sastra pujangga baru adalah. Pada masa ini, Belanda banyak mengeluarkan peraturan yang terutama pembatasan dalam karangan-karaangan yang ditulis orang Indonesia. Hal ini Belanda merasa takut disebabkan oleh bangsa Indonesia bangkit untuk perjuangan kemerdekaan. Ciri-ciri: Dinamis: penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan Individualistis: sesuai dengan kehendak orang yang tetap mempertahankan kepribadian dan kebebasan diri Tidak persoalkan tradisi sebagai temanya Hasil karya bercorak kebangsaan Contoh: Layar Terkembang (S.T. Alisyahbana) Belenggu (Armin Pane) Indonesia Tumpah Darahku (Muhammad Yamin) Nyanyian Sunyi & Buah Rindu (Amir Hamzah) c. Periode 1942 (Zaman Jepang) Karya sastra pada masa ini dapat dibedakan atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah karya sastra dan pengarangnya yang resmi berada di bawah naungan Pusat Kebudayaan Jepang. Mereka menulis sesuai dengan batas-batas yang ditentukan oleh Pusat

Kebudayaan Jepang. kelompok kedua adalah kelompok yang tidak mau berkompromi dengan Pusat Kebudayaan Jepang. Akan tetapi, mereka mencari jalan baru untuk mengatakan sesuatu. Cara yang mereka lakukan diupayakan tidak berbahaya, tetapi citacita terlaksana. Melalui cara ini, banyak karya sastra yang bersifat simbolik. Pengarang-pengarang dan karya-karyanya yang timbul pada masa Jepang ini adalah: 1) Usmar Ismail karyanya Kita Berjuang, Diserang Rasa Merdeka, Api, Citra, dan Liburan Seniman; 2) Rosihan Anwar karyanya berupa puisi yang berjudul Lukisan kepada Prajurit; 3) Maria Amin karyanya Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Pohon Mangga, dan Penuh Rahasia. 3. Sastra Indonesia Masa Perkembangan (1945Sekarang) Pada masa ini, Indonesia sudah merdeka sehingga tidak bergantung lagi kepada bangsa lain. Situasi ini tentunya berpengaruh terhadap perkembangan karya sastra pada masa itu. Sastra Indonesia Masa Perkembangan (1945Sekarang) dikelompokkan menjadi beberap periode antara lain sebagai berikut: a. Angkatan 45 Lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar kerna perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan 45 ini. Disebut juga sebagai angkatan kemerdekaan karna dilahirkan pada tahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Ciri-ciri: Terbuka Pengaruh unsur sasta asing lebih luas Corak isi lebih realis,naturalis,individualis sastrawan lebih menonjol dinamis,kritis Penghematan kata dalam karya ekspresif Sinisme dan sarkasme Karangan prosa berkurang, puisi bertambah. Bebas Individualistis Universitalitas (umum) Realitas (kenyataan) Contoh: Aku (Chairil Anwar) Tiga Menguak Takdir ( Chairil Anwar, Asrul Sani, Riayi Apin ) Atheis (Achdiat Karta Mihardja) Dari Ave Maria ke Jalan Lain Roma (Idrus) Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernam (Sitor Situmorang) b. Angkatan 66 Nama Ankatan 66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya yang berjudul Angkatan 66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah kacau akibat PKI. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison sangat avant-

garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, seperti munculnya karya sastra aliran surrealistik, arus kesadaran arketip, absurd. Ciri-ciri: Bercorak perjuangan anti tirani,proses politik, anti kedzaliman dan kebatilan. Bercorak membela keadilan Mencintai nusa, bangsa, negara, dan persatuan Berontak Pembelaan terhadap Pancasila Protes sosial dan politik Kebanyakan tentang protes terhadap social dan politik Mulai dikenal gaya epic pada puisi Banyak penggunaan gaya retorik dan Slogan Cerita dengan berlatar perang Contoh: Pagar Kawat Berduri (Toha Mochtar) Tirani dan Benteng (Taufiq Ismail) Pariksit (Goenawan Mohammad) Para Priayi (Umar Kayam) Mata Pisau dan Peluru Kertas (Supardi Joko Damono) c. Angkatan 70-an Sekitar tahun 70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana tidak menekankan pada makna kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra kontemporer. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan 70-an Ciri-ciri: Diabaikannya unsur makna Penuh semangat eksperimentasi Beraliran surealistik Dalam drama, pemain sering improvisasi Contoh: Sattah (Dandandik Ibrahim) O, Amuk, Kapak (Sutardji Calzoum Bachri) Hukla (Leon Agusta) Wajah Kita (Hamid Jabar) Catatan Sang Koruptor (F. Ibrahim) d. Angkatan 80-an Karya sastra Indonesia pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman pecintaan karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut. Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan 80-an Ciri-ciri : Didominasi oleh roman percintaan Konvensional : tokoh antagonis selalu kalah Tumbuh sastra beraliran pop Karya sastra tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan Contoh :

Umum Pulau Buru (Pramoedya Ananta Toer) Burun- Burung (ManyarY.B Mangun Wijaya Boko Darman Moenir) Ronggen Dukuh Paruk (Ahmad Tohari Lupus Hilman Hariwijaya) e. Angkatan Reformasi Munculnya ankatann ini ditandai dengan dengan maraknya karya sastra yang bertemakan seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan social dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan Reformasi Ciri-ciri: Bertemakan social-politik Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa Religious dan nuansa sufistik Contoh: Puisi Pelo Widji Thukul) Resonansi Indonesia Ahmodun Yosi Herfanda) Di Luar Kota (Acep Zamzam Noer) Abad yang Berlari (Afrizal Malna) Opera Kecoa (N. Rianto) f. Angkatan 2000 Angkatan ini ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada masa ini, muncul jua fiksi-fiksi islami. Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan 2000 Ciri-ciri: Karya cenderung vular Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami Muncul cyber sastra di internet Bahasa kerakyatjelataan Contoh: Atas Nama Malam (Saman Ayu Utami) Supernova (Seno umira Ajidarma) Pulau Cinta di Peta Buta (Dewi Lestari) Habiburrahman El-Shirazy (Ayat-Ayat Cinta ) Para Ahli Yang Membuat Pembabakan Karya Sastra ialah : 1. Ayip Rosidi 2. H.B Jassin 3. Simorangkir Simanjuntak 4. Nugroho notosusanto 5. Js. Badudu 6. Sabaruddin Ahmad 7. Zuber Usman 8. Usman Effendi

9. Zaidan Hendy

1. Periodi sastra menurut Ayip Rosidi a. Masa kelahiran atau masa kejadian ( awal abad XX 1945) 1.Periode awal abad XX -1933 2.Periode 1933-1942 3.periode 1942-1945 b. Masa Perkembangan ( sejak 1945 sampai sekarang) 1. Periode 1945-1953 2. Periode 1953-1960 3. Periode 1961 sampai sekarang 2. Periodisasi menurut H.B Jassin : a. Sastra melayu lama b. Sastra melayu modern 1. Angkatan 20 2. Angkatan 33 atau pujangga baru 3. Angkatan 45 4. Angkatan 66 3. Periode sastra menurut Simorangkir Simanjuntak : a. Kesusastraan masa lama atau purba. b. Kesusastraan masa hindu atau arab. c. Kesusastraan masa baru. d. Kesusastraan masa mutakhir. 4. Menurut Nugroho Notosusanto Kesusastraan Melayu Lama Kesusastraan Indonesia Modern Masa Kebangkitan Periode 1920 Periode 1933 Periode 1942 Masa Perkembangan Periode 1945 Periode 1950 5. Menurut JS. Badudu Kesusastraan Lama Kesusastraan Masa Purba Kesusastraan Masa Hindu-Arab Kesusastraan Peralihan

Abdullah bin Abdulkadir Munsyi Angkatan Balai Pustaka Kesusastraan Baru Angkatan Pujangga Baru Angkatan Modern (Angk. 45) Angkatan Muda

6. Menurut Sabaruddin Ahmad Kesusastraan Lama Dinamisme Hinduisme Islamisme Kesusastraan Baru Masa Abdullah bin Abdul-kadir Munsyi Masa Balai Pustaka Masa Pujangga Baru Masa Angkatan 45 7. Menurut Zuber Usman Kesusastraan Lama Zaman Peralihan (Masa Abdul-lah bin Abdulkadir Munsyi) Kesusastraan Baru Zaman Balai Pustaka Zaman Pujangga Baru Zaman Jepang Zaman Angkatan 45 8. Menurut Usman Effendi Kesusastraan Lama ( sampai dengan 1920) Kesusastraan Baru (1920 sampai dengan 1945) Kesusastraan Modern (1945 sampai dengan ) 9. Menurut Zaidan Hendy Sastra Lama Sastra Kuno Sastra Zaman Hindu Sastra Zaman Islam Sastra Peralihan (Abdullah bin Abdulkadir Munsyi) Sastra Baru Angkatan Balai Pustaka Angkatan Pujangga Baru Angkatan 45 Angkatan 66

You might also like