You are on page 1of 21

Mempelajari pola pertumbuhan jamur tiram

Stabilitas dalam kuantitas panen jamur tiram sangat diperlukan agar selalu dapat memasok jamur ke pelanggan.. agar pelanggan ngga lari tentunya.. Sebuah pertanyaan sederhana yang membutuhkan jawaban panjang dari hasil pendalaman literatur yang kemudian kami terapkan dalam sebuah penelitian kecil yang sederhana.. Penelitian dari orang bodoh yang tidak menggunakan kaidah-kaidah dasar metoda penelitian ini diharapkan dapat sedikit memberikan gambaran bagaimana mengatur pembukaan cincin dapat menghasilkan stabilitas panen.
Sebelumnya mari kita kaji literatur yang kami dapatkan dari FAO berikut ini:

Untuk Oyster Mushroom (jamur tiram), incubation period adalah 4 minggu. Lalu masa produksinya adalah : Petikan/panen pertama = 5 minggu Petikan/panen kedua = 8 minggu Petikan/panen ketiga = 11 minggu Petikan/panen keempat = 15 minggu Petikan/panen kelima = 20 minggu Sebagai catatan : Production time is the number of weeks following inoculation. This will depend on the season and to the amount of care given by farmers.. alias: Waktu produksi adalah jumlah minggu termasuk inokulasi. Ini masih sangat tergantung kondisi cuaca dan kualitas perawatan dari petani jamur. Dengan literatur ini mungkin bisa menjawab pertanyaan.. apakah bisa produksi jamur tiram dipercepat menjadi 2 bulan saja..? Jawabannya.. sementara ini masih belum mungkin.. karena jamur memerlukan waktu atau jarak antara panen pertama ke panen kedua ketiga dan seterusnya.. Ok.., untuk melihat itu mari kita perhatikan foto-foto berikut. Foto ini sedikit menjelaskan saat awal produksi mulai dari pembukaan cincin hingga panen.. Pembukaan cincin dilakukan tanggal 3 maret, selanjutnya setiap pagi dilakukan raising yaitu pengejutan dengan menurunkan suhu, menyiram

kumbung di pagi hari dan baglognya sedikit dengan spray halus

Pada tanggal 11 maret, atau sekitar satu pekan dari pembukaan cincin, mulai muncul pin head atau bakal buah jamur tiram putih.

Pada tanggal 15 maret, atau 4 hari kemudian dimulailah produksi jamur tiram putih.

Tanggal 23 maret atau sekitar satu pekan kemudian, terjadilah puncak panen jamur tiram..

Sederhananya: Buka cincin --> 7 hari muncul pin head --> 4 hari mulai panen --> 7 hari panen puncak. Itu adalah waktu yang dibutuhkan jamur tiram. Sekarang yang menjadi persoalan, jika kita memiliki baglog dalam jumlah tertentu (1000 baglog misalnya) bagaimanakah karakteristik panennya..? Apakah langsung seluruhnya panen..? Kami melakukan pengamatan dengan menghitung jumlah baglog yang panen pada 55 hari pertama masa produksi. Pengamatan kami lakukan pada kumbung dengan kapasitas 9000 baglog. Dari sejumlah baglog tersebut, kami lakukan jarak pembukaan cincin baglog yang berbeda untuk kemudian diamati pola pertumbuhannya. Berikut ini adalah hasilnya:
Grafik berikut adalah pola pertumbuhan pada grup pembukaan kedua sejumlah 1523 baglog dan grup pembukaan ketiga sejumlah 1444 baglog. Jarak pembukaan pertama

dan kedua hanya 3 hari.

Grafik berikut adalah pola pertumbuhan pada grup pembukaan ke empat ( 5 hari dari pembukaan kedua)

Grafik berikut adalah pola pertumbuhan pada grup pembukaan ke lima (10

hari dari pembukaan kedua)

Grafik berikut adalah pola pertumbuhan pada grup pembukaan keenam (12 hari dari pembukaan kedua)

Grafik berikut adalah gabungan dari jumlah baglog yang panen:

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari grafik tersebut adalah :


Pola pertumbuhan jamur tiram pada 55 hari pertama ternyata menunjukkan kesamaan yaitu membentuk kurva naik turun dan naik lagi. Pola grafik menunjukkan bahwa terjadi 3 kali panen pada 55 hari pertama. Jadi jika dihitung termasuk masa inkubasi, menjadi sekitar 85 hari atau sekitar 12 minggu. Ini berarti literatur dari FAO yang menyebutkan 11 minggu tadi sudah hampir sama dengan pengamatan kami. Pada satu grup pembukaan (misal 1523 baglog pada pembukaan ke dua) Pola pertumbuhan membentuk kurva yang menunjukkan masa produksi panen pertama sekitar 15 hari. Jadi dari sejumlah 1523 baglog tersebut tidak panen langsung seluruhnya melainkan bergantian selama 15 hari. Puncak panen terjadi pada 7 hari setelah masa awal panen teramati. Ini sesuai sekali dengan foto yang tadi kami tunjukkan. Pada tgl 15 mulai awal panen, tanggal23 panen mencapai puncaknya. Pola masa produksi grup pembukaan 15 hari ini juga mirip pada panen kedua dan ketiga seperti yang ditunjukkan pada grafik tersebut. Jarak antara puncak panen pertama dan panen kedua dan panen ketiga kurang lebih sekitar 15-20 hari. Jadi bisa diamati, jika hari ini panen maksimal (banyak) maka InsyaALLAH sekitar 15-20 hari kemudian akan terjadi panen yang banyak pula. Berat panen pertama, kedua, ketiga akan selalu mengalami penurunan. Pada jarak pembukaan cincin yang kurang dari 1 minggu, maka pola pertumbuhan akan mirip atau tidak terlalu berpengaruh. Pada jarak pembukaan cincin sekitar 10-15 hari baru didapatkan perbedaan yang memberikan pola panen yang stabil. Tampak pada grafik gabungan,

saat panen dari grup pembukaan kedua dan ketiga menurun, panen pada grup pembukaan ke lima dan ke enam justru pada puncaknya. Dengan mengatur jarak pembukaan baglog per grup sekitar 1 minggu diharapkan dapat menghasilkan stabilitas panen yang baik

Berikut ini adalah grafik hasil panen dalam kg dengan pengaturan pembukaan cincin baglog. Mungkin masih dapat disempurnakan lagi. Tetapi dengan begitu masih bisa didapatkan stabilitas. Pada 3 bulan masa produksi, hasil masih rata-rata 30kg - 50kg per hari

Dari semua itu hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


Pola yang diamati khusus pada jamur tiram putih Pola yang diamati tersebut masih sangat tergantung dengan kondisi cuaca, suhu, dan kelembaban

Yang menjadi kata kunci penting dalam pertumbuhan jamur tiram adalah: Jamur memerlukan oksigen sebagai pemacu pertumbuhan, namun jamur juga membutuhkan kelembaban yang optimal agar bisa tumbuh dengan baik. Dua kondisi ini sering merupakan kontradiksi, banyaknya oksigen/udara yang masuk ke kumbung dapat menyebabkan kondisi kelembaban kumbung turun. Namun untuk menjaga kelembaban diperlukan kumbung yang tertutup. Jadi memang petani harus sabar melakukan kondisi buka tutup jendela kumbung dengan disertai memperhatikan terus kondisi kelembaban optimal yang bisa menjaga kuantitas panen. Diposkan oleh Afif Aminulloh di 04:55 0 komentar Label: Mempelajari pola pertumbuhan jamur tiram

Rangkuman Pembibitan F0 F1 F2
Pembibitan indukan jamur tiram F0/PDA dengan F1 dan F2 hanya berbeda di medianya saja. Untuk proses sterilisasi menggunakan autoclave / panci presto dan proses inokulasi hampir sama. Media F0/PDA (Potato Dextrosa Agar) : - Kentang 200 gram - Dextrosa 20 gram - Agar powder 20 gram - Air steril 1 liter

Media F1 : - Jagung/biji-bijian Media F2 : ada yang memakai takaran 1 tepung jagung 2 bekatul 3 serbuk gergaji ada yang memakai takaran 1 tepung jagung 2 bekatul 6 serbuk gergaji

Bibit F2 jamur tiram putih (miselium umur 4-5hari) Dalam proses sterilisasi media dalam botol ditutup dengan kapas dan plastik polypropilen tebal 1mm. Setelah diinokulasikan, plastiknya diganti dengan kertas Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan PDA adalah juga pemilihan jenis jamurnya. Jamur tiram putih yang akan dipilih sebagai indukan adlaah yang bersih, usia masih muda/kecil, dan bergagang tunggal atau gagangnya tebal. Karena nanti memilih sporanya di daerah gagang. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah video proses inokulasi PDA :

Video inokulasi PDA Pembuatan PDA ini adalah salah satu referensi cara kami saja. Jangan dianggap yang paling benar. Tetapi InsyaALLAH berhasil jika sterilisasi, pemilihan bahan dan takaran pas. Miselium PDA akan penuh dalam waktu kurang lebih 7-10 hari, sungguhpun demikian, dalam 2-3 hari sebenarnya sudah tampak apakah pembuatannya berhasil atau tidak.

Tampak indukan sudah ada miseliumnya walau hanya 3 hari dari inokulasi

Tampak miselium pada PDA sudah menyebar setelah 10 hari Untuk pembiakan selanjutnya, dari segi jumlah, berikut ilustrasinya..: 1 botol PDA bisa menghasilkan sekitar 20-30 botol F1 1 botol F1 bisa menghasilkan 40-50 botol F2 1 botol F2 bisa menghasilkan 30-40 baglog jamur tiram putih Jadi jika diurutkan InsyaALLAH demikian 1 botol PDA menghasilkan min 20 botol F1 yang menghasilkan min 800 F2 yang menghasilkan min 24.000 baglog jamur tiram putih.. Subhanallah Jadi.., tekunlah, yang perlu diperhatikan adalah memilih indukan dari jamur dan memilih tempat pada jamur yang mengandung spora banyak. Untuk ini perlu latihan. InsyaALLAH bisa diperhatikan pada video pembibitan kami tadi.. Diposkan oleh Afif Aminulloh di 04:52 0 komentar Label: Rangkuman Pembibitan F0 F1 F2

Memperbanyak indukan bibit ke F1 Memperbanyak indukan bibit ke F1

Bibit F1 jamur dari biji-bijian jagung Jika indukan F0/PDA berhasil dibuat, langkah selanjutnya adalah menurunkan bibit tersebut ke F1. Tujuannya adalah untuk memperbanyak biakan bibit. Bahan utama yang akan digunakan adalah biji-bijian/ dalam hal ini jagung. Syarat biji jagung yang bisa digunakan adalah sebagai berikut : - masih baru (baru dipanen) bukan yang berumur lamaaa - Bagus kondisinya, hanya mengandung sedikit biji inti yang rusak - Tidak ada atau hanya sedikit kontaminasi - tidak ada jamur dan tidak ada hama - Tidak lebih dari 12% kelembaban Cara membuat media F1 dengan jagung adalah sebagai berikut: 1 Rendam jagung selama satu malam dengan takaran 2 liter air per 1kg jagung. setelah itu cuci dan saring jagung, buang semua airnya. 2 Kukus jagung selama kurang lebih 30-45 menit untuk melunakkan. Lalu keringkan air dan tebar jagung sehingga mendingin dan mengurangi airnya.. 3 Lalu masukkan jagung ke dalam botol, isi cukup 3/4 nya saja 4 Tutup botol dengan kapas, lalu juga dengan plastik juga. Tutup yang rapat 5 Setelah itu masukkan media-media dalam botol tersebut ke dalam autoclave dan steam dengan tekanan 15 lb/in2 atau sekitar 1Bar (suhu kurang lebih 121 derajat C) selama 30-45menit. 6 Dinginkan dan letakkan di tempat yang steril dan bersih. Media sudah siap untuk di inokulasikan..

Bersihkan kotak tempat inokulasi, dan sterilkan dengan menyemprotkan alkohol. lalu masukkan media F1 dan F0 untuk menyuntikkan bibit. Bersihkan tangan dengan menyemprotkan alkohol. Nyalakan bunzen api, lalu ambil botol F0, semua proses harus dekat dengan api untuk menjamin sterilisasi. Panaskan stik stainlessteel yang akan digunakan untuk mengambil bibit dengan api bunzen sehingga memerah. Lalu setelah agak mendingin, masukkan ke botol Fo dan ambil cuilan/potongan bibit F0, tutup segera botol F0 lalu buka tutup media F1. Masukkan potongan bibit F0 tadi ke dalam media F1. Tutup segera. Ingat!!!, seluruh proses harus dekat dengan api bunzen. Potongan bibit F0 tadi tidak boleh menyentuh apapun sebelum dimasukkan ke media F1. Tutup botol F1 dengan segera dengan kapas, lalu tutup juga dengan koran diberi karet. O ya.. Lupa.. Koran yang digunakan untuk penutup botol juga harus dalam keadaan steril.. Dengan kata lain, juga diikutkan waktu proses sterilisasi steam tadi. Beri label... Untuk menandai waktu pemberian bibit.. Miselium akan menyebar penuh dalam waktu 10-15 hari.. Botol harus disimpan di tempat yang bersih. Bisa juga disimpan di lemari pendingin.. Sebagai catatan : Indukan F1 ini bisa diturunkan ke F2 yang medianya memiliki takaran campuran 1 jagung 2 bekatul 6 serbuk gergaji yang lalu dimasukkan ke dalam botol dan selanjutnya dilakukan proses sterilisasi menggunakan autoclave. Untuk indukan F1 dan F2 yang telah jadi ditandai telah menyebarnya miselium, bisa digunakan sebagai bibit yang akan diinokulasikan ke baglog dalam budidaya jamur tiram putih.. Diposkan oleh Afif Aminulloh di 04:50 0 komentar Label: Memperbanyak indukan bibit ke F1

Pembibitan F0 ke F0

Pembibitan F0 ke F0

Indukan PDA yang berhasil, nampak kapas putih menyelimuti seluruh media Pembuatan bibit induk PDA atau F0 juga bisa dilakukan antar PDA atau antar F0. Hal ini dikarenakan tingginya resiko membuat bibit F0 langsung dari indukan jamur. Kebanyakan kegagalan dikarenakan resiko kontaminasi yang tinggi. Dalam pembuatan bibit F0, setelah dilakukan inokulasi dari indukan jamur, perkembangan miselium harus dipantau setiap hari. Jika sedikit saja terjadi titik kuning atau hijau yang berarti timbul kontaminasi, bibit F0 yang kita buat bisa dikatakan gagal. Walaupun selanjutnya bibit tersebut tertutup dengan putihnya miselium. Karena sedikit kegagalan saja sangat beresiko jika diteruskan untuk diturunkan ke indukan F1 dan F2. Bagaimana menurunkan indukan F0 untuk memperbanyak F0??? Pembuatan media "agar" nya sama persis, yaitu dari air kentang dan selanjutnya. Baca posting kami selengkapnya dalam pembuatan indukan F0. Selanjutnya saat akan melakukan inokulasi. Bibit yang disuntikkan ke media bukan berasal dari jamur, tetapi dari indukan F0 yang telah jadi sebelumnya. Pembuatan indukan F0 dari F0 ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Maka dari itu akan lebih direkomendasikan jika ingin membuat hindukan F0 yang lebih banyak, bisa menggunakan indukan F0 yang telah berhasil dibuat.

Botol diletakkan dengan posisi tidur tetapi janga sampai cairan PDA mengenai kapas ini bertujuan agar memperluas area media PDA Memang untuk memperbesar tingkat keberhasilan digunakan autoclave. Dengan tekanan hingga 2,5BAR bisa dihasilkan suhu 150derajat C lebih, sehingga hanya diperlukan waktu 20 menit saja Diposkan oleh Afif Aminulloh di 04:48 0 komentar Label: Pembibitan F0 ke F0

Pembibitan F0 atau PDA jamur tiram Pembibitan F0 atau PDA jamur tiram

PDA umur 10 hari setelah inokulasi indukan jamur tampak miselium sudah 90% menyebar

Posting kali ini kami akan menjelaskan sedikit sepanjang pengalaman dan pengetahuan kami mengenai pembuatan bibit jamur tiram. Bibit utama F0 yang langsung diturunkan atau diambil dari spora jamur langsung sering disebut dengan PDA. Dari satu botol PDA ini bisa menghasilkan sekitar 30 botol F1 Dari satu botol F1 bisa menghasilkan sekitar 50-70 botol F2 Dari satu botol F2 bisa menghasilkan 40 bagog jamur tiram putih.. Kalau diurut, jika kita berhasil membuat satu saja botol bibit PDA jamur tiram putih.., kita bisa menghasilkan 30 botol F1 untuk menjadi 1500 botol F2 yang bisa menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih.. Subhanallah... Jadi memang, jangan takut gagal dalam membuat PDA.., jika dalam membuat 20 botol PDA ada yang berhasil cuma 1 saja.., maka kita sudah bisa membuat pabrik jamur yang menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih.. luar biasa bukan...??????? Ok.. Sekarang apa aja yang perlu disiapkan...?? Bahan: 1. Kentang dalam kondisi baik.. mulus, tidak ada bintik banyak, tidak ada noda busuk.. pokoknya yang paling bagus. Dibutuhkan 200 gram saja. 2. Dextrosa sebanyak 20gram. Dextrosa ini dapat dibeli di apotek, atau di toko laboratorium. Harganya di Malang sekitar Rp.50.000 per kg. 3. Agar powder.. pilih yang bening. Dibutuhkan sebanyak 20 gram saja. 4. Air sebanyak 1 liter. Gunakan air steril, air destilasi. Bisa dengan membeli air mineral kemasan yang kualitas baik. 5. Kapas steril dan plastik tutup secukupnya. Langkah membuat cairan PDA :

1. Kupas dengan baik kentang, lalu potong berbentuk kubus kecil2 dengan ukuran sekitar 1cm3. Timbang sehingga didapat sekitar 200 gram. 2. Cucilah kentang hingga bersih, lalu rebuslah kentang menggunakan air tadi sebanyak 1 liter air selama kurang lebih 20 menit. 3. Ambillah air rebusan tadi dan saring sebersih mungkin masukkan ke gelas ukur, dan tambah dengan air steril sehingga jumlah air menjadi pas 1 liter kembali. 4. Campurlah dalam cairan tadi 20 gram dextrosa dan 20 gram agar powder lalu aduk dengan merata dengan kecepatan normal sehingga benar-benar larut dengan baik. 5. Campuran tadi adalah cairan PDA. Masukkan cairan PDA ini di botol pipih setinggi 50-100 mm saja Lalu tutup dengan menggunakan kapas steril dan kemudian tutup dengan plastik dan diberi karet hingga benar-benar rapat. Catatan : botol yang dipilih adalah botol pipih seperti bekas botol madu/ atau botol whiski ukuran kecil. sebelumnya botol dibersihkan dan disteril dengan merebus botol dengan air mendidih selama kurang lebih 10 menit. Memang dalam membuat bibit PDA, kebersihan, sterilisasi tempat, alat dan bahan adalah syarat utama dalam menunjang keberhasilannya. 6. Setelah itu langkah selanjutnya adalah kita mensteril cairan PDA dalam botol tadi menggunakan Autoclave selama kurang lebih 30menit-45menit dalam suhu 120 derajat C. Bagi kita yang mungkin kebanyakan tidak memiliki autoclave, bisa menggunakana panci presto bertekanan. Lama sterilisasi media dalam panci presto adalah setelah air dalam presto mendidih dan menghasilkan uap bertekanan yang ditandai panci berbunyi, pertahankan kondisi ini selama kurang lebih 45menit-60menit hingga yakin benar kondisi sudah steril betul.. 7. Setelah itu, jangan langsung dibuka, biarkan mendingin hingga kurang lebih 37 derajat C. Keluarkan botol-botol tadi dan letakkan dalam posisi miring/tidur agar cairan bisa melebar dengan tujuan memperbanyak area media. Catatan, pokoknya dalam meletakkan tidur ini, jangan sampai cairan mencapai mulut botol. Jika cairan PDA agar tadi sudah mengeras, barulah siap untuk di Inokulasikan bibit yang didapat dari jamur langsung. Langkah Inokulasi PDA : Yang perlu disiapkan adalah : 1. Ruang inokulasi berupa tempat tertutup dan steril, kami membuatnya dengan kotak dari kayu ukuran 0,7mx2mx0,5m, atasnya diberi kaca. Kondisi dalam dilapisi dengan tripleks melamin putih agar bersih dan steril. 2. Jarum/gagang dari stainlesssteel 3. Bunsen atau kompor spirtus 4. Kapas steril 5. Pemantik api 6. Alkohol 7. gelas steril Langkahnya adalah : 1. Semprot ruang inokulasi dengan alkohol hingga steril.. biarkan selama kurang lebih 20 menit.

2. Masukkan semua alat ke dalamnya. 3. Siapkan dan masukkan botol-botol PDA 4. Siapkan pula jamurnya.. Pilih jamur yang baik, kondisi yang muda, tidak basah, memiliki batang tunggal yang besar dan keras. kondisi yang putih bersih. 5. Nyalakan bunzen, lalu ambil jarum/ganggang stainless tadi dan panaskan ujung ganggang tadi di api bunzen hingga panas dan berwarna merah. Ini gunanya untuk mensterilkan dan membunuh kuman 6. Dinginkan ganggang dan letakkan pada gelas yang bersih dan steril. 7. Ambil jamur (o ia, sebelum inokulasi, semprot tangan dengan alkohol dengan merata hingga benar2 steril juga) sobeklah jamur menurut arah panjangnya, letak spora yang banyak kira-kira di dekat gagang tapi masih di tudungnya. 8. Menggunakan jarum/gagang tadi, ambil potongan kecil dari jamur seukuran kira-kira 2-3mm2. Pastikan mengambilnya menggunakan ujung jarum yang sudah benar2 steril tadi dan tidak menyentuh bagian luar dari jarum. 9. Ambil botol PDA dan dekatkan dengan api bunzen, perlahan bukalah kapas (semua proses harus dekat dengan api agar pasti kondisi free dari kuman dan bakteri), lalu masukkan cuilan jamur tadi ke dalam botol PDA lalu segera tutup dengan kapas steril tadi dan juga dengan plastik dan diberi karet... 10. Sekali lagi karena penting!! SEmua proses harus dekat dengan api bunzen. Letakkan botol PDA yang sudah diinokulasi dengan jamur tadi di ruang yang steril, bersih. Periksa terus terhadap kontaminasi... Jika berhasil, maka bisa dilihat dalam waktu 3-4 hari saja yang diindikasikan dengan menyebarnya miselium putih di permukaan agar PDA. Jika miselium sudah merata seluruhnya selama kurang lebih 7 hari-10 hari, maka PDA sudah siap untuk diinokulasikan ke botol F1. Sekali lagi, tidak perlu kecewa jika proses ini gagal. Dalam membuat 10 botol, bisa jadi 1 saja sudah Alhamdulillah.. karena sudah bisa membuat pabrik jamur tiram putih. Diposkan oleh Afif Aminulloh di 04:44 0 komentar Label: Pembibitan F0 atau PDA jamur tiram

Pembuatan Kultur Murni (Parental) Jamur Tiram dengan Teknik Kultur Jaringan Menggunakan Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) bagian 1
Pembuatan Kultur Murni (Parental) Jamur Tiram dengan Teknik Kultur Jaringan Menggunakan Media PDA (Potatoes Dextrose Agar)

Tahap 1. Pembuatan Medium PDA

Bahan bahan yang diperlukan


Kentang : 250 gram Dekstrosa : 20 gram Agar powder : 20 gram Air akuades : 1 liter Kapas secukupnya

Alat-alat

cawan petri/botol kecil Autoclave atau panci presto Kompor

Proses pembuatan

1. Setelah dikupas, kentang selanjutnya di potong-potong dengan ukuran 1 cm3. kemudian di cuci bersih. 2. Siapkan cawan petri atau bisa juga digunakan botol-botol kecil yang berbentuk seperti botol whiskey. Cuci botol tersebut hingga bersih. Akan lebih baik apabila botol tersebut disterilkan dengan cara merebusnya ke dalam air mendidih. 3. Kentang yang telah dicuci selanjutnya direbus dengan air sebanyak 1 liter selama 15-20 menit. 4. Setelah selesai, pisahkan kentang hasil rebusan tersebut. Kemudian saring airnya hingga bersih. Apabila volume air kentang tersebut berkurang tambahkan air lagi hingga menjadi 1 liter larutan PDA. 5. Larutan PDA (1 liter) kemudian dipanaskan kembali sambil menambahkan dektrosa dan agar-agar secara perlahan hingga terlarut sempurna. 6. Setelah terlarut dengan baik, tuangkan larutan PDA tersebut ke dalam botol sebanyak 1/4 volume botol. 7. tutup botol tersebut dengan menggunakan kapas. 8. Botol yang telah diisi media PDA selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave atau panci presto selama 20- 30 menit. 9. Setelah selesai, keluarkan botol tersebut dan letakkan dalam posisi miring. Tujuannya untuk memperluas area dari media PDA sehingga pertumbuhan miselium jamur akan lebih banyak. Usahakan kemiringan hingga media PDA mendekati leher botol tapi tidak sampai menyentuh kapas pada tutup botol. Sentuhan media PDA dengan kapas dapat menyebabkan kontaminasi. Untuk meyakinkan apakah media PDA ini terkontaminasi atau tidak biarkan selama beberapa hari kemudian perhatikan apabila terdapat titik titik hitam maka besar kemungkinan media telah terkontaminasi. Sebaliknya, apabila media terlihat bersih maka media PDA siap untuk digunakan dan diinokulasi dengan bibit jamur tiram.

Diposkan oleh Afif Aminulloh di 04:42 0 komentar Label: Pembuatan Kultur Murni (Parental) Jamur Tiram dengan Teknik Kultur Jaringan Menggunakan Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) bagian 1

Jamur tiram

Jamur tiram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Kerajaan: Fungi Filum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Basidiomycota Homobasidiomycetes Agaricales Tricholomataceae Pleurotus

Spesies: P. ostreatus Nama binomial Pleurotus ostreatus


Champ. Jura. Vosg. 1: 112, 1872

Jamur tiram di permukaan batang kayu. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.[1] Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.[2]

Karakteristik
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.[2] Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.[1] Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-113-4m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.[1] Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[3] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[3] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[4] Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.[4]

Siklus hidup
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual.[5] Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. [6] Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa.[6] Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.[6] Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.[6] Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik.[7] Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.[8] Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada

basidium.[7] Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.[7] Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela).[6] Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.[6] Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus).[6] Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion).[6] Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur.[6] Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.[6]

Syarat pertumbuhan
Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.[4] Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.[4] Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.[4] Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.[4]

Habitat alami jamur tiram Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.[4] Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.[4] Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa

sinar.[4] Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar.[4] Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.[4] Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.[4] Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.[4] Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.[4] Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.[4] bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.[4] Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).[4] Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.[1] Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.[4]

Kandungan gizi
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.[9] Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori.[10] Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein.[10] Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.[10] Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium.[10][11] Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh.[10] Serat jamur sangat baik untuk pencernaan.[10] Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet.[12][10] Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.[10] Protein rata-rata 3.5 4 % dari berat basah.[10] Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering.[10] Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.[10] Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.[10] Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.[10] 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya.[10] 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di

dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.[10] Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi.[10] Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium.[10] Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.[10] Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.[10] Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.[10]

Manfaat

You might also like