You are on page 1of 20

MODEL DAN CONTOH MUATAN LOKAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

(SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK)

PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007

KATA PENGANTAR

Puskur salah satu tugasnya adalah mengembangkan model-model kurikulum, diantaranya adalah Model dan Contoh Muatan Lokal untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Model ini diperuntukan bagi pemangku kepentingan dalam mengembangkan Muatan Lokal. Hasil kegiatan ini adalah tersusunnya model dan contoh Muatan Lokal untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK. Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Muatan Lokal ini mencakup: 1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah; 2) Lingkup isi/jenis Muatan Lokal: Budaya Lokal, Kewirausahaan (Pra-vokasional dan Vokasional); 3) Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain; dan 4) Kecakapan Hidup. Sedangkan lingkup jenjang: jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada pengembangan dan penyempurnaan model dan contoh Muatan Lokal ini, peserta yang dilibatkan adalah Kepala Sekolah, Guru, PT, Widyaiswara, dan unit terkait. Sedangkan pada pelaksanaan ujicoba melibatkan beberapa sekolah dari beberapa daerah. Kegiatan dilakukan adalah workshop kajian konsep bersama-sama dengan ahli dan praktisi, kajian kebutuhan lapangan, penyusunan kerangka model, pengembangan model, ujicoba model, presentasi model, dan penyempurnaan model. Namun implementasi Mulok ini tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus, karena berbagai permasalahan yang ada dilapangan. Masalah-masalah tersebut antara lain: daerah/sekolah belum siap mengembangkan Mulok, terbatasnya guru Mulok, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah, rendahnya SDM di lapangan, ketidakcocokan antara Mulok dengan keadaan sekolah atau daerahnya, ketidaktepatan guru dalam mendesain pembelajaran Mulok, dsb. Pengembangan model merupakan suatu proses yang tidak terputus dan dilakukan secara terus-menerus karena harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat menjawab kebutuhan daerah. Model dan contoh Muatan Lokal ini senantiasa selalu dikembangkan terus menerus, sehingga besar kemungkinan untuk disempurnakan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca atau pengguna model ini diharapkan dapat dijadikan dasar pengembangan model selanjutnya.

Jakarta, 2007 Kepala Pusat Kurikum

Diah Harianti

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

ABSTRAKSI Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Keanekaragaman inilah yang mendasari kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran Muatan Lokal dalam Standar Isi. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup Muatan Lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada Muatan Lokal (Mulok). Muatan Lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan lokal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK. Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Dalam pengembangan Muatan Lokal ini mencakup: 1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah; 2) Lingkup isi/jenis Muatan Lokal: Budaya Lokal, Kewirausahaan (Pravokasional dan Vokasional); 3) Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain; dan 4) Kecakapan Hidup. Sedangkan lingkup jenjang: jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pengembangan pengembangan model dan penyempurnaan model peserta yang dilibatkan adalah Kepala Sekolah, Guru, PT, Widyaiswara, dan unit terkait. Sedangkan pada pelaksanaan ujicoba melibatkan beberapa sekolah dari beberapa daerah. Kegiatan dilakukan melalui: workshop kajian konsep bersama-sama dengan ahli dan praktisi, kajian kebutuhan lapangan, penyusunan kerangka model, pengembangan model, ujicoba model, presentasi model, dan penyempurnaan model. Namun implementasi Mulok ini tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus, karena berbagai permasalahan yang ada dilapangan. Masalah-masalah tersebut antara lain: daerah/sekolah belum siap mengembangkan Mulok, terbatasnya guru Mulok, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah, rendahnya SDM di lapangan, ketidakcocokan antara Mulok dengan keadaan sekolah atau daerahnya, ketidaktepatan guru dalam mendesain pembelajaran Mulok, dsb.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

ii

DAFTAR ISI

Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Landasan C. Tujuan Bab II. KONSEP MODEL MUATAN LOKAL A. Pengertian B. Tujuan C. Kedudukan D. Ruang Lingkup BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN A. Pengembangan B. Pihak Yang Terlibat dalam Pengembangan C. Rambu-rambu Pelaksanaan di Sekolah BAB IV TINDAK LANJUT A. Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah B. Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Contoh SD : SK, KD, SILABUS DAN RPP Matapelajaran Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta B. Contoh SMP : SK, KD, SILABUS DAN RPP Matapelajaran Tata Busana , Tata Boga dan Jasa Perniagaan C. Contoh SMA : SK, KD, SILABUS DAN RPP Mata Pelajaran Kewirausahaan, Bahasa Arab dan Bahasa Jepang.

i ii iii 1 1 2 3 3 4 4 8 14 15 17 18

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keanekaragaman multikultur di Indonesia (adat istiadat suku bangsa, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan, dikembangkan,dan dipertahankan melalui upaya pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain memuat mata pelajaran, juga memuat Muatan Lokal yang wajib diberikan pada semua tingkat satuan pendidikan. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya Muatan Lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Standar Isi yang seluruhnya disusun oleh Pemerintah Pusat tidak mungkin dapat mencakup Muatan Lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada Muatan Lokal. Muatan Lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan lokal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, Muatan Lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal dalam kehidupan (life skill), serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan. B. Landasan 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31, 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 13 ayat 1 (f), 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2), 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. C. Tujuan Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

BAB II KONSEP MODEL MUATAN LOKAL


A. Pengertian Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh satuan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing. Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi dan harus diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis Muatan Lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran Muatan Lokal. Pelaksanaan pembelajaran Muatan Lokal dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan kompetensi yang dicapai. B. Tujuan Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat: 1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya, 2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, 3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. 4. Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya. 5. Memiliki keterampilan khusus yang dapat menciptakan lapangan kerja. C. Kedudukan Mata pelajaran Muatan Lokal mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lain. Hal ini sesuai dengan Struktur Kurikulum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006, karena memiliki alokasi waktu sebanyak 2 jam per minggu pada setiap satuan pendidikan.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

Disamping itu, sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Pemerintah Daerah berkewajiban melestarikan dan mengembangkan potensi daerah masing-masing, sehingga keunggulan lokal pada daerah tersebut dapat dimunculkan dan menjadi kebanggaan daerah tersebut. Dalam rangka mengembangkan keunggulan lokal yang dimiliki oleh Satuan Pendidikan, maka Satuan Pendidikan dapat juga menerapkan keunggulan lokal yang dimilikinya pada mata pelajaran Muatan Lokal sesuai kebutuhan masing-masing peserta didik dan satuan pendidikan. D. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk: a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah c. Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat) d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha. 2. Lingkup isi/jenis Muatan Lokal, memiliki ciri khas dan potensi daerah. Mata pelajaran Muatan Lokal meliputi cakupan: Budaya Lokal, Keterampilan Wirausaha/Keterampilan Pra-vokasional, Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal lain. Pada akhirnya dari ketiga lingkup tersebut bersinergi membentuk kecakapan hidup (life skill) yang dimiliki peserta didik.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

CIRI KHAS DAN POTENSI DAERAH

BUDAYA LOKAL (Dimensi Sosio-budaya+Politik)

KEWIRAUSAHAAN DAN PRAVOKASIONAL (Dimensi Ekonomi)

KECAKAPAN HIDUP (Dimensi Pribadi)

PENDIDIKAN LINGKUNGAN & KEKHUSUSAN LOKAL LAINNYA (Dimensi Fisik)

Diadaptasi: Muatan Lokal, Innovation and Creativity in Curriculum Development; Evelina M. Vicencio, hal.23, 1995

Rincian ruang lingkup muatan lokal sebagai berikut: a. Budaya Lokal Adalah keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat di tempat dimana dia berada. Budaya lokal dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi : keagamaan, aktivitas sosial, struktur sosial/kelompok kesukuan, media dan transportasi, adat istiadat, budi pekerti, bahasa daerah dan bahasa asing, sumber budaya (cerita rakyat/legenda), isu kontroversial (konflik), permainan dan olahraga daerah, kesenian, kerajinan, dan masakan khas daerah, dll b. Kewirausahaan (Pra-vokasional dan Vokasional) Kewirausahaan adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki sikap ulet, bekerja keras, mampu melihat peluang usaha, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

Pra-vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki keterampilan teknis. Vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik mampu berjiwa usaha sebagai persiapan bekal hidup/kemandirian dan persiapan studi lanjut. Kewirausahaan (pra-vokasional dan vokasional) dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi: keterampilan sederhana keterampilan rumah tangga (tata boga, tata busana) keterampilan pengolahan (memancing, bertani, perikanan, kerajinan) keterampilan dasar (mengetik, komputer, sempoa, elektronik, otomotif, pendidikan teknologi dasar) manajemen perencanaan (jasa perniagaan) manajemen keuangan (pembukuan, pemasaran) komunikasi bisnis dll c. Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain Adalah suatu upaya yang sistematis untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan berpartisipasi aktif di dalamnya. Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi: lingkungan alam sekitar (daur ulang, konservasi alam), isu-isu atau masalah lingkungan, kepedulian, sikap positif, dan partisipasi aktif terhadap lingkungan, terhadap lingkungan, dll d. Kecakapan Hidup Adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup mulai dari masa anak-anak sampai akhir hayat. Kecakapan hidup dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi: kemampuan berbahasa dan menghitung, kemampuan matematis lain, perencanaan dan pengorganisasian kegiatan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, kerja kelompok, manajemen waktu dan pemberdayaan, terampil, inisiatif dan pandai beradaptasi, evaluasi dan memberi respon (umpan balik), kecakapan berelasi, kemandirian, kecakapan komunikasi dan informatika, dll

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

Berdasarkan ruang lingkup di atas, maka pada setiap jenis dan jenjang pendidikan memiliki penekanan yang khusus. Lebih lanjut dapat dilihat pada matrik berikut ini:
No Ruang Lingkup Muatan Lokal Budaya lokal Kewirausahaan Pra-vokasional Vokasional (Produktif) Pendidikan lingkungan & Kekhususan lokal lainnya Kecakapan hidup
SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK/MA K SLB*) SDLB SMPLB SMALB

1 2 3 4

v v

v v v

v v

v v

v v

v v

v v

*) Catatan: Untuk SLB (SDLB SMPLB dan SMALB) disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan ketunaan (kebutuhan khusus) siswa.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN


Muatan yang tercantum dalam struktur kurikulum pada Standar Isi belum disediakan Kompetensinya yang meliputi SK dan KD. Hal ini memberikan peluang kepada Satuan Pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah serta kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena itu perlu dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal. Tahapan pengembangan Muatan Lokal adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini. Langkah-langkah yang dapat ditempuh sekolah yang belum mampu mengembangkan mata pelajaran muatan lokal antara lain: 1. Analisis mata pelajaran Muatan Lokal yang sudah ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan mata pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah? 2. Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 3. Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah dapat menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau dapat menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. A. Pengembangan Proses pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah, b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal, c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal, d. Menentukan mata pelajaran muatan lokal, e. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, perguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: 1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development), 2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, 3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk: 1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, 2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu, 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta, 4) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari. c. Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, 2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, 3) Tersedianya sarana dan prasarana, 4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa, 5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, 6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah, 7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah. d. Menentukan mata pelajaran Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah serta prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. e. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya dengan mengacu pada panduan penyusunan KTSP dari BSNP.
Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

1) Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Lulusan dapat disusun sebelum atau sesudah merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut: a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Sedangkan kompetensi itu didefinisikan sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Penentuan Standar Kompetensi dengan didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai dan ahli lain yang relevan. 3) Pengembangan silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus a) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, dengan memperhatikan hal-hal berikut: i. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI, ii. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran, iii. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. b) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: i. potensi peserta didik, ii. relevansi dengan karakteristik daerah, iii. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik,

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

iv. v. vi. vii.

kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan viii. alokasi waktu. c) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. i. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. ii. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. iii. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. iv. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. d) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. e) Menentukan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. i. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

10

ii. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. iii. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. iv. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. v. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. vi. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri vii. Pelaporan mata pelajaran muatan lokal dinilai secara kuantitatif f) Menentukan Alokasi Waktu Penentuan jumlah jam pelajaran tiap minggu untuk mata pelajaran Muatan Lokal 2 jam pelajaran. Jika jumlah jam pelajaran dianggap belum mencukupi dalam satu minggu maka kekurangan jam pelajaran tersebut dapat mengambil dari 4 jam pelajaran pada struktur kurikulum yang ditentukan. Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. g) Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masingmasing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

11

4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun komponen dari RPP berisi antara lain: a). Tujuan Pembelajaran, b). Materi Ajar, c). Metode Pembelajaran, d). Kegiatan Pembelajaran, e). Sumber Belajar, f). Penilaian. 5) Kegiatan Pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal diupayakan agar guru dapat menanamkan apresiasi terhadap budaya lokal, sikap kewirausahaan (pra vokasional dan vokasional), kesadaran melestarikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya serta mengembangkan kecakapan hidup. Pembelajaran keterampilan diharapkan dapat memberikan bahan keterampilan, sehingga peserta didik dapat mengerjakan, menangani, membuat sendiri serta mempunyai kesempatan untuk mencoba berbagai keterampilan. Pendekatan pembelajaran muatan lokal mengacu pada: Penekanan pada bagaimana keterampilan dilakukan bukan pada teori, Disesuaikan dengan perkembangan motorik peserta didik, Dimulai dari tingkat sederhana sampai mahir, Disesuaikan dengan dengan bakat, minat dan kesadaran peserta didik, Menanamkan apresiasi atau penghargaan. B. Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan Daerah dan/atau satuan pendidikan mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan muatan lokal. Bila daerah dan/atau satuan pendidikan tidak mempunyai tenaga pengembang maka dapat bekerjasama dengan unsur-unsur antara lain: a). Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, b). Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), c). Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah daerah/Bappeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh masyarakat, dsb. a. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing, Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal, Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing, Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan, Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. b. Peran perguruan tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam: Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal, Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran,

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

12

Menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian/pelajaran

c. Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah: Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan, Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu, Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat. C. Rambu-rambu Pelaksanaan di Sekolah Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal. a. Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya sekolah dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Bila beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu mengembangkan dapat meminta bantuan TPK daerah, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsinya. b. Bahan kajian hendaknya : Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan pada kurikulum nasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan muatan lokal dihindarkan adanya pekerjaan rumah (PR). Memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas I s.d VI atau dari kelas VII s.d IX, dan X s.d XII. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester atau satu tahun ajaran.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

13

c. Program pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik maksudnya terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu bahan kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

14

BAB IV TINDAK LANJUT

A. Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah Sekolah yang mampu mengembangkan Muatan Lokal dapat melalui tahapan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah, Keadaan daerah dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: (a). Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development), (b) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, (c) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya 2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal, Berdasarkan dari keadaan dan kebutuhan dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk: (a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, (b) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu, (c) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta, (d) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari. 3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal, Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: (a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, (b) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, (c) Tersedianya sarana dan prasarana, (d) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa, (e) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, (f) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah, (g) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah. 4. Menentukan mata pelajaran muatan lokal, Dari bahan kajian muatan lokal dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. 5. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan rincian sebagai berikut: a. Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan dapat disusun sebelum atau sesudah merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. b. Pengembangan Standar Kompetensi didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. c. Pengembangan Kompetensi Dasar dilakukan dengan menjabarkan lebih lanjut dari Standar Kompetensi. 6. Mengembangkan Silabus dan RPP

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

15

B. Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah Sekolah yang mampu mengembangkan Muatan Lokal dapat mengimplementasikannya, dengan memperhatikan: 1. Guru yang mengajar berlatar belakang dari bahan kajian Muatan Lokal yang akan diajarkan atau guru yang mempunyai perhatian terhadap Muatan Lokal yang akan diajarkan. 2. Memperhatikan tingkat kebutuhan peserta didik 3. Memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah 4. Jika jam pelajaran Muatan Lokal yang 2 jam dianggap belum mencukupi dalam satu minggu, maka dapat mengambil dari 4 jam pelajaran dari struktur kurikulum yang ditentukan. 5. Menjalin kerja sama atau meminta informasi dari teman guru atau pihak luar ketika mengalami kesulitan dalam memberikan pelajaran

Model dan Contoh Muatan Lokal - 2007

16

You might also like