You are on page 1of 2

Sinopsis Novel Remaja Indonesia

Judul Pengarang Penerbit Jumlah halaman

: : : :

Laskar Pelangi Andrea Hirata Bentang Pustaka 534 halaman

Buku Laskar Pelangi menceritakan kisah nyata kehidupan penulisnya sendiri, Andrea Hirata, yang menggambarkan suatu kisah pertemanan, dan persahabatan anak-anak yang kurang mampu di Belitung. Mereka berusaha menggapai cita-cita mereka, dimulai dengan bersekolah di SD Muhammadyah, sebuah sekolah di Belitung yang sudah tua dan hampir rubuh, serta nyaris dibubarkan karena kekurangan pelajar. Sekolah itu bersebelahan dengan Sekolah Perusahaan Negara Timah (PN Timah ), sebuah sekolah kaya, yang difasilitasi lengkap, dan serba nyaman.

Bermula pada saat penerimaan siswa baru pada tahun ajaran baru. SD Muhammadyah nyaris dibubarkan oleh Dinas Pendidikan karena tidak memenuhi syarat ketentuan minimal, yaitu 10 murid untuk melanjutkan pembelajaran, yang waktu itu hanya memenuhi 9 orang murid. Bu Mus, guru yang lemah lembut, dan ramah, dan kepala sekolah SD Muhammadyah, yang sabar, Pak Harfan, cemas melihat kurang 1 orang lagi untuk melanjutkan pembelajaran. Pak Harfan juga sudah menyiapkan pidato pembubaran sekolah. Akhirnya, pada saat Pak Harfan baru mengucap salam pembuka untuk pembubaran sekolah, ada seorang ibu berteriak, Harun! Harun!. Ibu dari Harun, seorang anak yang cacat mental itu, memohon kepada Bu Mus dan Pak Harfan untuk mendaftarkan anaknya di sekolah itu. Karena SLB jauh di Pulau Bangka yang jauh dan mahal. Karena Harun, akhirnya sekolah Muhammadyah, yang sudah tua dan rusak, bocor, dan dijadikan tempat menyimpan ternak waktu malam itu, dapat terselamatkan. Berbeda dengan sekolah PN disebelah sekolah Muhammadyah yang ramai, dan memiliki fasilitas berlebih pada saat itu. Di sekolah, aku suka membaca buku tentang pengorbanan, seperti seorang wanita yang rela terkena virus ganas untuk menyembuhkan anak kecil sakit yang ia tidak kenal. Sama seperti Bu MUs, dan Pak Harfan, yang dengan penuh pengorbanan mengajar kami (laskar pelangi), dan hanya digaji 15 kilo beras/bulanb. Bu Mus, dan Pak Harfan sendirilah yang bekerjasama, berupaya memajukan pengetahuan kesepuluh laskar pelangi tersebut, yaitu suatu nama yang dibuat Bu Mus, karena kesukaan mereka melihat pelangi. Bu Mus, dan Pak Harfan saling tolong menolong untuk mengajarkan dan menumubuhkan sikap positif laskar pelangi tersebut, seperti rasa percaya diri, dan berani tampil. Kesuksesan Bu Mus, dan Pak Harfan juga terlihat pada saat menumbuhkan pengetahuan salah seorang dari laskar pelangi yang paling pintar, Lintang, yang juga seorang anak nelayan pinggiran yang miskin. Mereka juga berhasil dalam menemukan bakat-bakat

tersembunyi dalam diri tiap-tiap laskar pelangi, seperti Mahar dalam bakat seni, baik dalam menulis, bernyanyi, ataupun menggambar. Tidak sampai disitu, kesuksesan tersebut dapat dilihat pada saat Grup cerdas cermat yang diwakili Ikal, Lintang, dan Sahara dapat menjuarai Lomba cerdas cermat melawan Sekolah Perusahaan Negara Timah, sebuah prestasi yang sangat mengejutkan. Namun, di tengah kesuksesan dan kesenagan tersebut, ada kesedihan yang mendalam bagi Sekolah Muhammadyah yang kehilangan 1 murid berprestasi, Lintang, yang harus mencari nafkah demi keluarga, sepeninggalan ayahnya. Lintang, yang memiliki jiwa seorang pelajar sejati ini, harus bersepeda 80 km setiap harinya untuk mencapai sekolah dari rumhanya. Lintang juga harus melewati jalan yang susah, karena tidak ada jalan yang lebih mudah. Dan terkadang, ia harus berpapasan dengan buaya yang besar di jalan menuju sekolahnya. Akhirnya, ia harus menunggu supaya buaya itu pergi dari tempatnya.

Banyak moral yang dapat kita ketahui saat membaca novel Laskar Pelangi, seperti: Menghormati guru dan mengahargai persahabatan. Untuk saling mengahargai dan menghormati. Untuk tidak mudah terhasut, seperti pada saat Ikal terhasut untuk membesarkan otot dada dengan cara instan (satu yang terpenting: Tidak ada cara instan, semua itu membutuhkan proses, entah panjang, entah pendek). Kita bisa meneladani tokoh-tokoh lascar pelangi, seperti : Lintang, yang selalu belajar, dan suka membaca, taat pada orangtua, dan semangat yang tinggi rela bersepeda 80 km ke sekolah, walau terkadang hanya untuk menyanyikan lagu Padamu Negri pada akhir jam sekolah. Atau Sahara, yang rajin berdoa, dan taat dalam pengajaran agama. Atau Mahar, yang selalu dipojokkan dalam sekolah, tetapi ia memiliki potensi dan mengasahnya terus, dan dapat membanggakan nama sekolah di karnaval 17 Agustus-an.

You might also like