Professional Documents
Culture Documents
SEKOLAH BERBASIS IT
YANG BERKUALITAS
MENDORONG TERCIPTANYA
EXTERNAL HOUSE JOURNAL INI
DAPAT DIPEROLEH DI L.P.M.P JATIM
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TIMUR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN LPMP JAWA TIMUR
Inspiratif
Korsel Menganggap
Pemanfaatan Teknologi Bidang
Pendidikan di Negaranya
Masih 20%
Penataan
Guru
Wajib Hukumnya
di Tahun 2012
PROGRAM KEMITRAAN LPMP JAWA TIMUR
14 Program Kemitraan LPMP Jawa Timur dalam Membangun Model Penjaminan Mutu Pendidikan dengan 38
Kabupaten/Kota di Jawa Timur sebagai langkah konkrit percepatan peningkatan mutu pendidikan (khususnya kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan)
ICT Training for Teachers (partnership with Intel Indonesia)
Seleksi Calon Kepala Sekolah TK/SD/SMP/SMA/SMK
Seleksi Calon Pengawas Sekolah TK/SD/SMP/SMA/SMK
Seleksi Calon Guru TK/SD/SMP/SMA/SMK
Seleksi Guru. Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
Berprestasi TK/SD/SMP/SMA/SMK
Evaluasi Diri Sekolah (EDS)/Pemetaan Sekolah
Pemetaan Kompetensi Guru
Pemetaan Kompetensi Kepala Sekolah
Pemetaan Kompetensi Pengawas Sekolah
Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (Penerimaan Siswa
Baru) SMP/SMA/SMK
Diklat Terakreditasi Calon Guru/Calon Kepala Sekolah/
Calon Pengawas Sekolah (Hasil Seleksi)
Terakreditasi Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Pengawas
Sekolah/Kepala Sekolah dalam Jabatan
Diklat Tenaga Administrasi Sekolah
Diklat Prajabatan
Dekatkan, bergabung dan dapatkan manfaatnya karena LPMP Jawa
Timur selalu memberikan yang terbaik buat pendidikan di Jawa Timur
Hotline:
031-8290243
Lembaga Profesional, Kredibel dan berstandar Nasional
Dengan wawasan dan kualitas global, LPMP Jawa Timur tidak hanya berpikir tetapi aktif dalam bertindak
dan berinovasi untuk selalu Maju Menjamin Mutu agar kualitas pendidikan di Jawa Timur Juara
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Lembaga Pejaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur
1
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
EWASA ini dunia sedang menghadapi tantangan
sebagai dampak dari globalisasi. Dulu kita berpikir
bagaimana merubah ketela menjadi nasi, tetapi
saat ini kita dihadapkan dengan berbagai jenis
makanan mulai dari hamburger, hotdog, kentang
goreng dan makanan fast food lainnya.
Apa jadinya kalau kita hanya bisa membuat be-
ras menjadi nasi, padahal anak-anak kita meminta
masakan roti buger?
Demikianlah pula dengan perkembangan
teknologi informasi yang membawa konsekuensi
baru dalam bidang pendidikan. Anak-anak kita
telah mengenal facebook ataupun twitter, sementara para
guru masih berkutat dengan kapur tulis?
Globalisasi bukanlah ancaman melainkan tantangan
yang harus kita selesaikan dengan knowledge based solution.
Dengan pengetahuan itulah, kita bisa mengemas teknologi
yang berdaya guna bagi pendidikan mengingat teknologi
sendiri ibarat sebuah pisau, yang bisa digunakan untuk
kejahatan maupun kebajikan.
Edisi kali ini tidak hanya berbicara betapa dekat man-
faat teknologi bagi pembelajaran abad 21 tetapi dibahas
pula secara eksplisit dan implisit beberapa hal mayor (non
teknologi) dan sisi lain yang masih dianggap minor tetapi
bila dikulik lebih dalam ternyata menyimpan energi positif
berlebih bagi peningkatan mutu dan kualitas pendidikan
yang gol utamanya berhak dirasakan putra-putri terbaik
bangsa sebagai agen perubahan
editorial
Semangat Menjaga
Gawang Pendidikan
Sejarah adalah cermin, sementara pengalaman bagai lentera yang
menuntun langkah mencapai cita. Demikian halnya Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur yang terus bertekad untuk menjadi
pemikir, pelaksana, dan pemantau kualitas di bidang pendidikan dasar
dan menengah di Provinsi Jawa Timur.
Image & story development editor: Bagus Priambodo | Secretary & general administration: Sri Ratnaniyah, Diana
Triastuty | Translator: Setyo Rini | Internal & external relation: Wahyu Nugroho, Armayu Eka W, Estu Sofatiningrum,
Nurmaulida Sitoresmi, Lunaningrung P, Kiki Amalia | Data exploration & research: Wahyu Ari Jatmiko, Eny Harijany,
Winarti, Lisna Zainiyah, Wahsun, Retno Yuvita, Luluk Kudhaifah | Program development & product divercifcation: Aidy
Mulyono, Kholis Husyaini, Budi Tri Cahyono | Photographer & e-publishing: Rahadia Wiyoshastono | Global circulation:
Dwi Agus Santoso, Slamet Sumijanto, Suyanto, Setyanto | Design support: Angger Putranto
Alamat Redaksi: Jl. Ketintang Wiyata [belakang Unesa] | Tlp. 031 8290243 | http://www.lpmp-jatim.org
Editor in chief: Salamun, Ph.D.
Managing editor: M. Toni Satria D, ST
Text editor: Setyo Prawoto, SH, MM
1
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Inspiratif
2
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
TRIMAKASIH GURUKU
3. Nasehat Guru Mengantarkanku ke Negeri
Beruang Merah
INPUT
8. Manajemen Barang & Konsep Kepemilikan:
Kecil Tapi Luar Biasa Manfaatnya
10. Pelayanan Publik:
Tidak Ada Ruginya Menerapkan Konsep Simpel
dan Selalu Memudahkan
11. Hak Anak: Mengapa Anak Harus Bermain?
13. Metode Bermain di Taman Kanak-Kanak
SALAM KENAL
17. Afanti Fontana:
Model Keterlibatan (Engaged Model) Dalam
Inovasi Manajemen
REFLEKSI
19. Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat
CERITA SAHABAT
22. David Segoh: Arti Penting Pengembangan TIK
bagi Dunia Pendidikan di Indonesia
THREE IN ONE
23. NUPTK: Antara Data, NUPTK dan Sertifkasi
25. Sudah Benarkah NUPTK Anda? Sudah
Keluarkah NUPTK Anda?
26. Konsultasi Permasalahan Umum NUPTK dan
Sertifkasi
27. Sertifkasi Guru: Sekilas SERTIFIKASI GURU
Tahun 2012
29. Jaminan Profesionalitas Guru Melalui
Penilaian Kinerja +
SAJIAN UTAMA
32. Laporan Khusus: IT dan ICT Bukan Puncak
Pembelajaran
34. Dorong Terciptanya Sekolah Berbasis IT
yang Berkualitas
Beberapa tahun terakhir,
perkembangan dunia teknologi
maju pesat. Mau tidak mau, lembaga
pendidikan yaitu sekolah pun harus
bisa mengikuti perkembangan dunia
teknologi di dunia. Untuk itu, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Jawa Timur telah bertekat untuk
melakukan pendampingan dalam
rangka mendorong terciptanya sekolah
berbasis teknologi yang berkualitas di
Jawa Timur.
37. Pembelajaran Berbasis Proyek Dorong
Kreativitas Guru dan Siswa
39. Pengaruh & Manfaat Teknologi bagi
Pendidikan Generasi ke Depan Sudah Tidak
Terbendung
41. Cara Jitu Tingkatkan Kualitas Pendidik (2):
Diklat Mentor ICT
43. Galeri LPMP
45. Buruknya Pendidikan Ancaman Terbesar
Bagi Sebuah Bangsa
49. Penataan Guru Wajib Hukumnya di Tahun 2012
51. Indonesia Kurang Pendidikan Soft Skill
54. Hapus Sistem Rangking Hargai Setiap
Kelebihan Anak
57. OASE: Kunci Sukses
59. Guru dan Calon Guru Harus Pandai
Berakting
62. Penjasor: Kami Bukan Anak Bawang
66. Apa pun bisa dilakukan guru untuk
Tetap Senang Membaca: Sebagai Bentuk
Pegembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
REFRESH
69. Islam dan Pendidikan Karakter
71. Tidur untuk Pintar
HIDUP GURUKU
74. Rangsang Semangat Siswa dengan Sistem
Reward dan Punishment
STUDI BANDING
76. Korsel Menganggap Pemanfaatan Teknologi
Bidang Pendidikan di Negaranya Masih 20%
LUAR NEGERI
81. Anak adalah Pengantar Perubahan
83. Belajar dengan Telinga
85. Bagaimana Sekolah-sekolah di Eropa
Melakukan Evaluasi?
87. Iskay Yachay, Dua Jenis Ilmu Pengetahuan
SOSOK
89. Anies Baswedan, PhD: Berhenti Kecam
Kegelapan, Mari Nyalakan Lilin
RESENSI
92. Buku: Bakti Mas dan Mbak Guru, Demi
Sebuah Janji Nyata
94. Film: October Sky
INTEREST
96. Membangkitkan Komik Lokal
daftarisi
3
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Nasehat Guru
Mengantarkanku
Ke Negeri
Beruang
Merah
Sebutan Pahlawan tanpa tanda
jasa tidaklah salah jika diberikan
kepada guru. Pernahkah kita
merenungkan seandainya tidak
ada guru dalam kehidupan kita,
bagaimana jika guru tidak peduli
pada pendidikan anakanak
bangsa termasuk kita? Berkat jasa
guru, alhamdulillah, saya dapat
mengikuti student exchange
ke negeri beruang merah atau
Rusia. Dalam tulisan ini, saya
ingin berbagi cerita, pengalaman,
serta ilmu saat saya berada di
sana dan bagaimanakah nasehat
guru dapat mengantarkan saya
mendapatkan kesempatan
ke Rusia.
terimakasihguruku
3
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
4
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Beliau menanamkan nilai
kejujuran pada saya dan
pantang menyerah, serta
yang paling membuat
saya terinspirasi hingga
saat ini, yaitu: Jadilah
orang yang bisa berguna
untuk orang lain.
ORANGTUA saya duaduanya bekerja
dan sejak kecil, saya sering ditinggal
oleh kedua orangtua saya ke luar kota.
Jika pun saat mereka tidak bertugas
di luar kota, setiap hari mereka pergi
bekerja mulai dari pagi sekitar pukul 8
pagi hingga larut malam. Bahkan saat
hari Sabtu sekalipun, mereka masih
sibuk bekerja. Sehingga, intensitas saya
bertemu dengan mereka pun juga ja-
rang. Masingmasing anggota keluarga
memiliki kesibukan masingmasing. Di
sinilah peran guru sangat mempenga-
ruhi kehidupan saya. Saat saya masih
kecil, orangtua saya meyekolahkan
saya di salah satu sekolah Islam full day
school yang favorit di Surabaya. Orang
tua saya mempercayakan saya kepada
guruguru dalam pembentukan suatu
keperibadian dengan harapan, saya
mendapatkan edukasi yang berkualitas
karena di sini. Karena sejak kecil saya su-
dah terbiasa ditinggal orangtua bekerja,
maka secara tidak langsung, interaksi
saya lebih sering saya lakukan dengan
guru. Bagi saya, guru merupakan orang
tua kedua.
Kesabaran dan kewibawaan mereka
dalam membimbing saya, membuat
saya memfgurkan sosok seorang guru.
Dulu saya bisa digolongkan sebagai
salah satu anak yang bermasalah.
Saya ingin seperti temanteman (yang
saya rasa), mereka mendapatkan
kasih sayang orang tua mereka secara
penuh maka dari itulah terkadang saya
berulah namun dalam batas kewajaran
dengan tujuan ingin mendapatkan per-
hatian yang selama ini kurang. Pernah
suatu hari saya akhirnya mogok sekolah
dan ikut ibu saya pergi ke kantor beliau
selama satu minggu. Di saat saya mog-
ok sekolah, seorang guru menda tangi
saya. Beliau dengan sabar membujuk
saya untuk kembali ke sekolah, serta
memberi saya pengertian jika seandai-
nya saya besikap seperti itu terus, maka
saya akan menyusahkan orang tua saya
karena membuat mereka tidak dapat
fokus bekerja, akhirnya kebutuhan
sehari haripun juga akan terpengaruhi.
Sejak saat itulah, saya sudah mulai me-
nyadari dan mengerti akan kesibukan
orangtua saya yang bukan berarti me-
reka tidak memberi perhatian kepada
saya. Bahkan, kesibukankesibukan
kerja yang dilakukan oleh orangtua saya
tersebut ternyata merupakan perhatian
yang secara langsung diberikan kepada
saya untuk memenuhi kebutuhan hidup
saya dan sebenarnya saat akhir pekan,
saya masih mempunyai waktu dengan
mereka. Dari penjelasan guru saya ini-
lah, berlahanlahan saya mau mengerti
dan tidak terlalu protes dengan
keadaan sekitar dan selalu berusaha
lebih menghargai orang lain.
Figuritas seorang guru selalu melekat
dalam benak saya hingga saya berada di
bangku SMA. Saat SMA, saya menemui
seorang guru bahasa Inggris yang
notabene tidak bisa dikatakan baik
atau temanteman saya memanggilnya
guru killer. Beliau pernah marah besar
saat satu kelas kacau dalam melafalkan
bahas Inggris. Sampai-sampai beliau
berkata pada kami: Mana kepala suku-
nya (ketua kelas)? Bubarkan saja kelas
ini! Bubarkan saja Indonesia! Namun,
meskipun beliau terkenal killer, tapi cara
beliau untuk bercanda dengan murid
muridnya tergolong lucu karena meski-
pun beliau marahmarah, tapi logat dan
aksen yang beliau gunakan sangat lucu,
membuat kami ingin sekali tertawa
terbahakbahak, namun tidak ada
seorang pun dari kami saat itu yang be-
rani untuk tertawa. Kami pun baru bisa
tertawa saat jam pelajaran beliau telah
selesai. Kelas pun menjadi ramai mem-
bicarakan beliau, terutama logat beliau
saat marah, beliau menggunakan aksen
Flores atau aksen daerah timur Indone-
sia, daerah dimana beliau berasal. Dari
itu semua, dengan sendirinya teman
teman saya yang selama 2 tahun belajar
bahasa Inggris di SMA tidak pernah
dan cenderung malas untuk membawa
kamus, akhirnya rela membawa kamus.
Bahkan 15 menit sebelum kelas bahasa
Inggris dimulai, temanteman sudah
berada di kelas dan membaca teks yang
akan dibahas di kelas. Maklum, selain
killer dan ketat dalam kelas, beliau juga
terkenal akan disiplin waktunya.
Secara tidak langsung, berkat beliau,
kemampuan bahasa Inggris saya dan
temanteman meningkat secara signif-
kan, saya yang terkenal karena sering
telat pun berangsurangsur mulai
berubah. Meskipun terkenal dengan
ke-killerannya, namun beliau sangat
bijak. Hal ini saya temukan saat saya
membuat kesalahan yang sangat fatal
waktu ujian, yaitu saya ketahuan mem-
buka catatan saat ujian. Dan alhasil,
kertas ujian saya disobek saat itu juga,
lalu disuruh keluar dan menghadap
beliau setelah ujian selesai. Saya sudah
tertunduk lemas dan jantung berdegup
kencang. Saya sangat takut sekali saat
itu, untuk melangkah ke kantor beliau
pun juga dengan langkah bergetar.
Begitu tiba di meja beliau, seperti du-
gaan saya, saya memang dimarahi oleh
beliau. Namun, ditengah kemarahan-
nya, suara beliau tibatiba berubah
menjadi lebih lembut. Beliau menutur-
kan kepada saya bahwa nilai bukanlah
segalanya. Beliau ternyata mengadakan
ulangan atau ujian, hanya untuk men-
gukur kemampuan muridmuridnya,
karena yang sesungguhnya dinilai
yaitu keaktifan di kelas dan kemajuan
muridmuridnya dalam memahami
bahasa Inggris. Beliau menanamkan
nilai kejujuran pada saya dan pantang
menyerah, serta yang paling membuat
4
terimakasihguruku
5
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sejujurnya saya tidak
menyangka akan
terpilih menjadi wakil
pemuda Indonesia untuk
Rusia, dan yang paling
mengagetkan adalah,
justru orang Rusianya
sendiri yang memilih
saya untuk datang ke
Rusia mengerjakan cross
cultural project selama
2 bulan di sana
TERIMAKASIHGURUKU
saya terinspirasi hingga saat ini, yaitu:
Jadilah orang yang bisa berguna
untuk orang lain. Saya baru menyadari
bahwa ke-killeran beliau bukan karena
beliau benci kepada muridmuridnya,
justru karena rasa sayang beliau dan
keinginan beliau untuk mendidik anak
anak bangsa untuk menjadi manusia
berkualitas serta bisa berguna bagi
masyarakat. Sayangnya, tahun dimana
saat beliau mendidik saya dan teman
teman saya, merupakan tahun terakhir
bagi beliau untuk menjadi seorang guru
dan mengajar di sekolah kami, karena
saat saya dan temanteman lulus dan
melanjutkan ke jenjang kuliah, beliau
sudah tidak mengajar lagi di sekolah
kami tercinta.
Jasa, kerja keras, dan nasehat beliau
tidak siasia dan bahkan dapat men-
gantarkan saya meraih kesempatan
ke Moscow, Rusia, dalam program
pertukaran pemuda internasional oleh
organisasi pemuda internasional AIESEC
yang terdapat di lebih dari 110 negara.
Berkat bimbingan beliau, bahasa Inggris
saya yang dulunya kacau, menjadi
sangat baik dan bahkan saya dapat
meraih kesempatan pergi ke Rusia pada
awal tahun 2011 selama 2 bulan untuk
mewakili Jawa Timur dan tahun 2012
ini, saya diterima magang di Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) di New
Delhi, India. Dan, insya Allah, pada
bulan Maret 2012 ini, saya dan delegasi
lain akan mewakili Indonesia pada
konferensi kepemimpinan pemuda
internasional se Asia Pasifk di Jepang.
Sejujurnya saya tidak menyangka akan
terpilih menjadi wakil pemuda Indone-
sia untuk Rusia, dan yang paling tidak
saya sangka lagi adalah justru orang
Rusianya sendiri yang memilih saya un-
tuk datang ke Rusia mengerjakan cross
cultural project selama 2 bulan di sana.
Kisah dan proses exchange saya pun
dimulai pada Bulan Oktober 2010. Sejak
kecil, saya ingin sekali bisa ke luar ne-
geri saat winter dan merasakan musim
salju di negara orang. Suatu hari, saya
melihat ada sebuah poster opportunity
untuk exchange ke luar negeri di situs
jejaring sosial. Saya memberanikan diri
untuk mendaftar dalam program ini.
Program exchange ini diselenggarakan
oleh AIESEC. AIESEC adalah organisasi
pemuda internasional yang member-
nya berada lebih dari 110 negara dan
teritori yang didirikan sejak perang
dunia II yang bertujuan untuk men-
ciptakan perdamaian dunia. Beberapa
proses pun saya jalani. Proses pertama
yaitu seleksi dokumen. Dalam seleksi
dokumen tersebut, saya juga diharus-
kan untuk mengisi formulir exchange,
terdapat beberapa negaranegara
tujuan yaitu Rusia, China, India, Ukraina,
Thailand, Romania, Turki, dan lainnya.
Saat itu saya memilih Rusia karena saya
ingin merasakan pengalaman pertama
saya ke luar negeri ke benua Eropa dan
merasakan salju serta menikmati ke-
unikan gereja St.Basil yang menyerupai
istana permen lolipop yang berwarna-
warni meskipun saya harus pergi ke
tempat yang sangat jauh dari Indonesia
dan harus meninggalkan orang tua saya
selama hampir 2 bulan.
Seleksi demi seleksi saya lalui
dengan sangat berat. Sampai akhirnya
pada tanggal 21 November 2010, pihak
Rusia menghubungi saya dan saya
dinyatakan DITERIMA oleh mereka.
Akhirnya, saya pun positif berangkat.
Tak hentihentinya rasa syukur saya
panjatkan pada Allah SWT, sujud syukur
dan tangis haru yang sudah tidak
dapat dibendung lagi, berkalikali saya
membaca pengumuman tersebut dan
tulisan DITERIMA (ACCEPTED) benar
benar nyata.
Tanggal 10 Februari 2010, saya dan
delegasi lainnya dari Jawa Tengah dan
DKI Jakarta, berangkat bersamasama.
Saat itu saya satu perjalanan dan satu
pesawat dengan Hida dari Semarang
dan Dito dari Jogjakarta. Kami berang-
kat dari Jakarta dengan menggunakan
Etihad Airways pukul 18:00 WIB dan
sampai di bandara Abu Dhabi untuk
transit sekitar pukul 23.00 (GMT+5). Di
bandara tersebut, kami melepaskan
kelelahan sejenak karena perjalanan
jauh
Setelah transit selama 8 jam,
akhirnya pada pukul 08.00 (GMT+5),
kami melanjutkan perjalanan. Sebe-
lum memasuki pesawat, saya dapat
membayangkan betapa dinginnya
kota Moscow di waktu winter dari para
calon penumpang yang menunggu di
ruang tunggu. Mereka telah menyiap-
kan mantel yang super tebal meskipun
kondisi di Abu Dhabi tidak terlalu parah
dinginnya. Sebelum sampai di Moscow,
kami harus menempuh perjalanan lagi
sekitar 3 jam. Pemandangan putihnya
salju sudah bisa dilihat dari monitor
pesawat. Pesawat kami melalui gurun
salju yang sangat luar biasa. Kemudian,
tidak lama setelah itu, kota Moscow pun
sudah hampir terlihat. Namun tibatiba
terjadi masalah dengan pesawat kami.
Pilot pesawat belum mendapatkan
jalur landasan yang tepat karena arena
pendaratan pesawat masih penuh oleh
5
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
terimakasihguruku
6
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
pesawatpesawat yang landing dan
take of serta tidak ada daerah landing
yang sesuai. Area landing lain tidak
dimungkinkan untuk mendarat karena
area tersebut licin dan beku oleh salju.
Setelah pesawat berputarputar diatas
bandara Domodedovo sekitar 10 menit,
akhirnya pesawat kami dapat mendarat.
Para penumpang yang lain pun lega
dan bertepuk tangan karena keberha-
silan sang pilot mendarat dengan baik.
Saya tidak dapat membayangkan jika
pesawat yang saya tumpangi belum
bisa menemukan area untuk landing
sampai bahan bakar pesawat habis,
maka bisa dipastikan pesawat yang
kami tumpangi akan menjadi pesawat
karam dan mungkin bisa dipastikan
tidak ada yang selamat, tapi syukurlah
pesawat kami telah mendaratkan ro-
danya dengan baik di bandara teramai
Rusia, Domodedovo. Finally, Russia! Im
coming!
Dinginnya musim dingin Moscow
menusuk sampai tulang dan angin
musim dingin yang berhembus ken-
cang menyambut kedatangan saya,
Hida, dan Dito keluar dari pesawat.
Saat keluar dari pesawat, temperatur
tibatiba berubah, yang semula di
dalam pesawat temperatur dan suhu
masih bersahabat, namun begitu keluar
dari pesawat serasa masuk ke freezer
raksasa. Baju berlapis 4 yang saya pakai
lumayan cukup untuk menepis dingin-
nya Moscow walaupun sebenarnya saya
masih sedikit kedinginan. Begitu sampai
di bandara, kami melakukan pengecek-
an paspor dan visa di bagian imigrasi,
setelah itu kami mengambil koper dan
menunggu delegasi Indonesia yang
lain datang dengan fight airways yang
berbeda. Pertama kali saat di tempat
pengambilan koper, kami bertemu
denga Nuri, peserta dari Jogjakarta
sama seperti Dito. Satu jam berikutnya
kami bertemu dengan Destra yang
juga berasal dari Jogjakarta. Setelah
semuanya sudah mengambil koper
masingmasing, kami berjalan menuju
pintu keluar bandara untuk memberi
tahu Yana, salah satu anggota AIESEC
Moscow bahwa kami sudah tiba di
bandara sambil membeli provider cel-
lular .
Ada hal mengejutkan dari Yana,
bahwa kami baru bisa bertemu dengan
buddy kami di tengah kota Moscow
yaitu di stasiun Pavaletskaya. Buddy
adalah orang yang akan menjadi teman
dekat kami serta yang memberitahu
jadwal beserta aktivitas apa saja yang
harus kami jalani selama di Moscow. Un-
tuk pergi ke tengah kota Moscow, me-
mang harus menuju stasiun Pavalets-
kaya kalau dari bandara Domodedovo.
Dari Domodedovo, kami harus meng-
gunakan kereta Aeroexpress untuk
akses tercepat dan termudah menuju
stasiun Pavaletzkaya. Selama dalam per-
jalanan menuju ke stasiun Pavaletzkaya,
pemandangan di luar jendela Aeroex-
press serba putih bagaikan kapaskapas
yang menyelimuti bumi. Rumah, mobil,
supermarket, jembatan, semua tertutup
oleh putihnya salju. Salju terasa begitu
dekat dengan saya meski saya belum
sempat untuk merasakannya secara
langsung.
Stanse Paveletskaya begitulah
pengumuman kepada penumpang
Aeroexpress saat kereta sudah sampai
di tempat tujuan. Hembusan angin
musim dingin yang beku menyambut
kedatangan kami di stasiun Pavalets-
kaya. Butiran putih lembut dan dingin
jatuh di pipi saya. Subhanallah, untuk
pertama kalinya saya merasakan salju.
Meskipun begitu indah dan lembut,
namun dinginnya angin musim salju
tidak dapat dipungkiri dinginnya. Saat
itu temperatur menunjukkan -25C.
Berbeda sekali dengan Surabaya yang
bersuhu ratarata +32C. Benarbenar
seperti masuk ke dalam kulkas yang
super dingin, terlebih lagi Rusia terkenal
dengan musim dingin terdingin dan
terlama. Namun, hal tersebut tidak
menjadi penghalang bagi saya, bahkan
saya sangat excited sekali bermain
dengan salju yang jatuh saat saya keluar
dari kereta Aeroexpress.
Di dalam stasiun sana, para buddy
sudah menunggu kedatangan kami.
Mereka sudah menunggu 2 jam yang
lalu, kami semua merasa bersalah kare-
na budaya Indonesia yang suka ngaret
ternyata merugikan orang lain. Di te-
ngah dinginnya suhu yang tidak bersa-
habat, mereka menunggu kami dengan
sabar. Mereka juga mengantarkan kami
Selama dalam
perjalanan
menuju ke stasiun
Pavaletzkaya,
pemandangan
di luar jendela
Aeroexpress serba
putih bagaikan
kapaskapas yang
menyelimuti bumi.
Rumah, mobil,
supermarket,
jembatan, semua
tertutup oleh
putihnya salju.
6
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
terimakasihguruku
7
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
7
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2012
sampai ke rumah host masingmasing.
Saat itu yang menjadi buddy saya
adalah Alisha. Gadis manis tersebut seu-
muran dengan saya. Dia terlihat sangat
senang saat mendapatkan teman baru
dari luar negeri dan bisa belajar bahasa
Inggris, maklum, ratarata orang Rusia
tidak bisa bahasa Inggris, namun saya
salut melihat generasi muda mereka
bersemangat untuk belajar bahasa Ing-
gris. Alisha juga sangat baik. Meskipun
berbadan kecil, tapi dia membantu saya
untuk menggeret koper saya yang luar
biasa berat sampai di rumah host saya
yang bernama Lena. Saat
saya sampai di fat Lena, dia
masih berada di universitas-
nya. Yang berada di dalam
fatnya hanyalah mamanya
yang sedikit mengerti tentang
bahasa Inggris. Setelah Alisha
memberi penjelasan panjang
lebar kepada mamanya Lena,
yang saya panggil beliau
dengan sebutan Auntie yang
berarti tante, kami berdua
disuguhi teh hangat dan
makan malam. Saya sangat
bersyukur mendapatkan ibu
yang baik yang menjadi host
mother saya. Dalam keadaan
kedinginan, lapar, serta lelah
luar biasa karena jet lag,
beliau menyambut kami
dengan hangat dan dijamu
sangat baik, serta mendapat-
kan pengetahuan baru bahwa
dalam budaya mereka, menjamu tamu
di dapur merupakan hal yang wajar, hal
ini disebabkan karena di dapur, terasa
hangat. Tidak lama setelah itu, Alisha
harus pulang karena rumahnya sangat
jauh. Akhirnya Auntie menyuruh saya
untuk tidur karena terlihat sangat lelah.
Kondisi saya saat itu memang luar biasa
capek, akhirnya saya tidak punya pilihan
lain untuk tidak tidur. Pagi harinya saya
bertemu dengan Lena, cantik dan baik
sekali. Namun pada minggu ke-3 saya
di Moscow, saya pindah host fam-
ily di tempat si kembar cantik Masha
dan Sasha, mereka juga sama halnya
dengan Lena, baik dan sangat cantik.
Pemandangan yang serba putih,
jalanjalan dipenuhi dengan salju,
butiranbutiran halus dan lembut
turun dari langit, angin yang sangat
dingin berhembus, suhu ratarata jauh
dibawah nol derajat, beginilah keadaan
yang akan mewarnai harihari saya
selama 7 minggu ke depan. Jauh dari
orang tua, perbedaan budaya, suku,
bangsa, ras, agama, perbedaan bahasa,
serta banyak perbedaan lain dan tanta-
ngan yang harus saya hadapi selama di
sana. Namun semua hal tersebut tidak
membuat semangat saya turun, bahkan
semakin banyak perbedaan, semakin
banyak pula hal yang dapat dipelajari.
Pada harihari pertama pun saya sudah
mendapatkan banyak tantangan dan
bahkan saat sebelum pulang pun saya
kehilangan visa dan paspor saya, tapi
semua saya anggap sebagai learning
untuk saya mengembangkan diri.
Banyak hal yang saya dapatkan
selama saya internship di sana. Yang
paling saya suka adalah saat meng-
eksplore kota Moscow, mengunjungi
tempattempat menari dan bersejarah
seperi Red Square atau lapangan me-
rah, Gereja yang seperti istana permen
lolipop yang bernama St.Basil, museum
vodka, museum seni, gedung teater
Bolshoi yang megah dan menawan
bergaya Eropa, Kremlin, pasar tradi-
sional Izmailovo yang menjual ma-
trioshka dan menjual baju tradisional
Rusia serta pernak pernik Rusia, Jalan
Arbats, Mall terbesar bergaya Eropa,
sampai metrometro bawah tanah
yang menjadi publik transportasi utama
Moscow menarik untuk dikunjungi dan
dijelajahi satu persatu karena setiap
metro memiliki ciri khas tersendiri yang
menggambarkan Rusia saat perang
dunia dulu kala, dan masih banyak tem-
pat menarik lainnya untuk dikunjungi.
Selain meng-eksplore Moscow dan
berjalan-jalan, saya juga mengerjakan
proyek sosial bersama dengan anak
anak dari Brazil dan Jerman. Harihari
saya di sana diisi dengan kunjungan
ke berbagai sekolah untuk
presentasi tentang Indonesia
serta mengunjungi rumah
sakit khusus untuk anakanak
yang divonis terkena leukimia
dan sedikit harapannya untuk
hidup. Saat presentasi tentang
Indonesia itulah, saya merasa-
kan bagaimana susahnya dan
beratnya perjuangan seorang
guru yang harus menyiapkan
materimateri sebelum-
nya dan harus menyiapkan
strategi agar para audien
tetap tertarik pada presen-
tasi kita, syukurlah setiap
saya berpresentasi, semua
menyimak dengan antusias.
Akhirnya, pada tanggal 25
Maret 2011, saya harus pulang
ke Indonesia, namun banyak
sekali pengalaman yang
tidak pernah terlupakan yang
saya dapatkan selama di Rusia. Di sini,
sekali lagi saya bersyukur atas jasa guru.
Berkat nasehat beliau untuk selalu
berusaha mengejar mimpi, saya bisa
berdiri dan mempunyai pengalaman
yang sangat berharga dalam hidup,
serta tidak hanya berhenti saat ini saja,
saya masih berani untuk mengejar
impian untuk pergi ke berbagai negara
untuk memberikan positive impact
bagi masyarakat dunia, serta selalu
berusaha untuk menjadi manusia yang
berguna bagi negeri tercinta, Indonesia.
Terimakasih, guruku.
FAUZIA DYAH AYU PARAMITHA
Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Airlangga 2009
Mahasiswa sastra Inggris STIBA Satya
Widya 2009
Ku persembahkan untuk Ustadzah Nana & Ustad
Imam dari SD Al-Hikmah Surabaya, lalu Pak Marcus,
Bu Ieke dan Bu Endang dari SMAN 6 Surabaya
7
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
terimakasihguruku
8
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
input
MANAJEMEN BARANG & KONSEP KEPEMILIKAN
Pernah atau Seringkah
Terlintas di Pemikiran Kita?
Ini mungkin menjadi rezeki saya untuk mendapatkan
kesempatan mengunjungi kelas yang sangat luar
biasa. Saya kagum terhadap kelas tersebut bukan
karena fasilitasnya yang serba mewah atau lantainya
yang mengkilat. Kelas tersebut tidak ber-AC apalagi
berlantai keramik dengan kualitas terbaik. Tetapi karena
manajemen barangnya sangat baik.
Kecil Tapi Luar Biasa Manfaatnya
8
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
9
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
MANAJEMEN BARANG & KONSEP KEPEMILIKAN
ETIAP peralatan milik kelas
tertata rapi pada tempat
masing-masing. Lebih indah
lagi adalah habit yang ter-
bangun pada diri siswanya
yang mengembalikan ba-
rang tersebut pada tempat-
nya dengan rapi dan tertib.
Manajemen barang kelas
tersebut juga menyangkut
sistem kontrol barang, di mana dengan
hanya sekilas pandang sang guru sudah
dapat mengidentifkasi barang mana
yang telah kembali ketempatnya dengan
baik dan barang apakah yang belum
kembali ke tempatnya.
Lebih jauh tentang manajemen barang
kelas itu adalah pada setiap barang milik
siswa seperti pensil, penggaris, atau tem-
pat pensil telah diberi label nama siswa
dengan baik. Sehingga dengan mudah
sebuah pensil dapat dikembalikan lagi
kepada pemiliknya, jika terjatuh di bawah
meja atau kursi.
Apa pentingnya ini semua bagi proses
pendidikan anak yang sangat komplek dan
multidimensi? Peralatan kelas yang tertata
rapi dan habit siswa untuk mengembalikan
setiap peralatan tersebut ke tempat semula
dengan baik dan rapi. Ada beberapa hal
yang patut kita renungkan terkait dengan
fenomena ini:
Mari kita mencoba untuk membayang-
kan jika seorang siswa selama 6 tahun
masa pendidikan dasar, bahkan 12
tahun hingga pendidikan menengah
terbiasa untuk mengembalikan setiap
barang ke tempatnya. Maka ia akan
tumbuh menjadi sosok yang selalu
rapi dan mengembalikan barang pada
tempatnya. Jika ia tumbuh menjadi
seorang karyawan, ia adalah karya-
wan yang rapi pada setiap wilayah
pekerjaannya. File-fle dan jadwal ker-
janya tersusun rapi. Dan seandainya
ia menjadi seorang direktur sebuah
perusahaan, dapat dipastikan perusa-
haan tersebut akan berhasil dengan
kerapiannya
Selalu mengembalikan barang pada
tempatnya adalah ciri pribadi yang
bertanggung jawab. Sehingga dengan
selalu membiasakan setiap siswa un-
tuk mengembalikan barang pada tem-
patnya maka seorang guru sebenarnya
telah membangun karakter tanggung
jawab pada diri siswanya. Kebiasaan
ini memang bagian kecil dari sebuah
bangunan tanggung jawab yang be-
sar. Tetapi yakinlah bahwa bangunan
tanggung jawab yang besar dapat
dimulai dari memastikan tanggung
jawab pada hal-hal kecil yang dapat
dilakukan oleh siswa dengan baik,
penuh kesadaran dan konsisten. Tidak
ada salahnya kita sebagai guru yang
memulai untuk membangun yang
kecil-kecil tersebut.
Seringkali proses pembelajaran guru
terganggu karena tidak selalu tersedi-
anya peralatan kelas yang seharusnya
dikembalikan pada tempatnya. Seperti
pada seorang guru yang sedang fokus
mengajar dengan menggambar be-
berapa obyek di papan tulis. Tiba-tiba
guru tersebut membutuhkan pengha-
pus papan tulis, tetapi sayang sekali
penghapus tersebut tidak pada tem-
patnya. Proses pembelajaran akhirnya
sedikit terganggu karena tidak adanya
penghapus tersebut. Semua anggota
kelas sibuk mencarikan penghapus
buat siguru. Kejadian di atas dapat di-
hindari jika kelas tersebut mempunyai
manajemen barang yang baik.
Apa pentingnya setiap
barang milik siswa terlabeli
dengan baik. Mungkin
beberapa penjelasan
berikut ini mempermudah
kita untuk lebih mengerti
betapa pentingnya sebuah
label nama pada benda-
benda milik siswa.
Memberi label nama pada barang anak
akan mengajarkan konsep kepemilikin
kepadanya. Barang ini milik si Andi ka-
rena tertulis label Andi, sedangkan
barang itu milik Tini karena juga tertu-
lis label Tini. Bagi anak pada usia dini
semua barang adalah miliknya, hingga
ada seseorang yang menyatakan bah-
wa barang ini memang miliknya dan
barang itu milik temannya. Konsep ini
terasa lebih penting pada beberapa
anak yang memang di rumahnya be-
lum diajari tentang konsep kepemili-
kan, bahwa barang ini miliknya maka
ia dapat menggunakannya dengan
baik, serta barang itu milik saudaran-
ya maka ia harus izin setiap kali ingin
menggunakannya. Memberi label ter-
hadap barang akan mempermudah
anak untuk memahami tentang kon-
sep kepemilikan ini.
Ketika konsep kepemilikan telah ter-
bangun dengan baik, maka guru
dapat memulai membangun rasa
tanggung jawab terhadap barang mi-
liknya. Memiliki sebuah barang adalah
dapat menggunakannya, merawatnya,
dan menjaganya dengan baik. Jika
terjadi kehilangan atau penemuan
barang maka guru atau orang lain da-
pat dengan mudah mengembalikan
kepada pemiliknya. Sering terjadi ada
anak yang tidak mau mengakui bahwa
barang ini miliknya, padahal seluruh
teman sekelasnya mengetahui bahwa
barang ini memang miliknya. Adanya
label nama pada setiap barang akan
menghindari menumpuknya barang
hilang pada etalase kehilangan
Ada beberapa anak yang kurang
terbangun konsep kepemilikannya
mudah menggunakan barang milik
temannya. Kebiasaan ini jika tidak
dibimbing oleh guru atau orang tua
dengan baik akan dapat memuncul-
kan kebiasaan untuk kurang jujur.
Adanya label nama pada barang ma-
sing-masing siswa adalah tindak pre-
ventif bagi anak untuk tidak menggu-
nakan barang milik temannya. Karena
setiap kali ia menggunakannya, maka
guru atau orang tua dapat mengiden-
tifkasinya dengan baik
Pada setiap jenjang pendidikan kita
selalu menyampaikan materi ajar ten-
tang kejujuran, tanggung jawab, kera-
pian, dan kerajinan. Kelas kita adalah
wilayah tanggung jawab kita untuk
membentuknya. Mengapa kita tidak
menjadikan kelas-kelas tersebut dunia
kejujuran, tanggung jawab dan kerapi-
an. Tempat di mana setiap siswa dapat
menikmati kejujuran, tanggung jawab,
kerapian & selanjutnya mereka dapat
mengimplementasikannya.
input
MIFTAHUL JINAN
Fokus pada penulisan buku-buku parenting & pendidikan (Alhamdulillah Anakku Nakal dll)
Master trainer dari Kualita Pendidikan Indonesia (KPI)
Dosen program Mahad Aly Al-Akbar Education Centre
Email: mifinan@gmail.com
10
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Prof. Imam Robandi
Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS)
BERBICARA tentang pelayanan publik
di Indonesia termasuk di bidang
pendidikan, sudah prima atau belum,
mudah-mudahan sudah. Contoh ada
orangtua/wali murid yang datang ke
sekolah menanyakan atau memperjelas
tetang sesuatu, guru yang datang ke
LPMP dan dinas pendidikan ingin ber-
tanya tentang informasi penting terkait
bidang tugasnya atau bahkan seorang
mahasiswa S1 misalnya yang bertanya
seputar urusan administrasi ke bagian
kemahasiswaan kampus dan lain-lain,
saya tetap yakin pelayanan terbaik su-
dah dilakukan. Karena itukan memang
sudah menjadi tugas dan kewajibannya
Namun seandainya kita bertanya ke
orang pada umumnya, seperti apa salah
satu ciri pelayanan yang baik itu? Pasti
mereka akan bilang pelayanan prima
yang menyenangkan atau yang baik itu
sebenarnya identik dengan cara yang
simpel dan memudahkan. Nah mengu-
las sedikit seputar konsep simpel dan
selalu memudahkan ini saya jadi ingat
waktu saya masih masih menimba ilmu
di Jepang. Jujur saja, orang Jepang itu
sangat simpel. Mereka tidak menyukai
hal-hal yang rumit, pola pikir orang
Jepang yang simpel terlihat jelas dari
arsitek bangunan yang ada di Jepang.
Tak hanya arsitek bangunan, konsep
pelayanan kepada masyarakatnya pun
sama-sama simpelnya.
Semua pelayanan di Jepang tidak
rumit, cepat, ramah, transparan dan
sangat memudahkan. Begitu gampang
dan bagusnya sistem pengurusan
surat-surat di kantor pemerintahan,
membuat masyarakatnya tidak malas
untuk mengurus surat-surat dan lain-
lainnya
Jadi Jepang itu walaupun negara
kecil, namun negaranya sangat hebat.
Itu karena penduduk Jepang sekali lagi
merupakan orang-orang yang ber-
pikiran simpel dan memudahkan orang
lain. Bahkan, Jepang sudah menggu-
nakan dan menerapkan konsep Islami
yaitu sederhana dan memudahkan.
Bukankah di Islam, kita selalu dimin-
ta untuk memudahkan urusan orang
lain? Orang Jepang yang bukan penga-
nut agama Islam saja telah menerap-
kan konsep Islam. Sedang Indonesia
yang mayoritas penduduknya be-
ragama Islam seharusnya justru lebih
baik, tulus dan ikhlas dalam menerap-
kan konsep tersebut .Siska Prestiwati W
Tidak Ada Ruginya Menerapkan Konsep
Simpel & Selalu
Memudahkan
input
PELAYANAN PUBLIK
11
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
mengapa anak
11
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Harus Bermain?
input
HAK ANAK
Oleh: Fadibah Setiawan
Widyaiswara Pertama di LPMP Jawa Timur
12
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
BERMAIN adalah salah satu alat utama yang
menjadi latihan untuk pertumbuhannya.
Bermain adalah medium di mana si anak men-
coba diri bukan saja dalam fantasinya tetapi juga
aktif dalam situasi nyata sesuai usia perkem-
bangannya
Melalui bermain anak dapat melakukan ko-
ordinasi otot kasar seperti merayap, merang-
kak, berjalan, berlari, meloncat, melompat,
menendang, melempar dan lain sebagainya.
Selain itu anak dapat berlatih mengguna-
kan kemampuan kognitifnya untuk meme-
cahkan berbagai masalah seperti kegiatan
mengukur diri, mengukur berat, memban-
dingkan, mencari jawaban yang berbeda dan
sebagainya.
Lebih dari itu dengan bermain anak dapat
pula melatih kemampuan bahasanya dengan
cara: mendengarkan beraneka macam bunyi,
mengucapkan suku kata atau kata, memper-
luas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata
bahasa Indonesia dan sebagainya.
Manfaat lainnya dari bermain, anak dapat
meningkatkan kepekaan emosinya dengan
cara mengenalkan bermacam perasaan,
mengenalkan perubahan perasaan, membuat
pertimbangan dan menumbuhkan keper-
cayaan diri.
Bermain bagi anak erat kaitannya bagi
pengembangan kemampuan sosialnya seperti
membina hubungan dengan anak lain, ber-
tingkah laku sesuai dengan tuntutan masyara-
kat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya,
dapat memahami tingkah lakunya sendiri dan
paham bahwa setiap perbuatan ada konseku-
ensinya.
Dengan bermain anak akan memperoleh ke-
sempatan memilih kegiatan yang disukainya,
bereksperimen dengan bermacam bahan
dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah
dan bercakap-cakap secara bebas, berpe-
ran dalam kelompok, bekerja sama dalam
kelompok dan memperoleh pengalaman yang
menyenangkan.
Itulah sebabnya sebisa mungkin anak, me-
nikmati dunianya dengan bermain!
Bagi seorang anak, bermain
adalah suatu kegiatan
yang serius namun
mengasyikkan. Bermain
adalah aktivitas yang dipilih
sendiri oleh anak karena
menyenangkan bukan
karena akan memperoleh
hadiah atau pujian.
input HAK ANAK
13
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
1. Pengertian Bermain bagi Anak
Taman Kanak-Kanak
Beberapa ahli peneliti memberi
batasan arti bermain dengan memis-
ahkan aspek-aspek tingkah laku yang
berbeda dalam bermain. Dikemukakan
sedikitnya ada lima kriteria dalam ber-
main (Dworetzky, dalam Moeslihatoen
1999:31).
Motivasi intrinsik. Tingkah laku ber-
main dimotivasi dari dalam diri anak.
Pengaruh positif. Tingkah laku itu
menyenangkan atau menggembi-
rakan.
Bukan dikerjakan sambil lalu. Ting-
kah laku itu bukan dilakukan sambil
lalu.
Cara/tujuan. Cara bermain lebih
diutamakan daripada tujuannya.
Kelenturan. Bermain itu perilaku
yang lentur. Kelenturan ditunjukkan
baik dalam bentuk maupun dalam
hubungan serta berlaku dalam
setiap situasi.
Jika kita menggunakan kelima krite-
ria tersebut, maka kita dapat mengata-
kan bahwa bila seorang anak menggu-
nakan mainan hewan-hewanan dengan
cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas
dalam pikirannya, kegiatannya berpura-
pura, menyenangkan bagi dirinya
sendiri, dan melakukan kegiatan hanya
untuk bergiat, maka dapat dikatakan ia
input HAK ANAK
13
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Metode
Bermain
di Taman Kanak-Kanak
14
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sedang bermain.
2. Fungsi Bermain bagi Anak Taman
Kanak-Kanak
Sesuai dengan pengertian bermain
yang merupakan tuntutan dan kebutu-
han bagi perkembangan anak usia TK,
Fungsi bermain bagi anak TK dian-
taranya:
a. Mempertahankan Keseimbangan
Kegiatan bermain dapat membantu
penyaluran kelebihan tenaga, setelah
melakukan kegiatan bermain anak
memperoleh keseimbangan antara ke-
giatan dengan menggunakan kekuatan
tenaga dan kegiatan yang memerlukan
ketenangan.
b. Menghayati Berbagai Pengalaman
yang Diperoleh dari Kehidupan
Sehari-Hari
Anak yang bermain seolah-olah
da lam hal ini Fungsi bermain sebagai
sa ra na untuk menghayati kehidupan se-
hari-hari ini berguna untuk menumbuh-
kan kebiasaan anak, juga mengenal
berbagai profesi contohnya bila orang
sakit harus berobat ke puskesmas, bila
sakit gigi berobat ke dokter gigi, untuk
menyiapkan makanan harus belanja ke
pasar terlebih dahulu dan seterusnya.
Situasi ini akan mendorong anak ber-
main sebagai dokter kecil, atau jadi ibu
dengan kesungguhan hati dan penuh
kegembiraan.
c. Mengantisipasi Peran yang Akan
Dijalani di Masa yang Akan Datang
Meskipun anak bermain berpura-pu-
ra namun sebenamya kegiatan tersebut
merupakan upaya untuk mempersiap-
kan anak melaksanakan peran tersebut
kelak. berperan sebagai orang tua,
berarti mencoba menghayati perilaku,
dan sikap sebagai orang tua.
d. Menyempurnakan Keterampilan
yang Dipelajari
Anak TK merupakan pribadi yang
sedang tumbuh. Dengan demikian anak
selalu berusaha menggunakan kekua-
tan tubuhnya. Tidak hanya keterampilan
gerak yang dimantapkan, tetapi juga
interaksi sosial. Bermain merupakan lati-
han spontan untuk meningkatkan kete-
rampilan. Dalam usia 5 tahun kemam-
puan interaksi sosialnya bertambah
misalnya saya jadi sopirnya, kamu jadi
penumpangnya. Dengan bermain kete-
rampilan kognitif anak juga ditingkat-
kan. Misalnya keterampilan berbahasa,
berhitung, mengenal lingkungan sosial
dan baik, membandingkan, mengum-
pulkan dan membuat generaliaasi.
e. Menyempurnakan Keterampilan
Memecahkan Masalah
Masalah yang dihadapi oleh anak
sehari-hari dapat bersifat masalah
emosional, sosial, maupun intelektual.
Dengan bermain anak dapat menyalur-
kan rasa ingin tahu, seperti bagaimana
caranya memasak air, mengapa pohon
layu bila tidak diberi air, mengapa es
mencair di udara terbuka, dan sebagai-
nya.
f. Meningkatkan Keterampilan
Berhubungan dengan Anak Lain
Melalui kegiatan bermain anak mem-
peroleh kesempatan untuk meningkat-
kan keterampilan bergaulnya, seperti
bagaimana menghindari pertentang-
an dengan teman, bagaimana tidak
memaksakan kehendak kepada orang
lain, berbagi kesempatan menuntut
hak dengan cara yang dapat diterima,
mengkomunikasikan keinginan, dan
bagaimana mengungkapkan perasaan
serta kebutuhannya.
3. Penggolongan Kegiatan Bermain
Anak TK
Ada beberapa penggolongan
kegiatan bermain sesuai dengan anak
usia TK, yaitu, kegiatan bermain sesuai
dengan dimensi perkembangan sosial
anak, dan kegiatan bermain berdasar-
kan pada kegemaran anak.
a. Dimensi Perkembangan Sosial Anak
Gordon & Browne (moeslihatoen
1999:34) mengadakan penggolon-
gan kegiatan bermain sesuai dengan
dimensi perkembangan sosial anak
dalam 4 bentuk, yaitu: a)secara soliter
(bermain sendiri), b)secara paralel, c)
asosiatif, d) secara kooperatif
b. Berdasarkan Kegemaran Anak
Berdasarkan kegemarannya anak
akan bermain bebas dan spontan
seperti bermain pura-pura, bermain de-
ngan cara membangun atau menyusun,
bertanding dan berolahraga. Bermain
pura-pura banyak dilakukan oleh anak
yang kurang pandai menyesuaikan diri.
Bermain pura-pura dapat dibedakan
dalam bentuk:
Minat pada personifkasi, misalnya
berbicara pada boneka atau benda-
benda mati.
Bermain pura-pura dengan meng-
gunakan peralatan, misalnya minum
input HAK ANAK
14
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Melalui kegiatan bermain anak
memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan bergaulnya,
seperti bagaimana menghindari
pertentangan dengan teman, bagaimana
tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain, berbagi kesempatan menuntut
hak dengan cara yang dapat diterima,
mengkomunikasikan keinginan, dan
bagaimana mengungkapkan perasaan
serta kebutuhannya.
15
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
dengan menggunakan cangkir
kosong.
Bermain pura-pura dalam situasi
tertentu, misalnya situasi kehidupan
sehari-hari dalam keluarga, situasi di
tempat praktek dokter yang mengo-
bati anak sakit, dan sebagainya.
Bermain dengan cara membangun
atau menyusun juga akan mengem-
bangkan kreativitas anak. Setiap anak
akan menggunakan imajinasinya
membentuk suatu bangunan mengikuti
daya khayalnya. Misalnya anak yang
membuat bangunan dari tanah liat atau
membuat gunung, terowongan, dan
rumah dari pasir.
Anak usia TK tertarik bermain de-
ngan anak lain untuk menguji kemam-
puannya dengan kemampuan anak lain.
Misalnya main petak umpet, polisi dan
pencuri, dan sebagainya.
4. Sarana dan Alat Bermain Anak TK
a. Ruang dan Tempat Bermain
Taman kanakkanak perlu ruang dan
tempat untuk kegiatan pengembangan
kemampuan ilmu pengetahuan alam,
pengembangan bahasa; bermain musik,
bermain drama, membangun atau me-
nyusun balok-balok, bermain dengan
alat-alat, bermain pertukangan, dan
pasir. Tempat dan ruang bermain terdiri
dari: dalam kelas, luar kelas
b. Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan yang dise-
diakan hendaknya merupakan sum-
ber belajar yang dapat membantu
mengembangkan seluruh dimensi
perkembangan anak usia TK, seperti:
Bahan dan Peralatan Bagi Pengemba-
ngan Dimensi Perkembangan Motorik
Anak TK
Anak usia TK adalah anak yang
selalu aktif. Oleh karena itu, sebagian
besar alat bermain diperuntukkan bagi
pengembangan koordinasi gerakan
otot kasar.
Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Kognitif Anak Usia TK
Kegiatan bermain dilakukan dengan
mengamati dan mendengar. Mengama-
ti dilakukan dengan: melihat bentuk,
warna, ukuran; melihat persamaan dan
perbedaan bentuk, warna, dan ukuran;
Kegiatan mendengar dilaksanakan
dengan mendengar bunyi, suara, nada;
melihat persamaan dan perbedaan
bunyi, suara, nada; memecahkan
masalah berdasarkan pengenalannya
tentang bunyi, suara, dan nada. Bahan
atau peralatan apa pun yang disediakan
hendaknya membantu perkembangan
anak dalam mengamati dan mendengar
agar memperoleh keterampilan dalam
hal mengenal, mengingat, berpikir kon-
vergen, berpikir divergen, dan memberi
penilaian.
Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Kreativitas Anak TK
Ciri-ciri kreatif adalah: kelenturan,
kepekaan, penggunaan daya imajinatif,
kesediaan mengambil risiko dan men-
jadikan diri sendiri sebagai sumber dan
pengalaman. Penggunaan balok-balok,
peralatan memanjat, dan hubungan
sosial memberi kesempatan bagi anak
untuk mengambil risiko.
Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Bahasa Anak Usia TK
Bahan dan peralatan yang dapat
dipergunakan dalam pengembangan
keterampilan:
a) Bahasa reseptif adalah segala
sesuatu yang dapat mengembangkan
gambaran mental tentang apa yang di-
dengar seperti suara angin, suara mobil,
dan sebagainya.
b) Bahasa ekspresif meliputi benda-
benda yang ada di sekitar anak dengan
cara menyebutkan nama-nama benda
tersebut (kata benda); dengan menye-
butkan perilaku orang seperti berjalan,
berlari, meloncat (kata kerja) dan
dengan kata-kata yang menyatakan pe-
rasaan seseorang seperti senang, susah,
bahagia (kata sifat, kata keadaan).
Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Sosial Anak Usia TK
Bahan dan peralatan yang diguna-
kan untuk kegiatan ini adalah tempat
air, buku cerita, buku bergambar, bahan
teka-teki, kuda-kudaan, sepeda roda
tiga bersadel rangkap, telepon mainan,
beberapa topi pemadam kebakaran,
dan sebagainya.
Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Emosi Anak Usia TK
Bahan dan peralatan yang diperlu-
kan untuk mengembangkan emosi ini
antara lain: a)tanah liat dan lumpur, b)
menggambar dengan jari tangan, c)
balok-balok atau sejenisnya, d)hewan
piaraan, e)peralatan drama, f )buku
cerita/ dongeng
input HAK ANAK
15
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
16
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
input HAK ANAK
16
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
DAFTAR PUSTAKA
Craft Anna. (2000). Membangun Kreativitas Anak (Creativity Across the Primary Curriculum). Depok. Inisiasi Press
Moeslihatoen R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Rineka Cipta.
Semiawan Conny R. (2003). Pengembangan Rambu-Rambu Belajar Sambil Bermain Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Buletin PADU.
Vol. 2 No:01. April 2003). Jakarta. Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda.
Rancangan kegiatan bermain
meliputi penentuan tujuan dan tema
kegiatan bermain; macam kegiatan
bermain; tempat dan ruang bermain;
bahan dan peralatan bermain; dan uru-
tan langkah bermain. Tujuan kegiatan
bermain bagi anak usia TK adalah untuk
meningkatkan perkembangan anak
usia TK baik perkembangan motorik,
kognitif, bahasa, kreativitas, emosi atau
sosial.
Dalam program kegiatan bermain
hasil yang optimal akan diperoleh
bila kegiatan itu dirancang dengan
saksama. Jadi dalam kegiatan bermain
itu terlebih dahulu dikomunikasikan
kepada anak dan diutarakan apa yang
akan diperoleh dari kegiatan bermain
seperti: menghindari pertentangan,
berbagi kesempatan atau giliran,
menuntut hak dengan cara yang
dapat diterima, mengkomunikasikan
keinginan yang dapat diterima, dan
seterusnya.
Kemudian tentukan kegiatan
bermain yang cocok dengan tujuan dan
tema. Contohnya kegiatan bermain
pola kehidupan keluarga dalam situasi
makan bersama. Kegiatan ini dapat
menjadi cermin budaya bangsa. Karena
itu kegiatan makan bersama dalam
keluarga hendaknya sesuai dengan
budaya makan yang baik yang dianut
masyarakat Indonesia. Tempat dan ru-
ang bermain dapat dilakukan di dalam
dan di luar ruang. Selama melakukan
kegiatan bermain guru tidak lagi
mencari bahan atau perlengkapan yang
belum tersedia. Kualitas pelaksanaan
kegiatan bermain banyak dipengaruhi
oleh perancangan kegiatan bermain
yang sudah disusun. Hasil pelaksanaan
kegiatan bermain merupakan masukan
bagi guru untuk mengadakan perba-
ikan dan pengembangan rancangan
bermain yang telah disusun.
6. Pelaksanaan Kegiatan Bermain
a. Kegiatan Pra Bermain
Ada dua macam persiapan dan
kegiatan pra bermain
Kegiatan penyiapan siswa dalam
melaksanakan kegiatan bermain.
Kegiatan penyiapan bahan dan
peralatan yang siap untuk dipergu-
nakan.
b. Kegiatan Bermain
Kegiatan bermainnya meliputi lang-
kah-langkah yang sudah direncana-
kan oleh guru tersebut.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, kegiatan
bermain itu guru dapat melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
Menarik perhatian dan membangkit-
kan minat anak tentang aspek -aspek
penting dalam aktivitas yang telah
dilakukannya.
Menghubungkan pengalaman anak
dengan ativitas tersebut
Menunjukkan aspek-aspek penting.
Memahami seberapa dalam peng-
hayatan anak.
Bermain merupakan tuntutan dan
kebutuhan yang esensial bagi anak
TK. Melalui bermain anak akan dapat
memuaskan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan dimensi motorik, kog-
nitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial,
nilai, dan sikap hidup.
Melalui kegiatan bermain anak
dapat melakukan koordinasi otot kasar,
seperti merayap, merangkak, berjalan,
berlari, meloncat, melompat, menen-
dang, melempar, dan lain -sebagainya.
Melalui kegiatan bermain anak dapat
berlatih menggunakan kemampuan
kognitifnya untuk memecahkan berba-
gai masalah seperti kegiatan mengukur
diri, mengukur berat, membandingkan,
mencari jawaban yang berbeda dan
sebagainya.
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan
kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung
kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri,
kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru
dan sebagainya.
5. Rancangan Kegiatan Bermain
17
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
salamkenal
Model Keterlibatan (Engaged Model)
Dalam Inovasi
Manajemen
Avanti Fontana PhD CF CC
Faculty Member Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
CIS Lead Facilitator & Coach Innovation
avanti.fontana@ui.ac.id, imed@avantifontana.com | Blog: avantifontana.com
DALAM dunia pendidikan, kata inovasi sudah tidak asing lagi.
Yang mungkin masih relatif asing, tidak saja di dunia pendidikan
adalah memaknai inovasi itu sendiri dan menyelami bagaimana
melakukannya dengan baik.
Sering inovasi diartikan sebagai ide baru saja. Ia kerap juga
diartikan sebagai teknologi saja. Ia kadang dilihat hanya seba-
gai invensi. Tulisan ini ingin menunjukkan dengan singkat bah-
wa inovasi adalah lebih daripada itu semua.
Seorang guru masuk kelas untuk mengajar matematika. Ke-
beradaannya di kelas adalah salah satu bagian dari proses pen-
ciptaan nilai yang sedang ia lakukan. Pengajarannya disebut
inovatif jika ia mampu menciptakan nilai manfaat bagi para
muridnya, menurut para muridnya, tidak saja menurut sang
guru. Namun karena guru adalah bagian dari institusi pendi-
dikan di mana ia mengajar, persepsi nilai manfaat tidak cukup
hanya dilihat oleh para muridnya tetapi juga harus terlihat dan
dirasakan oleh pemangku kepentingan yang lain di sekolah itu:
pimpinan sekolah, rekan guru, karyawan administrasi dan lain-
lain yang relevan. Itu artinya bahwa proses aktivitas penciptaan
nilai itu tidak terjadi baru dan hanya di kelas, namun harus ter-
jadi dalam satu rangkaian proses atau rantai nilai inovasi. Hal
ini dapat digambarkan dengan dimulainya persiapan bahan
ajar yang sering didampingi dengan aktivitas eksplorasi dan
pengolahan data dan informasi. Seninya adalah bahwa proses
inovasi ini tidak berjalan sendirian oleh sang guru. Manajemen
sekolah harus memastikan kesediaan sarana mengajar-belajar
yang kondusif untuk proses mengajar-belajar yang interaktif
dan partisipatif.
Dari sini pembaca sudah melihat bahwa mata atau radar inovasi
di dunia pendidikan dan khususnya di dunia mengajar-belajar bisa
beragam. Yang utama saya bisa sampaikan ada empat poros radar
inovasi (lihat Bagan 1): poros produk (mengajar apa?), siapa (untuk
murid, siswa atau mahasiswa tingkat apa?), proses (bagaimana pro-
ses persiapan hingga siap mengajar sampai selesai misalnya satu
semester?) dan kehadiran di pasar (sejauh mana serta bagaimana
pemangku kepentingan mengetahui kemanfaatan produk anda
di sekolah di mana anda berada?). Radar inovasi lainnya bisa dita-
mbahkan misalnya pengalaman siswa dan orangtua karena anak
sekolah di sekolah anda dan orangtua menyekolahkan putra dan
putri mereka di sekolah anda. Radar yang lainnya lagi adalah radar
jejaring; sekolah anda membangun jejaring kerja sama dengan in-
stitusi dan individu yang relevan yang memungkinkan kemajuan
proses mengajar-belajar dan proses kematangan keunggulan
sekolah anda.
BAGAN 1. RADAR INOVASI
Inovasi merupakan keberhasilan secara ekonomi dan sosial
karena diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari
cara lama dalam mengubah input menjadi output sedemikian
rupa sehingga terjadi perubahan besar dalam perbandingan
antara nilai manfaat dan harga menurut persepsi konsumen
atau pengguna (Fontana 2009, 2010, 2011).
PRODUK
KEHADIRAN
JEJARING
MEREK
NILAI
HARGA - MANFAAT
UNTUK KONSUMEN
KONSUMEN
PENGALAMAN KONSUMEN
NILAI TAMBAH
ALTERNATIF
MODEL
RANTAI PASOK
SOLUSI
ORGANISASI PROSES
Satu hal yang penting dalam proses inovasi tersebut di atas beserta radar-radar inovasi yang dibangun adalah manajemen yang
perlu memperhatikan desain organisasi sekolah.
18
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
BAGAN 2. SEKOLAH SEBAGAI KUMPULAN PERANGKAT KERAS & LUNAK
ORGANISASI
Manajemen Sekolah harus memperhatikan kesiapan orga-
nisasi untuk mendukung proses mengajar-belajar. Ini artinya
sekolah sebagai organisasi profesional harus ditatakelola sepro-
fesional mungkin. Kesiapan bangunan sekolah nan indah tidak
cukup. Sekolah perlu memiliki misi dan visi yang jelas dengan
strategi dan implementasi yang utuh dan terukur.
Sering untuk itu kita para aktivis pendidikan dipanggil un-
tuk melakukan inovasi manajemen atau inovasi administrasi
atau sering juga disebut dengan inovasi organisasi. Dan proses
inovasi manajemen ini, seperti proses-proses inovasi lainnya,
harus melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Tuntu-
tan inovasi dunia pendidikan tidak saja dipicu oleh semakin
maraknya sekolah dengan program-program internasional
dan membanjirnya kampus-kampus internasional di tengah
maraknya globalisasi pendidikan di saat internasionalisasi pen-
didikan Indonesia belum mapan, ia juga dipicu oleh perubahan
paradigma mengajar-belajar itu sendiri yang semakin melibat-
kan lebih banyak penggunaan teknologi di dalamnya. Perhati-
kan Bagan 3-5 berikut ini.
BAGAN 3. PERAN TEKNOLOGI DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
TANPA PENGGUNAAN YANG INOVATIF YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU BELA-
JAR-MENGAJAR, NISCAYA KECANGGIHAN TEKNOLOGI MENJADI BERMAKNA.
BAGAN 4. PERAN GURU BERGESER SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN
PERAN FASILITASI HARUS MENDAPAT DUKUNGAN UTUH DARI MANAJEMEN
SEKOLAH
BAGAN 5. PERAN GURU BERGESER SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN
PERAN FASILITASI HARUS MENDAPAT DUKUNGAN UTUH DARI MANAJEMEN
SEKOLAH
Ada dua kelompok individu yang akan membentuk proses
inovasi manajemen: (1) agen perubahan internal, para karya-
wan perusahaan (staf struktural) yang sedang melakukan ino-
vasi, yang proaktif dalam mencipta, bereksprimen dan memval-
idasi (menguji dan menjalankan) inovasi manajemen; (2) agen
perubahan eksternal, yang terdiri dari konsultan independen,
akademisi dan para guru yang proaktif dalam menciptakan mi-
nat dan kepentingan dalam inovasi manajemen, mempenga-
ruhi pengembangannya dan melegitimasi efektivitas maupun
kelanggengan praktek-praktek manajemen baru hasil inovasi
manajemen.
Agen-agen perubahan eksternal (yang berasal dari luar or-
ganisasi) berperan penting dalam inovasi manajemen karena
mereka memberi legitimasi dan keahliannya dalam fase-fase
yang berbeda dari proses inovasi manajemen. Mereka dapat
memberikan kredibilitas pada ide orisinal yang muncul dari ha-
sil eksperimen di dalam organisasi dan mereka dapat berperan
pula sebagai action researchers bersama tim internal organisasi
pada fase implementasi yang kemudian mereka menteorikan
dan melabelkan inovasi manajemen tersebut.
Bagan 6 merupakan penyederhanaan Kerangka Proses Ino-
vasi Manajemen dalam Birkinshaw dkk (2008: Figure 1, Man-
agement Innovation Process Framework, halaman 832).
BAGAN 6. PENDEKATAN INOVASI MANAJEMEN (ENGAGED MODEL)
VISIBLE ASPECTS
Strategies
Objectives
Policies and Procedures
Structure
Technology
Formal Authority
Chain of Command
HIDEN ASPECTS
Attitudes
Perceptions
Group Norms
Informal Interactions
Interpersonal and Intergroup Conficts
ADDING TECHNOLOGY TO EXISTING
EDUCATIONAL PRACTICE
CURRENT EDUCATION
C
O
M
P
U
T
E
R
S
W
W
W
ITS
MULTYMEDIA
CURRENT EDUCATION WRAPPED IN TECHNOLOGY
RETHINKING, REINVENTING & REENGINEERING EDUCATIONAL
THEORY & EDUCATIONAL PRACTICE
CURRENT EDUCATION
COMPUTER SUPPORTED & COMPUTER MEDIATED
EDUCATION OF FUTURE
salamkenal
19
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PENDIDIKAN setidaknya merupakan
jembatan untuk mewujudkan apa yang
menjadi citacita luhur dari proklamasi
kemerdekaan bangsa ini. Pendidikkan
dan sekolah adalah dua hal yang ber-
beda, tetapi ibarat dua sisi mata uang
yang saling membutuhkan. Pendidikan
harus dimaknai sebagai upaya sadar
untuk membangun kesadaran diri para
peserta didik bahwa dalam dirinya ada
potensi yang bisa dikembangkan se-
susai dengan kapasitas yang dia miliki.
Pendidikan harus dijalankan dalam
rangka menghormati kemampuan yang
dimiliki oleh anak. Sedangkan sekolah
dimaknai sebagi ruang yang bisa digu-
nakan oleh siswa sebagai sarana untuk
mempelajari sesuatu dalam proses pen-
didikan yang dijalani. Tentu saja alam
semesta bisa dimaknai sebagai ruang
untuk belajar.
Lalu bagaimana dengan pendidikan
kita? Setidaknya bila diurut melalui
proses sejarah berdirinya Negara
Republik Indonesia, ada 4 fase model
pendidikan, pertama pendidikan yang
dijalankan pada masa sebelum ke-
merdekaan, pada masa ini pendidikan
yang dilakukan adalah lebih ditekankan
pada penanaman ideologi bangsa agar
menjadi bangsa yang bermartabat,
untuk bisa bermartabat, maka bangsa
ini harus merdeka, proses pendekatan
pembelajaran yang dilakukan dalam
fase ini adalah dengan mengedepankan
potensi yang ada pada peserta didik
dengan melakukan apa yang disebut
dengan 3 N , yaitu: Niteni (Penanaman
Nilai), Nirok ke (Modelling) dan Nambahi
(Pengembangan kreatiftas). Pada fase
ini belajar lebih ditekankan pada kesa-
daran peserta didik akan pentingnya
belajar dan menjadi manusia yang bisa
melanjutkan kehidupannya agar bisa
lebih baik dari yang dialaminya.
3 N yang dilakukan oleh para pelaku
pendidikan saat itu dapat dijalankan
dengan baik, karena berangkat dari
kesadaran yang dibangun melalui
penghargaan dan penghormatan
terhadap nilai-nilai luhur yang harus
Berhentilah Sekolah
Sebelum Terlambat
Momentum akhir tahun 2011 dan beralih ke tahun baru 2012 setidaknya merupakan
momentum yang tepat digunakan untuk mencoba merenungkan kembali makna hakiki dari
mengapa negeri ini di proklamasikan sebagai Negara yang merdeka. Dalam Pembukaan
UndangUndang Dasar 1945 disebutkan bahwa Negara berkewajiban mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mensejahterakan rakyatnya agar rakyatnya dapat tampil sejajar
dengan rakyat bangsabangsa lain di dunia ini.
reeksi
20
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
diperjuangkan dan ditegakkan. Kedua,
Fase Kemerdekaan, Periode Orde Lama,
pada periode ini, model pendekatan
pendidikan yang dilakukan tidak jauh
berbeda dengan apa yang dijalankan
pada saat masa sebelum kemerde-
kaan, dimana dengan kesadaran akan
keterbatasan yang ada dan menyadari
sebagai bangsa yang baru merdeka
setelah digerogoti oleh penjajah selama
350 tahun, belajar pada saat itu meru-
pakan barang yang sangat berharga
dan mahal.
Oleh karenanya kegiatan belajar
sebagai bagian dari proses pendidikan
dijalankan atas dasar kesadaran yang
tingi untuk bisa menjadi manusia yang
bermartabat dan beharga dihadapan
manusia dari bangsabangsa lain.
Pendidikan dijalankan atas kepentingan
dan kebutuhan bagi berlanjutnya kehi-
dupan yang lebih baik. Pendidikan pada
saat itu merupakan ladang yang subur
bagi bersemainya ideologi. Ketiga
Periode Orde Baru, Pada awalawal
periode ini, pendidikan dijalankan bagi
kepentingan berkembangnya ideologi
yang dimiliki oleh kekuasaan saat itu.
Pendidikan dilakukan sebagai alat
kekuasaan, akibatnya kemudian terjadi
dehumanisasi dalam proses pendidikan
saat itu.
Proses dehumanisasi pendidikan
saat itu lebih didasarkan pada kebutu-
han kekuasaan dan dilakukan secara
sistematis mulai dari pusat sampai pada
tingkat sekolah, segala sesuatunya ber-
pusat pada kepentingan kekuasaan dan
penguasa saat itu. Akibatnya pendidik-
an yang dijalankan pada saat itu tidak
boleh ada tafsir beda antara pelaku di
pusat kekuasaan dan di sekolah. Para
peserta didik menjadi teraleniasi dari
jati dirinya sebagai manusia. Mereka
harus belajar sesuai dengan doktrin
doktrin yang diinginkan dari pusat
kekuasaan. Siswa menjadi tidak mandiri,
kurang kreatif dan kurang percaya diri.
Pendidikan dibangun atas kepenti-
ngan pasar, akibatnya mental para pe-
serta didik sedikit sekali yang bermental
entrepreneur, sebagian besar bermental
pegawai, mereka lebih senang menjadi
buruh bagi kepentingan perusahaan
perusahaan nasional ataupun interna-
sional atau menjadi pegawaipegawai
dilingkungan pemerintahan. Dan Keem-
pat, Periode Reformasi. Pada periode
ini, kesadaran untuk mengembalikan
pendidikan ke arah pembangunan
jati diri bangsa dengan membangun
kreatiftas sudah ada, terbukti dengan
adanya upaya menjadikan proses pendi-
dikan berbasis pada kebutuhan sekolah,
sekolah sebagai tempat berlangsungnya
pendidikan diberi kesempatan dan ke-
wenangan untuk mengatur manajemen
pendidikannya. Proses yang kita kenal
dengan Manajemen Berbasis Sekolah
atau MBS, pada dasarnya memberi
kewenangan pada para pelaku pendi-
dikan di tingkat sekolah yang dijalankan
oleh para kepala sekolah dan guru untuk
untuk mengembangkan model pendi-
dikan yang sesuai dengan kebutuhan
dasar sekolah dan para siswanya. Setelah
itu diberlakukannya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ), yang mem-
beri kewenanangan penuh pada guru
untuk melakukan proses pembelajaran
dengan lebih mengembangkan potensi
siswa, meski disisi lain pada periode ini
pemerintah juga masih setengah hati
dengan masih diberlakukannya ujian
nasional terpusat. Kewenangan yang
diberikan kepada guru untuk melakukan
improvisasi proses pendidikan yang
mengembangkan potensi siswa ter-
nyata tidak sepenuhnya bisa dijalankan
dengan baik. Hal ini wajar terjadi, karena
sebagian besar para pengelola pendidik-
an dan pendidik saat ini adalah meru-
pakan produk dari sistem pembelajaran
yang dijalankan pada masa orde baru.
Pendidikan tidak semestinya men-
jadikan anakanak yang pada dasarnya
adalah subyek pendidikan menjadi
asing akan potensi yang dimilikinya.
Anakanak semestinya harus dipa-
hami sebagai bagian dari proses yang
menentukan keberhasilan pendidikan.
Proses pendidikan harus dijalankan
dengan kesadaran bahwa dalam diri
anak pada dasarnya ada kekuatan dan
potensi besar yang bisa dikembangkan
bila dilakukan pendekatan yang tepat.
Ini artinya bahwa kemampuan anak
satu dengan anak yang lainnya harus
dipahami berbeda satu sama lain, karena
Anakanak semestinya harus dipahami
sebagai bagian dari proses yang
menentukan keberhasilan pendidikan.
Proses pendidikan harus dijalankan
dengan kesadaran bahwa dalam diri anak
pada dasarnya ada kekuatan dan potensi
besar yang bisa dikembangkan bila
dilakukan pendekatan yang tepat.
reeksi
20
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
21
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
21
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
reeksi
Tuhan memang mencipakan manusia
dengan keunikan masingmasing yang
harus kita hargai.
Memahami keunikan anak sebagai
manusia dan sekaligus sebagai peserta
didik adalah sesuatu yang gampang
gampang susah. Menjadi gampang
kalau kita memang berdedikasi sebagai
pendidik yang selalu melakukan proses
improvisasi dan kreasi dalam pem-
belajaran. Dan tentu saja dari proses
improvisasi dan kreasi yang kita lakukan
akan sangat membantu kita melakukan
pendekatan yang tepat terhadap kom-
petensi siswa yang harus kita kembang-
kan. Menjadi susah kalau kompetensi
kita sebagai pendidik hanya berdasar
pada daripada tidak ada pekerjaan lain,
maka saya terima menjadi guru atau
kita sudah berfkir materialistis bahwa
enak jadi guru, karena sekarang ini guru
banyak diperhatikan dengan berba-
gai macam tunjangan. Lalu bukankah
guruguru kita pada saat ini adalah
mereka yang berada pada level pilihan
daripada tidak bekerja, maka saya
terima saja menjadi guru dan saya men-
jadi guru, karena sekarang nasib guru
banyak diperhatikan dengan berbagai
macam tunjangan. Semoga tidak.
Sudah saatnya ditengah tantangan
global yang semakin kuat, kita tidak
bisa menghindar atau lari dari ke-
nyataan. Kita harus bangkit, kita tidak
ingin bangsa ini menjadi semakin terpu-
ruk dan mengalami krisis jati diri. Pen-
didikan merupakan jalan yang paling
mungkin kita lakukan untuk merubah
perilaku ge-
nerasi bangsa
ini yang sudah
mulai tergerus
dari nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Pendidikan harus
kita refeksi kembali sebagai sebuah
lahan persemaian ideologi dan nilai
nilai moral bangsa yang harus terus
dikembangkan agar menjadi bangsa
yang bermartabat dihadapan bangsa
bangsa lain. Tentu saja juga tidak boleh
mengabaikan keragaman yang kita
miliki. Pendidikan kita diharapkan
mampu melahirkan generasi bangsa
yang tangguh dan mampu menghargai
dan menghormati perbedaan. Pendidik-
an kita harus sudah saatnya meletakkan
jati diri anak sebagai manusia sebagai
dasar perencanaan kita membangun
perencanaan pembangunan manusia.
Pada tingkat sekolah, pemahaman guru
terhadap kompetensi dan kebutuhan
anak dalam belajar adalah hal yang
mutlak diperlukan, bila guru ingin men-
capai keberhasilan proses dalam pem-
belajaran. Karena pemahaman akan
kompetensi dan kebutuhan siswa akan
menjadi dasar bagi guru untuk sebuah
perencanaan pembelajaran yang dia
lakukan dan sesuai dengan kebutuhan
berhasil yang diinginkan siswa.
Tantangan terbesar dari penyeleng-
garan pendidikan kita saat ini adalah
mengembalikan jati diri pendidikan
yang lebih menghormati keberadaan
dan kemampuan peserta didik, serta
mampu mengembangkan proses pem-
belajaran yang berdasar pada kom-
petensi dan kebutuhan siswa belajar,
ditengah para pelaku pendidikan yang
selalu mengedepankan kepentingan-
nya dan kebutuhannya sendiri dalam
proses pembelajaran. Akankah anak
anak kita akan mampu menjawab
tantangan global ditengah guruguru
kita yang ego? Dan akankah bangsa ini
akan bisa bangkit lewat generasinya
ditangan para guru yang tidak mau
berubah menghadapi tantangan global
yang dibalut dengan kedisiplinan dan
kepentingan terbaik terhadap anak .
Harus ada keberanian yang kuat dari
semua stakeholder pendidikan untuk
mau berubah dan merubah sikap serta
merubah sitem pembelajaran yang kita
lakukan selama ini yang membelenggu
kreatiftas siswa serta mengasingkan
siswa dari jati dirinya sendiri. Inter-
fensi dari semua stakeholder untuk
perbaikan sistem pendidikan, mutlak
dibutuhkan dengan kompetensi dan
kapasitas masingmasing. Sekolah juga
harus lebih terbuka terhadap masukan
masukan yang baik bagi perbaikan
sistem pendidikan, begitu juga dengan
pemerintah, harus lebih welcome terha-
dap peran serta masyarakat.
Sebagai masyarakat pengguna pen-
didikan, tentu saja kita punya harapan
yang sangat besar adanya perubahan
sistem pendidikan dan pembelajaran
yang dilakukan, baik di tingkat sistem
pendidikan nasional maupun di tingkat
sistem pembelajaran disekolah yang
dilakukan oleh para guru. Kita tentu
sangat berharap proses pendidikan di
sekolah dijalankan dengan memper-
hatikan apa yang menjadi kebutuhan
terbaik anak dan masyarakat sebagai
pengguna, kalau tidak, kita akan meng-
ulangi lagi proses yang salah, melahir-
kan orangorang pintar tetapi tidak
trampil, dan tentu ini akan menjadi
beban bagi kita semua, bagi negara dan
masyarakat. Kalau pendidikan yang di-
jalankan masih berpusat pada kemauan
guru dan hanya menjadikan orang pin-
tar tapi tidak trampil, maka berhentilah
sekolah sebelum terlambat.
M. Isa Ansori, Drs, M.Psi
Fokus pada penelitian, pengembangan dan pelatihan pada pendidikan berbasis
kebutuhan anak di EduNext Qualita, Surabaya, Ketua HotLine Pendidikan Jawa Timur.
Email: kerlip_sby@yahoo.com
Tantangan terbesar dari penyelenggaran
pendidikan kita saat ini adalah mengembalikan
jati diri pendidikan yang lebih menghormati
keberadaan dan kemampuan peserta didik,
serta mampu mengembangkan proses
pembelajaran yang berdasar pada kompetensi
dan kebutuhan siswa belajar, ditengah para
pelaku pendidikan yang selalu mengedepankan
kepentingannya dan kebutuhannya sendiri
dalam proses pembelajaran.
22
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
ceritasahabat
DAVID SEGOH
Staf pengajar/Dosen bahasa Inggris
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
MENGINGAT kondisi negara Indonesia
yang sangat beragam, mulai dari kon-
disi geografs, social-ekonomi sampai
budaya, sudah seharusnyalah tersedia
dan tercipta beragam teknik dan media
pembelajaran yang mampu melampaui
cara-cara konvensional. Cara-cara inilah
yang disebut sebagai teknologi pendi-
dikan (Miarso & Wargahidbrata, 1997).
Teknologi pendidikan mencakup hal-
hal yang sangat kompleks dan saling
berkaitan, mulai dari unsur manusianya,
prosedurnya, tekniknya, sampai organ-
isasinya untuk menganalisa segala aspek
dari pembelajaran dan merancang, me-
nilai, mengelola dan mengimplementa-
sikan semua solusi yang bisa didapatkan
(Miarso, 1982). Lewat teknologi, diharap-
kan terjadinya sebuah proses pendidik-
an yang terintegrasi yang dapat mencip-
takan sumber daya manusia yang cakap
dan berkualitas tinggi serta mempunyai
spirit untuk terus belajar.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan
adanya globalisasi yang awalnya dis-
angka akan bisa memperkecil kesen-
jangan antara negara-negara maju
dengan negara berkembang dan nega-
ra-negara dunia ketiga, ternyata malah
memperlebar (Yuhetty, 2002). Salah
satu penyebabnya adalah pertumbuh-
an teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) yang sangat pesat di negara-nega-
ra maju tersebut. Information boom ini
Arti Penting Pengembangan TIK
bagi Dunia Pendidikan di Indonesia
menurut Yuhetty telah membuat banyak
perusahaan multinasional di negara-ne-
gara tersebut mampu untuk senantiasa
mengikuti perubahan di dunia ekonomi.
Di lain pihak, negara-negara dunia ke-
tiga makin tertinggal dalam hal akses
terhadap informasi dan kemampuan un-
tuk memproduksi informasi yang ujung-
ujungnya menghasilkan produktiftas
yang rendah dan riset yang berkuali-
tas rendah pula. Hal ini menciptakan
apa yang disebut sebagai digital divide,
sebuah jurang arus informasi antara ne-
gara maju dan dunia ketiga
Melalui Keputusan Presiden Nomer
50 tahun 2000 tentang pembentukan
Tim Koordinasi Telematika, telah disusun
rencana untuk memprioritaskan pe-
ngembangan TIK. Disamping itu, sejak
tahun 2001 telah pula dilaksanakan ren-
cana untuk mengembangkan TIK untuk
pendidikan melalui kerjasama pelatihan
dan pengembangan HRD antara indus-
tri TIK dan institusi pendidikan, pengem-
bangan kurikulum TIK, penggunaan TIK
sebagai media pengajaran dan pembe-
lajaran dan pengembangan model pem-
belajaran jarak jauh (PJJ) sebagai bagian
dari inisiatif Global Development Learning
(Bandem et al., 1999 & Yuhetty, 2002).
Berbagai contoh hal-hal yang sudah
dilakukan adalah antara lain, pengem-
bangan WinBI (Windows dalam Bahasa
Indonesia) dan Kantaya (Virtual Of ce).
Ada juga APEC Cyber Education (ACEN),
untuk mempersempit gap antara kemam-
puan TIK guru-guru di Indonesia dengan
guru-guru dari negara APEC (Asia Pacifc
Economic Cooperation). Sebuah program
yang disebut Millenium Internet Road-
show 2001 (MIR 2001) telah diinisiasi oleh
beberapa perusahaan swasta untuk me-
ningkatkan kesadaran publik akan TIK.
Sejak 2002, sebuah program e-learning
yang disebut e-dukasi dikembangkan oleh
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
untuk Pendidikan (Pustekkom) bekerja
sama dengan Direktorat Pendidikan Me-
nengah dan Direktorat Pendidikan Keju-
ruan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah-sekolah
umum dan kejuruan lewat penggunaan
Internet. Sementara itu, di dunia pendidik-
an tinggi, telah terjalin apa yang disebut
sebagai The Indonesian Digital Library Net-
work, yaitu sebuah jaringan perpustakaan
elektronik antara beberapa universitas di
Indonesia yang bertujuan untuk mening-
katkan akses dunia pendidikan tinggi di
Indonesia terhadap informasi. Dewan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Na-
sional (DeTIKNas) mengumumkan di tahun
2007 bahwa pemerintah lewat kerja sama
dengan sektor swasta akan berkomitmen
untuk menghilangkan digital gap dan
mengembangkan apa yang disebut se-
bagai e-Indonesia melalui pengembang-
an jejaring telekomunikasi di 43.000 desa,
31.173 sekolah menengah pertama dan
atas, 2.428 universitas, dan 28. 504 puskes-
mas sampai dengan tahun 2025.
Menurut Rosenberg (2001), dengan
adanya TIK ada lima pergeseran da-
lam proses pembelajaran yang terjadi,
yaitu: pertama, dari pelatihan ke kinerja;
kedua, dari ruang kelas fsik ke di mana
pun dan kapan pun; ketiga, dari kertas
ke online; keempat, dari sarana fsik ke
jaringan; dan kelima, dari waktu siklus ke
waktu yang sesungguhnya. Esensinya,
interaksi antara guru dan murid bisa ter-
jadi lewat berbagai media dan tidak ter-
gantung lagi kepada komunikasi tatap
muka langsung. Sedangkan menurut Ely
(1990), ada 8 syarat untuk keberhasilan
penerapan teknologi pendidikan, yaitu
ketidakpuasan akan status quo yang
cenderung stagnan dan puas dengan
kondisi yang ada, pengetahuan dan
kecakapan akan teknologi yang baru,
sumber-sumber daya yang tersedia,
waktu yang tersedia, imbalan dan insen-
tif terhadap pihak-pihak yang terlibat,
dorongan untuk berpartisipasi, komit-
men setiap pihak dan kepemimpinan
yang jelas.
22
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
23
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
23
Pentingnya Data
Selamat Datang REZIM DATA
Data..data..data..dan data.
Sebuah lembaga tanpa difasilitasi dengan data yang akurat
dan kemampuan mengelola serta memelihara data tersebut
secara handal tidak akan dapat tumbuh dan berkembang se-
cara berkelanjutan. Tanpa dukungan data yang akurat, sebuah
keputusan rasional tidak akan pernah tercipta, kepemimpinan
menjadi tidak memiliki arah dan sasaran kerja tidak jelas.
Oleh sebab itu kehadiran Nomor Unik Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (NUPTK) tidak hanya berfokus pada kuantitas
data pelaporan, tetapi juga pada unsur kualitas yang ditandai
dengan validitas (kebenaran) data yang secara pragmatik se-
suai dengan keadaan yang sebenarnya dan berbasis biodata
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Kebutuhan akan
data menjadi sebuah keharusan, oleh karena diperlukan sys-
tem pendataan yang cermat dan sistematis sehingga diperoleh
data yang akurat, efsien dan cepat demi mewujudkan sebuah
peta data dan hasil analisis yang komprehensif sehingga kebi-
jakan yang diambil akan lebih tepat sasaran dan dapat menjadi
informasi strategis untuk kebijakan peningkatan mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan.
Darinya kita dapat berprediksi, Adanya kita mempunyai in-
formasi, Tanpanya perencanaan tidak presisi karenanya, Ayo
data kita benahi
KARAKTERISTIK NUPTK
NUPTK bagi guru-guru sudah bukan lagi hal asing. Karena
kurang lebih 5 tahun NUPTK sudah disosialisasikan bahkan
semua program tentang peningkatan mutu pendidikan: pro-
gram-program pemberdayaan, pemberian kesejahteraan dan
peningkatan kompetensi, kualifkasi serta peningkatan profe-
sionalisme (sertifkasi) berbasis data NUPTK. Sehingga NUPTK
wajib dimiliki oleh guru agar mendapatkan program-program
tersebut.
NUPTK tidak hanya untuk guru-guru di bawah binaan Ke-
mendikbud tapi juga berlaku bagi guru-guru dibawah binaan
Kemenag. Masih banyak diantara guru-guru yang belum pa-
ham karakteristik NUPTK. NUPTK bersifat single identity yang
Manfaat NUPTK
BAGI GURU BAGI PEMERINTAH
Mendapatkan nomor identifkasi resmi dan bersifat nasional dalam
mengikuti berbagai program/kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Pusat/ Daerah.
Identitas pendukung dalam memenuhi salah satu kriteria perolehan
program (termasuk bantuan) yang akan digulirkan oleh pemerintah.
Mendapatkan hak akses Fasilitas ICT seperti Penggunaan Portal PTK
dan Modul Pembelajaran Jarak Jauh.
Dapat dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana dengan sasaran yang lebih tepat/akurat.
Mendukung pengambilan keputusan sebagai persyaratan dari kegiatan/program yang
direncanakan.
Membantu pembuatan kebijakan agar lebih strategis.
Membantu menyalurkan segala macam bentuk block-grant agar lebih efsien dan optimal.
Membantu pemerintah dalam merencanakan berbagai program peningkatan kesejahteraan
bagi Guru dalam mendukung pelaksanan UU No 14/2005.
W. Arijatmiko [WAJ]
Kepala Urusan Pengolah Data Mutu PTK
Seksi Program & Sistem Informasi LPMP Jawa Timur
Antara Data,
NUPTK &
Sertikasi
NUPTK
three inone
24
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
dimiliki hanya oleh 1 individu PTK sebagai Nomor Registrasi
yang sah bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah baik Formal maupun Non
Formal. NUPTK terdiri 16 digit dan bersifat unik. Karena NUPTK
bersifat single identity maka kepemilikan NUPTK melekat pada
individu selama masih aktif sebagai PTK dan tidak bisa dipin-
dahtangankan.
Bagi PTK yang ingin memastikan NUPTKnya, bisa melihat
secara online melalui aplikasi Web Browser NUPTK yang bisa di
download secara free/gratis.
LAYANAN NUPTK DAN SERTIFIKASI GURU
Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa ternyata syarat
menjadi calon peserta sertifkasi guru tidak hanya layak secara
profl: dari sisi pengabdiannya yang dilihat dari masa kerja se-
bagai guru, usianya yang cukup matang, status kepegawaian-
nya yang sudah diakui, jumlah jam mengajarnya yang sudah
24 jam bahkan lebih. Tetapi ada satu syarat lagi yang harus di
penuhi yaitu layak secara data. Yang dimaksud adalah datanya
berkualitas sesuai dengan kondisi riil di lapangan yang dibuk-
tikan dengan bukti fsik. Berkualitas berarti seluruh item yang
ada harus diisi dengan valid dan mutakhir.
Diharapkan para Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
selalu aktif meningkatkan kualitas datanya. Tidak perlu me-
nunggu ketika akan ikut program yang akan diselenggarakan,
baru melakukan update untuk pemutakhiran datanya tapi se-
tiap ada perubahan lakukan update melalui masing-masing
tim sekretariat kab-kota yang telah dibentuk. LPMP Jawa Tu-
mur siap membantu para PTK dalam meningkatkan kualitas
dan kuantitas data PTK yang berupa layanan informasi dan
konsultasi tentang pendataan NUPTK dan sertifkasi.
AP2SG
Mulai tahun 2011 proses rekrutmen calon peserta melalui
online. Mulai tahun 2012 aplikasi yang digunakan adalah Ap-
likasi Pendaftaran Peserta Sertifkasi Guru (AP2SG) dibawah
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dan urutan prioritas
berubah yaitu mulai dari usia, masa kerja guru dan pangkat/
golongan. Setelah proses rekrutmen bakal calon peserta di-
lakukan melalui AP2SG dan diambil sesuai kuota yang telah
ditetapkan, maka selanjutnya akan dilakukan pencetakan A0
sampai penyebaran A0, dimana para calon mengupdate dan
mengisi datanya sesuai dengan kondisi riil dan dilengkapi de-
ngan berkas sebagai buktinya. Dan segera setor ke PSG (Panitia
Sertifkasi Guru) di kab/kota masing-masing.
Berdasarkan A0 yang telah dilakukan verifkasi langsung ke
bakal calon akan diketahui data yang tidak layak. Maka perlu di-
lakukan data cleaning (pembersihan data) terlebih dahulu dari
data tidak layak, misalnya meninggal dunia, sakit permanen,
melakukan pelanggaran disiplin, mutasi ke jabatan selain guru,
mutasi ke kabupaten/kota lain, mengajar sebagai guru tetap
di Kementerian lain, pensiun, mengundurkan diri dari calon
peserta, sudah memiliki sertifkasi pendidik (guru atau dosen)
baik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun di
Kementerian lain.
Selain itu, berdasarkan A0 yang telah diverifkasi langsung
oleh bakal calon peserta guru itu pula, akan dihasilkan A1 se-
bagai bukti peserta sertifkasi guru.
Diharapkan guru-guru calon peserta sertifkasi segera mem-
persiapkan diri baik secara berkas maupun persiapan meng-
hadapi ujian kompetensi. Bagi yang memilih pola PLG harus
mengikuti uji kompetensi awal. Jika lulus maka akan menjadi
peserta PLPG dan jika tidak maka mengikuti pembinaan untuk
dapat mempersiapkan diri mengikuti sertifkasi guru pada ta-
hun berikutnya.
Uji kompetensi awal yang dimaksud diperkirakan akhir Ja-
nuari 2012. Uji kompetensi awal ini akan dilaksanakan di Ka-
bupaten/Kota secara manual (ofine) menggunakan LJK dan
dilakukan serentak seluruh Indonesia dengan perkiraan waktu
selama 120 menit. Koreksi dan penentuan kelulusan dilakukan
oleh KSG (Konsorsium Sertifkasi Guru).
Materi uji kompetensi awal diperkirakan adalah kompetensi
pedagogik dan kompetensi professional.
Kompetensi Pedagogik meliputi :
Mengenal karakteristik anak didik
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik
Pengembangan kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Memahami dan mengembangkan potensi
Komunikasi dengan peserta didik
Penilaian dan evaluasi
Kompetensi Profesional meliputi :
Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu
Mengembangkan keprofesian melalui tindakan refektif
Selamat
Berjuang Jadilah
Guru Professional
yang sesungguhnya
sebagai bentuk rasa
tanggung jawab
dalam menyiapkan
generasi penerus
bangsa dan negara
Indonesia tercinta.
three inone
24
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
NUPTK
25
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
N.U.P.T.K three inone
Syarat untuk dapat melihat NUPTK pada NUPTK online adalah
harus terhubung dengan internet. Setelah terhubung ikuti Pe-
tunjuk ini
1. Gunakan aplikasi NUPTK Web Browser yang bisa anda per-
oleh dengan download di website http://lpmpjatim.kemdik-
nas.go.id (bila ada perubahan nama website akan segera kami
publikasikan) tunggu sebentar hingga muncul dilayar sbb dan
silahkan klik Download.
2. Jalankan aplikasi dengan melakukan
double klik atau enter icon berikut:
3. Jika anda posisi terhubung internet akan muncul seperti berikut:
4. Klik kata kunci pencarian untuk melihat nuptk. Bisa berdasar-
kan NUPTKnya, nama PTK dll.
Ketik NUPTKnya dan klik cari.
5. Ketik NUPTKnya dan klik cari
6. Jika ingin berdasarkan nama PTK, ketik nama PTKnya dan klik
cari. Tunggu sampai proses connection selesai.
7. Jika ditemukan hasilnya akan seperti dibawah ini :
Sudah Benarkah NUPTK Anda?
Sudah Keluarkah NUPTK Anda?
three inone
25
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
NUPTK
KLIK DI SINI
KLIK DI SINI
TUNGGU SAMPAI
PROSES SELESAI
26
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
T : Apa syarat untuk mengusulkan NUPTK baru bagi guru?
J : Bagi PTK CPNS/PNS segera mengisi instrument yang
dilengkapi bukti fsik dan diajukan ke sekretariat pendataan
kab/kota setempat. Bagi Non PNS yang bisa mengajukan jika
PTK telah memiliki masa kerja minimal 2 tahun, minimal aktif
mengajar 10 jp dan memiliki SK GTY atau SK dari pemerintah
daerah setempat, bukan SK Kepala Sekolah.
T : Mengapa guru A sudah mengajukan NUPTK baru tetapi
sampai sekarang belum keluar?
J : Guru A mungkin belum memenuhi persyaratan umum
atau kualitas datanya rendah karena banyak item-item yang
kosong tidak diisi.
Maksudnya adalah datanya tidak lengkap, biasanya nama
ibu tidak diisi, riwayat pendidikan tidak terisi lengkap, hanya
ijazah terakhir saja, padahal 2 item itu wajib diisi karena menjadi
salah satu penentu keluarnya NUPTK.
Atau karena datanya tidak rasional, tahun masuk SD lebih
dulu dari tanggal lahir, lama belajar di tiap jenjang tidak sesuai
misal: masuk SD tahun 1980, lulus tahun 1985 maka secara
system akan dibaca hanya 5 tahun, seharusnya masuk SD tahun
1980, lulus tahun 1986. Selanjutnya SMP lama belajarnya
minimal 3 tahun, SMA lama belajarnya minimal 3 tahun, D1
lama belajarnya 1 tahun, D2 lama belajarnya 2 tahun, D3 lama
belajarnya 3 tahun, S1 lama belajarnya minimal 4 tahun.
T : Bagaimana cara dan kemana saya harus mengupdate
data?
J : Cara untuk update data langsung saja ke dinas Pendidik-
an ke bagian ketenagaan, ke bagian yang mengurusi NUPTK. Di
38 kabupaten/kota sudah ada operator NUPTK yang khusus me-
nangani masalah NUPTK mulai dari pengajuan sampai update
data bagi yang sudah keluar NUPTKnya.
Pada saat melakukan update data, PTK harus membawa
bukti fsik sesuai dengan item apa yang akan kita update. Andai
yang di update riwayat pendidikan, misalnya pada saat penga-
juan ijazahnya masih D3, saat ini sudah punya ijazah S1, maka
yang harus dibawa adalah bukti fsik ijazah S1.
Kalau yang di update Golongan, maka bukti fsik yang
dibawa adalah SK Kenaikan Pangkat/Golongan terakhir.
T : Bagaimana kalau sekolah saya sudah pindah ke kabupa-
ten lain, apakah saya harus mengurus NUPTK lagi?
J : Kalau PTK pindah ke sekolah manapun tidak perlu mengu-
rus NUPTK baru, karena NUPTK tersebut melekat pada individu,
solusinya databasenya saja diambil dari kabupaten yang diting-
galkan dibawa ke kabupaten yang dituju atau istilahnya mutasi
data NUPTK
T : Untuk guru-guru yang mengajar di sekolah di bawah naun-
gan Kementerian Agama, kemana harus mengurus NUPTK?
J : Bagi guru-guru yang berada di bawah naungan Kemen-
terian Agama, untuk pengurusan NUPTK bisa dilakukan lewat
Mapenda masing-masing kab/kota, karena sejak awal tahun
2011, sudah ada MoU antara LPMP dengan pihak Kemenag
masalah pengurusan NUPTK. Jadi di masing-masing Mapenda
Kab/kota juga sudah ada operator NUPTK.
T : Apa saja persyaratan untuk mengurus NUPTK?
J : Syarat-syaratnya antara lain:
Masa kerja minimal 2 tahun s.d tahun kapan dia mengajukan
NUPTK. Jadi Kalau dia mengajukan NUPTK tahun 2011, berarti
masa kerjanya minimal tahun 2009.
Mengisi instrument NUPTK sebanyak lima lembar disertai
bukti fsik a.n: SK pertama kali mengajar, ijazah mulai dari SD
sampai ijazah terakhir, SK pembagian tugas mengajar
T : Apa yang harus saya lakukan kalau NUPTK saya double
counting?
J : Kalau NUPTKnya double counting itu berarti ybs pernah
mengajukan NUPTK 2 kali, sehingga ybs punya 2 ID pegawai,
misalnya dia pernah mengajukan NUPTK pada tahun 2007,
datanya sudah diproses oleh dinas kab/kota, karena tidak
keluar-keluar akhirnya ybs mengajukan lagi pada tahun 2009.
Sehingga ybs punya ID tahun 2007 dan tahun 2009.
Karena ID peg yang th 2007 sudah diproses oleh Jakarta dan
sudah keluar NUPTKnya maka pengajuan tahun 2009 statusnya
menjadi doble counting. Solusinya ya harus melacak NUPTK
dengan status diterima, tentunya dengan bantuan operator
dinas kab/kota.
T : Mengapa guru A tidak masuk data calon sertifkasi pada-
hal layak?
J : Data Guru A di server pusat tidak terupdate
T : Mengapa teman saya yang masa kerjanya lebih sedikit
dari saya kok bisa ikut sertifkasi, padahal saya belum?
J : Kalau dilihat dari sisi data, ada kemungkinan TMT sebagai
pendidik tidak terisi dengan benar, bahkan ada yang memang
TMT sebagai pendidik tidak diisi. Hal ini menyebabkan hitungan
Masa Kerja PTK tidak sesuai bahkan ada yang NULL. Jadi TMT
sebagai pendidik/tendik harus diisi sesuai dengan TMT pertama
kali mengajar (menjadi pengajar) bagi pendidik dan TMT per-
tama kali menjadi pegawai bagi tenaga kependidikan. Hal ini
bisa ditunjukkan dengan SK pertama kali mengajar. Oleh karena
TMT sebagai pendidiknya NULL, maka ybs ada di ranking bawah
sehingga tidak bisa terekrut sertifkasi.
T : Kami sudah mengupdate data Guru A, tapi kenapa tetap
tidak ada dalam data calon sertifkasi?
J : Untuk keperluan rangking, update data yang diterima pa-
ling akhir tanggal 1 Desember 2011
T : Mengapa guru B dianggap sudah lulus sertifkasi oleh sys-
tem padahal belum pernah ikut sertifkasi sebelumnya?
J : NUPTK Guru B dipakai oleh guru lain untuk mendaftar
sertifkasi tahun sebelumnya, karena saat itu sertifkasi tidak ter-
integrasi dengan NUPTK, kesempatan memakai NUPTK orang
lain menjadi sangat terbuka
T : Apakah Guru yang tidak lulus sertifkasi 2011 bisa ikut
menjadi peserta tahun 2012?
J : Guru yang tidak lulus tahun 2011 diberi kesempatan
untuk menyiapkan diri untuk ikut menjadi peserta tahun 2013
selama masih memenuhi persyaratan.
T : Bagaimana pusat melakukan perangkingan daftar layak
sertifkasi?
J : Sesuai Buku 1: Usia, Masa Kerja, Pangkat/Golongan.
Oleh:
Wahyu
Arijatmiko
Winarti
Konsultasi Permasalahan
Umum NUPTK & Sertikasi
three inone NUPTK
27
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
three inone
Sekilas SERTIFIKASI GURU Tahun 2012
SESUAI PP No. 74 Tahun 2008 Tentang GURU pasal 8, Guru
selain wajib memiliki kualifkasi akademik, kompetensi, sehat
jasmani dan rohani, memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional ternyata juga diwajibkan untuk
memiliki SERTIFIKAT PENDIDIK
NO PROVINSI KUOTA
1 DKI JAKARTA 12,450
2 JAWA BARAT 43,349
3 JAWA TENGAH 35,664
4 DI YOGYAKARTA 4,938
5 JAWA TIMUR 42,968
6 NANGROE ACEH DARUSALAM 8,881
7 SUMATERA UTARA 23,425
8 SUMATERA BARAT 8,006
9 RIAU 7,822
10 JAMBI 4,032
11 SUMATERA SELATAN 9,712
12 LAMPUNG 7,990
13 KALIMANTAN BARAT 5,308
14 KALIMANTAN TENGAH 4,768
15 KALIMANTAN SELATAN 4,531
16 KALIMANTAN TIMUR 6,178
17 SULAWESI UTARA 3,624
18 SULAWESI TENGAH 2,813
19 SULAWESI SELATAN 12,303
20 SULAWESI TENGGARA 3,833
21 MALUKU 2,512
22 BALI 6,445
23 NUS TENGGARA BARAT 5,788
24 NUS TENGGARA TIMUR 5,744
25 PAPUA 2,322
26 BENGKULU 3,636
27 MALUKU UTARA 1,460
28 BANTEN 12,354
29 BANGKA BELITUNG 1,287
30 GORONTALO 1,239
31 KEPULAUAN RIAU 2,102
32 PAPUA BARAT 869
33 SULAWESI BARAT 1,647
Grand Total 300,000
KEBIJAKAN TAHUN 2012 SEPUTAR SERTIFIKASI GURU
Penetapan peserta melalui online system:
- Update data menggunakan web browser
- Publikasi bakal calon peserta melalui website
- Penghapusan data melalui AP2SG
- Proses pengisian dan pencetakan Format A1
Uji kompetensi awal:
- Bagi guru yang akan mengikuti PLPG
- Soal terstandar secara nasional
Perangkingan dimulai dari usia, masa kerja, dan golongan:
- Data usia tidak dapat dimanipulasi
- Ketiga data tersebut tersedia pada database NUPTK
Penjadwalan:
- Rekrutmen peserta selesai tahun 2011
- Pelaksanaan di Rayon LPTK harus selesai pada Agustus
2012
- Sertifkasi berbasis program studi.
- Dilaksanakan oleh Rayon LPTK yang memiliki program
studi yang terakreditasi
PERSYARATAN UMUM
Guru yang belum memiliki sertifkat pendidik dan masih ak-
tif mengajar di sekolah di bawah binaan Kementerian Pendi-
dikan dan Kebudayaan kecuali guru Pendidikan Agama.
Memiliki kualifkasi akademik sarjana (S-1) atau diploma em-
pat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau mini-
mal memiliki izin penyelenggaraan.
Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ke-
tentuan:
- Diangkat menjadi pengawas satuan pendidikan sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru (1 Desember 2008), dan
- Memiliki usia setinggi-tingginya 50 tahun pada saat di-
angkat sebagai pengawas satuan pendidikan.
Guru yang BELUM memiliki kualifkasi akademik S-1/D-IV
apabila:
- Pada 1 Januari 2012 sudah mencapai usia 50 tahun dan mem-
punyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau
- Mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan de-
ngan SK kenaikan pangkat).
Sudah menjadi guru pada suatu satuan pendidikan (PNS
atau bukan PNS) pada saat Undang-Undang Nomor 14 Ta-
hun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan tanggal 30
Desember 2005.
Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK se-
bagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan (guru tetap
yayasan), sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri
harus memiliki SK dari Bupati/Walikota.
Pada tanggal 1 Januari 2013 belum memasuki usia 60 ta-
hun.
Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat ketera-
ngan sehat dari dokter.
Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan
(NUPTK).
PERSYARATAN KHUSUS PSPL
Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satu-
an pendidikan yang memiliki kualifkasi akademik magister
(S-2) atau doktor (S-3) dengan golongan sekurang-kurang-
nya IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golongan IV/b.
Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas sa-
tuan pendidikan yang memiliki golongan serendah-rendah-
nya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golongan IV/c.
SERTIFIKASI
28
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PENETAPAN PESERTA
Semua guru yang memenuhi persyaratan mempunyai ke-
sempatan yang sama untuk ditetapkan sebagai peserta ser-
tifkasi guru.
Guru yang sudah mengikuti sertifkasi guru tetapi diskuali-
fkasi pada 1 (satu) tahun sebelumnya karena pemalsuan
dokumen, kehilangan hak sebagai peserta sertifkasi guru
sebagaimana Pasal 63 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2008.
Guru yang tidak lulus sertifkasi guru tahun 2011 tidak dapat
menjadi peserta tahun 2012.
Penetapan peserta dilakukan secara berkeadilan dan trans-
paran
Melalui online system dengan menggunakan Aplikasi Pene-
tapan Peserta Sertifkasi Guru (AP2SG).
Daftar rangking bakal calon peserta sertifkasi guru diu-
mumkan oleh Badan PSDMP-PMP melalui situs www.sergur.
pusbangprodik.org.
Dinas pendidikan kabupaten/kota dapat menghapus calon
peserta yang sudah tercantum namanya dalam daftar calon
peserta sertifkasi guru atas persetujuan LPMP dengan ala-
san yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu:
- Meninggal dunia
- Sakit permanen
- Melakukan pelanggaran disiplin
- Mutasi ke jabatan selain guru
- Mutasi ke kabupaten/kota lain
- Mengajar sebagai guru tetap di Kementerian lain
- Pensiun
- Mengundurkan diri dari calon peserta
- Sudah memiliki sertifkasi pendidik (guru atau dosen) baik
di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun di
Kementerian lain.
PRIORITAS MENGISI KUOTA
Peserta sertifkasi guru tahun 2012 tidak akan dialihtugaskan
pada jabatan lain, baik fungsional maupun struktural pada
tahun 2013, kecuali diangkat dalam jabatan pengawas.
Semua guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang me-
menuhi persyaratan dan belum memiliki sertifkat pendidik.
Guru dan kepala sekolah berprestasi peringkat 1 tingkat
provinsi atau peringkat 1, 2, dan 3 tingkat nasional, atau
guru yang mendapat penghargaan internasional yang be-
lum mengikuti sertifkasi guru dalam jabatan pada tahun
2007 s.d 2011.
Semua guru yang mengajar di daerah perbatasan, terdepan,
terluar yang memenuhi persyaratan.
URUTAN PRIORITAS
Usia: Usia dihitung berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun
kelahiran yang tercantum dalam akta kelahiran atau bukti
lain yang sah.
Masa kerja sebagai guru: Masa kerja dihitung sejak yang
bersangkutan bekerja sebagai guru baik sebagai PNS mau-
pun bukan PNS.
Pangkat/Golongan: Pangkat/golongan adalah pangkat/
golongan terakhir yang dimiliki guru saat dicalonkan seba-
gai peserta sertifkasi guru, ternasuk guru bukan PNS yang
telah memiliki SK Inpassing.
PENETAPAN PILIHAN BIDANG STUDI
Sesuai dengan program studi S-1 (linier)
Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1,
dapat menggunakan program studi D-III
Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1
dan studi D-III, guru dapat menetapkan bidang studi yang
serumpun dengan program studi S-1 dan D-III
Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1 dan
studi D-III, guru dapat menetapkan bidang studi sesuai dengan
mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau satuan pendidik-
an yang diampunya dan harus memiliki masa kerja minimal su-
dah 5 tahun berturut-turut mengajar mata pelajaran tersebut
NOTE: Info Lengkap, hubungi via
SMS Sdr. WAHYU NUGROHO, Kepala
Urusan Informasi & Publikasi Seksi
Program & Sistem Informasi LPMP
Jawa Timur di nomor 081 859 8 958
three inone SERTIFIKASI
29
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
three inone
Jaminan Profesionalitas Guru
Melalui Penilaian Kinerja
+
BAGI guru, persiapan tersebut menga-
cu pada upaya kreatif guru baik secara
individu maupun secara bersama-sama
dengan rekan sejawat memahami seka-
ligus meningkatkan kompetensi dan
profesionalitas guna memenuhi tuntut-
an PK Guru. Sedangkan bagi pengambil
kebijakan persiapan diarahkan untuk
lebih mengoperasionalkan peraturan
terkait PK Guru beserta perangkatnya.
Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
(PK Guru) dimaksudkan untuk mewu-
judkan guru yang profesional, karena
harkat dan martabat suatu profesi di-
tentukan oleh kualitas layanan profesi
yang bermutu. Melalui PK Guru dapat
ditemukan secara tepat kegiatan guru
di dalam kelas, dan selanjutnya mem-
bantu mereka untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, hal
ini akan memberikan kontribusi secara
langsung pada peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan, sekali-
gus membantu pengembangan karir
guru sebagai tenaga profesional. Oleh
karena itu, untuk meyakinkan bahwa
setiap guru adalah seorang profesional
di bidangnya dan sebagai penghar-
gaan atas prestasi kerjanya, maka PK
Guru harus dilakukan terhadap guru di
semua satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pe-
merintah daerah, dan masyarakat. Guru
yang dimaksud tidak terbatas pada guru
yang bekerja di satuan pendidikan di
bawah kewenangan Kementerian Pen-
didikan Nasional (sekarang Kementerian
Pendidikan & Kebudayaan), tetapi juga
mencakup guru yang bekerja di satuan
pendidikan di lingkungan Kementerian
Agama. Jaminan profesioinalitas guru
dari implementasi aturan baru yang
terkait dengan Jabatan fungsional Guru
dan Angka Kreditnya ini dapat dilihat
dari bebeberapa aspek berikut:
Rencana implementasi Permenpan RB no. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya pada tahun 2013, menuntut semua
pihak untuk memiliki kesiapan. Kesiapan bukan hanya di tujukan pada guru
yang akan menghadapi penilaian kinerjanya tetapi juga semua pihak termasuk
di dalamnya adalah Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota.
P.K.G [PENILAIAN KINERJA GURU]
30
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
1. KUALIFIKASI GURU
Guru pada tahun 2013 dipersyarat-
kan harus memiliki kualifkasi pendidik-
an S1 atau D4 dan memiliki sertifkat
pendidik. Ijazah S1 atau D4 yang dimi-
liki harus relevan dengan bidang tugas
yang diampunya di sekolah. Kualifkasi
akademik dan kesesuaiannya dengan
bidang tugas akan menjamin pelaksa-
naan pendidikan di sekolah berkualitas.
Kondisi disparitas mutu pendidikan se-
lama ini sedikit banyak disebabkan oleh
banyaknya guru mismatch yang menga-
jar di sekolah. Untuk itu guru-guru yang
mengajar tidak sesuai dengan bidang
keilmuannya (mismatch) agar segera di-
lakukan penataan kembali. Sebab kalau
tidak dilakukan penataan ulang maka
akan sangat merugikan baik bagi guru
yang bersangkutan maupun bagi upaya
penjaminan mutu pendidikan.
Secara tegas dalam aturan baru ini
mempersyaratkan bahwa guru harus
mengajar sesuai dengan bidang keil-
muan yang dimilikinya dan berkualifkasi
Sarjana (S1)/Diploma IV. Bahkan apabila
guru tidak memiliki ijazah Sarjana (S1)/
Diploma IV yang sesuai dengan bidang
tugas yang diampu, maka kenaikan
pangkat setinggi-tingginya adalah Pe-
nata Tingkat I, golongan ruang III/d, atau
pangkat terakhir yang dimiliki. Guru
yang berpangkat Pengatur Muda golo-
ngan ruang II/a sampai dengan Penga-
tur Tingkat I golongan ruang II/d pada
saat Peraturan Menteri Negara Pendaya-
gunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi ini berlaku, sampai dengan
akhir tahun 2015 belum memiliki ijazah
Sarjana (S1)/Diploma IV melaksanakan
tugas utama Guru sebagai Guru Per-
tama dengan sistem kenaikan pangkat
yang berbeda dengan guru yang telah
memiliki ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV
yaitu menggunakan angka kredit se-
bagaimana tercantum pada lampiran V
Peraturan Menteri Negara Pendayagu-
naan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi. Sebaliknya apabila guru mem-
peroleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV
maka akan diberikan angka kredit sebe-
sar 100% dari tugas utama dan pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan dita-
mbah angka kredit ijazah Sarjana (S1)/
Diploma IV yang sesuai dengan bidang
tugas yang diampu, bagi guru yang telah
memiliki pangkat Penata Muda Tingkat I
golongan ruang III/b ke atas. Sedangkan
bagi guru yang berpangkat Pengatur
Muda golongan ruang II/a sampai de-
ngan Pengatur Tingkat I golongan ruang
II/d apabila memperoleh ijazah Sarjana
(S1)/Diploma IV maka akan diberikan
angka kredit sebesar 65% dari diklat,
tugas utama, dan kegiatan pengemba-
ngan keprofesian berkelanjutan ditam-
bah angka kredit ijazah
2. PENGAKUAN KINERJA
Terdapat hubungan yang erat antara
nilai kinerja yang diperoleh oleh seorang
guru dengan capaian angka kredit yang
dipersyaratkan pada setiap jenjang ja-
batan guru. Semakin tinggi nilai kinerja
yang diperoleh seorang guru maka se-
makin tinggi pula pengakuan angka
kredit yang diberikan padanya demikian
juga sebaliknya. Misalnya apabila hasil
PK Guru seorang guru memperoleh nilai
kinerja amat baik (hasil konversi nilai
berada pada kisaran 91-100) maka per-
olehan nilai kinerjanya diakui sebesar
125%, apabila guru memperoleh nilai
kinerja dengan kategori kurang (hasil
konversi nilai berada pada kisaran 0-50)
maka perolehan nilai kinerja hanya di-
akui 25%. Kondisi ini akan menjamin da-
pat mendorong guru untuk selalu mem-
perbaiki kinerja dan profesionalitasnya.
Guru yang selama ini telah melakukan
upaya peningkatan profesionalitasnya
akan merasa lebih adil karena kerja
kerasnya akan diakui lebih baik. Sedang-
kan bagi guru-guru yang belum beru-
paya melakukan perbaikan dan pening-
katan profesionalitas dengan sendirinya
akan dihadapkan pada pilihan melaku-
kan peningkatan kinerja atau selamanya
akan menjadi guru tanpa jaminan dan
kesejahteraan. Kedepan, perolehan ke-
sejahteraan akan selalu diukur dengan
capaian kinerja dan profesionalitas se-
orang guru. Dalam pedoman PK Guru
disebutkan bahwa apabila seorang guru
tidak dapat meningkatkan kinerjanya
dalam kurun waktu dua tahun maka
akan dikurangi beban mengajarnya. Ini
berarti bahwa apabila beban mengajar
dikurangi apalagi pengurangan terse-
but berdampak pada tidak tercapainya
beban mengajar minimal yaitu 24 jam
pelajaran per minggu, maka tunjangan
profesi bagi guru yang bersangkutan
juga akan ditinjau kembali karena beban
mengajarnya tidak mencapai persyara-
tan minimal yang telah ditetapkan.
3. KEGIATAN PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
Kegiatan Pengembangan Keprofe-
sian Berkelanjutan (PKB) dilaksanakan
dengan maksud memfasilitasi para guru
untuk mencapai standar kompetensi
profesi yang telah ditetapkan, mem-
bantu guru untuk terus memutakhirkan
kompetensi agar sejalan dengan tuntu-
tan dan tantangan pengembangan pro-
fesi, memotivasi guru-guru untuk tetap
memiliki komitmen melaksanakan tugas
three inone P.K.G [PENILAIAN KINERJA GURU]
31
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
P.K.G [PENILAIAN KINERJA GURU]
three inone
pokok dan fungsinya sebagai tenaga
profesional dan mengangkat citra, har-
kat, martabat profesi guru, rasa hormat
dan kebanggaan kepada penyandang
profesi guru. Dengan kegiatan PKB ini
akan menjadikan para guru memiliki
arah dalam melakukan upaya perbaik-
an kualitas kinerja dan profesionalitas
sepanjang karirnya sebagai guru. Un-
tuk itu menurut kebijakan yang baru
ini setiap guru wajib memiliki rencanan
kegiatan PKB yang harus diikuti dalam
kurun waktu satu tahun pelajaran. Dari
perencanaan ini, guru akan menyadari
bahwa setiap capaian nilai kinerja yang
lemah pada salah satu atau lebih kom-
petensinya akan memiliki acuan tentang
kegiatan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kinerja pada kompetensi
yang lemah tersebut. Dasar utama da-
lam melakukan perencanaan kegiatan
PKB adalah hasil evaluasi diri dan hasil
pelaksanaan PK Guru formatif. PK Guru
formatif dilaksanakan khusus untuk
tahun pertama implementasi Perme-
negpan RB no 16 tahun 2009 sedang-
kan pada tahun kedua dan seterusnya
perencanaan kegiatan-kegiatan PKB
didasarkan pada PK guru sumatif. Guru
yang memiliki nilai dibawah standar
ketika dilakukan proses PK Guru akan
dilakukan proses PKB yang berbeda de-
ngan guru yang telah mencapai nilai di
atas standar. Ketika guru memiliki nilai di
bawah standar maka pelaksanaan kegia-
tan PKB untuk guru yang bersangkutan
dilakukan melalui tahapan informal dan
formal. Pentahapan ini dilakukan untuk
menjamin guru yang berada di bawah
standar dapat secara khusus dibantu un-
tuk meningkatkan kinerja secara lebih
cepat sebelum melakukan kegiatan PKB
secara regular. Mereka dibimbing dan
dibina oleh guru pembimbing sampai
mencapai kinerja yang lebih baik sebe-
lum dilakukan penilaian PK Guru sumatif
di akhir tahun ajaran.
4. PEROLEHAN ANGKA KREDIT
Angka kredit merupakan akumulasi
nilai butir-butir kegiatan yang harus di-
capai oleh seorang guru dalam rangka
pembinaan karier kepangkatan dan
jabatannya. Proses penentuan nilai se-
belum akhirnya menjadi angka kredit
diperoleh berdasarkan data yang di-
kumpulkan melalui proses pengamatan
dan pemantauan yang menggambarkan
kualitas aktivitas seorang guru di dalam
dan di luar kelas. Dengan demikian per-
olehan angka kredit bukanlah semata-
mata pemenuhan nilai yang bersifat
administratif saja tetapi penggambaran
kinerja dan profesionalitas seorang guru
setiap tahunnya. Dengan cara ini akan
diperoleh peta profesionalitas guru dari
waktu ke waktu yang akan mempermu-
dah dalam memberikan pembinaan dan
pengembangan karir guru. Perolehan
Angka Kredit guru sangat ditentukan
oleh tinggi rendahnya nilai kinerja yang
dicapai oleh guru pada setiap periode
pelaksanaan PK Guru. Guru dengan ki-
nerja amat baik akan lebih cepat dalam
memenuhi angka kredit yang diper-
syaratkan.
Perolehan angka kredit guru harus
terpenuhi dari dua unsur yaitu unsur
utama dan unsur penunjang. Unsur
utama terdiri dari pendidikan, hasil PK
Guru Pembelajaran dan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Angka
kredit komulatif yang telah ditetapkan
untuk setiap jenjang jabatan guru, 90%
harus terpenuhi dari unsur utama sisanya
( 10%) dapat berasal dari unsur penun-
jang tetapi pemenuhan unsur ini bersifat
optional. Dalam hal pemenuhan angka
kredit komulatif yang telah ditetapkan,
posisi PK Guru dan PKB bagaikan dua sisi
mata uang. Artinya apabila salah satu
dari keduanya tidak terpenuhi maka
kenaikan pangkat dan jabatan guru ti-
dak dapat dilakukan. Semua guru mulai
dari guru pertama golongan III/a sampai
dengan guru utama golongan IV/e harus
terpenuhi angka kreditnya dari kegiatan
PKB disamping harus memenuhinya dari
PK Guru. Angka Kredit dari kegiatan PKB
relatif lebih sulit untuk pemenuhannya.
Kesulitan tersebut dapat dilihat dari dua
hal, yaitu (1) Beberapa jenis kegiatan PKB
dalam pelaksanaanya mempersyaratkan
adanya keterlibatan pihak lain secara
mutlak. Misalnya dalam hal mengikuti
kegiatan pengembangan diri, guru tidak
dapat menentukan dan memastikan
jenis kegiatan diklat fungsional yang
harus diikuti, walaupun telah ditren-
canakan dalam rencana PKB satu tahun.
Kegiatan diklat fungsional sangat ter-
gantung dari lembaga pelaksana diklat
yang berwewenang melaksanakan ke-
giatan diklat fungsional. Demikian juga
dengan kegiatan kolektif guru dibutuh-
kan legitimasi dari Kepala Dinas Pen-
didikan dalam hal bukti keikutsertaan
dalam kegiatan tersebut (2) Tidak dapat
ditabungnya kelebihan Angka Kredit
dari kegiatan PKB untuk kepentingan
kenaikan pangkat berikutnya. Kondisi ini
menuntut para guru untuk bekerja keras
dalam upaya pemenuhan angka kredit
dari sub unsur PKB pada setiap jenjang
kepangkatannya.
Namun demikian para guru dapat
memaksimalkan peran sanggar kegiatan
guru (KKG, MGMP dan lainnya) untuk me-
menuhi angka kredit dari sub unsur PKB
ini. Untuk itu diharapkan semua sanggar
kegiatan guru memiliki program kerja
yang selaras dengan rencana PKB dari
setiap anggotanya. Dengan demikian
peran dan fungsi sanggar kegiatan guru
benar-benar mampu menjembatani tun-
tutan peningkatan profesionalitas guru
pada satu sisi dan pemenuhan angka
kredit guru pada sisi yang lain.
Amiruddin, S.Pd, MT.
Widyaiswara Pertama di LPMP Jawa Timur
Ketika guru memiliki nilai di bawah
standar maka pelaksanaan kegiatan PKB
untuk guru yang bersangkutan dilakukan
melalui tahapan informal dan formal.
Pentahapan ini dilakukan untuk
menjamin guru yang berada di
bawah standar dapat secara khusus
dibantu untuk meningkatkan kinerja
secara lebih cepat sebelum melakukan
kegiatan PKB secara regular.
32
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
IT dan ICT
Dr Syawwal Ghultom
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan (SDMP) dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sajianutama
Bukan Puncak
Pembelajaran
APA yang harus kita mulai dalam belajar menggunakan
IT dan ICT? Yang pertama adalah pola pikir, tegas Syawwal
Ghultom pada acara Koordinasi Peningkatan Kompetensi
melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One
Learning) di Hotel Utami Surabaya, Minggu (30/10) silam.
Syawwal Ghultom menjelaskan IT memang super cang-
gih untuk mempercepat proses dan meningkatkan efsinsi
tetapi juga mempunyai dampak negatif. Yaitu bisa mem-
buat orang menjadi malas dan menjadi seorang plagiat
(peniru) serta bisa membuat orang menjadi penipu.
Sebab, di jaringan di internet kita bisa mencari apa
saja dan dalam bahasa apa saja, jelas dia.
Syawwal Ghultom mencontohkan bila siswa seko-
lah dasar (SD) bertanya tentang pembelajaran berbasis
project. Cukup mengetik pembelajaran berbasis project di
google maka semua pertanyaan akan terjawab. Bahkan,
bila disuruh untuk membuat makalah pun pasti akan
sangat mudah dikerjakan. Sebab, semua sudah ada di
internet.
Dibandingkan negara tetangga
seperti Singapura, Indonesia memang
ketinggalan dalam menggunakan
IT dalam proses pembelajaran.
Meskipun terlambat dan saat ini
Kementerian Pendidikan melalui
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
telah melakukan upaya peningkatan
kemampuan dan keterampilan
pendidik dan tenaga pendidikan
dalam penggunaan IT dan ICT, namun
Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan (SDMP)
dan Penjaminan Mutu Pendidikan
(PMP) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dr Syawwal Ghultom
terus mengingatkan para pendidik
dan tenaga pendidikan untuk selalu
mengingat dua hal penting sebelum
menerapkan sistem pembelajaran
berbasis IT.
32
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
LAPORAN KHUSUS
33
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
Jadi kalau tidak disiapkan mental
kita, mind set kita maka pembelajaran
berbasis IT dan ICT bisa mendidik anak
untuk tidak jujur dan gurunya bisa
menjadi malas, ungkap dia.
Bagaimana IT dan ICT bisa mem-
buat guru menjadi malas? Syawwal
Ghultom menjelaskan guru tersebut
cukup menyambungkan laptop yang
dia miliki ke monitor maka semuanya
ada dan gurunya tidak perlu belajar.
Syawwal Ghultom menceritakan
dirinya pernah melakukan kunjungan
ke sebuah sekolah SMA berstandar
internasional. Dimana, setiap kelas
sudah terhubung dengan jaringan
wireless dan setiap guru sudah meng-
gunakan laptop super canggih dalam
proses belajar mengajar.
Saat itu, saya datang ke kelas
dengan mata pelajaran biologi dalam
bahasa Inggris. Dimana, gurunya
sedang mengajarkan sistem perna-
fasan. Guru tersebut menjelaskan apa
dan bagaimana pernafasan hanya
dalam bentuk naskah. Setelah selesai
mengunjungi kelas tersebut, kepala
sekolah menanyakan bagaimana pen-
dapat saya, ya jujur saya jawab kalau
mengajar dengan cara tersebut sudah
bisa dilakukan oleh guru biasa tidak
perlu embel-embel sekolah berstandar
internasional, urainya.
Mengapa? Syawwal Ghultom
menerangkan dalam proses bela-
jar mengajar, guru tersebut sudah
menggunakan alat bantu yang super
canggih, yaitu laptop super canggih
dan LCD yang juga super canggih dan
sudah menggunakan bentuk power
point. Seharusnya guru tersebut
bisa menjelaskan sistem pernafasan
dengan menggunakan animasi atau
video yang lebih canggih sebab di
laptop sudah tersedia software yang
mendukung.
Kalau cuma teks untuk apa? IT
dan ICT bukan puncak pembelajaran.
Namun, puncak pembelajaran adalah
kreativitas, tegas Syawwal Ghultom.
Alat bantu laptop, sambung Syaw-
wal Ghultom, harus digunakan saat
betul-betul membantu dalam proses
pembelajaran dan bukan hanya untuk
tampil gagah-gagahan atau biar keli-
hatan keren.
Yang kedua, target terakhir men-
gunakan laptop dimana kementerian
bekerja sama dengan LPMP adalah
untuk pembelajaran yang interaktif
dengan komputer tanpa buku. Yang
kita kenal computer base learning
atau computer essay learning, papar
dia.
Syawwal Ghultom menerang-
kan dengan sistem pembelajaran
computer base learning, akan lebih
mempermudah proses belajar. Misal-
nya, dirinya ingin belajar fsika atau
matematika, maka komputer harus
bisa menguji dengan memberikan
soal-soal terlebih dahulu dan si peng-
guna harus mengerjakan dan men-
jawab semua soal yang ada. Kemudian
komputer menilai dan menjelaskan
bahwa nilai anda kurang dan anda
harus membuka modul 1. Setelah
selesai modul satu, anda akan diminta
kembali untuk mengerjakan soal-
soal yang tadi, bila anda lulus maka
komputer akan mengucapkan selamat
anda lulus dan mempersilahkan anda
untuk melanjutkan ke modul dua. Bila
tidak lulus, maka komputer akan men-
erangkan maaf anda tidak lulus dan
silahkan kembali mempelajari modul
satu dan begitu seterusnya.
Sehingga metode computer
base learning bisa membangkitkan
rasa penasaran seorang siswa untuk
menaklukkan seluruh soal yang ada.
Ada kepuasan sendiri dari siswa untuk
menaklukkan semua soal, jelasnya.
Syawwal Ghultom menekankan
setiap pendidik dan tenaga pendidik
harus bisa menyampaikan ke anak
didik bahwa bahwa IT merupakan alat
bantu dan bukan mengajarkan anak
untuk berbohong.
Dari hasil tes yang dilakukan
beberapa waktu yang lalu, dari 12.000
siswa yang diuji, ada 4.000 yang sama.
Dengan sistem computer bisa dilaku-
kan pemetaan, dimana kerja siswa A,
siswa B, siswa C dan seterusnya bisa di-
periksa secara cepat. Siswa mana yang
selesai lebih dulu dan siswa mana
saja yang memiliki hasil yang sama.
Bahkan, komputer bisa mendeteksi
berapa persen persamaan hasil kerja
siswa-siswa tersebut. Dengan tingkat
kesamaan mulai dari 100 persen, 90
persen, 80 persen atau berapa persen.
Yang terpenting, mari kita duduk-
kan dulu dari awal bahwa pelatihan
ini sebagai pilot project adalah untuk
membantu. Jangan lupa menanamkan
bahwa semakin canggih alat bantu ini
maka harus diikuti dengan integritas
yang super canggih juga. Sebab kalau
tidak maka ini tidak akan memberikan
dampak positif tetapi akan lebih besar
dampak negatifnya, tegas Syawwal
Ghultom.
Siska Prestiwati Wibisono
Semakin canggih alat
bantu harus diikuti
dengan integritas yang
super canggih juga.
Sebab kalau tidak, maka
tidak akan memberikan
dampak positif tetapi
akan lebih besar
dampak negatifnya.
LAPORAN KHUSUS
34
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
KEPALA Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, Sala-
mun, Ph.D mengatakan LPMP telah
melakukan pelatihan IT kepada bebe-
rapa guru di Jatim. Dimana, para guru
tersebut terus mendapatkan pelatih-
an dan pendampingan. Diharapkan,
seluruh guru yang sudah mendapatkan
pelatihan nantinya bisa menjadi master
of trainer khususnya ICT.
Selain memberi pelatihan dan pen-
dampingan kepada gurunya, nantinya
sekolahnya akan dijadikan sekolah
model, sekolah unggulan atau sekolah
percontohan, ungkap Salamun dalam
sambutannya pada acara Koordinasi
Peningkatan Kompetensi melalui MGMP
PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O
One Learning) di Hotel Utami Surabaya,
Minggu (30/10) silam.
Salamun menambahkan apapun na-
manya LPMP Jatim terus akan melaku-
kan pengawalan kepada sekolah-
sekolah yang akan dijadikan sekolah
percontohan. LPMP akan mengawal
delapan standar nasional pendidikan,
dari kedelapan standar nasional pendi-
dikan, LPMP Jatim memfokuskan dari
sisi sumber daya manusia (SDM), yaitu
dari pendidik dan tenaga pendidikan.
Pengembangan SDM inilah yang akan
menjadi perhatian serius, tegas dia.
Dalam meningkatkan mutu SDM te-
naga pendidik dan tenaga pendidikan,
sambung Salamun, LPMP Jawa Timur
tidak lupa melibatkan peran aktif dari
para pimpinan sekolah untuk memba-
ngun komitmen kebersamaan dalam
rangka membangun sekolah berkualitas
khususnya dalam proses pembelajaran.
Kedepan, kita tunjukan ke masyara-
kat bahwa sekolah yang bagus adalah
sekolah yang bisa menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan dan
memanfaatkan IT, ini yang akan menjadi
percontohan, paparnya.
Dalam sambutannya, Salamun
menyampaikan untuk meningkat-
kan keterampilan para pendidik dan
tenaga pendidikan dalam bidang IT.
LPMP Jawa Timur bekerjasama dengan
Salamun, Ph.D
Kepala Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP)
Jawa Timur
34
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
LAPORAN KHUSUS
35
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Beberapa
tahun terakhir,
perkembangan dunia
teknologi maju pesat.
Mau tidak mau,
lembaga pendidikan
yaitu sekolah pun
harus bisa mengikuti
perkembangan
dunia teknologi di
dunia. Untuk itu,
Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan
(LPMP) Jawa Timur
telah bertekat
untuk melakukan
pendampingan dalam
rangka mendorong
terciptanya sekolah
berbasis teknologi
yang berkualitas di
Jawa Timur.
Dorong
Terciptanya
Sekolah Berbasis IT
yang Berkualitas
35
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Intel dan mendapatkan bantuan 160
buah laptop. Dimana, 120 buah laptop
dibagikan kepada 4 sekolah yang
masing-masing sekolah menerima 30
buah. Keempat sekolah yang menerima
bantuan laptop tersebut adalah SMP
Al Hikmah Surabaya, SD Sekolah Alam
Insan Mulia, SDN Tanggul Wetan 4 Jem-
ber dan SMPN 5 Malang akan dijadikan
sebagai sekolah percontohan. Sedang
40 buah laptop lainnya disimpan di
LPMP Jatim. Laptop yang disimpan di
kantor LPMP akan dimanfaatkan untuk
diklat para guru.
Sebab, setiap LPMP Jawa Timur me-
ngumpulkan guru-guru di wilayah Jawa
Timur maka akan dibekali keterampilan
dalam memanfaatkan IT khususnya da-
lam melakukan proses belajar menga-
jar, ujarnya.
Oleh karena itu, sambung Salamun,
software-software yang sudah tersedia
ini harus bisa dibuka, dipahami dan
harus bisa diimplementasikan dengan
mudah oleh seluruh guru yang telah
mendapatkan pelatihan. Kecakapan
para guru dalam membuka, memahami
dan mengimplementasikan software
inilah yang disebut skill atau keterampi-
lan untuk menggunakan IT dan meman-
faatkan IT dalam proses pembelajaran.
Itulah yang akan kita bangun kede-
pan. Target dari proses pembelajaran
yang menyenangkan dan bisa mem-
bangkitkan semangat siswa, disini tidak
hanya guru saja yang senang, terampil
dan mahir dalam memanfaatkan IT na-
mun bagaimana strategi kita agar siswa
juga senang, terampil dan mahir dalam
menggunakan fasilitas IT yang sudah
disediakan oleh sekolah, jelas Salamun.
Rencananya, ungkap Salamun, LPMP
Jawa Timur akan melakukan penga-
walan kurang lebih selama tiga hingga
empat tahun. Dengan target nantinya
lulusan sekolah khususnya pada siswa
dikelas IT akan lebih berkualitas serta
berdampak positif pada lingkungan.
Selain bisa melahirkan lulusan yang
terampil dan mahir dalam mengguna-
kan IT, target ke guru bisa menciptakan
sajianutama LAPORAN KHUSUS
36
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
lingkungan yang terampil IT di
sekolahnya.
Agar target tersebut dapat
tercapai, maka kami juga
melibatkan kepala sekolah,
tuturnya.
Masih menurut Salamun,
LPMP telah mengundang
para kepala sekolah agar juga
memiliki satu paham dengan
konsep yang telah dibuat oleh
LPMP. Diharapkan, para kepala
sekolah juga bisa memahami serta
memberikan dukungan. Dimana, salah
satu tugas kepala sekolah adalah
melakukan kontrol terhadap para guru
yang ada di sekolah yang dipimpinnya.
Oleh karena itu komitmen kapala
sekolah juga diharapkan selama proses
pendampingan dengan cara melaku-
kan supervisi ke guru-guru IT. Bahkan,
diharapkan kepala sekolah lebih sering
melakukan supervisi dan ter-schedule
dengan baik.
Semakin sering kepala sekolah
melakukan supervisi maka akan se-
makin baik. Sebab, kalau kepala sekolah
tidak pernah melakukan supervisi ke
kelas-kelas IT maka kepala sekolah
tersebut tidak akan tahu perkembangan
target yang akan dicapai dalam satuan
pendidikan, tegas dia.
Selain komitmen dan peran aktif
kepala sekolah, jelas Salamun, komit-
men dan peran serta aktif dari Dinas
Pen-
didik-
an Kebupaten/
Kota juga sangat diperlukan. Diharap-
kan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
bisa ikut terjun ke sekolah-sekolah
untuk melakukan pendampingan guna
mengetahui apakah dalam pelaksa-
naannya kepala sekolah atau guru
menemui kesulitannya.
Salamun menambahkan proses
pendampingan ini akan dilakukan
secara simultan, berkelanjutan dan
akan berkoordinasi dengan Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta
Kepala Sekolah. Dimana, setiap ada
kesulitan akan dicarikan solusi secara
bersama-sama.
Harapan kedepan, Jawa Timur bisa
membangun sekolah model berkuali-
tas, jelasnya.
Harapan inilah yang akan sedang
dipersiapkan, sambung dia, semoga
awal pelaksanaan pendampingan yang
dilakukan LPMP bisa berhasil dan bisa
menunjukan out put yang bagus.
Sehingga, keberhasilan tersebut akan
dilaporkan ke Jakarta. Barangkali juga
bisa disebarkan secara nasional dan
bisa ditiru serta dikembangkan oleh
provinsi lain. Sehingga akan banyak
sekolah-sekolah berkualitas di Indone-
sia. Dan, kedepan Bangsa Indonesia bisa
menjadi bangsa yang lebih baik dalam
proses pendidikan.
Dengan keyakinan bersama, komit-
men bersama dan dilakukan bersama
diantara pendidik dan tenaga kepen-
didikan di seluruh Jawa Timur, semoga
kedepan Jawa Timur semakin bagus
seperti yang telah kita deklarasikan
bersama di depan Menteri. Semoga
Jawa Timur bisa membentuk model.
Artinya, model sekolah, model guru,
model kepala sekolah, model siswa
serta model proses pembelajaran yang
berkualitas, imbuhnya.
Dalam acara tersebut juga telah
dilakukan penandatanganan surat
kesepakatan antara LPMP Jawa Timur
dengan empat sekolah di Jawa Timur
(SMP Al Hikmah Surabaya, SD Sekolah
Alam Insan Mulia, SDN Tanggul Wetan
4 Jember dan SMPN 5 Malang) dimana
akan dilakukan pendampingan untuk
dijadikan sekolah percontohan berbasis
IT. Bagus Priambodo
PELATIHAN essensial course ini sangat
bagus sebab sangat membantu para
guru dalam rangka meningkatkan ke-
mampuan komputer yang telah dikuasai
oleh para peserta (guru-guru itu sendi-
ri). Sedang untuk materi pembelajaran
berbasis proyek yang lebih menekan-
kan pada siswa sangat bagus dan akan
dicoba untuk segera diterapkan pada
mata pelajaran yang dibidangi. Bila ber-
hasil maka akan ditularkan ke guru-guru
yang lain.
Ini hal yang baru dan melibatkan
stakeholder misalkan guru mata pelaja-
ran lain, kepala sekolah dan pihak lain-
nya. Selama ini, kami belum menerap-
kan, ungkap Dora.
Dora sangat yakin, sistem pembelaja-
ran berbasis proyek ini bisa segera dite-
rapkan di sekolah tempatnya mengajar.
Dora Indriana, SMAN 1 Jember
Berbagi Informasi ke Sesama Guru
Sebab, selama ini dirinya sudah melaku-
kan beberapa proses yang ada di dalam
sistem pembelajaran berbasis proyek.
Dengan fasilitas yang ada serta pola
pikir siswa yang sudah terbiasa dengan
sistem pendidikan yang mendorong
siswa untuk lebih kreatif.
Selama ini saya memang belum me-
libatkan stakeholder. Sehingga, ada be-
berapa guru yang masih belum menger-
ti mengapa ada siswa di luar kelas atau
bagaimana, kok bisa dan lain-lain. Untuk
itu, saya akan segera melibatkan stake-
holder seperti guru mata pelajaran lain
dan kepala sekolah agar mereka bisa
memahami sehingga saya bisa mulai
menerapkan sistem pembelajaran ini,
papar dia.
Masih menurut Dora, selain akan mu-
lai melibatkan stakeholder dalam rangka
penerapan sistem pendidikan berbasis
proyek. Dirinya juga selalu menularkan
kemampuan dalam rangka mengop-
erasionalkan komputer ke sesama guru,
khususnya guru-guru biologi yang ada
di Jember. Siska Prestiwati Wibisono
sajianutama LAPORAN KHUSUS
37
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PENERUS Bangsa Indonesia kedepan, di-
tuntut untuk bisa bersaing dengan para
penerus dari negera-negera lain. Tidak
heran bila pemerintah terus melakukan
upaya untuk meningkatkan mutu pendi-
dikan, salah satunya dengan melakukan
kerjasama dengan Intel Indonesia.
Senior Trainer dari Intel Indonesia,
Wendhie Prayitno mengatakan sebe-
narnya, pembelajaran berbasis proyek
atau project base learning sudah sangat
dibutuhkan oleh anak didik di Indonesia.
Namun mungkin kebijakan pemerintah
yang belum menerapkan sistem ini.
Sebenarnya di luar negeri sudah me-
nerapkan, intinya pada konsep pembe-
lajaran berbasis student center dimana
siswa lebih pro aktif untuk mencapai
keterampilan kecakapan abad 21. Yang
melingkupi keterampilan teknologi, ke-
terampilan inovasinya dan keterampilan
kepemimpinannya dan lain sebagainya,
ungkap Wendhie ditemui disela-sela pe-
latihan essensial course pada acara aca-
ra Koordinasi Peningkatan Kompetensi
melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Piloting
Diklat One O One Learning) di Hotel Uta-
mi Surabaya, Rabu (2/11), silam.
Masih menurut Wendhie, di Indone-
sia dari sisi kebijakannya sampai saat
ini memang belum menjadikannya da-
lam kurikulum khusus. Tetapi, dari sisi
bagian-bagiannya, sebagian dari aktivi-
tas pembelajaran abad 21 sudah dite-
rapkan di beberapa sekolah. Misalnya,
untuk pembelajaran abad 21 dalam bi-
dang kerjasama kolaborasi sudah ada
yang melaksanakannya meskipun belum
secara utuh dalam kaitannya dengan
pembelajaran berbasis proyek.
Pendekatan pembelajaran berbasis
proyek sudah mulai dilaksanakan teruta-
ma oleh sekolah-sekolah berbasis alam.
Walaupun ada beberapa komponen
yang belum dilaksanakan, jelasnya.
Wendhie berbagi pengalaman, saat
dirinya memberikan diklat kepada guru-
guru di sebuah sekolah alam, ternyata
para pendidik dan tenaga pendidik di
sekolah tersebut sudah dapat contohnya
dalam hal pemberian nilai. Dimana,
dalam pemberian nilai tidak langsung
memberikan atau menuliskan sebuah
angka namun para guru tersebut me-
nilai bagaimana proses yang dilakukan
oleh siswa mereka.
Pada dasarnya, ungkap Wendhie,
desain pembelajaran berbasis proyek
ini bisa digunakan untuk semua mata
pelajaran. Sebab, konsep ini sangat ter-
buka dan tidak dibatasi oleh jenjang
pendidikan tertentu, untuk pendidikan
formal semua bisa menerapkan mulai
SD sampai SMK-SMA. Bahkan banyak
universitas yang sudah melaksanakan,
sedang untuk pendidikan non formal
pun pembelajaran berbasis proyek ini
bisa diterapkan.
Pada desain pembelajaran berbasis
proyek ini, yang akan mengimplemen-
tasikan projeknya adalah siswa, guru ha-
nya sebagai fasilitator yang mendesain
rancangan pembelajarannya. Sedang,
yang melaksanakan dan menerapkan
adalah siswa, tegas dia.
Wendhie menjelaskan setiap siswa
akan menerapkan pembelajaran abad
21 dimana siswa akan mencari informasi
sendiri. Bila sistem pendidikan yang
lama, ada guru yang memberikan atau
menyuapi siswa dengan informasi-in-
formasi yang akan diujikan dalam ben-
tuk ulangan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa. Namun dengan pe-
nerapan sistem pembelajaran berbasis
proyek ini, semua dilakukan oleh siswa.
Guru hanya memberikan umpan
berupa permasalahan-permasalahan
yang ada di lingkungan sekitar yang
bisa dikaitkan dengan mata pelajaran.
Kemudian siswa mencari solusi dari per-
masalahan tersebut. Dimana, siswa akan
mencari dan mengumpulkan informasi
mencari sendiri ,melakukan pengama-
tan, melakukan penelitian, berinovasi,
memberikan solusi, bahkan siswa bisa
mempresentasikan hasil karyanya. Serta
siswa juga bisa memberikan rekomen-
dasi bahkan siswa bisa mempublikasi-
kan hasil karyanya, papar Wendhie.
Jadi keterampilan abad 21 bisa
segera diterapkan pada semua mata
pelajaran dan tidak ada batasan. Misal-
nya mata pelajaran umum, seperti IPS,
IPA, Matematika, Biologi, Fisika, Bahasa
dan lain-lain. Bahkan, dari pengalaman-
nya, sistem pembelajaran ini memberi
kesempatan bagi siswa untuk mencip-
takan sebuah temuan baru. Contohnya,
siswa SD di Blora-Jawa Tengah, mereka
sudah berani mempresentasi hasil pe-
nelitian mereka ke Kepala Desa. Dimana,
saat itu ada permasalahan banyaknya
kandang binatang ternak yang baunya
menganggu proses belajar mengajar.
Para siswa tersebut terus melakukan so-
sialisasi kepada para pemilik kandang bi-
natang ternak yang ada di dekat sekolah.
Akhirnya, para siswa berhasil membuat
orang tua yang ada di sekitar sekolah le-
bih peduli terhadap lingkungan.
Target pembelajaran berbasis proyek
ini adalah mengubah kebiasaan siswa,
ungkapnya.
Terkait diluar hasilnya baik atau tidak,
betul atau salah, ungkap Wendhie, Intinya
penerapan sistem pembelajaran berbasis
proyek ini adalah prosesnya, dengan tu-
juan akhir adalah terbentuknya peruba-
Pembelajaran
Berbasis Proyek
DORONG
KREATIVITAS
GURU & SISWA
Wendhie Prayitno
Senior Trainer dari Intel Indonesia
sajianutama LAPORAN KHUSUS
38
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
MENJADI peserta terbaik untuk tingkat
One O One Learning dalam acara Koordina-
si Peningkatan Kompetensi melalui MGMP
PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One
Learning) di Hotel Utami Surabaya, 30 Ok-
tober sampai 2 November lalu membuat
Darsono semakin memahami pentingnya
seorang pendidik menguasi teknologi.
Darsono mengungkapkan mengikuti
Diklat One O One learning ini sangat dibu-
tuhkan oleh para guru. Sebab, diklat ini
menyajikan sistem pembelajaran yang ber-
beda untuk siswa.
Dengan menggunakan CMPC (Class
Meet Personal Computer) akan membuat
pembelajaran yang menarik bagi siswa,
ungkap Darsono
Sebab, jelas Darsono, didalam CMPC
ada aplikasi yaitu classroom management,
dimana guru dan siswa bisa berinteraksi.
Guru bisa menyampaikan materinya lang-
sung ke siswa, memonitor kegiatan siswa
di CMPC-nya masing-masing. Siswa juga
bisa timbal balik, siswa bisa melakukan
konsulatasi ke guru.
Dari situ kita bisa memantau prestasi
siswa dan kita juga bisa melihat apakah se-
bagian besar siswa sudah memahami dan
menguasai materi atau sebaliknya, jelas
Darsono.
Masih menurut Darsono, secara garis
besar dengan aplikasi classroom manage-
ment ini setiap guru bisa melakukan re-
midi atau evaluasi terhadap proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Yang lebih
menarik lagi, guru bisa memberikan soal ti-
dak lagi dengan menggunakan media ker-
tas sebab menggunakan sistem paperless.
Dengan menggunakan tool (alat) yang
disebut fle distribution, setiap guru bisa
memberikan materi atau soal atau quiz ke-
pada siswa.
Ini merupakan tantangan bagi para
guru untuk bisa menggunakan fasilitas ini
dengan baik sehingga bisa mencapai hasil
yang maksimal, ujarnya.
Darsono menjelaskan sebenarnya di
SMPN 5 Malang dimana dirinya mengabdi-
kan diri sudah mulai menerapkan. Dengan
sistem software melalui website sekolah,
mereka sudah memulainya. Namun, diban-
dingkan dengan aplikasi yang dibuat oleh
Intel Indonesia, sistem yang sudah dibuat
oleh SMPN 5 Malang tidaklah sebanding.
Sebab, aplikasi yang dibuat oleh Intel Indo-
nesia memiliki banyak kelebihan, misalnya,
setiap guru bisa mengetahui apakah siswa
mengerjakan pekerjaannya sendiri atau
menyontek temannya.
Dengan aplikasi Intel, kita juga bisa me-
lihat kegiatan siswa, apakah dia mengoceh
sendiri, apakah siswa lagi main game atau
lagi browsing internet. Bila guru menge-
tahui ada siswa yang melakukan kegiatan
diluar materi yang diberikan, guru lang-
sung bisa melakukan silent move sehingga
siswa tidak lagi bisa melakukan kegiatan
diluar materi yang sedang dibahas, papar
dia. Siska Prestiwati W
han kebiasaan. Dimana, siswa akan sangat
terbiasa untuk melakukan kemandirian
dalam mencari informasi, pemantauan,
pengamatan, penelitian, keberanian un-
tuk berkomunikasi baik dengan sesama
teman atau kepada publik, kemampuan
mempresentasikan, nyaman dan bisa be-
kerja bersama team work.
Pembelajaran berbasis proyek ini ti-
dak hanya mengubah habit siswa. Yang
paling mendasar adalah mengubah
habit-nya gurunya dulu. Kalau dulu guru
memikirkan akan melakukan apa, tapi
dengan pembelajaran berbasis proyek
ini guru harus mendesain siswa harus
melakukan apa, ujarnya.
Wendhie mengungkapkan setiap
guru harus bisa mendesain sesuatu serta
guru juga harus bisa mengamati apakah
siswa bisa menguasainya dan melaku-
kan proses sesuai dengan tahapan-
tahapan dengan tepat. Misalnya, guru
ingin mendesain siswa harus bisa mem-
buat majalah dinding. Maka guru harus
memahami prasyarat apa saja yang
dibutuhkan, misalnya siswa harus bisa
menguasai internet untuk mengum-
pulkan informasi, siswa harus mampu
mengoperasional komputer dengan
program desain grafs dimana hal ini
akan dibutuhkan siswa untuk mempre-
sentasikan hasil pengumpulan informasi
agar menarik, apakah siswa memahami
bagaimana teknik wawancara yang
sebenarnya, siswa harus menguasai ba-
hasa Inggris dan lain sebagainya.
Indikator keberhasilan pendidikan
berbasis proyek adalah nilai dan habit
berfikir kritis dan mandiri. Sehingga
dalam penerapan pembelajaran ber-
basis proyek ini tidak hanya mengubah
kebiasaan siswa untuk menjadi kreatif
tetapi juga mendorong guru untuk
menjadi lebih kreatif. Sebab, bagaima-
na bisa seorang guru akan mengubah
siswanya menjadi lebih kreatif bila
yang bersangkutan sendiri tidak kre-
atif ?, ujarnya.
Sistem pembelajaran berbasis proyek
ini, sambung Wendhie bisa diterapkan ke
semua mata pelajaran, hal ini sangat ter-
gantung kreatiftas seorang guru untuk
membaca problem yang ada disekitar
dan merumuskan target apa yang akan
dihasilkan oleh siswa untuk mencari
pemecahan masalah tersebut. Misalnya
banyak problem sampah di sekitar kita,
mungkin targetnya adalah pengolahan
sampah atau mendaur ulang sampah
plastik menjadi sebuah produk kerajinan
tangan.
Wendhie menekankan, pembelaja-
ran berbasis proyek ini tidak harus se-
lalu berakhir dengan membuat sebuah
produk. Yang terpenting adalah proses-
proses yang harus dilakukan para siswa
dalam menyelesaikan sebuah perma-
salahan yang diberikan, seperti proses
penggalian informasi, pengamatan atau
menyusun laporan serta proses presen-
tasi yang dilakukan para siswa.
Bagus Priambodo & Siska Prestiwati W
Classroom Management
Evaluasi Proses Belajar Mengajar
Darsono, S Kom | SMP NEGERI 5 MALANG
sajianutama LAPORAN KHUSUS
39
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PESATNYA perkembangan dunia tek no-
logi tentunya mempengaruhi peradab an
manusia, yang disadari atau tidak juga
memberikan pengaruh pada metode
pendidikan, sarana dan prasarana pendi-
dikan. Bandingkan metode pendidikan
60 tahun lalu, dimana tidak semua anak
memiliki kesempatan untuk menikmati
pendidikan karena sangat terbatasnya
sarana dan prasana serta metode yang
digunakan pun jauh berbeda dibanding-
kan dengan pendidikan sekarang.
Hadirnya komputer yang semakin
canggih pun, juga menghadirkan
perubahan-perubahan metode pendidik-
an serta peningkatan sarana dan prasana
guna mendukung proses belajar-menga-
jar. Bahkan, di abad ini, di negara-negara
maju pun mulai dikembangkan sistem
pendidikan abad 21. Bagaimanakah
pendidikan abad 21 ini?
Education Program Manager-Intel
Indonesia, Brimy Laksmana
mengatakan ada suatu
pertemuan tetapi
bukan pertemuan
fsik melainkan
pertemuan di
depan kom-
puter, seorang
pria bernama
Justin Raither
yang tidak lain
adalah chief tech-
nology of cer atau
ahli teknologi me-
ngatakan bahwa
perkembangan
teknologi
ke depan
akan
sangat
pe-
sat,
yaitu perkembangan teknologi 100 tahun
ke depan ini nilainya sama dengan per-
kembangan yang terjadi 20 ribu tahun
sampai sekarang.
Pertemuan melalui dunia maya
tersebut mengangkat tema manusia
dan mesin, ungkap Brimy dalam acara
Koordinasi Peningkatan Kompetensi
melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Pilot-
ing Diklat One O One Learning) di Hotel
Utami Surabaya, 30 Oktober sampai 2
November lalu
Brimy mengungkapkan pada per-
temuan tersebut, Justin bercerita pada
abad ini akan banyak terobosan besar da-
lam dunia teknologi, misalnya bagaimana
sebuah prosesor yang selama ini ada di
komputer anda akan dicoba ditanam di tu-
buh manusia. Sehingga prosesor tersebut
bisa mendeteksi dan melaporkan bila di da-
lam tubuh Anda mengalami sebuah gang-
guan. Dulu komputer sangat besar, dunia
teknologi semakin berkembang. Kompu-
ter yang dulu sangat besar diringkas
menjadi sangat ringan dan mudah
dibawa yaitu laptop. Sekarang
laptop juga semakin tergeser
dengan IPAD atau handphone
yang lebih canggih.
Selama ini komputer
masih menggunakan tangan,
ke depan akan sangat
mungkin komputer akan
dikembangkan dengan
menggunakan pikiran. Atau
bisa saja pembuatan robot,
yang saat ini robot masih
menggunakan mesin, ke depan
akan dikembangkan untuk bisa
membaca perasaan manusia,
ungkap dia.
Brimy memaparkan abad
20 kemarin masih datar se-
hingga kita masih santai. Tapi
untuk abad 21 ini perkembangan akan
sangat cepat. Dimana akan berimplitasi
dan mengubah seluruh perilaku manusia.
Contoh sederhananya mungkin tidak
sampai lima tahun lagi, kita akan baca
koran tidak lagi di kertas. Saat ini saja
oplah Kompas sudah turun dan Kompas
sudah siap-siap beralih ke dunia maya,
terang dia.
Brimy menambahkan bila saat
ini mengendarai mobil masih butuh
sopir, sangat mungkin beberapa tahun
mendatang setiap orang bisa mengen-
darai mobil tanpa sopir. Apalagi, saat ini
Korea sedang menciptakan jam tangan
untuk melakukan transaksi pembayaran,
Jepang sedang membangun pembangkit
listrik tapi di luar angkasa sehingga pe-
nyaluran energi akan disalurkan melalui
micro chip.
Saya juga mendapatkan info dari
seorang guru teladan di Amerika. Dia
memperkirakan di Amerika akan ada
satu perkembangan pada pertengahan
abad ini. Sehingga akan ada 15 pekerjaan
yang saat ini ada, akan
hilang. Apa itu, sebut
saja translater atau
penerjemah akan hi-
lang karena di Google
sudah ada sistem
penerjemah. Kita
bisa memasukkan
naskah dalam bahasa
Indonesia bisa lang-
sung diterjemahkan
ke semua bahasa.
Meskipun saat ini
masih kurang bagus
tapi ke depan akan
semakin bagus,
urainya.
Brimy menjelas-
kan bila ada 15
SUDAH TIDAK TERBENDUNG
Pengaruh & Manfaat Teknologi
bagi Pendidikan Generasi ke Depan
39
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
LAPORAN KHUSUS
40
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
pekerjaan akan hilang dan tergantikan
oleh teknologi. Maka tidak menutup
kemungkinan mereka atau orang-orang
dari negara maju akan masuk ke Indone-
sia dan akan bersaing dengan anak-anak
Bangsa Indonesia. Dimana, kualitas anak-
anak bangsa ini masih sedang-sedang
saja. Sekarang saja, tidak sedikit guru,
dokter ataupun ahli mesin yang sudah
masuk ke Indonesia.
Ke depan, anak-anak kita akan
bertarung head to head atau berhada-
pan langsung dengan mereka. Bila tidak
dipersiapkan sejak sekarang, maka me-
reka akan kalah bersaing dengan tenaga
luar negeri, jelasnya.
KEMBANGKAN PELATIHAN SISTEM
ONLINE
Untuk menuju pendidikan abad 21,
dimana semua orang sudah terbiasa
bahkan tergantung dengan teknologi.
Maka, setiap guru atau tenaga pendidik
juga wajib memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan komputer dengan
maksimal. Memang di Indonesia, belum
banyak guru yang bisa membuat blog.
Namun, dengan blog yang sudah dimiliki
oleh sebagian guru ini, sebenarnya bisa
dimanfaatkan secara maksimal.
Pengalaman selama ini bila melatih
guru-guru yang sudah handal komputer,
para guru tersebut sudah punya blog.
Masalahnya selama ini mereka belum
bisa memanfaatkan blog untuk media
pembelajaran. Selama ini memang masih
satu arah, namun sebenarnya bisa digu-
nakan untuk sharing antar guru. Misalnya
mereka punya materi pembelajaran, dia
sampaikan ke blog, terus sharing dengan
sesama guru, ungkap Brimy.
Brimy menambahkan sebenarnya
masih banyak lagi software-software
yang bisa memantapkan kolaborasi yang
lebih ke interaktif, misalnya yang seder-
hana google. Sebetulnya dokumen bisa
dikerjaan bersama-sama secara langsung.
Di komputer ada yang istilahnya one
note yang bisa digunakan bersama-sama
antara guru dan murid dalam proses
pembelajaran .
Saat ini dan ke depan, sambung Brimy,
Intel tengah mengembangkan pe la tihan
online, artinya guru bisa man diri, me-
ngambil mendaftarkan sendiri, mengam-
bil materi sendiri dan bisa me laporkan
sendiri dan mendapatkan sertifkat. Me-
reka bisa melakukan pelatihan ini kapan
pun, dimanapun bahkan tanpa biaya.
Memang ini tergantung dari motivasi
guru sendiri, di dalam pelatihan online
diajarkan kepada guru tentang pembe-
lajaran abad 21, misalnya assement dan
lain-lain.
Sejak Agustus dimana pelatihan on-
line ini kami terapkan, para guru masih
belum terbiasa. Mereka masih banyak
yang menanyakan mana hardcopy-nya,
padahal dengan online lebih efektif dan
semuanya sudah ada tinggal men-
downloud saja,jelas Brimy.
Masih menurut Brimy, ini hanya
masalah kebiasaan saja. Bila para
guru sudah terbiasa dengan sistem
pembelajaran online, maka ke
depan akan semakin bagus, sebab
untuk belajar apapun tidak akan
terbatas waktu, biaya, dimana
pun mereka berada dan sedang
melakukan apapun, mereka tetap
bisa belajar.
Intel, ungkap Brimy, juga memiliki
program world ahead yang dijalankan
oleh intel di seluruh negara di dunia.
Program, world ahead memiliki empat
pilar. Yang pertama accesibility, yaitu Intel
berusaha membuat agar harga komputer
semakin terjangkau, misalnya harganya
notebook semakin murah dan terjang-
kau.
Yang kedua adalah connectivity, ini
adalah hubungan koneksi internet, saat
ini wi-f sudah banyak, ke depan akan
dikembangkan wi-max, yang diharapkan
coverage areanya akan lebih luas dan
diharapkan nanti koneksi internet bisa
lebih murah lagi. Yang ketiga adalah
edukasi untuk para pengguna, karena ini
teknologi maka perlu ada edukasi kepada
para penggunanya.
Yang keempat adalah content. Kalau
bapak sudah punya laptop sendiri,
koneksi internet sudah bagus dan sudah
bisa membaca. Maka yang harus diba-
ngun adalah content, harapan kita untuk
pendidik, agar para guru bisa membuat
konten pendidikan lebih banyak di dunia
maya, katanya.
ANAK SEMAKIN MELEK TEKNOLOGI
Kemampuan para guru dalam hal pen-
guasaan komputer dan internet mutlak
dibutuhkan untuk mencetak generasi
penerus yang siap menghadapi tanta-
ngan masa depan. Saat ini, orang dewasa
masih menjadikan teknologi sebagai alat
bantu, tapi anak-anak akan menjadikan
teknologi sebagai bagian dari hidup
mereka.
Yang pasti pola belajar anak-anak
sekarang sudah berbeda, salah satunya
dengan merekam. Sambil main mereka
memutar rekaman. Contohnya, anak saya
kalau mau tidur tidak mau lagi dibaca-
kan dogeng, tapi minta dibacakan buku
pelajaran,tutur Brimy.
Brimy menambahkan pendidikan
untuk membangun watak atau karakter
bukan otak. Itu tujuan nasional pendidik-
an. Padahal, selama ini proses pembela-
jaran adalah memindahkan otak kiri guru
ke otak kiri murid atau pengetahuan guru
dipindahkan ke murid. Metode tersebut,
saat ini sudah tidak relevan, sebab bila
metode tersebut diterapkan akan banyak
potensi anak yang bisa tidak berkem-
bang. Sehingga, akan banyak anak yang
justru tidak suka dengan mata pelajaran,
misalnya tidak suka kimia, tidak suka
matematika atau lainnya.
Metode pembelajaran ke depan
adalah learning by experience, creat-
ing your own knowlegde. Trainer atau
pendidik hanya akan mengarahkan anda
untuk mengetahui sesuatu. Selebih-
nya, bagaimana Anda mengembang-
kan untuk bisa lebih memahami dan
menerapkannya,pungkasnya.
Siska Prestiwati W
40
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Brimy Laksmana
Education Program Manager
Intel Indonesia
sajianutama LAPORAN KHUSUS
41
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
DIHARAPKAN sampai tahun 2014
sebesar 70% untuk guru pendidikan
dasar dan 100% untuk guru pendi-
dikan menengah sudah terliterasi ICT.
Dengan demikian program peningka-
tan kompetensi guru dalam peman-
faatan ICT untuk kegiatan pembelaja-
ran menjadi sangat strategis sebagai
upaya percepatan pemerataan mutu
pendidikan.
Sejalan dengan program pengem-
bangan profesionalisme guru dan
peningkatan kesejahteraan secara
berkelanjutan, Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur
memandang perlunya program
peningkatan kompetensi guru berba-
sis ICT melalui Training of Trainer (TOT)
ICT. Program ini dilaksanakan mela-
lui pemberdayaan Kelompok Kerja
Guru (KKG/MGMP) berbasis ICT yang
diharapkan mampu mempercepat
pemerataan mutu pendidikan di Jawa
Timur.
Ke depan program ini diharapkan
dapat meningkatkan profesionalitas
Diklat Mentor ICT
Oleh: Dahat Agus Hermawan
Kepala Seksi Fasilitas Sumber Daya Pendidikan, LPMP Jatim
CARA JITU TINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK (2)
Dalam indikator kinerja
kunci (IKK) Rencana
Strategis Kementerian
Pendidikan Nasional (saat
ini Kementerian Pendidikan
& Kebudayaan) 2010-2014,
salah satunya adalah guru
pendidikan dasar dan
menengah harus lulus
pelatihan literasi computer
(Literasi Information
and Communication
Technology (ICT) atau
Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)).
guru dalam kelompok KKG/MGMP
di kabupaten/kota se Jawa Timur. Di
samping untuk mendukung pengem-
bangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), kegiatan lesson study dan
PAKEM secara berkelanjutan. Dari ke-
giatan ini diharapkan dapat dihasilkan
beberapa guru di setiap kabupaten/
kota yang berperan sebagai fasilita-
tor/mentor untuk mengimbaskan dan
memberikan bimbingan teknis tentang
implementasi ICT dalam pembelajaran
kepada rekan sejawatnya di daerahnya
masing-masing.
Sebagai titik awal dari pelaksanaan
keseluruhan program tersebut diharap-
kan bagi KKG/MGMP yang dimaksud,
untuk mengirimkan anggotanya untuk
dididik menjadi Mentor ICT dalam
Training of Trainers ICT tahun 2011 di
LPMP Jawa Timur.
Secara umum, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, tujuan ToT ICT
ini adalah untuk mencetak mentor ICT
dalam rangka meningkatkan kom-
petensi dan profesionalisme guru akan
pemanfaatan ICT untuk pembelajaran.
Setelah mengikuti ToT ini, secara
khusus calon mentor diharapkan dapat
memahami dan mengaplikasikan
kecakapan abad 21 dan pendekatan
pembelajarannya, memahami dan
mengaplikasikan pemikiran kritis dan
kerjasama, memahami konsep literasi
ICT, memahami dan terampil men-
42
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
gaplikasikan Ms. Ofce (Word, Excel,
Power Point), memahami dan mampu
mengaplikasikan internet dan email,
memahami dan dapat mengaplikasi-
kan program analisis butir soal, serta
meningkatnya pemahaman dalam
menyusun rencana kerja.
Sasaran peserta ToT ini adalah selu-
ruh tenaga pendidik di Propinsi Jawa
Timur dari berbagai satuan pendidik-
an, dengan rincian sebagai berikut
Guru SD: 2 orang, Guru SMP: 1 orang,
Guru SMA: 1 orang, Guru SMK: 1 orang,
serta Pengawas SMK: 1 orang.
Metode yang digunakan dalam Pe-
latihan Getting Started bagi MT (Master
Trainer) Sanggar KKG/MGMP tahun
2011 adalah metode ceramah, diskusi,
kerja kelompok, dan praktek. Penggu-
naan metode yang lebih variatif pada
dasarnya bergantung pada tujuan pem-
belajaran setiap mata tatar. Penyaji/Pe-
materi Pelatihan ToT ICT di LPMP Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011 adalah Pejabat
LPMP Jawa Timur, Widyaiswara dan
Senior Trainer (ST) dari LPMP Jawa Timur.
Sedangkan Peserta kegiatan Pelatihan
ToT ICT untuk KKG/MGMP adalah 25
(dua puluh) orang dari setiap angkatan
sebagai calon Mentor dari seluruh KKG/
MGMP yang berada di wilayah Provinsi
Jawa Timur.
Materi yang diajarkan yakni materi
In-service learning I (50 Jam Pelatihan)
meliputi materi umum seperti kebi-
jakan peningkatan kompetensi guru
berbasis ICT. Materi pokok meliputi
kecakapan abad 21, dasar-dasar kom-
puter dan internet, pemikiran kristis
dan kerjasama, dasardasar pengolah
kata, aplikasi pengolah kata, dasar
dasar multimedia, aplikasi multimedia,
dasardasar lembar Kerja, aplikasi
lembar kerja, pendekatan pembelaja-
ran abad ke-21, penyusunan rencana
kerja, presentasi rencana kerja, materi
penunjang, email, Aplikasi Windows
Explorer dan pre test.
Materi On the job learning I (2 bulan
di sekolah/sanggar), yakni pelaksa-
naan pengimbasan pelatihan ICT
kepada minimal 6 orang guru di unit
kerja atau sanggar, serta penyusunan
laporan hasil pengimbasan. Produk
yang dihasilkan antara lain seperti ha-
sil kerja peserta, Feed back dari peserta
dan laporan hasil pengimbasan.
Materi In service learning II (30 Jam
Pelajaran), meliputi Workshop Ms. Of-
fce (Word, Excel, Power Point), desain
pembelajaran bermuatan ICT, program
analisis butir soal dan penyusunan ac-
tion plan pembelajaran berbasis ICT.
Materi On the job learning II (1 bulan
di sekolah), membahas tentang penda-
laman materi Ms.Ofce menggunakan
panduan bantuan (Help Guide), pelak-
sanaan pembelajaran yang menginte-
grasikan ICT dalam pembelajaran serta
ujicoba dan analisis butir soal. Produk
yang dihasilkan antara lain silabus dan
RPP bermuatan ICT, hasil evaluasi proses
pembelajaran yang dilakukan oleh te-
man sejawat, hasil belajar dari peserta
didik dan hasil analisis butir soal dalam
bentuk hard copy.
Materi In service learning III (20 Jam
Pelajaran) membahas tentang pre-
sentasi hasil pembelajaran, workshop
Ms. Ofce (Word, Excel, Power Point),
presentasi hasil analisis butir soal,
penyusunan action plan pengimbasan
ICT (lanjutan) dan post test. Hasil yang
dicapai yakni laporan akhir seluruh
program in service learning dan on the
job learning dalam bentuk softcopy,
hasil kerja dalam softcopy (tugas wajib
dan tugas pilihan), rencana kerja
pengimbasan lanjutan dan hasil anali-
sis soal dalam bentuk softcopy.
42
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sasaran peserta ToT ini adalah seluruh tenaga pendidik di Propinsi Jawa Timur dari
berbagai satuan pendidikan, dengan rincian sebagai berikut, 2 orang Guru SD, 1 orang
Guru SMP, 1 orang Guru SMA, 1 orang Guru SMK, serta 1 orang Pengawas SMK.
CARA JITU TINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK - 2
43
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
galeriLPMP
44
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
galeriLPMP
45
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
Buruknya Pendidikan
Ancaman Terbesar Bagi Sebuah Bangsa
Oleh: Silfa Asningtias
Staf pengajar Bahasa Inggris IAIN Surabaya, sedang
menyelesaikan studi di Universitas Melbourne Program
Pascasarjana-TESOL International
Our nation is at risk. Our once
unchallenged preeminence
in commerce, industry, science
and technology innovation is
being overtaken by competitors
throughout the world. This report
is concerned with the only one of
the many causes and dimensions
of the problem, but it is the one that
undergirds American prosperity,
security, and civility. We report to the
American people that while we can
take justifable pride in what our
school and colleges have historically
accomplished and contributed to
the United Stated and the well-
being of its people, the educational
foundation of our society are
presently being eroded by a rising
tide of mediocrity that threatens our
very future as a Nation and a people.
What was unimaginable a generation ago
has begun to occurothers are matching
and surpassing our educational
attainments.
T.H Bell,
Menteri Pendidikan AS
45
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
46
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PADA tanggal 26 Agustus tahun 1981,
T.H Bell, Menteri Pendidikan Amerika
Serikat membentuk Komisi Nasional
untuk Peningkatan Mutu Pendidik-
an Unggul dan memimpinnya yang
kemudian menyajikan laporan tentang
kualitas pendidikan di Amerika Serikat
kepada masyarakat Amerika Serikat dan
kepada dunia pada bulan April tahun
1983. Kutipan di atas merupakan para-
graf pertama yang cukup menyentak
kesadaran kita bahwa buruknya kualitas
pendidikan merupakan salah satu anca-
man untuk keberlangsungan berbangsa
dan bernegara.
Laporan tersebut disampaikan pada
tahun 2003, dan saat sekarang semua-
nya telah berubah. Kualitas pendidikan
Amerika Serikat telah begitu meningkat.
Semua ini adalah hasil kerjasama antara
pemerintah Amerika Serikat dengan
masyarakatnya. Pertanyaannya adalah
Bagaimana mereka melakukannya?.
Beberapa hal telah diterapkan di salah
satu negara bagian yakni Massachu-
setts. Beberapa diantaranya adalah pen-
danaan yang seimbang, akuntabilitas
dari pembelajaran, serta standar yang
diterapkan untuk mutu guru, siswa
dan sekolah. Dan semua hal tersebut
di monitor perkembangannya dengan
seksama oleh seluruh elemen masyara-
kat dan pemerintah daerah. Salah satu
ukuran dari peningkatan mutu tersebut
adalah tingkat literasi siswa, alat ukur
internasional yang digunakan adalah
TIMSS (Trends in International Math-
ematics and Science Study) dan IRLS
(International Reading Literacy Study)
yang merupakan alat perbandingan
internasional.
Melihat ilustrasi di atas, sudah
sepatutnya kita melirik diri kita sendiri.
Bagaimana sikap kita terhadap kondisi
pendidikan Indonesia. Apakah kita
merasa baik-baik saja, atau sama seperti
Amerika 30 tahun yang lalu? Bahwa
pendidikan adalah sebuah investasi
masa depan, sehingga apabila mutu
pendidikan tidak kita tingkatkan, maka
kelangsungan berbangsa dan berne-
gara kita sedang dalam ancaman besar.
Marilah kita lihat kondisi selayang
pandang pendidikan negara kita ter-
cinta ini dari sudut pandang yang sama,
yakni tingkat literasi siswa.
Menurut hasil TIMSS, Indonesia
menempati urutan 36 di Matematika
dan 35 dalam bidang Science dari 49
negara yang disurvey. Sedangkan hasil
yang dikeluarkan oleh PISA menyebut-
kan bahwa dari 57 negara yang disurvey
INDIVIDUAL ONE-TO-ONE GROUP-BASED INSTITUTIONAL
Self-monitoring Peer coaching Case studies Workshop
Journal writing Peer observation Action research Action research
Critical incidents Critical friendship Journal writing Teacher support group
Teaching portfolios Action research Teacher support group
Action research Critical incidents
Team teaching
untuk Science, Indonesia menempati
urutan ke 52, 48 dari 56 negara untuk
membaca dan urutan ke 51 dari keselu-
ruhan 57 negara. Mereka yang disurvey
adalah siswa-siswa usia 15 tahun atau
kelas IX sekolah menengah pertama.
Sedangkan menurut catatan Human
Development Index (HDI) seperti diku-
tip oleh Dharma (2009) menyebutkan
bahwa rangking kita terus merosot
dari level 104 (1995), ke 109 (2000), 110
(2002) dan 112 (2003). Menurut catatan
pula, tingkat literasi kita apabila diban-
dingkan dengan Negara-negara di Asia
juga terpaut sangat jauh.
Melihat data-data di atas, sudah
seharusnyalah menjadi wake up call
bagi kita semua sebagai pendidik.
Bahwa ada banyak hal yang mesti kita
benahi. Apabila kita tidak ingin ini
menjadi ancaman di masa depan, maka
sudah seharusnya kita mulai menyadari
bahwa sistem pendidikan kita harus
segera dibenahi yang kemudian kita
harapkan akan meningkatkan kualitas.
Pertanyaannya sekarang, harus dimulai
dari mana? Apakah dengan mengubah
anggaran negara untuk pendidikan
menjadi 20% atau lebih adalah jawa-
bannya? Iya, pasti. Akan tetapi ada
yang lebih penting lagi yang harusnya
menjadi prioritas utama, yakni pening-
katan mutu Guru. Semua perubahan
yang akan dilakukan di dalam dunia
pendidikan kita hendaklah dimulai dari
peningkatan kualitas guru.
Seperti yang dikatakan oleh Fulan
(dalam Dharma, 2009) bahwa kelas dan
sekolah, baru bisa efektif apabila yang
pertama kita lakukan adalah merekrut
orang-orang terbaik menjadi guru,
dan yang kedua adalah pengkondisian
lingkungan kerja guru menjadi efektif
dan kondusif untuk mendorong kinerja
guru serta memberikan reward atas
pencapain yang diraih. Modal utama
dari keberhasilan pendidikan kita ada-
lah kualitas guru yang baik serta sarana
pendukung yang membuat kemam-
puan guru ini tetap terasah.
Berikut adalah penyajian tentang
dasar pendidikan guru serta upaya-up-
aya yang bisa dilakukan untuk mening-
katkan mutu guru berdasarkan analisa
Richards (2005) dalam bukunya Profes-
sional Development for Language
Teachers. Meskipun titik beratnya pada
guru bahasa, namun penjelasannya bisa
diterapkan untuk semua guru.
DASAR PENDIDIKAN GURU
Selepas pendidikan selama 4 tahun
di bangku kuliah, guru mulai memasuki
institusi formal untuk menjalankan
tugasnya, yaitu menerapkan ilmu yang
sudah dipelajari selama di bangku
sekolah. Namun, proses belajar tidak
berhenti sampai di sana. Dunia pen-
didikan sangatlah dinamis dan setiap
komponen pendidikan harus bisa
menyesuaikan dengan perubahan-
perubahan tersebut.
Richards (2005) mengidentifkasikan
2 hal dalam konteks pendidikan guru,
yaitu pelatihan dan pengembangan
profesi. Perbedaan mendasar dari kedua
istilah tersebut adalah pada tujuan
pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelatih-
an lebih fokus terhadap aktiftas guru
untuk lebih terampil mengajar di kelas
misalnya: bagaimana guru bisa mene-
rapkan strategi pembelajaran berpusat
pada siswa atau meningkatkan kemam-
puan guru untuk menggunakan media
pembelajaran. Sedangkan pengemba-
ngan profesi merupakan aktiftas yang
berdampak jangka panjang. Kegiatan
ini bisa terkait dengan refeksi menga-
jar (refective journal) yang kemudian
dijadikan acuan untuk pengembangan
kualitas pengajaran atau explorasi teori-
teori pengajaran terbaru.
Jack C. Richards (2005, p.14) mem-
buat tabel ilustrasi tentang aktivitas
pengembangan guru sebagai berikut :
Inisiatif untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang terkait dengan peningka-
tan mutu bisa berasal dari guru sendiri,
tanpa harus menunggu institusi yang
memfasilitasi.
sajianutama
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
47
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PENINGKATAN MUTU GURU
Sekarang, pertanyaannya adalah
bagaimana menciptakan guru super?
Ketika mengganti guru adalah sebuah
kemustahilan. Tugas ini bukanlah tang-
gung jawab pemerintah semata atau
institusi dimana guru mengajar. Yang
paling penting adalah kemauan dan
kemampuan guru secara pribadi untuk
mau meningkatkan mutu dirinya. Be-
berapa cara yang bisa dilakukan adalah
sebagai berikut:
Membaca
Kegiatan ini tidak hanya diartikan
sebagai memperbanyak pengetahuan
melalui kegiatan membaca buku-buku
literatur, namun yang lebih penting
lagi membaca perubahan-perubahan
yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Guru harus bisa membaca fenomena
ini sebagai sesuatu yang sangat wajar.
Karena perubahan itu sendiri adalah
sesuatu yang abadi. Ketidakmampuan
guru untuk bisa menyesuaikan dan
meng-update diri mereka terhadap
perubahan-perubahan dalam dunia
pendidikan akan mengakibatkan ben-
cana terbesar pendidikan kita. Mem-
baca, seperti perintah ALLAH SWT yang
paling utama yaitu IQRA, sangatlah
esensi. Bahkan Dharma (2009) me-
nyampaikan dalam tulisannya, bahwa
tidak ada tawar menawar tentang ini.
MEMBACA ATAU MATI!
Peningkatan mutu guru dalam
bidang teknologi
Sering kita mendengar komentar-
komentar guru yang terkait dengan
teknologi. Misalnya saja saya tidak tahu
apa-apa tentang teknologi atau siswa-
siswa saya tahu lebih banyak tentang
perkembangan teknologi daripada saya
atau saya suka menggunakan kompu-
ter tapi menyiapkan materi pelajaran sa-
ngatlah menyita waktu (Dudeney,2007,
p.9). Ingatlah, guru adalah pelopor.
Apabila kita menginginkan revolusi
pendidikan, maka gurulah yang harus
menjadi ujung tombak.
Pemanfaatan teknologi didalam
pembelajaran tidak hanya terbatas pada
penggunaan internet. Ms. Word bisa
kita gunakan untuk melakukan evalu-
asi terhadap tulisan siswa. Program
Powerpoint akan sangat membantu
efektivitas pembelajaran. Menginte-
gralkan internet untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bisa lakukan
dengan mengunduh materi authen-
tic dari portal-portal pembelajaran.
Menyiapkan materi pembelajaran dari
nol, sangatlah menyita waktu. Dengan
kita memiliki materi yang siap pakai dan
bisa kita unduh langsung dari internet,
kita akan memiliki lebih banyak waktu
untuk melakukan evaluasi pembelaja-
ran yang telah kita lakukan.
Self-monitoring dengan
refective journal
Tahap selanjutnya untuk mengem-
bangkan kualitas guru adalah menulis
jurnal refektif. Hal ini sangatlah penting
untuk melihat apa yang harus diper-
baiki dan apa yang perlu untuk diting-
katkan. Kita bisa berkolaborasi dengan
teman sejawat untuk melaksanakan
monitoring yang kemudian bisa kita
tuangkan sebagai salah satu sumber
di jurnal refektif. Richard & Ho (dalam
Richards 2005) menyebutkan bahwa
dengan menulis jurnal guru memiliki
kesempatan untuk melihat kembali
pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam survey yang mereka lakukan
terhadap 32 guru yang menulis jurnal
pengajaran, sebanyak 71% mengung-
kapkan bahwa menulis jurnal sangat
sajianutama C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
48
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
A nation at Risk. http://.www2.ed.gov/pubs/Nat at risk/risk.html
Dharma, Satria. 2009. Apapun Kurikulumnya, Mutu Guru Kuncinya. Cited from www. satriadharma.wordpress.com
Dharma, Satria. 2009. Laptop untuk Guru: Revolusi Pendidikan Melalui Teknologi Informasi. Cited from www. satriadharma.wordpress.com
Dharma, Satria. 2009. Membaca atau Mati!. Cited from www. satriadharma.wordpress.com
Dudeney, Gavin dan Hockly Nicky. 2007 . How to Teach English with Technology. Malaysia: Pearson Education Limited
Richards, C.Jack dan Farrel, S.C Thomas. 2005. Professional Development for Language Teachers. New York: Cambridge University Press
Sapaat, Asep. Literasi Membaca. Jurnal Bogor edisi 13 Mei 2009. Cited from www.lpi-dd.net/index.php?module=detailartikel&id=12
Yusuf, Suhendar. Perbandingan Gender dalam Prestasi Literasi Indonesia. Internet download
sajianutama C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
bermanfaat bagi mereka, 25% menyam-
paikan cukup bermanfaat dan hanya
4 % yang tidak mendapatkan manfaat
tersebut.
Portfolio mengajar
Istilah portofolio menjadi sangat
populer ketika salah satu komponen
sertifkasi adalah portofolio mengajar.
Guru berbondong-bondong untuk
mengumpulkan hasil karya siswa, men-
giventarisasi media pembelajaran dan
membuat silabus pembelajaran. Semoga
antusiasme ini bukanlah sesaat oleh
karena alasan sertifkasi saja.
Beberapa keuntungan yang jelas
akan kita dapat ketika menyusun porto-
folio, yang pertama adalah menghemat
waktu untuk menyusun pembelajaran
untuk tahuntahun berikutnya. Kedua,
portofolio guru bisa dijadikan alat untuk
refeksi secara pribadi maupun kelem-
bagaan. Portofolio merupakan salah satu
alat bukti bahwa guru telah melaksana-
kan pembelajaran sesuai dengan koridor
yang telah ditentukan. Ini bisa mere-
feksikan pola pikir guru, kreatiftas dan
efektivitas pembelajaran.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Hasil dari kedua tahap di atas, jurnal
refektif dan portofolio, bisa digunakan
sebagai rujukan untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini
bersifat individu, karena tujuan dari
pelaksanaannya adalah menemukan
jawaban dari permasalahan yang terjadi
selama proses pembelajaran. Namun,
karena tahapan-tahapan mulai dari
pengamatan, analisa, tindakan dan
evaluasi yang cukup menyita waktu,
maka kolaborasi sangatlah dianjurkan.
Team teaching merupakan salah satu
cara kolaborasi yang bisa ditempuh
untuk mengoptimalkan hasil dari peneli-
tian tindakan kelas.
Mudah, namun cukup sulit untuk
dilaksanakan. Meskipun penelitian
tindakan kelas ini bisa menjadi alat yang
sangat efektif untuk menjawab permasa-
lahan yang terjadi di dalam kelas, namun
tidak banyak guru yang menggunakan
teknik ini. Beberapa hal di lapangan
yang mungkin menjadi alasan adalah
waktu serta kemampuan guru untuk
menuangkan inquiry dan hyphothesis
mereka dalam bentuk tulisan. Dan inilah
salah satu tugas institusi pendidikan un-
tuk bisa memfasilitasi dalam mengem-
bangkan keahlian ini.
Pelatihan
Untuk pengembangan mutu guru,
pelaksanaan pelatihan merupakan hal
yang tidak terhindarkan. Kegiatan ini
bisa dilaksanakan oleh institusi pendi-
dikan dimana guru mengajar atau pihak
luar misalnya universitas atau dinas
pendidikan. Namun, tidak menutup
kemungkinan pelatihan ini diseleng-
garakan oleh lembaga pendidikan lain
dimana guru bisa berpartisipasi aktif
untuk mencari informasi tentang kebu-
tuhan mereka sendiri. Pelatihan meru-
pakan ajang yang sangat efektif untuk
meluaskan jaringan serta membangun
antusiasme yang bisa dibawa di kelas
ketika kembali mengajar.
Namun, lepas dari itu semua, jangan
sampai mengikuti pelatihan hanya ka-
rena alasan seritifkatnya saja, Naudzubil-
lah!.
Intisari
Sudah saatnya kita melihat perma-
salahan pendidikan kita lebih serius.
Data-data yang tersaji di atas haruslah
menjadi wake up call kita untuk mulai
secara sungguh-sungguh berbenah.
Negara super power Amerika Serikat
membutuhkan waktu yang cukup lama,
sampai 20 tahun untuk akhirnya meme-
tik hasil dari ketanggapannya terhadap
permasalahan pendidikan mereka. Cara
yang ditempuh tidak hanya dengan
meningkatkan anggaran pendidikan
dan melengkapi fasilitas, namun lebih
berkonsentrasi untuk membenahi kuali-
tas guru.
Hal ini juga membutuhkan keseriusan
dari pemerintah serta institusi terkait
untuk bisa memfasilitasi dan memotivasi
guru untuk bisa mempersembahkan
yang terbaik.
49
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional (sekarang menteri
pendidikan & kebudayaan), Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan
dan Menteri Agama Nomor: 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011,
48 tahun 2011, 158/PMK.01/2011, 11 tahun 2011 tentang Penataan dan
Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil merupakan implementasi dari
amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, khususnya yang
berkaitan dengan tugas guru dan pengawas dan Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
49
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
Wajib Hukumnya di Tahun 2012
Penataan Guru
50
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PENATAAN dan pemerataan guru
secara sistematis telah diatur dalam
Peraturan bersama tersebut sehingga
perlu pemahaman yang sama antara
berbagai pihak yang berkepentingan
agar dapat direalisasikan dengan baik.
Khususnya bagi Gubernur atau Bu-
pati/Walikota sesuai dengan kewe-
nang an yang dimiliki yaitu membuat
perencana an penataan dan pemer-
ataan guru PNS antarsatuan pendidik-
an, antarjenjang dan antarjenis pendi-
dikan yang menjadi tanggung jawab
masing-masing, maka harus melaku-
kan penataan guru di daerahnya.
Kepada Bupati/Walikota agar segera
membuat usulan perencanaan penataan
dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang dan antarjenis
pendidikan di wilayahnya dan menyam-
paikannya kepada Gubernur paling lam-
bat bulan Februari tahun berjalan.
Paling lambat bulan Maret tahun
berjalan Gubernur mengusulkan per-
encanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan perencanaan penataan
dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang dan antar-
jenis pendidikan di wilayahnya kepada
Menteri Pendidikan Nasional (sekarang
menteri pendidikan & kebudayaan)
melalui Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama
sesuai dengan kewenangannya.
Disamping itu Bupati/Walikota ha-
rus membuat laporan pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang
dan antarjenis pendidikan di wilayah-
nya dan menyampaikannya kepada
Gubernur paling lambat bulan April
tahun berjalan.
Selanjutnya Gubernur melaporkan
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Menteri Pendidikan
Nasional (sekarang menteri pendidik-
an & kebudayaan) melalui Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
dan Menteri Agama sesuai dengan ke-
wenangannya masing-masing paling
lambat bulan Mei tahun berjalan dan
diteruskan ke Menteri Dalam Negeri,
Menteri Negara Pendayagunaan Apara-
tur Negara dan Reformasi Birokrasi dan
Menteri Keuangan.
Peraturan Bersama 5 (lima) Menteri
tersebut juga memberikan sanksi tegas
pada pasal 9 bagi daerah yang tidak
melaksanakannya, yaitu:
(1) Menteri Pendidikan Nasional (seka-
rang menteri pendidikan & kebu-
dayaan) menghentikan sebagian
atau seluruh bantuan fnansial fungsi
pendidikan dan memberikan reko-
mendasi kepada Kementerian terkait
sesuai dengan kewenangannya untuk
menjatuhkan sanksi kepada Bupati/
Walikota atau Gubernur yang tidak
melakukan perencanaan, pelaksa-
naan dan pelaporan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang atau antar-
jenis pendidikan di daerahnya seba-
gaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi atas dasar rekomendasi se-
bagaimana dimaksud pada ayat (1)
menunda pemberian formasi guru
PNS kepada Pemerintah, pemerin-
tah provinsi dan pemerintah kabu-
paten/kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Menteri Keuangan atas dasar reko-
mendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melakukan pe-
nundaan penyaluran dana perim-
bangan kepada pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Menteri Dalam Negeri atas dasar re-
komendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberikan penilaian
kinerja kurang baik dalam penye-
lenggaraan urusan penataan dan
pemerataan guru PNS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Mengingat tahun 2012 sudah tidak
mungkin ditunda lagi, maka kepada se-
mua pihak terkait khususnya Gubernur,
Bupati dan Walikota agar betul-betul
melaksanakan Peraturan Bersama ini,
sehingga Daerah tidak dirugikan dari
sanksi di atas, tetapi justru diharap-
kan menghasilkan suatu kebijakan
yang bermanfaat bagi GURU SEBAGAI
PAHLAWAN PENDIDIKAN di daerah
masing-masing.Wahyu Nugroho
sajianutama
50
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
Bupati/Walikota
harus membuat
laporan pelaksanaan
penataan dan
pemerataan guru
PNS antarsatuan
pendidikan,
antarjenjang dan
antarjenis pendidikan
di wilayahnya dan
menyampaikannya
kepada Gubernur
paling lambat bulan
April tahun berjalan.
51
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
MODEL pendidikan di Indonesia
masih menggunakan sistem surface
learning atau belajar permukaannya
saja. Sehingga, para peserta didik
hanya diajarkan untuk menghafal ma-
teri pelajaran saja tanpa mengetahui
intisari pembelajaran tersebut untuk
kehidupan nyata. Hal itu diungkapkan
oleh Rektor Universitas Muhammadi-
yah Surabaya, Prof Dr Zainuddin Maliki
Msi usai melakukan kunjungan ke The
Australian Science and Mathemat-
ics School (ASMS) yang berlokasi di
Adelaide, South Australia.
Kalau di Indonesia hanya menitik-
beratkan pendidikan pada hard skill
saja sedang untuk pendidikam soft
skill-nya belum tersentuh. Padahal, di
ASMS sudah diterapkan sistem pendi-
dikan authentic learning yang meng-
gabungkan pendidikan hard skill dan
soft skill, kata Prof Zainuddin.
Prof Zainuddin menjelaskan
pendidikan hard skill lebih menitik
beratkan pada materi pelajarannya
saja. Dimana, peserta didik hanya di-
berikan materi pelajaran dan dituntut
untuk bisa menghafal materi tersebut.
Sehingga mereka bisa mengerjakan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi
tersebut. Sedang pendidikan soft skill
merupakan pendidikan yang lebih
mengarah pada sikap mental. Di-
mana, peserta didik dilatih untuk jujur,
membangun semangat, menghargai
perbedaan berpendapat, budi pekerti
serta materi yang membangun sikap
mental lainnya.
Pendidikan kita masih dibe-
bani dengan materi hard skill saja.
Bila dilihat dari segi kreativitas,
bangsa kita tertinggal jauh, bahkan
dibandingkan dengan Malaysia, kita
kalah,ungkapnya.
Sistem pendidikan rintisan sekolah
berstandar internasional (RSBI) sam-
bung Prof Zainuddin hanya mengejar
bagaimana siswa bisa mengerjakan
soal-soal berstandar Cambridge.
Peserta didik dituntut untuk menda-
patkan nilai bagus diatas kertas. Yang
terjadi memang banyak orang pinter
namun bagaimana dengan sikap atau
perilakunya?
Apakah Indonesia ingin mencetak
orang pintar tapi jorok, pintar tapi
malas dan suka menunda pekerjaan.
Pinter tapi tidak disiplin? Apakah itu
tujuan pendidikan di Indonesia? Hal
itu akan terjadi bila sistem pendidikan
hanya menekankan pada pendidikan
hard skill tapi soft skill-nya tidak dig-
arap dengan serius, jelasnya.
Prof Zainuddin menceritakan
selama dirinya berada di ASMS,
dirinya melihat bagaiman seorang
guru matematika mengajarkan materi
matematika sekaligus mengajarkan
dan mendorong kreativitas siswa.
Membangun semangat para siswa
serta membangun kerjasama antar
siswa dengan baik dalam waktu yang
bersamaan.
Apakah bisa? Pasti itu yang
terlontar. Jawabnya bisa, sebab guru
matematika di ASMS tidak hanya
mengajarkan matematika dengan
menyuruh siswa menghafalkan rumus
dan memberikan soal-soal. Tetapi,
mereka mengajarkan matematika
yang langsung bisa diterapkan dengan
kehidupan nyata, urainya.
Sistem pembelajarannya, sambung
Prof Zainuddin dengan membentuk
Indonesia Kurang
Pendidikan Soft Skill
sajianutama KARAKTER BANGSA
52
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
kelompok. Dimana, perkelompok
tersebut diberi tugas untuk memecah-
kan sebuah kasus atau permasalahan
yang aktual. Mereka dituntut untuk
mengumpulkan data, menganalisa
bersama dan diminta untuk membuat
makalah. Dimana, setiap kelompok
tersebut harus mempresentasikan
hasil analisa masalah tersebut di depan
kelas dan kelompok lain pun bisa me-
nanyakan beberapa pertanyaan yang
mungkin masih ada.
Kasus nyata yang bisa dipecahkan
dengan rumus matematika tersebut
misalnya kecepatan sebuah kendaraan,
soal bisnis, soal transportasi, soal fsik
bangunan dan lain-lain. Itulah bedanya
pendidikan yang memadukan hard
dan soft skill. Sedang di Indonesia,
guru matematika hanya mengajar-
kan rumus sehingga anak didik tidak
mengetahui apa gunanya matematika.
Akibatnya di Indonesia, banyak siswa
yang tidak suka pelajaran eksak misal-
nya matematika dan fsika, tutur Prof
Zainudin.
Dengan sistem pembelajaran
tersebut, sambung Prof Zainuddin,
anak-anak akan dituntut untuk kreatif
dan semangat, sebab mereka harus
mengumpulkan data. Setelah data
terkumpul, bersama kelompok mereka
akan saling diskusi, tentunya selama
mengerjakan tugas kelompok keber-
samaan atau kerja tim akan terben-
tuk dengan sendirinya. Begitu pula
dengan sikap menghargai perbedaan
pendapat, tentunya selama berdiskusi
dengan teman mereka akan menemu-
kan perbedaan-perbedaan pandangan
dan pendapat. Sehingga dengan
seringnya berdiskusi dalam menye-
lesaikan tugas selain bisa memahami
materi pelajaran yang sedang mereka
pelajari, secara tidak disadari pelajaran
karakter pun telah mereka pelajari dan
mereka terapkan sejak dini.
Kalau Indonesia ingin menjadi
bangsa yang besar. Harus membangun
sumber daya manusia (SDM)nya secara
holistik. Yaitu memiliki kecerdasan dan
memiliki karakter yang kuat, ujarnya.
Besarnya SDM justru menimbul-
kan satu persoalan, mengapa SDM
yang begitu banyak jumlahnya tidak
terkorelasi untuk menjadikan bangsa
ini menjadi bangsa yang bermartabat,
kuat dan dihargai oleh negara-negara
lainnya.
Kalau kita lihat Batam dan Singa-
pura, akan terlihat perbedaan. Pelabu-
han di Batam kumuh kotor dan jorok.
Begitu kita tiba di pelabuhan Singapu-
If you dont learn you will no change,
if you dont change you will die.
(Jika tak mau belajar, kamu tak akan
berubah. Jika kamu tak mau berubah,
kamu akan terlindas).
WAJIB ada 3U untuk mengukur kualitas
pendidik. Diantaranya Ulah Pikir, Ulah
Roso, Ulah Raga. 3U ini harus bisa ber-
jalan seiring karena pola pikir atau ke-
cerdasaan emosi (emotional quotient)
dan kebugaran fsik (kesehatan) meru-
pakan satu kesatuan yang tak terpisah-
kan. Anak-anak saat ini dikategorikan
Sucipto sebagai anak-anak Generasi C,
yakni cyber (ketergantungan teknolo-
gi). Sangat beda anak-anak sekarang
dengan dulu. Kemajuan zaman ini ka-
lau tidak dibarengi dengan nilai-nilai
luhur, akan membahayakan generesi
anak-anak kita sendiri, jelasnya.
Falsafah 3U milik Ronggo Warsito itu,
kata Sucipto, kental dengan pendidikan
karakter bangsa. Pendidikan karakter
saat ini menjadi salah satu yang penting
mengingat globalisasi tanpa penyar-
ing akan membuat bangsa kehilangan
karakter dan jati dirinya. Jadi sebelum
ada globalisasi, dulu para sepuh di ne-
geri ini sudah banyak mengajarkan
ilmu yang bermanfaat, bahkan hingga
saat ini masih relevan untuk diterapkan.
Tanpa karakter, kita sebagai bangsa ti-
dak memiliki jati diri, tegas Sucipto.
Sucipto Hadi, Msi, | Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Pendidik Harus Punya 3U
Sistem
pendidikan
authentic
learning,
menggabungkan
pendidikan hard
skill dan soft skill
sajianutama
KARAKTER BANGSA
53
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
laporanutama
KARAKTER BANGSA
ra yang hanya ditempuh dalam waktu
kurang lebih 20 menit. Akan terlihat
perbedaan yang menjolok. Pelabuhan
Singapura bersih, indah, nyaman dan
enak dilihat, katanya.
Disinilah, sambung Prof Zainuddin
letak permasalahan yang menjadikan
Bangsa Indonesia tidak lagi menjadi
bangsa yang besar dan bermartabat.
Di Indonesia, masalah kebersihan
menjadi permasalahan yang sangat se-
rius. Hampir semua kota-kota besar di
Indonesia mengalami masalah dengan
sikap mental penduduknya yang tidak
bisa menjaga kebersihan.
Itu salah satu contoh kecil. Masih
banyak lagi contoh kurangnya pendidik-
an soft skill, yaitu sikap mental yang saat
ini sedang hangat. Yaitu kasus Gayus
Tambunan, yang pinter tetapi mental-
nya kurang baik sehingga melakukan
korupsi. Apakah generasi seperti itu
yang ingin dicetak? Yaitu generasi yang
pintar secara akademik namun karak-
ternya sangat buruk?, tuturnya.
Untuk mengurangi dan mengan-
tisipasi sikap mental generasi yang
tidak mencerminkan karakter Bangsa
Indonesia, Prof Zainuddin menerangkan
jawabannya adalah melalui pendidikan
soft skill. Pendidikan soft skill harus dibe-
rikan sejak dini dan dimasukkan dalam
sistem pembelajaran. Dimana, setiap
guru bisa memasukkan materi-materi
soft skill dalam setiap materi dan proses
belajar mengajar baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
Yang perlu diingat, dengan
mengedepankan pendidikan soft
skill, secara otomatis pendidikan hard
skill pun akan tercapai. Karena, bila
anak didik sudah memiliki karakter
yang kuat, yang tidak mudah menye-
rah, tidak suka menunda pekerjaan,
disiplin tentu mereka akan menjadi
generasi yang cerdas. Tanpa diperin-
tah untuk belajar, dengan kesadaran
mereka akan termotivasi untuk
terus belajar dan meningkatkan
pengetahuannya,pungkasnya.
Sementara itu, Organizing Comitte
Seminar National on Soft Skill and
Character Building Universitas Mu-
hammadiyah Surabaya, Ahmad Idris
Adh mengatakan banyak siswa pintar
di Indonesia. Hal ini terihat dari tingkat
kelulusan setiap tahun yang hampir
mencapai 93 persen.
Angka itu menunjukkan bahwa
pendidikan hard skill sudah tercapai.
Namun, pertanyaannya bagaimana
dengan pendidikan soft skill-nya. Hal itu
bisa dilihat dari sikap anak didik sehari-
hari, apakah mereka sudah jujur dalam
mengerjakan tugas, apakah mereka
sudah disiplin, apakah mereka sudah
menjaga kebersihan dan lingkungan
serta perilaku lainnya, terang Idris
yang menjabat sebagai Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univer-
sitas Muhammadiyah Surabaya. Siska
Prestiwati Wibisono
sajianutama
53
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Di ASMS, seorang guru matematika mengajarkan materi matematika sekaligus
mendorong kreativitas siswa, membangun semangat dan kerjasama antar-siswa
dengan baik dalam waktu yang bersamaan.
KARAKTER BANGSA
54
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
HAPUS
SISTEM
RANGKING
Hargai
Setiap
Kelebihan
Anak
Sebuah bola menjadi
rebutan beberapa siswa
bercelana panjang, sesekali
salah satu anak laki-laki itu
terjatuh karena mengejar
bola. Melihat temannya
terjatuh, beberapa anak
laki-laki langsung berlomba
untuk meraih bola yang
tidak berhasil dikawal
oleh sang kawan. Suara
teriakan disusul teriakan pun
mewarnai halaman Sekolah
Dasar (SD) Muhammadiyah
4 Pucang Surabaya. Itulah
salah satu suasana jam
istirahat di sekolah yang
terletak di Jalan Pucang
Anom Surabaya ini.
sajianutama SISTER SCHOOL
54
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
55
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
KECERIAAN tidak hanya terpancar di
wajah siswa laki-laki, wajah para siswi
pun tampak berseri. Tidak jarang suara
tawa para siswi terdengar dari ruang-
ruang kelas yang semua siswanya
sedang menikmati jam istirahat.
Kami berusaha untuk menciptakan
sekolah yang menyenangkan bagi
siswa. Kami ingin menghapus kesan
kalau sekolah itu penjara ataupun
tempat yang menyeramkan dan me-
negangkan, tutur Kepala Sekolah SD
Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, M
Shodiqin Fanani S.Ag
Shodiqin menerangkan dengan
menjadikan sekolah sebagai tempat
yang menyenangkan, maka secara
tidak langsung akan membuat anak
semangat untuk berangkat ke sekolah.
Berbekal perasaan senang dan betah
berada di sekolah, maka anak pun
akan semakin mudah untuk menerima
pelajaran yang akan diberikan oleh
para guru.
Kami berupaya untuk menjadikan
guru itu tidak hanya sebagai pengajar,
tetapi juga bisa menjadi orang tua,
kakak bahkan teman bagi anak-anak.
Diharapkan dengan itu, anak-anak
tidak merasa berat atau takut saat
proses belajar mengajar, paparnya.
Masih menurut Shodiqin, tidak
hanya menciptakan suasana yang me-
nyenangkan bagi anak. Pihaknya juga
sudah menghapus sistem rangking.
Bahkan, penilaian pun tidak menggu-
nakan sistem kognitif yaitu memberi-
kan nilai mulai dari nilai enam hingga
sepuluh. Namun, menggunakan sistem
penilaian afeksi yaitu memberikan
huruf A untuk penilaian sangat baik,
huruf B untuk penilaian baik dan huruf
C untuk penilaian kurang.
Kami sengaja mengadopsi peng-
hapusan sistem rangking dari sistem
pendidikan di Australia, karena kami
sependapat bahwa anak itu tidak perlu
dibandingkan dengan orang lain.
Tetapi dibandingkan dengan anak itu
sendiri pada masa lalunya. Misalnya,
membandingkan perkembangan
siswa pada semester pertama dengan
perkembangan pada semester kedua,
jelasnya.
Dengan membandingkan per-
kembangan anak, ungkapnya, akan
diketahui dimana letak kekurangan
sang anak. Sehingga pada semester
kedepan, perkembangan yang kurang
tersebut bisa mendapatkan perhatian
yang lebih. Hal ini dilakukan karena
setiap anak tidak sama, mereka memi-
liki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Dimana, setiap kelebihan anak
merupakan potensi yang bisa terus
digali dan dikembangkan.
Tidak hanya menghapus sistem
rangking, SD Muhammadiyah 4 Pu-
cang Surabaya juga selalu menghargai
setiap kelebihan atau prestasi masing-
masing siswa. Penilaian prestasi siswa
bukan hanya berdasarkan prestasi di
bidang akademiknya, namun bidang-
bidang lainnya pun mendapatkan
perhatian yang sama. Misalnya, bidang
kesenian, bidang keagamaan maupun
bidang musik.
Shodiqin mengakui bahwa peruba-
han-perubahan yang coba dia terap-
kan di SD Muhammadiyah 4 Pucang
Surabaya merupakan hasil adopsi dari
sistem pembelajaran yang sudah dite-
rapkan di Linfeld East Public School,
Sydney Australia. Selama berada di
sekolah negeri di Australia tersebut,
Shodiqin sangat terkesan dengan
sistem pendidikan di Negeri Kangguru
tersebut.
Disana, target pendidikannya
sangat sederhana yaitu menciptakan
anak dengan karakter yang bagus
dan membentuk kepribadian anak.
Disana tidak ada anak yang tidak naik
kelas, disana juga tidak ada rangking,
ungkapnya.
Mengapa tidak ada anak yang
tinggal kelas? Shodiqin menjelaskan
karena di Australia target pendidikan
mulai dari taman kanak-kanak (TK)
hingga sekolah menengah atas (SMA)
adalah menanamkan karakter kepada
anak bukan mengejar nilai-nilai yang
tertulis diatas kertas. Mulai dari TK
hingga SMA, terus ditekankan untuk
melatih kejujuran, menghormati orang
lain, mandiri, meningkatkan rasa
keingintahuan siswa serta karakter-
karakter lainnya.
Di Australia yang dinilai bukan hasil
belajar para siswa tetapi cara belajar
siswalah yang dinilai, ujarnya.
Misalnya, Shodiqin mencontohkan
dalam mata pelajaran bahasa. Yang
dinilai bukanlah bagaimana anak itu
bisa menghafalkan bagaimana tata
bahasa Inggris dengan benar. Tetapi
bagaimana sikap siswa selama proses
belajar mengajar. Apakah dia mem-
perhatikan guru saat menerangkan,
55
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
Kami berusaha untuk menciptakan
sekolah yang menyenangkan bagi
siswa. Kami ingin menghapus
kesan kalau sekolah itu
penjara ataupun tempat
yang menyeramkan dan
menegangkan, tutur
M Shodiqin Fanani S.Ag
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 4
Pucang Surabaya
SISTER SCHOOL
56
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
apakah dia mendengarkan temannya
saat bertanya atau sedang mengung-
kapkan pendapatnya atau bagaimana
sikap anak selama berada dikelas
apakah dia anak yang aktif bertanya
atau pasif. Di Australia, siswa selalu
diberi waktu, diberi kesempatan bah-
kan diciptakan sistem pembelajaran
yang membuat siswa itu aktif untuk
bertanya.
Meskipun diciptakan suasana untuk
aktif bertanya, sambung Shodiqin,
mereka tidak berebut dan membuat
gaduh kelas. Siswa di Australia saat
bertanya pun juga tertib, mereka
hanya diam dan mengacungkan ta-
ngan. Mereka tidak akan berbicara
atau mengeluarkan kata-kata sebelum
mereka ditunjuk. Sebab, di Austra-
lia itu pelanggaran terberat adalah
ngomong atau berbicara saat guru
atau temannya berbicara. Mereka akan
mendapatkan hukuman, salah satunya
adalah bersih-bersih, terangnya.
SISTEM PENDIDIKAN TERINTEGRASI
DENGAN PERATURAN DI
MASYARAKAT
Sistem pendidikan di Australia
lebih menekankan pada pembangu-
nan karak ter siswanya seiring dengan
kebiasaan serta hukum yang berlaku
di masyarakat. Sehingga, para siswa
benar-benar akan terbiasa dengan
pendidikan karakter yang diberikan di
sekolah.
Sistem yang berlaku di sekolah
juga sama seperti sistem di jalan raya,
kantor maupun di lingkungan masya-
rakat pada umumnya, aku Shodiqin.
Shodiqin menjelaskan di seko-
lah para siswa diajarkan untuk jujur,
disiplin, menghargai orang lain, tertib
dan pendidikan karakter lainnya. Se-
cara keseluruhan ketertiban, kebersi-
han, kedisiplinan, menghargai orang
lain sudah berlaku dimana-mana, tidak
hanya dilingkungan sekolah namun
diseluruh wilayah di Australia. Aus-
tralia memang negara sekuler, namun
azas kemanusiaan sangat dihormati
dan ditegakkan, tegasnya.
Shodiqin menceritakan selama
berada satu bulan di Australia, dia
mendapatkan banyak pengalaman
yang sangat mengesankan. Orang Aus-
tralia sangat murah tangan dan selalu
siap membantu, pada suatu hari saat
dirinya akan bepergian dan menuju ke
stasiun kereta api.
Dirinya tersesat dan tidak tahu ke-
mana arah menuju ke stasiun. Dia me-
lihat seorang pria tua sedang menyapu
halaman rumahnya dan menanyakan
kemana arah stasiun.
Saat saya tanya, pria itu langsung
menghentikan pekerjaannya. Dia
meminta saya untuk mengikutinya,
selama berjalan menuju ke stasiun, pria
itu menanyakan kemana tujuan saya,
apakah saya sudah memiliki tiket dan
mengetahui jam berapa kereta akan
berangkat, kenangnya.
Tidak hanya bantuan pria tua itu
saja, sambung Shodiqin, dia juga me-
nerima bantuan dari warga Australia
saat dirinya berada di kantor imigrasi.
Karena kemampuan bahasa Inggris-
nya kurang bagus, Shodiqin mengaku
mengalami kesulitan saat harus mengi-
si beberapa lembar dokumen di kantor
Imigrasi. Melihat dirinya kebingungan,
datang seorang pria yang bisa ber-
bahasa Indonesia membantu dirinya
mengisi dokumen imigrasi tersebut.
Saya juga tidak bisa lupa, saat
saya berada di bandara dan mencoba
mengambil troli. Saya berusaha untuk
mencabut deretan troli tapi tidak bisa.
Melihat beberapa kali saya mencoba
menarik troli, datang seorang pria
sambil berkata no..no..you must pay
two dollar. Melihat saya bengong, pria
bule itu mengambil koin dua dollar
dan memasukkan ke box dan sebuah
troli terlepas. Pria itu memberikan troli
ke saya, tutur Shodiqin.
Selain sikap ramah dan menghar-
gai, Shodiqin menambahkan perilaku
hidup bersih pun sudah dilakukan oleh
masyarakat Australia. Selama berada
di Australia, Shodiqin mengaku kagum
dengan kesadaran masyakarat akan
menjaga kebersihan. Kemanapun dia
pergi, tidak pernah ditemukannya
sebuah sampah tergeletak di jalanan.
Semua sudut kota terlihat bersih,
begitu pula dengan laut serta sungai
yang ada, semuanya bersih dan bebas
sampah. Sehingga, tercipta kota yang
nyaman, bersih dan sehat.
TERAPKAN SISTEM TEMATIK
Selain menargetkan untuk mem-
bentuk pribadi yang berkarater,
Shodiqin menambahkan jumlah mata
pelajaran yang diberikan pun sangat
sedikit, hanya lima mata pelajaran yaitu
Matematika, IPA, Bahasa, Kesenian
dan Olah Raga. Sementara pendidikan
di Indonesia bisa mencapai 13 mata
pelajaran.
Mereka menerapkan sistem tema-
tik dalam mengajar, ungkapnya.
Shodiqin memberikan contoh
misalnya untuk mata pelajaran Bahasa
Inggris, maka guru akan mengambil
tema banana atau pisang. Pada proses
belajar mengajar, anak akan diajak un-
tuk membuat pisang goreng dengan
membawa berbagai kebutuhan yang
diperlukan kecuali kompor, minyak
goreng dan penggorengan.
Selain mengenal pisang, selama
proses belajar mengajar anak juga bisa
mengenal proses memasak, alat-alat
yang digunakan untuk memasak,
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
membuat pisang goreng.
Dengan suasana belajar yang
menyenangkan, anak-anakpun bisa
mendapatkan banyak informasi lain,
tidak hanya sebuah pisang. Dengan
mempraktekkan anak akan mudah
menghafal karena mereka memiliki
pengalaman yang menyenangkan,
pungkasnya.Siska Prestiwat Wibisono
Sistem pendidikan di Australia lebih
menekankan pada pembangunan
karakter siswanya seiring dengan
kebiasaan serta hukum yang berlaku
di masyarakat.
sajianutama SISTER SCHOOL
57
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sang Guru sungguh bijaksana, dia
tidak melarangmu memasuki istana
kearifannya, tetapi justru membimbingmu
ke ambang pikiranmu sendiri
Kahlil Gibran
Kunci Sukses
57
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
58
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
ANPA di sadari, pem-
belajaran di ruang kelas
ditambah dengan situasi
kelas yang menegang-
kan, entah karena
mata pelajaran yang
kurang menarik ataukah
gurunya yang menyer-
amkan membuat murid
takut untuk bertanya,
mengeluarkan pendapat
atau mengeluarkan ide-
ide kreatif mereka.
Padahal, akar dari pembelajaran
adalah keingintahuan dan kemampuan
untuk bertanya. Jika orang tidak ingin
tahu, mereka tidak akan bereksperimen
untuk melihat bagaimana sebenarnya
dunia ini bekerja. Rasa ingin tahu itu
naluriah, tetapi bisa didorong oleh pen-
didikan yang mendukung keterbukaan.
Sebuah pelajaran yang menarik akan
berdampak pada pembelajar. Jangan
mengajari mereka; biarkan mereka bela-
jar! menunjukkan bahwa kita memerlu-
kan suatu pendekatan yang lebih kreatif
dalam pendidikan, pembelajaran, dan
pelatihan.
Saat ini, perusahan-perusahaan
umumnya mencari karyawan yang per-
caya diri, yang mampu berpikir secara
intuitif, berkomunikasi secara efektif,
serta imajinatif, feksibel, dan mampu
bekerja dalam tim.
Namun, sistem pendidikan tidak
dirancang untuk menghasilkan lulusan
dengan keterampilan-keterampilan
ini, para pendidik harus meningkatkan
standar, meskipun tidak perlu meng-
ubah secara drastis kurikulum yang
berlaku saat ini.
Institusi-institusi pendidikan
seharusnya mau dan mampu
berpikir di luar kotak
dan menerapkan konsep
kreativitas dan adaptabilitas.
Sebagai contoh, Henry David Thore-
au, dia adalah seorang guru lulusan dari
Harvard College pada tahun 1837 dalam
usia 20 tahun. Dia meninggalkan pro-
fesinya itu beberapa tahun kemudian,
terutama karena kecewa dengan kelas
konvensional, dan dia percaya bahwa
sistem pendidikan yang konvensional
itu lebih banyak menghambat proses
belajar daripada memfasilitasinya.
Sebuah contoh metode pembela-
jaran Thoreau kepada siswanya. Dia
sering membawa siswanya dalam ber-
bagai perjalanan lapangan (dari jalan-
jalan ke alam bebas hingga mengunju-
ngi perusahaan lokal). Dia mendorong
para siswanya untuk menafsirkan apa
yang mereka lihat, memformulasikan
hipotesis dan mengujinya.
Pendekatan kreatif lain diterap-
kan oleh Socrates, dia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mer-
angsang pemikiran kritis para siswanya
dan membantu mereka sampai pada
kesimpulan yang logis. Pendekatan-
nya dikenal sebagai metode Socrates
atau dialektika, yakni mengutamakan
diskusi. Dia tidak memberikan jawa-
ban, tetapi mengarahkannya dengan
pertanyaan-pertanyaan yang pada
akhirnya menghasilkan apa yang kini
kita sebut sebagai penemuan.
Pendekatan Socrates terhadap
pengajaran ini mensyaratkan bahwa
guru wajib menanyakan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan dan
membolehkan siswanya untuk mer-
espon berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman mereka. Respon-respon itu
kemudian dianalisis sebagai bagian dari
diskusi yang menyertainya. Kesimpu-
lan dihasilkan dari logika dan tidak
dari pemberitahuan gurunya. Finalnya
adalah siswa menemukan jawaban ber-
dasarkan proses logikanya sendiri.
Sejumlah pendekatan telah digu-
nakan untuk meningkatkan retensi
pengetahuan. Penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Martin Taft, seorang pendidik
kawakan, mengenalkan pendekatan
kreatif dengan menggunakan alat
bantu informasi untuk meningkatkan
retensi.
Dia menemukan bahwa ketika
sepotong pengetahuan diulang-ulang
selama pelajaran, menghafalkan materi
tersebut di luar kepala menjadi tidak
perlu dilakukan. Alat bantu itu benar-
benar membantu untuk menginternal-
isasi pengetahuan dan membuatnya
menjadi bagian dari proses berpikir
seseorang.
Pendekatan kretaif lainnya diterap-
kan oleh sekelompok distrik sekolah di
dekat Chicago yang telah mengadopsi
sebuah pendekatan baru dalam pen-
gajaran matematika dan membuahkan
hasil yang mengesankan. Mereka tidak
menggunakan pengajaran di kelas dan
ujian tradisional (ulangan harian). Di sini
para siswa bekerja dalam kelompok-kel-
ompok untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan dan belajar dari kesa-
lahan yang mereka buat.
Profesor Psikologi, Joann Farver dari
University of Southern California telah
melakukan pendekatan yang inovatif
untuk membantu para siswanya meng-
hubungkan hal-hal yang dipelajari saat
kuliah dengan kehidupan nyata.
Dalam kelas psikologinya, para
siswa diminta untuk bekerja di lapa-
ngan beberapa jam seminggu untuk
menerapkan teori dalam praktik. Siswa
bergantian menyampaikan materi
dan memfasilitasi diskusi di kelas, dan
mereka melaporkan bahwa mereka
merasa tertantang dan terstimulasi oleh
pengalaman-pengalaman tersebut.
MENERAPKAN KONSEP IDEASHIP!
Konsep Ideaship ini sangat dibu-
tuhkan dalam proses belajar mengajar.
Konsep ini dapat diterapkan dalam
mencari dan menggali ide-ide baru,
segar, dan kreatif. Hal ini juga mampu
untuk membangun kepercayaan diri
siswa.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh para pendidik dalam pembelaja-
ran adalah menghargai usaha mereka,
memberi mereka kebebasan untuk
gagal, membantu mereka mencapai
sasaran-sasaran mereka, memberi-
kan kepada mereka apa yang mereka
butuhkan, jangan meminta satu solusi
permasalahan saja, tapi minta seban-
yak-banyaknya, jangan pernah menolak
ide, minta lebih banyak lagi ide dengan
lebih cepat, biarkan mereka melakukan-
nya dengan cara mereka sendiri dan
lupakan tentang efsiensi, pikirkan saja
idenya.
Suatu pertimbangan penting dalam
pendidikan adalah bagaimana caranya
bisa memastikan pemahaman tentang
konsep-konsep dan gagasan-gagasan,
bukan sekadar mengingat materi
faktual. Tujuan akhir dari pendidikan
yang baik seharusnya adalah peng-
gunaan pengetahuan yang dipelajari
dan mendorong pendekatan kreatif
yang memacu penggunaan kecerdasan
kreatif seseorang.
Bagaimana di Indonesia ?
Ilmu dan pengetahuan itu ibarat jen-
dela dunia. Agar jendela terbuka, maka
dibutuhkan seorang pengajar yang
mempunyai kunci yang cocok untuk
membuka jendela itu.
Bagus Priambodo
Referensi: Foster, Jack. Ideaship. Bandung: Kaifa. 2005 | Rowe, Alan J. Creative Intelligence. Bandung: Kaifa. 2005
59
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
LAPORAN UTAMA
SUATU ketika saya diundang untuk
memberi workshop pengenalan dasar-
dasar bermain teater bagi guru dan
calon instruktur se Jawa Timur di Mo-
jokerto dan Surabaya beberapa tahun
yang lalu. Bagi saya, pelatihan ini adalah
sebuah pelatihan yang menarik karena
sadar atau tidak, seorang guru atau in-
struktur adalah aktor ketika melaksana-
kan proses kegiatan belajar mengajar di
depan kelas. Sebagai seorang aktor yang
sedang memainkan pertunjukan, maka
tidak salah jika dia harus tampil seba-
gai aktor yang memukau para peserta
didiknya agar tercipta sebuah pembe-
lajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan.
Bagi seorang guru yang tidak me-
nyadari kedudukannya sebagai seorang
aktor, maka tak jarang jika dia sering
menghadapi persoalan-persolan, se-
perti peserta didik malas mengikuti
pembelajaran, mengantuk atau ngobrol
sendiri. Jika yang mengantuk berjum-
lah 1 - 2 peserta didik, maka hal itu bisa
dimaklumi. Namun, jika lebih dari 2 pe-
serta didik maka ada sebuah persoalan
dari guru tersebut alias mereka berhak
mengantuk atau ngobrol sendiri karena
guru tersebut tak mampu memasuki
dunia mereka dan mengantar dunia kita
ke dunia mereka, lantaran penampilan-
nya tidak menarik, tidak menyenangkan,
tidak memberikan inspirasi baru, men-
jenuhkan, dan tak menggairahkan.
Ketika seorang guru menjumpai para
peserta didiknya mengantuk atau ngo-
brol sendiri, pernahkah guru tersebut
menanyakan alasannya? Jika seorang
peserta didik tersebut berani menjawab
secara jujur, maka mungkin berbunyi,
Cara mengajar Bapak/Ibu yang mem-
buat kami ngantuk! atau Bapak/Ibu
bicara sendiri, maka kami pun lantas
ngobrol sendiri mencueki Bapak/Ibu!
Di sinilah akhirnya, seorang guru harus
membuka diri bahwa ada masalah de-
ngan cara atau penampilannya ketika
mengajar.
Menyimak peristiwa tersebut di atas,
maka secara tegas saya katakan bahwa
penampilan seorang guru mau tidak
mau harus dapat membuat siswa tak
berhak mengantuk atau mengobrol
saat proses belajar mengajar berlang-
sung. Andaikan peserta didik mengo-
brol, maka obrolan itu bertalian dengan
dunia yang ditawarkan oleh gurunya
alias kompetensi dasar yang diajarkan
oleh gurunya. Intinya, cara mengajar ha-
ruslah menarik dan atraktif.
Ada banyak cara untuk membuat
performa mengajar menjadi menarik
dan atraktif. Salah satu kiat adalah be-
lajar dari sebuah pertunjukan teater/
dramaturgi.
Pertunjukan teater mempunyai
prinsip-prinsip dasar untuk membuat
penonton terus terjaga baik secara fsik,
psikologis (baca; mental) dan intelektu-
alnya. Maka, tak ada kamus lain selain
pertunjukan teater harus menarik dan
Guru dan Calon Guru
Harus Pandai Berakting
sajianutama
SENI PERAN
60
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
laporanutama
atraktif. Jika seorang guru menyadari
bahwa keberadaannya adalah sebagai
aktor atau aktris dalam pertunjukan mo-
nolog maka dia harus mampu membuat
penonton terus menatapnya sepanjang
pertunjukan. Ia harus mampu membawa
perasaan dan pikiran seluruh penonton
ke atas panggung dan terlibat di dalam-
nya, meski tak harus secara fsik.
Dengan begitu diharapkan prinsip-
prinsip dasar teater yang dipinjam oleh
guru, mampu membuat para peserta di-
diknya terus terjaga mengikuti jalannya
proses kegiatan belajar mengajar. Peser-
ta didik menjadi aktif karena pengajaran
guru bagaikan sebuah pertunjukan tea-
ter yang memukau dan atraktif. Tetapi
bagaimana jika seorang guru merasa
bukan seorang seniman teater? Yang je-
las, bahwa teater bukanlah sesuatu yang
eksklusif bagi kalangan seniman. Setiap
orang boleh dan berhak menyelami tea-
ter dan mengambil manfaat dari teater,
tanpa harus menjadi orang teater.
Konon, di salah satu perkantoran
elite di Jakarta, pada hari-hari dan jam-
jam tertentu, terdengar teriakan A, I, U,
E, O!. Dalam dunia teater, lontaran ini
biasa dilakukan oleh para aktor untuk
berlatih olah vocal. Dan ternyata, yang
berlatih di gedung itu adalah para ekse-
kutif muda yang berparadigma kreatif.
Adalah Adi Kurdi (seorang pemain
teater, sinetron, dan flm kawakan) yang
sering mendampingi mereka melalui
workshop-workhsop yang menarik. La-
tihannya seperti yang dilakukan orang-
orang teater, yakni latihan olah pikir,
olah tubuh, olah sukma dan olah vokal
yang meliputi pernafasan, teknik pem-
berian isi, artikulasi, ekspresi, emosi, dan
sebagainya. Tujuannya tak lain adalah
agar para eksekutif tadi mampu ber-
komunikasi dengan baik, mampu men-
jaga, mampu menghipnotis lawan bi-
cara sehingga yang diinginkannya dapat
tercapai dengan baik. Para eksekutif itu
memang dilatih menggunakan prinsip-
prinsip dasar teater untuk meningkatkan
perfomanya dalam berkomunikasi.
Menyimak cerita di atas, saya pikir
seorang guru mestinya mendapat pe-
latihan yang sama seperti halnya para
eksekutif tadi; dan saya pikir para guru
tersebut tidak harus 100% menerapkan
persis prinsip-prinsip yang dijalani oleh
seorang pemain monolog karena tan-
tangannya tak sebesar seorang pemain
teater yang harus menguasai perhatian
penonton sebanyak satu gedung teater,
yang jumlah mencapai ratusan orang.
Seorang guru hanya perlu menguasai
perhatian siswa satu kelas saja, yang
umumnya berjumlah puluhan siswa.
Jadi baik cakupan maupun kedalamnya,
cukup 50% saja seorang guru menda-
lami dan menerapkan prinsip-prinsip
dasar pertunjukan darama/teater.
Belajar teater bukanlah sesuatu yang
sulit atau asing buat orang yang awam
karena pada dasarnya insting atau in-
tuisi manusia sudah memahami prin-
sip-prinsip dasar teater. Semisal, soal
bloking atau tata letak pemain. Kesa-
daran mengatur letak dan posisi tubuh
sebenarnya sudah dimiliki semua orang
setiap kali terlibat dalam situasi komuni-
kasi, namun tak semua orang menyadari
untuk memaksimalkan urusan bloking
ini. Pengaturan bloking dalam teater di-
atur untuk melancarkan komunikasi dan
membangun dinamika, selain memuda-
hkan penonton menyimak setiap tokoh
di panggung. Dalam pertunjukan teater,
kekayaan bloking menjadi krusial karena
potensi pertunjukan teater (baca: mono-
log) lebih besar peranan dan fungsinya.
Pertunjukan monolog bisa disama-
kan dengan situasi mengajar di kelas.
Seperti halnya pertunjukan monolog,
para penonton bisa dijadikan pemain. Di
dalam kelas, para siswa mesti dijadikan
lawan bicara dan diskusi, sehingga perlu
diatur juga blokingnya. Oleh karenanya,
seorang guru bisa menjadi sutradara
dalam pengaturan bloking bagi dirinya
dan para peserta didiknya karena tata le-
tak yang ideal untuk sebuah bangunan
komunikasi ialah bahwa setiap orang
dalam kelas diupayakan untuk dapat
saling melihat satu sama lain. Maka,
tempat duduk siswa dapat diorkestrasi
sedemikian rupa seperti halnya orkestra-
si ruang kelas model arena, tapal kuda,
ataupun yang lain (seperti pola estetik
teater tradisi). Semua model tersebut
dapat diterapkan agar terbangun dina-
mika dan situasi dialogis sehingga jauh
dari kesan formal.
Setelah menyusun bloking untuk
peserta didik, kini tinggal mengatur
bloking untuk dirinya. Pemain monolog
yang melulu hanya berdiri di satu titik
dan pelit movement (pindah) akan le-
bih mudah membuat penonton bosan.
Begitu halnya seorang guru yang hanya
duduk di kursi dan berdiri satu-dua kali
lantaran bermaksud menulis di white
board, akan membikin para siswanya
cepat bosan. Pergerakan guru dari satu
titik ke titik lain diperlukan untuk men-
jaga intensitas perhatian peserta didik.
Jika ingin mendapat perhatian dari pe-
serta didik pada saat proses pembela-
jaran berlangsung, maka seorang guru
tidak boleh pelit untuk memberikan
perhatian kepada siswanya.
Bertalian dengan olah vokal, kesada-
ran mengatur volume suara perlu untuk
diperhatikan bagi setiap orang yang ter-
libat dengan situasi komunikasi, Tidak
semua orang sadar dan peka dengan
seorang guru yang
hanya duduk di kursi
dan berdiri satu-
dua kali lantaran
bermaksud menulis
di white board, akan
membikin para
siswanya cepat bosan.
60
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama SENI PERAN
61
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
LAPORAN UTAMA
urusan olah vokal ini. Prinsipnya seder-
hana, yang serba terlalu pasti tak baik
untuk dilakukan. Volume terlalu lemah
akan membuat siswa sulit mendengar,
dan ujungnya bisa mendatangkan rasa
kantuk. Terlalu keras bisa membuat
telinga sakit. Volume suara sebaiknya di-
sesuaikan dengan jarak antara guru dan
siswa, atau besarnya ruangan kelas. Pen-
gaturan volume bisa sesekali dikeraskan
pada saat guru melihat ada siswa yang
bergelagat akan mengantuk atau ngo-
brol.
Demikian pula yang bertalian deng-
an artikulasi dan ekspresi. Jika artiku-
lasi guru tidak bagus akan terdengar
seperti orang yang sedang bergumam,
tak jelas apa yang disampaikan. Teknik
pemberian isi dan ekspresi pendialogan
yang datar-datar saja pun akan memicu
terciptanya situasi monoton. Monotoni-
tas menimbulkan proses pembelajaran
membosankan dan berlangsung secara
tidak efektif. Yang jelas vokal guru mesti
memenuhi prasyarat audibel, possibel,
dan intelektebel
Prinsip dasar teater yang lainnya
adalah membangun ketertarikan. Seo-
rang pemain teater monolog harus
menunjukkan dirinya bahwa dia sangat
tertarik dengan cerita yang akan di-
bawakannya, sebelum dia membuat
penonton tertarik dengan apa yang
dikatakan. Saya berpikir seorang guru
harus memperlihatkan bahwa dirinya
sangat tertarik dan bersemangat akan
materi yang akan disampaikannya agar
dia mampu memberikan motivasional
efect kepada para siswa untuk tertarik
dan bersemangat mengikuti jalannya
pembelajaran.
Dalam sebuah pertunjukan teater,
unsur humor sepertinya wajib ada un-
tuk menyegarkan atmosfer gedung
pertunjukan, meski yang dipentaskan
reportoar berjenis tragedi. Jadi meski
mata pelajaran yang tergolong serius
pun, harus tercipta situasi-situasi komi-
kal/humor agar menyenangkan lanta-
ran mampu mengantisipasi datangnya
aspek kejenuhan. Dalam ilmu kesehatan,
tertawa bisa melancarkan peredaran
darah yang membawa oksigen ke dalam
organ-organ tubuh termasuk otak. Bila
di dalam otak cukup oksigen maka ma-
nusia tak mudah mengantuk.
Yang tak kalah pentingnya dalam
sebuah pertunjukan, membangun stuk-
tur dramatik menjadi sebuah persoalan
yang sangat penting dikuasai oleh sutra-
dara maupun guru yang juga bertindak
sebagai seorang sutradara bagi per-
tunjukannya. Oleh karenanya, penyusu-
nan skenario pembelajaran mesti harus
mengadopsi ilmunya seorang sutradara
dalam membangun struktur drama-
tik dalam sebuah pertunjukan teater.
Pertunjukan teater yang mengabaikan
aspek ini wal hasil akan menjadi hambar
dan berlangsung datar-datar saja alias
tidak mampu memainkan emosi penon-
ton. Kemampuan menghidupkan struk-
tur dramatik berhubungan tegak lurus
dengan kompetensi aktor dalam men-
ciptakan/menyuguhkan akting. Seorang
guru mesti menguasai dasar dasar akting
untuk menciptakan sebuah akting yang
meruang (meminjam teorinya Suyatna
Anirun) dalam kerangka melakukan pro-
ses pembelajaran.
Tentu masih ada sejumlah prinsip-
prinsip teater lainnya dari pertunjukan
teater yang tujuannya adalah memper-
tahankan perhatian, melibatkan pikiran,
dan menggedor emosi penonton. Kese-
mua prinsip ini secara sederhana dapat
diterapkan oleh seorang guru untuk
meningkatkan penampilannya dalam
mengajar.
Sebagai akhir tulisan ini adalah, apa-
bila para eksekutif mau berlatih teater, dan
memanggil seorang Adi Kurdi untuk me-
ningkatkan performa komunikasinya, tentu
bukan perkara susah bagi seorang guru
atau calon guru untuk menengok buku-
buku tentang seni akting, atau mengintip
orang-orang teater berlatih dan menyerap
ilmunya. Maka, sudahlah tepat manakala
di setiap program studi pendidikan bahasa
dan sasra, fakultas keguruan dan ilmu pen-
didikan, mahasiswa dibekali dengan mata
kuliah dramaturgi dan penyutradaraan.
Dasar pemikirannya tak lain adalah
untuk bekal ilmu terapan bagi calon
guru dalam mempersiapkan dirinya
menjadi guru yang profesional. Selain
itu, kedua mata kuliah tersebut adalah
media untuk menanamkan pendidikan
karakter bangsa dan pendidikan enter-
preneurship yang sangat efektif. Jadi,
ketika kedua isyu tersebut dijadikan
program primadonanya kemendikbud,
maka bagi orang-orang teater hal terse-
but tidak terlalu mengejutkan.
Meski mata pelajaran
yang tergolong
serius pun, harus
tercipta situasi-situasi
komikal/humor agar
menyenangkan lantaran
mampu mengantisipasi
datangnya aspek
kejenuhan.
sajianutama
Imam Ghozali Ar
Sutradara KTA, Ketua Komite Teater DKJo dan Staf Pengajar di STKIP PGRI Jombang, Alamat: Jalan Arif Rahman Hakim No. 7 Jombang Jawa Timur
SENI PERAN
62
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
IKHSAN, siswa kelas 5 SD di sebuah
ka bu paten di Jawa Timur sudah dua
kali ting gal kelas. Berasal dari keluarga
broken home sehingga perilakunya
cende rung tertutup. Walaupun nilai
akademiknya rendah namun Ikhsan
telah dua kali mewakili sekolah dalam
tim bola voli dan tiga kali membawa
sekolah menjuarai kejuaraan sepak bola
antar SD tingkat kecamatan. Sebuah
kenyataan yang mungkin sering
ditemukan oleh pa ra guru dimanapun
berada, bahwa terdapat siswa yang
kurang berhasil di akademik justru
menonjol di mata pelajaran pendidikan
jasmani dan olahraga (Penjasor).
Sebagai pendidik, adalah sebuah
kepuasan profesi yang tidak bisa diukur
dengan materi ketika melihat anak didik
kita berhasil secara akademik setelah
melalui kesulitan pembelajaran diawal
bukan? Lalu, bagaimana cara terbaik
membantu siswa untuk fokus dalam
pelajaran? Dan bagaimana cara terbaik
untuk membuat siswa menikmati seko-
lah dan berprestasi? Berbagai metode
dan cara pendekatan pada anak didik
yang ditawarkan terasa sulit untuk
diterapkan karena siswa adalah individu
yang memiliki keunikan masing-masing,
selain itu hampir setiap guru waktunya
terbatas setelah melayani seluruh anak
didik yang jumlahnya biasanya cukup
banyak dalam satu sekolah.
Jika sulit mendekati siswa karena
mereka adalah individu yang berbeda,
coba dekatilah dari persamaan mereka!
Usia anak-anak dan remaja adalah usia
dimana mereka sangat menikmati
kebebasan dan bermain. Dimana kedua
hal tersebut dapat mereka temukan di
sekolah pada mata pelajaran penjasor.
Candra Padmasvasti Mulyana
Konsultan Independen di UNICEF
Kami Bukan
Anak Bawang
sajianutama
PENJASOR
63
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama
Hasil dari sejumlah penelitian di bidang
olahraga menyebutkan bahwa olahraga
mampu memberikan dampak positif
yang luar biasa bagi anak-anak.
Selain membuat siswa menyukai
sekolah, beberapa nilai dasar dalam
olahraga mengandung prinsip-prinsip
dasar dari pengembang an diri, seperti
mengajarkan kerja sama, pengetahuan
tentang Fair Play, kejujuran, taat pada
aturan, prinsip berbagi dan saling
menghormati. Dengan mempelajari ke-
trampilan kehidupan (life skills) melalui
olahraga maka anak-anak akan mampu
mengembangkan kepribadiannya serta
mendukung pengembangan psikolog-
inya seperti meningkatkan kepercayaan
diri dan keceriaan.
Lebih dari itu, dengan berolahraga
akan mendukung siswa menjadi lebih
fokus dalam proses belajar akademik
karena kondisi tubuhnya ft dan siap
menerima pelajaran. Siswa seperti
Ikhsan mengaku sangat menantikan
sesi penjasor di sekolah, ujarnya: Kalau
di pelajaran olahraga saya senang ka-
rena bisa lebih jago dari teman-teman
lainnya, selain itu kalau habis olahraga
pikiran saya segar jadi gak kepikiran
pelajaran lain yang susah atau mikirin
rumah.
Di dunia Internasional sendiri, Badan
Perserikatan BangsaBangsa telah men-
canangkan tahun 2005 sebagai Tahun
Olahraga dan Pendidikan Jasmani.
Pada konferensinya di Bangkok pada
tahun tersebut PBB menyatakan bahwa
penjasor penting karena dapat mendu-
kung pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium (Millenium Development
Goals/MDGs) di bidang kesehatan,
pendidikan, dan kemiskinan. Di bidang
kesehatan, jelas penjasor akan dapat
berpengaruh kepada meningkatnya ke-
bugaran masyarakat sehingga tercipta
anak-anak yang menikmati olahraga
dan memiliki pola hidup yang sehat ser-
ta dampak kedepannya adalah menu-
runnya tingkat penderita penyakit.
Sedangkan di sekolah, penjasor
berperan penting dalam dua hal, yakni:
sisi pendidikan jasmani yang mengarah
kepada aspek edukatif dan sisi olahraga
yang mengarah kepada aspek prestasi.
Selain siswa memiliki jasmani dan
rohani yang sehat, sekaligus memung-
kinkan untuk berprestasi dan memban-
tu anak menjadi lebih fokus di akademik
maupun berprestasi di bidang olahraga
Olahraga bagi pendidikan anak usia
dini (PAUD) dan sekolah dasar menjadi
sangat penting dalam rangka mendu-
kung proses pembibitan dan pembi-
naan olahraga yang jika hal tersebut di-
lakukan sejak usia dini secara konsisten
dan terencana, bukan hal yang mustahil
dapat lahir olahragawan-olahragawan
terbaik pada cabang-cabang olahraga
tertentu. Pengaruh penjasor pada
bidang pemberantasan kemiskinan ada-
lah dengan menciptakan masyarakat
yang cinta olahraga maka industri-
industri olahraga akan berkembang
sehingga memberikan peluang bagi
para pekerja di sektor-sektor jasa atau
produsen olahraga
Tengok pertumbuhan bisnis lapa-
ngan futsal di daerah anda, perhatikan
jumlah pengendara sepeda yang lalu
lalang di hari minggu pagi yang terus
bertambah, selain itu yang lebih men-
janjikan adalah sektor olahraga rekreasi
seperti golf yang akan banyak membe-
rikan peluang bagi para pencari kerja.
KURIKULUM BERKARAKTER DI
INDONESIA
Meningkatnya penyakit sosial se-
perti kasus korupsi, peningkatan jumlah
pelaku seks bebas atau banyaknya
kasus tawuran di masyarakat menjadi
perhatian publik saat ini, maka sejak
tahun 2008 Bapak Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono menggalak-
kan penerapan Kurikulum Berkarakter
dalam sistem pendidikan Indonesia.
Isi kurikulumnya sendiri sama dengan
kurikulum tahun 2004/2006 namun
memasukkan komponen 18 karakter
pilihan yang diharapkan dapat diraih
dalam proses pembelajaran seluruh
bidang studi. Dengan memberikan
pembelajaran karakter dari usia dini di
sekolah diharapkan mampu memben-
tuk karakter bangsa yang baik.
Ke-18 karakter pilihan tersebut ber-
sumber dari agama, Pancasila, budaya,
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
(1) Religius, (2) Jujur, (3 Toleransi, (4)
Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7)
Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin
63
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Guru penjasor dapat
mengajak siswa
untuk membuat alat
bantu olahraga dari
bahan-bahan bekas
di sekitar, contohnya:
botol plastik yang
diisi air berwarna-
warni dapat menjadi
pembatas area
permainan, gawang
atau batas lari atletik.
PENJASOR
64
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11)
Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Presta-
si, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16)
Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, &
(18) Tanggung Jawab (Pusat Kurikulum.
Pengembangan dan Pendidikan Budaya
& Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah.
2009:9-10).
Namun kenyataannya, seorang pen-
gawas di tingkat provinsi Jawa Timur
mengungkapkan bahwa umumnya
para guru kesulitan untuk memasukkan
pengetahuan tentang karakter tersebut
ke dalam mata pelajaran yang dipelajari,
terutama mata pelajaran eksakta seperti
IPA, Matematika, dll. Berbeda dengan
penjasor. Penjasor sangat kaya dalam
pesan karakter, serta sangat mudah
untuk dipahami oleh para siswa.
Sesuai dengan sebuah kutipan dari
Benjamin Franklin: Tell me and I forget,
Teach me and I remember. Involve me and
I learn (Katakan padaku dan aku lupa.
Ajarkan padaku dan aku ingat. Libatkan
aku dan aku belajar). Anak didik akan
lebih memahami pesan-pesan tentang
karakter melalui apa yang mereka alami
di olahraga, jauh lebih mudah diterima
dibandingkan melalui metode ceramah
atau tulisan.
Dalam sesi praktek penjasor melalui
permainan atau olahraga prestasi yang
dipelajari, Guru dapat dengan mudah
membuka diskusi atau memberikan
penjelasan perihal nilai-nilai karakter
dalam olahraga yang telah dilakukan
para siswa sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan mereka.
Namun, apakah kekayaan man-
faat dari penjasor tersebut akan selalu
mujarab bagi pengembangan prestasi
dan diri siswa? Tentu saja tidak selalu,
karena pendidikan bukanlah semudah
kita membalikkan tangan, pendidikan
adalah sebuah proses keberlanjutan
dan keterlibatan banyak pihak. Syarat
utama adalah adanya proses belajar
mengajar penjasor yang berkualitas
bagi seluruh siswa tanpa ada perbe-
daan, baik laki-laki dan perempuan,
antara siswa yang memiliki berprestasi
olahraga maupun yang tidak, maupun
bagi siswa normal dengan siswa yang
berkebutuhan khusus.
Setiap anak didik berhak menda-
patkan pengetahuan dan pengalaman
berolahraga yang sama. Tantangan bagi
para guru penjasor adalah Bagaimana
membuat siswa berminat dan menyu-
kai olahraga?, karena beberapa siswa
di sekolah menengah mengaku malas
atau bosan mengikuti sesi penjasor
di sekolah. Zahirah, seorang siwa di
madrasah negeri di Jawa Timur mengu-
tarakan bahwa Terkadang saya malas
berolahraga karena bosan, hanya lari
keliling lapangan terus senam paling
akhirnya anak laki-laki main sepak bola,
aku mendingan duduk di pinggir lapa-
ngan sama temen-temen bisa buka-
buka HP (handphone).
GURU PENJASOR SEBAGAI
KENDARAAN MENUJU KESUKSESAN
Jika kita membayangkan kesuksesan
bagi anak didik kita di masa depan
maka guru penjasor dapat digambarkan
sebagai kendaraan yang membawa me-
reka menuju kesuksesan tersebut. Siswa
yang sehat akan siap dan lebih berkon-
sentrasi ketika menerima pelajaran, dan
jika di masa depan ia menjadi seorang
ahli ekonomi maka ia akan memiliki
kepribadian yang kuat sehingga sukses
dalam bidangnya.
Guru penjasor diharapkan mampu
untuk menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan tidak membo-
sankan. Sebagian guru penjasor meng-
aku mengalami kendala sarana dan
prasarana olahraga sehingga terkadang
tidak bisa mempelajari cabang olah-
raga tertentu sesuai dengan standar
kurikulum. Namun itu bukanlah alasan
sehingga siswa tidak belajar cabang
olaharaga tersebut.
Dengan memberikan informasi dan
pengalaman tentang olahraga seban-
yak-banyaknya kepada siswa maka guru
memberikan kunci kepada siswa, selan-
jutnya biar mereka yang memutuskan
apakah mereka akan melanjutkannya
atau tidak.
Cara praktis menjawab kendala ter-
batasnya sarana dan prasarana olahraga
di sekolah adalah dengan membuat alat
bantu olahraga sendiri. Guru penjasor
dapat mengajak siswa untuk membuat
alat bantu olahraga dari bahan-bahan
bekas di sekitar, contohnya: botol plas-
tik yang diisi air berwarna-warni dapat
menjadi pembatas area permainan,
gawang atau batas lari atletik.
Dengan membuat alat bantu sendiri
selain siswa akan merasa senang dan
merasa memiliki karena terlibat dalam
proses pembuatannya, juga akan me-
mudahkan siswa dalam penggunaanya
karena jauh lebih ringan, lembut
Sebagian guru
penjasor mengaku
mengalami
kendala sarana
dan prasarana
olahraga sehingga
terkadang tidak
bisa mempelajari
cabang olahraga
tertentu sesuai
dengan standar
kurikulum.
sajianutama
PENJASOR
65
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
1. Persiapkan sesi penjasor dengan baik dan kreatif sebelum dimulai
2. Ciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aman dan nyaman
3. Awali dengan ice breaking (pencairan suasana), misalnya: senam otak, teka teki,
dll
4. Sampaikan informasi tentang materi dan keselamatan olahraga di awal pelaja-
ran
5. Kreatif saat menyampaikan materi dengan menggunakan alat bantu: kartu, pos-
ter, visual, dll.
6. Lakukan variasi ketika melakukan pemanasan, tidak selalu lari keliling lapangan.
Bisa dengan permainan atau praktek gerakan dasar (Koordinasi, Keseimbangan
dan Ketangkasan).
7. Untuk sekolah inklusi atau jika terdapat anak berkebutuhan khusus di sekolah
anda, jangan pisahkan dengan siswa lain tapi biarkan dia terlibat namun beri-
kan gerakan yang lebih mudah sesuai dengan kemampuannya. Untuk siswa
yang berprestasi di bidang olahraga, berikanlah tantangan dengan memberi
gerakan yang lebih sulit atau jarak yang lebih jauh.
8. Cari dan kembangkan olahraga/permainan tradisional di daerah anda, coba
lakukan saat sesi penjasor, selain menarik juga berguna sebagai latihan ke-
trampilan, misalnya: permainan patok lele dapat melatih ketepatan menembak
sasaran dalam olahraga.
9. Akhiri sesi penjasor dengan diskusi. Berikan pertanyaan seputar manfaat gera-
kan bagi tubuh dan pesan karakter yang ada dalam olahraga/permainan terse-
but.
10. Ciptakan sesi olahraga yang menyenangkan dengan tetap mengutamakan
disiplin siswa
TIPS BAGI
GURU PENJASOR
dan ukurannya kecil dari alat aslinya,
misalnya: bola tenis bekas yang diberi
rumbai-rumbai tali raf a untuk cabang
olahraga atletik tolak peluru. Dua piring
plastik yang diisi bubur kertas/semen
dapat digunakan untuk olahraga lem-
par lembing.
Sangat banyak alat-alat olahraga
yang bisa diciptakan dengan meman-
faatkan bahan bekas, hanya membu-
tuhkan kreatiftas dan waktu pembu-
atan. Akan lebih menarik jika mampu
melibatkan kepala sekolah dan guru
mata pelajaran seni dalam proyek ini.
Faktor lainnya yang akan men-
dukung keberhasilan proses belajar
mengajar penjasor adalah peningkatan
kompetensi guru penjasor atau aktif
dalam forum komunikasi antar guru
olahraga sehingga pengetahuan dan
informasi tentang proses pengajaran
dapat terus meningkat. Guru penja-
sor seperti guru pada umumnya juga
diharapkan aktif menggali informasi
melalui internet.
Menurut Bapak Iwan dari
Widyaiswara LPMP Jawa Timur be-
berapa tahun lalu telah memberikan
beberapa pelatihan kepada guru-guru
SD mata pelajaran umum yang juga
mengajar olahraga. Para guru tersebut
dibekali pengetahuan dasar tentang
olahraga selama sepuluh hari kemu-
dian dipantau pelaksanaannya selama
kurang lebih enam bulan.
Pelatihan dan pembinaan kepada
guru penjasor sangat dibutuhkan
karena yang utama adalah membe-
rikan kepercayaan diri kepada guru
tersebut. Sebuah kenyataan yang
cukup menarik di kota Pasuruan, guru
penjasor yang baru ditunjuk sekitar
dua tahun lalu oleh dinas pendidikan
setempat di SDLB dan SMPLB, sering
merasa tidak percaya diri ketika me-
ngajar karena merasa tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang
teknik pengajaran olahraga bagi anak-
anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan jenis keterbatasan yang dimi-
liki. Selama kuliah mereka menerima
mata kuliah yang membahas anak
berkebutuhan khusus hanya 2 sks,
selain itu buku-buku sebagai sumber
bahan ajarpun sulit diperoleh.
Di beberapa kota di Indonesia saat
ini sangat jarang ditemukan pengawas
sekolah khusus untuk mata pelajaran
penjasor sehingga mata pelajaran pen-
jasor mayoritas dinilai oleh pengawas
sekolah yang tidak memiliki latar be-
lakang pendidikan olahraga, sehingga
kesulitan untuk menilai dan melakukan
pembinaan lebih lanjut. Widyaiswara
pun telah memberikan pelatihan pe-
nyusunan kurikulum sekolah bagi para
guru penjasor se SD dan SMTP se Jawa
Timur di tahun 2009.
Pada akhirnya, dukungan dari
pemerintah dan lembaga terkait dalam
bentuk pelatihan-pelatihan bagi guru
penjasor pun akan sangat memberikan
pengaruh positif, serta kerjasama dari
kepala sekolah dan guru-guru mata
pelajaran lain akan sangat membantu
terlaksananya proses belajar mengajar
penjasor yang optimal, yaitu penjasor
yang mengutamakan kreatiftas dari
guru penjasor dan keterlibatan seluruh
siswa tanpa pengecualian.
Jangan anggap lagi Penjasor sebagai
mata pelajaran anak bawang hanya
karena tidak masuk mata pelajaran ujian
nasional, tapi lihatlah penjasor sebagai
mata pelajaran yang memiliki segudang
manfaat bagi pengembangan prestasi
siswa saat ini dan pembentukan karak-
ter siswa di masa mendatang. Selamat
dan sukses untuk seluruh guru penjasor
di Indonesia!
sajianutama
PENJASOR
66
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
MASALAH MINAT MEMBACA GURU
Hasil penelitian Ishartiwi (2011) un-
tuk mengetahui potret guru SD Sleman
Yogyakarta menunjukkan bahwa minat
membaca sebagian besar guru masih
dalam kategori rendah, hal ini diindikasi-
kan dari: (1) Sebagian guru hanya mem-
baca buku paket yang menjadi pegan-
gan mengajar, (2) Sebagian guru tidak
memiliki koleksi bahan bacaan secara
mandiri (dirumah dan di sekolah), (3)
Sebagian besar guru pernah mengakses
bahan bacaan dari internet namun bu-
kan untuk menambah wawasan bahan
ajar, (4) Sebagian besar guru kurang ter-
tarik berkunjung ke pameran buku dan
atau ke toko buku, (5) Sebagian guru
kurang menganggap penting memi-
liki buku untuk memperkaya wawasan
pembelajaran, dan (6) Sebagian kecil
guru tidak membuka buku sumber saat
membuat persiapan mengajar (isi ma-
teri dirumuskan berdasarkan kebiasaan/
rutinitas).
Hal senanda diberitakan oleh harian
Jawa Pos pada hari Selasa 16 Agustus
2011 yang mengutip hasil survey Ba-
dan Arsip dan Perpustakaan Surabaya
menyatakan bahwa minat baca guru SD
di Surabaya sangat rendah, hanya 26%
yang gemar membaca berarti sekitar
70% guru SD yang tidak gemar mem-
baca.
Faktor yang mempengaruhi minat
membaca rendah mencakup faktor
internal: (1) Guru belum sepenuhnya
memahami pentingnya membaca de-
ngan peningkatan kinerja yang akan
berdampak terhadap peningkatan hasil
belajar siswa dan mutu sekolah, (2) Guru
belum memandang penting budaya
membaca atau membaca merupakan
bagian dari profesi. (3) Guru merasa
cukup dengan pengetahuan yang telah
dimiliki, sehingga tidak perlu menam-
bah wawasan melalui berbagai sumber,
(4) Guru tidak mampu secara fnansial
untuk mengadakan sumber bacaan se-
cara mandiri, dan (5) Guru merasa kurang
waktu karena beban kerja di sekolah dan
dirumah. Disamping itu faktor kebiasaan
sejak kecil juga menjadi kendala, artinya
kebiasaan masyarakat pada umumnya
lebih senang bertutur, bukan menulis
apalagi membaca.
Adapun faktor ekternal secara umum
berkenaan dengan keterbatasan layan-
an, mencakup: (1) Sebagian besar seko-
lah tidak menyediakan buku bacaan
untuk guru (seperti bacaan tentang
pembelajaran, media pembelajaran dan
buku suplemen lainya), (2) Koleksi bahan
pustaka cenderung untuk siswa, bahkan
ada yang hanya memiliki koleksi buku
paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS),
(3) Lingkungan sebagian besar sekolah
belum menganggap penting program
budaya membaca sebagai prioritas pro-
gram sekolah, dan (4) Sekolah belum
menggalakkan pemanfaatan teknologi
informasi untuk mengakses bahan ba-
caan.
GERAKAN MEMBACA:
UPAYA MENINGKATKAN PROFESION-
ALISME DIRI
Membaca, menurut Suwaryono
Wiryodijoyo (1989: 1) adalah penguca-
pan kata-kata dan perolehan arti dari
barang cetakan. Kegiatan itu melibatkan
analisis dan pengorganisasian berbagai
keterampilan yang kompleks.
Conny R Semiawan (2008: 27) meng-
ungkapkan membaca dapat memper-
kaya pengalaman, mengembangkan
daya nalar, mengembangkan kreativitas,
memahami diri sendiri dan orang lain,
serta dapat mengembangkan kepriba-
dian. Guru harus didorong untuk gemar
APA PUN BISA DILAKUKAN GURU UNTUK
Tetap Senang
Membaca
Sebagai Bentuk Pengembangan
Keprofesionalan Berkelanjutan
Drs.Solichan Abdullah,M.Sc.
Widyaiswara Utama di LPMP Jawa Timur
sajianutama
BUDAYA BACA
67
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
membaca agar mereka senantiasa mem-
perbaharui wawasan dan pengetahuan-
nya. Dengan membaca akan mampu
mengembangkan daya kritis dan kreatif
para guru. Daya kritis dan kreatiftas me-
rupakan aspek yang penting untuk mela-
hirkan pembelajaran yang berkualitas
baru dan bermakna. Disisi lain dengan
tambahan pengetahuan baru, guru akan
senantiasa memperbarui mutu dan kua-
litas pembelajaran.
Studi awal yang dilakukan terhadap
mahasiswa FIP UNY yang memiliki keg-
emaran membaca dengan mahasiswa
umumnya yang jarang membaca, sung-
guh memiliki perbedaan jauh dari aspek
kekritisan dan kreatiftas. Oleh karena itu
membaca menjadi satu kunci bagi para
guru untuk menumbuhkan daya kritis
dan kreatiftas, menambah pengeta-
huan dan wawasan. Dan itu semua ada-
lah modal bagi guru untuk dapat disebut
sebagai guru yang profesional.
MEMBANGUN BUDAYA MEMBACA
Meskipun sekolah merupakan tempat
mencari ilmu, baik melalui lisan maupun
tulisan, belum tentu murid mencarinya
di dalam buku, atau melakukan kegiatan
membaca untuk menimba ilmu. Kebi-
asaan guru menjelaskan murid mende-
ngar sudah lama menjadi sistem dalam
proses pembelajaran di Indonesia. Tradisi
tersebut harus dihilangkan dan tradisi ba-
ca-tulis yang dikutip dari Rahardjo perlu
dikembangkan, di antaranya:
Menciptakan suasana
Guru akan berfkir bahwa kegiatan
baca-tulis penting jika sekolah mem-
buatnya menjadi program khusus. Pro-
gram yang dimaksud adalah :
Mendirikan museum sekolah
Membuat surat kabar/majalah/ma-
jalah dinding/kliping
Membentuk klub pecinta buku
Membuka toko buku/koperasi seko-
lah
Memberikan ceramah/bimbingan
pemakai secara rutin, dsb.
Kunjungan pengarang/illustrator:
dis ku si, bedah buku, pelajaran teknik
me nulis, dsb.
Membuat perpustakaan sekolah
Koleksi di perpustakaan sekolah se-
baiknya sesuai dengan jenis dan ke-
butuhan sekolah, tertata rapi, terawat
dan mudah ditemukan.
Pustakawan profesional sebaiknya
menjaga komitmen dalam pekerjaan-
nya, yaitu memberi teladan kepada
guru, peserta didik, mengembangkan
pengetahuan mengenai perpusta-
kaan dan mempelajari metode pen-
gajaran, kurikulum sekolah, sekaligus
mempelajari perilaku manusia.
Perabotan yang nyaman, perleng-
kapan memadai, jam buka dan keg-
iatan-kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa akan menciptakan
suasana yang menyenangkan.
Membaca bersama dan berbagi
pengalaman
Kegiatan membaca yang kita kenal
umumnya adalah membaca dengan
diam. Bagi sebagian orang, kegiatan ini
terasa berat dan membosankan. Agar
menarik, kegiatan tersebut dapat dilaku-
kan dengan cara-cara lain, seperti :
Membaca bergiliran
Mengadakan acara jam bercerita
Mengadakan diskusi buku mengenai
ceritanya, pengarang, ilustrasi, pe-
ngalaman individu yang serupa.
Dalam konteks PKB (Pengembangan
Keprofesionalan Berkelanjutan), kegiat-
an tersebut dapat dilakukan pada per-
temuan Kelompok Kerja baik Kelompok
Kerja Guru (KKG) bagi guru SD mau-
pun Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) bagi guru SMP dan SMA/K.
Melakukan aktivitas
Guru atau pustakawan dapat me-
ngem bangkan kegiatan membaca mela-
lui berbagai aktivitas, seperti :
Membuat proyek bacaan (mendata
buku seperti pekerjaan yang dilaku-
kan pustakawan)
Membaca secara kreatif dengan
menggambar, menjahit, membuat
pembatas buku, boneka, topeng, ko-
lase, bendera, flm, jaket buku, kartu
ucapan, penahan buku, brosur, iklan,
kartun, puisi, lagu, pantomim, drama,
teka-teki, permainan.
Membuat karangan, membuat ko-
mentar atau ringkasan, diary.
Belajar melalui gambar/barang, kun-
jungan, kliping, musik, teka-teki, atau
mengintegrasikan pelajaran-pelajaran.
Mengadakan pertunjukan drama,
panggung boneka.
Mengadakan kunjungan ke toko
buku, penerbitan, percetakan, per-
pustakaan lain.
Mengkampanyekan buku-buku ter-
baik.
Mengadakan tukar menukar buku
dengan perpustakaan, atau sekolah
lain.
Mengadakan bazaar, pameran, atau
lomba yang berkaitan dengan buku.
Berlangganan jurnal hasil penelitian
atau sejenisnya terutama bagi guru
yang sudah mendapatkan tunjangan
profesi pendidik dan menyandang
predikat guru profesional yang tertera
pada sertifkat karena lulus sertifkasi
adalah hal yang wajar bila sebagian
tunjangan profesinya perlu disisihkan
untuk pengembangan profesinya
Mengadakan bimbingan teknis un-
tuk guru, kepala sekolah, maupun
pengelola perpustakaan. Disamping
itu pihak Dinas Pendidikan Kabupa-
ten/Kota perlu secara rutin mengada-
kan lomba karya ilmiah bagi kalangan
pendidik.
SADAR AKAN PROFESI
Gerakan membaca perlu diciptakan
sebagai upaya untuk meningkatkan
kreatiftas, daya analitis, ide-ide inovatif
atau memunculkan gagasan-gagasan
baru. Dengan membangun suasana
yang menyenangkan dan melakukan
aktivitas bersama dalam kegiatan baca-
tulis, guru akan tertarik dengan sendi-
rinya dan tanpa paksaan mereka akan
mengubah gaya hidup masing-masing
menjadi gaya hidup yang berakar pada
tradisi baca-tulis. Faktor keingintahuan
akan informasi dan prinsip bahwa mem-
baca merupakan kebutuhan rohani,
merupakan pemicu yang tidak kalah
penting (Sutarno, 2003).
Upaya untuk pengentasan rendahnya
minat baca guru tidak akan membuah-
kan hasil optimal bilamana dilaksanakan
secara sendiri-sendiri, terpisah-pisah
dan terpotong-potong. Oleh karena itu
perlu digalakkan secara terstruktur dan
sistematis. Menjadi ilmuwan bukan-
lah menjadi orang serba tahu, tetapi
menjadi orang yang dituntut untuk
belajar secara terus menerus dengan
jalan banyak membaca buku-buku ilmu
pengetahuan.
sajianutama
67
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Dengan membangun suasana yang menyenangkan dan
melakukan aktivitas bersama dalam kegiatan baca-tulis, guru
akan tertarik dengan sendirinya dan tanpa paksaan mereka akan
mengubah gaya hidup masing-masing menjadi gaya hidup yang
berakar pada tradisi baca-tulis.
BUDAYA BACA
68
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
REFERENSI
Conny R.Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Ideks
Ishartiwi.2001. Potret Minat Membaca Guru Sekolah Dasar (SD) Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id diakses 2 Agustus 2011.
Jawa Pos. 16 Agustus 2011. 70% Guru SD Tak Gemar Membaca, halaman 29 dan 39.
NS , Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Wiryodijoyo, Suwaryono.1989. Membaca : Strategi, Pengantar, dan Tekniknya, Depdikbud, Jakarta.
Program Membaca di Kelas mengajak guru
dan penyelenggara pendidikan berupaya
menumbuhkan minat baca yang kuat sejak dini
pada siswa (khususnya siswa Sekolah Dasar Kelas
1 - 3), sehingga kecintaan terhadap membaca bisa
dimiliki hingga mereka dewasa
Membaca memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa
Langkah mudah melaksanakan Program
Membaca di Kelas:
Menciptakan Perpustakaan Kelas
Menyiapkan koleksi buku bacaan tambahan di tiap-tiap kelas
yang akan melaksanakan program ini
Pengembangan Profesionalisme Guru
Agar penggunaan buku bacaan tambahan di kelas
penggunaannya maksimal, guru perlu mempunyai keterampilan
dan wawasan untuk menggunakannya secara efektif
Melaksanakan, Memonitor dan Dukungan
Setelah guru mendapatkan pelatihan dan perpustakaan di
kelas telah siap, maka Program Membaca di Kelas siap untuk
dilaksanakan. Komitmen dan dukungan dari berbagai pihak
di lingkungan sekolah juga diperlukan untuk mendukung
efektivitas kegiatan ini. Kepala Sekolah, guru, orang tua dan
anggota masyarakat di lingkungan sekolah sangat berperan
utnuk terus menjaga kualitas dan keberlanjutan program ini.
Pengembangan profesional guru dalam Program
Membaca di Kelas, akan mengajak para guru
belajar berbagai kegiatan dan permainan
menyenangkan untuk menumbuhkan minat baca
pada siswa, seperti
Mampu dan terampil membacakan cerita kepada
siswa.
Menciptakan permainan dan kegiatan yang
menumbuhkan minat baca.
Menciptakan dan mengelola perpustakaan kelas.
Menciptakan sebuah budaya membaca di kelas
ataupun di sekolah.
Bagaim
ana m
enciptakan lingkungan
m
em
baca di kelas kita?
e-Magazine
Bangku Sekolah
(Bantu dong aku seputar sekolah)
Tas Guru
(Tampungan aspirasi guru)
Sepekan di Jatim
(Seputar pendidikan di Jawa Timur)
Guruku Hebat
World Education
Cerita Inspiratif
Top Interview
Fokus Lembaga
Dari Jakarta
NUPTK & Sertifikasi