You are on page 1of 78

Intoksikasi Bahan Kimia dan Obat-obatan

Click to edit Master subtitle style

9/14/12

Intoksikasi atau keracunan keadaan gawat darurat

penanganan segera
Keracunan bahan kimia maupun obat-obatan dapat

memberikan gambaran klinis multisistem menyerupai penyakit lain. penunjang yang teliti dan cermat.

Perlu anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

9/14/12

Epidemiologi

9/14/12

Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan dengan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin dan toksikologi serta karakteristik klinis lainnya. durasi, dan keadaan saat pajanan terjadi (lokasi, lingkungan, dan intensitas), nama dan jumlah atau jenis tiap obat, bahan kimia serta kandungan yang terdapat didalamnya

Anamnesis informasi dari pasien tentang waktu, rute,

9/14/12

Pemeriksaan fisik terutama difokuskan pada tanda

vital, sistem kardiopulmoner dan status neurologis.

Pemeriksaan penunjang dapat juga membantu

untuk menegakkan diagnosis, diantaranya laboratorium rutin, EKG, Foto thorax, dan analisis toksikologi

9/14/12

Penatalaksanaan
Upaya penatalaksanaan kasus keracunan

ditujukan kepada hal seperti berikut:

1. Penatalaksanaan kegawatan. 2. Penilaian klinis 3. Dekontaminasi racun 4. Pemberian antidotum 5. Terapi suportif 6. Observasi dan konsultasi 7. Rehabilitasi.
9/14/12

Penatalaksanaan kegawatan
Setiap kasus keracunan harus diperlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang mengancam nyawa Lakukan tindakan resusitasi :
A (Airways) bebaskan jalan nafas dari sumbatan

bahan muntahan, lendir, gigi palsu dll. Bila perlu dengan perubahan posisi dan oropharyngeal airway dan alat penghisap lendir. mungkin dan bila memang diperlukan dapat 9/14/12 digunakan alat respirator.

B (Breathing) jaga agar pernafasan sebaik

C (Circulation) dengan tekanan darah dan volume

cairan harus dipertahankan secukupnya dengan pemberian cairan dalam keadaan tertentu dapat diberikan cairan koloid. Bila terjadi henti jantung segera lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru)

D (Drug) Obat-obat yang dapat diberikan untuk

menanggulangi keracunan dapat diberikan, beberapa diantaranya adalah Dekstrose pada kasus keracunan dengan hipoglikemia, Nalokson untuk keracunan opioid dan Flumazenil untuk kasus keracunan Benzodiazepin.
9/14/12

Penilaian klinis
penatalaksanaan keracunan harus segera

dilakukan tanpa menunggu hasil penapisan toksikologi memudahkan penanganan yang tepat.

standar pemeriksaan kasus keracunan Beberapa keadaan klinis yang perlu mendapat

perhatian karena dapat mengancam nyawa adalah: koma, kejang, henti jantung, henti nafas dan syok.

9/14/12

Dekontaminasi
Dekontaminasi dari kulit

Cuci daerah yang terkena zat racun dengan air hangat atau normal saline. Cuci dengan hati-hati daerah di bawah telinga, kuku dan lipatan kulit. Untuk zat yang berminyak (mis. Pestisida), cuci kulit sedikitnya 2 kali dengan sabun dan sampo pada rambut. Larutan dekontaminasi spesifik atau pelarut (mis. Alkohol) jarang diindikasikan dan pada beberapa kasus menyebabkan paradoks dengan 9/14/12 meningkatkan absorpsi

Dekontaminasi pada mata

Siram mata dengan sejumlah air atau normal salin (jika tersedia, teteskan anestesi lokal pada mata sebelum melakukan irigasi). Lepaskan lensa kontak jika ada. Irigasi secara langsung dari arah lateral ke medial sehingga aliran irigasi ke arah nasal. Angkat konjungtiva tarsal untuk melihat partikel yang tak larut dan lakukan irigasi. Irigasi dilanjutkan hingga 15 menit atau hingga mata telah diirigasi sedikitnya 1L cairan. Jika zat racun berupa asam atau basa, periksa 9/14/12 derajat keasaman (pH) pada mata setelah irigasi

Dekontaminasi Gastrointestinal
Emesis

Ipekak biasa digunakan untuk memberikan pertolongan pertama di rumah pada kasus keracunan yang tertelan ringan dalam waktu 1 jam setelah zat racun tertelan. Dapat meningkatkan aspirasi paru dan perlambatan atau pencegahan terhadap penggunaan arang aktif.

9/14/12

Kumbah lambung (Gastric Lavage)


Efektif untuk zat racun berbentuk cair atau

fragmen pil kecil untuk tablet utuh atau potongan jamur. Tindakan ini dilakukan 60 menit setelah zat racun tertelan.

Indikasi
tertelan zat racun dalam jumlah besar (mis.

Overdosis aspirin masif)


untuk mengumpulkan dan memeriksa kandungan

isi lambung guna identifikasi zat racun dan pemberian arang aktif serta antidotum yang tepat.
9/14/12

Kontraindikasi

Arang aktif (Activated Charcoal)

Arang aktif efektif digunakan untuk menyerap hampir semua jenis racun dan obat. Zat-zat yang sulit diabsorpsi antara lain besi, litium, kalium, natrium, asam mineral dan alkohol. Indikasi untuk menyerap obat atau racun dalam lambung dan usus halus. Kontraindikasi

9/14/12

Katarsis Indikasi
Digunakan untuk menstimulasi peristaltik agar

mempercepat eliminasi obat-obatan dan racun yang tak diserap oleh activated charcoal.

Kontraindikasi
Jangan berikan katartik pada pasien yang

dicurigai mengalami obstruksi usus.

Hindari katartik yang berbasis natrium pada pasien dengan hipertensi, Penyakit Ginjal Kronik tahap Lanjut dan Gagal jantung Kongestif
9/14/12 Hindarkan katartik yang berbasis magnesium pada pasien penyakit ginjal kronik tahap lanjut.

Sorbitol (suatu katartik osmotik yang ditemukan pada produk activated charcoal) dapat menyebabkan hipotensi dan dehidrasi serta kram otot dan muntah.

Cara pemberian: magnesium sulfat


10% 2-3 ml/kg atau sorbitol 70% 1-2 ml/kg
9/14/12

Irigasi usus besar (Bowel Irrigation)


Menggunakan larutan elektrolit polietilen glikol

untuk membersihkan secara mekanis saluran cerna. Indikasi


Tindakan ini efektif digunakan untuk keracunan

besi masif yang tertelan dan dapat terlihat pada rontgen abdomen. Juga digunakan pada keracunan litium, tablet salut enterik dan drug filled packets yang tertelan. Kontraindikasi

tidak digunakan pada pasien yang dicurigai

9/14/12

Forced Diuresis (Diuresis Paksa) Diuresis paksa merupakan hal yang berbahaya karena dapat meningkatkan komplikasi (imbalans elektrolit). Obat-obatan yang bersifat asam (mis.salisilat, fenobarbital) lebih cepat diekskresikan dengan urin alkalin. Asidifikasi (kadang-kadang meningkatkan amfetamin, fensiklidin) sangat tidak efektif dan dikontraindikasikan jika ada rabdomiolisis atau mioglobinuri.
9/14/12

Hemodialisis

Indikasi untuk dialisis : 1. Diketahui atau dicurigai potensial keracunan sejumlah zat/ obat yang mematikan tetapi obat tersebut dapat didialisis. 2. Keracunan dengan koma dalam, apnea, hipotensi berat, cairan dan elektrolit atau gangguan asam basa, atau perubahan suhu tubuh ekstrim yang tidak dapat dikoreksi. 3. Keracunan pada pasien dengan gangguan ginjal berat, jantung, paru dan hati yang tak bisa dieliminasi dengan mekanisme biasa.
9/14/12

9/14/12

Pemberian antidotum

Tidak semua keracunan ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi sesuai dengan besar masalah. Apalagi antidotum belum tentu tersedia setiap saat.

9/14/12

Tabel 2. Beberapa Agen Toksik dan Antidotum Spesifik

Agen Toksik

Antidotum Spesifik

Asetaminofen N-Asetisistein Antikolinergik (mis. Atropin) Fisostigmin Antikolinesterase (mis. Atropin dan Pralidoksim (2-PAM) Organofosfat pestisida) Flumazenil Benzodiazepin Oksigen, Hiperbarik Oksigen Karbonmonoksida Sodium nitrit, sodium thiosulfat, Sianida hidroksikobalamin Digitalis glikosida Digoksin spesifik Fab antibodi Logam berat (mis. Timbal,Spesific chelating agent merkuri, besi) dan arsenik Piridoksin (Vitamin B6) Isoniazid Etanol (etil alkohol) atau Metanol, etilen glikol fomepizole (4-metilpyrazole) Nalokson. Nalmafene Opioid Antivenin spesifik Racun ular
9/14/12

Suportif, konsultasi dan rehabilitasi

Terapi suportif, konsultasi dan rehablitasi medik harus dilihat secara holistik dan cost effectivenes disesuaikan dengan kondisi di setiap tingkat pelayanan kesehatan. Tujuan terapi suportif adalah untuk mempertahankan homeostasis fisiologis hingga detoksifikasi selesai dilakukan. Hal ini perlu untuk mencegah aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak dan paru, pneumonia, rabdomiolisis, gagal ginjal sepsis, penyakit tromboemboli, koagulopati dan disfungsi organ lainnya akibat hipoksia atau syok. Jika memang diperlukan dan ada indikasi pasien dapat dimasukkan ke ruang rawat intensif (ICU)
9/14/12

KERACUNAN INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK


Pendahuluan
Nama lain (IFO):

-Insektisida organo fosfat atau -Insektisida cholinesterase inhibitor.


IFO merupakan insektisida

poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas tinggi

Etiologi
IFO dibagi dua macam: IFO

murni & gol. Carbamate. gol.carbamate: Baygon

Salah satu contoh

Beberapa contoh IFO:

Malathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon, Phosdrin, Raid, Systox, dll.

Gambaran Klinik
Yang paling menonjol adalah kelainan visus,

hiperaktivitas kelenjar ludah /keringat, saluran makan dan kesukaran bernafas. tremor lidah & kelopak mata, miosis pupil.

Ringan: anoreksi, nyeri kepala, lemah, rasa takut,

9/14/12

Sedang: nausea, muntah, kejang/kram perut,

hipersalivasi, hiperhidrosis, fasikulasi otot, bradikardi.


Berat: diare, pupil pin-point, reaksi cahaya (-), sesak,

sianosis, edema paru, inkontinensia urin & alvi, konvulsi, koma, blok jantung, akhirnya meninggal.

Diagnosis
Ditegakkan atas dasar gambaran klinis yang khas. Laboratorium rutin tidak banyak menolong. Pengukuran KhE sel darah merah dan plasma,

penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronis.

9/14/12

Pengobatan:
a. b. c.

Resusitasi Eliminasi Antidotum: - Atrofin Sulfat (SA), menghambat efek akumulasi AKh pada tempat penumpukan. -Dosis; mula-mula bolus iv 1-2,5 mg, dilanjutkan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit, sampai timbul gejala atropinisasi. Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit, selanjutnya setiap 2- 4-6 dan 12 jam. -SA dihentika minimal setelah 2 x 24 jam
9/14/12

- reaktivator KhE-bekerja memotong ikatan IFOKhE, hingga timbul reaksi enzim KhE. Hanya bermanfaat pada keracunan IFO. Dosis; 1 gram iv pelan (10-20 menit dalam infus), dapat diulang setelah 30 mnt sebanyak 2 x 24 jam.

9/14/12

KERACUNAN BAHAN KOROSIF Pendahuluan Ada 2 bentuk: a. Asam kuat b. Basa/alkali kuat

9/14/12

Etiologi
Asam kuat; asam oksalat,

asam asetat glasial, asam sulfat/air aki, HCl, asam format, asam laktat.
Basa Kuat: KOH, NaOH,

NH4OH, CaOH, K/Na karbonat, Na fosfat

Gambaran klinik:

Segera setelah kontak, timbul rasa nyeri yang hebat seperti terbakar sekitar mulut, faring, dan abdomen. Kemudian muntah, diare, dan kolaps. Muntahan sering disertai darah segar. Dapat timbul gejala asfiksia akibat edema glottis. Adanya demam yang tinggi dapat disebabkan timbulnya mediastinitis/peritonitis, perforasi esofagus/ lambung.
9/14/12

Diagnosis:

Sangat mudah, cukup dengan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan Hb perlu bila timbul hematemesis melena/syok.

Pengobatan:
a. b.

KL, emesis dan katarsis merupakan kontra indikasi. Segera suruh minum air/ air susu sebanyak mungkin.

9/14/12

c. Infus D5%, kalau perlu koloid / transfusi. d. Kortikosteroid iv selama 4-7 hari, kemudian dosis diturunkan 10-20 hari. e. Antibiotika f. Diet/ obat oral ditunda sampai dilakukan pemeriksaan laringoskopi indirek /esofagoskopi. g. Bila lesi ringan; diet oral segera dengan makanan cair, steroid-antibiotika dipercepat penghentiannya. Bila lesi luas; perlu sonde lambung atau penderita dipuasakan dan diberi nutrisi parenteral total atau konsul bedah untuk pemasangan sonde lewat gastrostomi.
9/14/12

Clinical feature of hydrocarbon poisoning


Type Example Risk of pneumona Low High Risk of sistemikToxicity Low Low Treatment

High viscosity -Vaselin Low viscosity -Motor oil -Furniture polish Non toxic
-Mineral seal oil -kerosene -Lighter flow -terpentin -Pure oil

-Observasi Pneumoni
-Do not use emersi

Low viscosity Unknow systemic

High

variable

-Observasi Pneumoni
-Do not use emersi if less than 1-2 ml/ kg non sistemik

-comphor toxicity High -phenol Low viscosity Callorinusid know systemic insectisida Aromatik toxicity hidrokarbon, (benzene, topluen, ethane)

High

-Performe lavage -give laxative charcort

KERACUNAN BAHAN HIPNOTIK SEDATIF


Pendahuluan
Banyak obat-obat yang dapat

menimbulkan sedasi dan hipnotis dengan cara menekan SSP.

Etiologi a.Gol. Barbiturat b. Nonbarbiturat c.Antiepilepsi d. Antihistamin e. Phenothiazine f. Bromidum g. Analgetika Narkotik

Gambaran Klinik
Keluhan pertama adalah rasa ngantuk, bingung,

perasaan menurunnya keseimbangan.


Kemudian cepat diikuti dengan koma & pernafasan

pelan dan dangkal.

Selanjutnya otot melemah, hipotensi, sianosis,

hipotermi, refleks-refleks hilang.

Lama koma bervariasi antara 1-7 hari.

9/14/12

Diagnosis:
Ditegakkan terutama atas dasar gambaran klinik

9/14/12

Pengobatan:
a. b.

Resusitasi Eliminasi -Penderita sadar; emesis, norit, laksans MgSO4. -Koma ringan-sedang; kumbah lambung, kemudian diuresis paksa selama 12 jam, bila ada keraguan penyebab keracunan. -Koma berat; kumbah lambung dengan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi ke paru. Selanjutnya diuresis paksa netral/ alkali, atau dialisis sampai penderita sadar.
9/14/12

Antidotum:

Tidak ada antidotum spesifik.

9/14/12

PENYALAHGUNAAN ECTASY DAN PUTAU (OPIAT)


Click to edit Master subtitle style

9/14/12

Penyalahgunaan Obat :

Sering terjadi pada usia muda, di akhir pekan, berdansa, tripping, menggerakan kepala terus. Bersifat patologik, paling sedikit 1 bulan

ectasy (XTC)
Pertama kali di Jerman (1914) Tergolong amfetamin Kelompok halusinogenik : mampu membuat ilusi visual,

distorsi sensori, synesthesia (mampu melihat suara dan membau warna) despersonalisasi dan derealisasi
Nama kimia MDMA (methylene dioxy methamphetamine)

Efek farmakologik:
Bentuk : tablet, bubuk, injeksi System dopaminergik berakibat aktif dan penuh energi.

Efek serotonergik menimbulkan disorientasi, distorsi persepsi dan halusinogenik


Efek timbul 20-30 menit, berakhir setelah 4-48 jam Dosis letal beberapa kali dosis halusinogenik Sering didapat dalam kombinasi dengan narkotik, kafein,

lidokain, aspirin dll.

9/14/12

DIAGNOSIS
Anamnesis :

Ada riwayat konsumsi obat halusinogenik Nyeri kepala, palpitasi, sesak, nyeri dada Parestesi, banyak omong, euphoria, empati Terlalu percaya diri, insomnia Kadang perubahan persepsi visual ringan Mudah tersinggung, mulut kering, palpitasi
9/14/12 Hipertensi ringan, gelisah, susah beristirahat

Gejala : (ringan-berat)

Keracunan Ringan :

Keracunan sedang :
Rasa takut, agitasi, mual, muntah, nyeri perut Kejang otot, hiperrefleksi, diaforesis, takikardi Hipertensi, hipertermi, panik dan halusinasi

Keracunan berat :
Delirium, kejang-kejang, gejala fokal SSP (perdarahan

intrakranial), koma, aritmia


Otot kaku, hipertensi, gangguan hemostasis, gagal nafas,

gagal ginjal akut, meninggal

9/14/12

Gejala penghentian obat tiba-tiba :


Kelelahan otot menyeluruh, hipertermia, mimpi buruk, depresi agitatif dan usaha bunuh diri Flash back, Insomnia, hipersomnia Perasaan dingin seluruh tubuh Perasaan takut yang berlebihan > 2 minggu

Analisis laboratorium :

Bahan: darah, urine, cairan lambung Amfetamin dalam urin bertahan 2 hari Kasus keracunan berat: periksa fungsi ginjal, gas 9/14/12 darah, elektrolit, sakar darah, urinalisis, EKG

Pengobatan
Prinsip pengobatan menghindari kontak/eliminasi obat dengan cara :
Mencegah konsumsi obat tersebut Beri norit / obat katarsis Rangsang muntah bila kesadaran baik Bilas lambung Diuresis paksa (karena obat ini di ekskresikan ke ginjal)

9/14/12

Pengobatan simtomatis : (ectasy)


Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral.

Dapat diulang 5-10 menit Agitasi/psikosis : haldol 5-19 mg iv. Dapat diulang 1060 menit Hipertensi berat : beta blocker/vasodilator Takikardi supraventrikular dengan iskemia jantung : beta blocker Iskemia miokard : morfin, nitrat Hipertermia : ruangan dingin Koagulopati : heparin Perawatan intensif : Kasus berat dan kesadaran turun 9/14/12

O PIAT
Umum digunakan untuk

mengatasi nyeri melalui efek depresi pada otak

Salah satunya morfin :

digunakan untuk medis (chest pain, edema paru, analgesik)

Penyalahgunaan obat :
New York (1970) : 1200 meninggal karena overdosis USA: 10.000 meninggal karena overdosis

Golongan opiat : morfin, petidin, heroin, kodein termasuk narkotika, barbiturat, meprebamat, benzodiazepin, etanol dan putau
9/14/12

Farmakologi opiat :
Setelah pemberian dosis tunggal tunggal heroin (putaw),

dalam 6-10 menit akan dihidrolisis oleh hati menjadi 6monosetil morfin setelah itu diubah menjadi morfin

Selanjutnya diubah menjadi Mo-3-monoglukoronid dan Mo-

6 monoglukoronid yang larut dalam air (dapat dires dalam urine) dalam waktu yang cepat

Karena heroin larut dalam lemak : dapat melalui sawar otak

9/14/12

Diagnosis keracunan opiat :


Gejala klinis khas (pin point,

depresi nafas, membaik setelah pemberian nalokson) suntikan (needle track sign)

Kadang ditemukan bekas

Laboratorium : tidak selalu seiring

dengan gejala klinis


Pemeriksaan kualitatif urine : cukup

efektif untuk memastikan diagnosis

9/14/12

Gambaran klinis Intoksikasi Opiat :


Umumnya cenderung terjadi penurunan kesadaran (sampai

koma)

Dosis toksik :
Selalu menyebabkan penurunan kesadaran mengantuk sampai

koma, bicara cadel

Pin poin pupil, dilatasi pupil terjadi pada anoksia yang berat Pernafasan pelan (depresi pernafasan), sianosis, nadi lemah,

hipotensi, spasme saluran cerna dan bilier. Edema paru dan kejang

9/14/12

KEADAAN PUTUS OPIAT


A.

Salah satu keadaan berikut :


Penghentian atau penurunan dosis opiat Pemberian antagonis opiat

B.

Tiga (atau lebih) berikut ini yg berkembang beberapa hari setelah A.


1). Mood disforik, 2). Mual muntah, 3)nyeri otot 4)lakrimasi/rinorea, 5)dilatasi pupil, piloereksi, keringat, 6)diare, 7)menguap, 8)demam, 9)insomnia

A.

Gejala B menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi lain


9/14/12

Kematian :
2-4 jam setelah pemakaian oral/subkutan IV : gejala lebih berat :
Hipertemia, aritmia jantung, hipertensi,

bronkospasme
Akut Tubular Nekrosis (ATN) karena rabdomiolisis

dan mioglobulinuria dan gagal ginjal


Kulit warna kemerahan Lekositosis dan hipoglikemia

9/14/12

Prinsip penatalaksanaan :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Penatalaksanaan kegawatan Penilaian klinis Dekontaminasi racun Pemberian antidotum Terapi suportif Observasi dan konsultasi rehabilitasi

9/14/12

1.

Penatalaksanaan kegawatan :

Nilai tanda vital seperti jalan nafas, sirkulasi, kesadaran Tindakan resusitasi yang umum seperti: airways (A), Breathing (B), Circulation (C) Perhatikan adanya koma, kejang, henti jantung, henti nafas dan syok Anamnesis :
9/14/12

2.

Penilaian klinis :

2. Penilaian klinis (LANJUTAN):

Pemeriksaan fisis :
Cari tanda atau kelainan fungsi otonom seperti

tekanan darah, nadi, pupil, keringat, air liur dan peristaltic usus ditemukan delirium, paranoid, takikardi, hipertensi, hiperpireksia, diaforesis, midriasis, aritmia dan kejang
9/14/12

Misal pada gejala simpatis (simpatomimetik) :

3.

Dekontaminasi :
Kulit: untuk bahan yg cepat diserap melalui kulit Sal. Cerna; agar bahan sedikit diabsorpsi biasanya diberi arang aktif, pencahar, perangsang muntah dan kumbah lambung

4.

Pemberian antidot
Tidak semua keracunan ada penawarnya, apalagi antidot belum tentu tersedia Atasi sesuai dengan besar masalah Cost effectiveness disesuaikan dengan masing-masing pelayanan kesehatan
9/14/12

5. suportif, konsultasi dan rehabilitasi

Pengobatan :

Nalokson 0,4-2,0 mg. Dosis dapat diulang pada keracunan yang berat dengan panduan klinis. Efek sekitar 2-3 jam. Bila respon tidak ada setelah dosis total 10 mg maka diagnosis intoksikasi opiat dikaji ulang Edema paru : nalokalion Hipotensi : dopamine 2-5 ug/kgBB/menit Jangan dimuntahkan bila intoksikasi oral Kumbah lambung: segera setelah intoksikasi oral, awasi jalan nafas Kejang : diazepam iv 5-10 mg. Diulang bila perlu

9/14/12

PROTOKOL PENANGANAN OVERDOSIS OPIAT DI UGD


I.

Gejala klinis : Penurunan kesadaran disertai salah satu dari :


Respirasi < 12 kali.menit Pupil miosis (seringkali pin-pint) Ada riwayat memakai morfin/heroin terdapat needle track sign

II.

Tindakan : A. Penanganan kegawatan :


Bebaskan jalan nafas Beri O2 sesuai kebutuhan IVFD NaCl 0,9% atau D5% emergensi
9/14/12

PROTOKOL PENANGANAN OVERDOSIS OPIAT DI UGD


II.

Tindakan (LANJUTAN): B. Pemberian antidot nalokson :


Tanpa hipoventilasi: dosis awal 0,4 mg IV pelan atau diencerkan Dengan hipoventilasi dosis awal 1-2 mg IV Bila tidak ada respon: beri nalokson 1-2 mg iv setiap 5-10 menit hingga timbul respon (perbaikan kesadaran, depresi pernafasan hilang, dilatasi pupil) atau telah mencapai dosis maksimal 10 mg
9/14/12

PROTOKOL PENANGANAN OVERDOSIS OPIAT DI UGD


B. Pemberian antidot nalokson (lanjutan):

Efek nalokson berkurang setelah 20-40 menit; sehingga pasien dapat jatuh ke dalam keadaan overdosis kembali. Bila perlu drips nalokson satu ampul dalam D5% 500 cc atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4-6 jam Simpan sample urin, lakukan toraks foto Puasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi Endotracheal tube (ETT) bila ; pernafasan tidak adekuat, oksigenasi kurang walau ventilasi cukup, hipoventilasi menetap setelah 3 jam
9/14/12

III. Dalam tindakan: perhatikan prinsip-prinsip kewaspadaan universal karena tingginya angka prevalensi hepatitis C dan HIV IV. Bila diperlukan, dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi V. Penderita dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba

9/14/12

PUTAU
Bubuk kristal putih yang

sering diperjualbelikan dalam bungkusan kristal putih (white Snow) Dikalangan medis dikenal sebagai heroin yang tergolong opiat semisintetik dan turunan morfin

OPIUM
Getah berwarna putih berasal dari

tanaman papaver somniferum coklat

Bila dikeringkan seperti karet berwarna Ditumbuk menjadi serbuk opium

Lama Waktu deteksi urine beberapa jenis opiat


Jenis obat Amfetamin Barbiturat Benzodiazepin Kokain Kodein Heroin Methadone Morfin 2 hari 1 hari (Short acting) 3 mgg (long acting) 3 hari 2-4 hari 2 hari 1-2 hari 3 hari 2-5 hari Waktu deteksi

KERACUNAN MAKANAN
KERACUNAN JENGKOL
Nama latin adalah

Phitecolobium lobatum jengkol dianggap sebagai penyebab keracunan.

Dalam jengkol terdapat asam

Gejala:
1. 2. 3. 4. 5.

Sakit perut disertai muntah, sakit pinggang, nyeri BAK. Sesudah air kemih keluar, benda putih dan tetesan darah menyusul. Mulut, nafas dan urin berbau jengkol. Kesadaran umumnya tidak menurun. Pemeriksaan laboratorium memerlukan urin segar sebab kristal cepat hilang dalam urin yang jadi alkalis.

9/14/12

Pengobatan
1. 2. 3.

Jika ringan, dinasehati minum banyak, beri natrium bikarbonat/soda. Keracunan berat; penderita perlu dirawat. Dikerjakan sistoskopi & kateterisasi ureter, kateter setinggi mungkin untuk mengeluarkan kristal yang menyumbat, dilanjutkan dengan ureter dengan lar. Natrium bikarbonat untuk melarutkan kristal.

9/14/12

Pencegahan
Melarang makan jengkol Mengolah jengkol jadi kerupuk, membakarnya /

menanamnya.

9/14/12

KERACUNAN SINGKONG
Akar maupun daun singkong

mengandung asam hydrocyanate (HCN).

Terjadi proses sbb; HCN

mengikat cytochrome oxydase hingga terbentuk cytochrome oxydase HCN compleks, dengan akibat bahwa semua proses oksidasi di jaringan tubuh dihambat.

Gejala:
1. 2.

Timbul beberapa menit-jam setelah makan singkong. Timbul mual dan muntah, kadang diare. Penderita sesak dan sianosis, apatis, lambat laun koma, syok.

Pengobatan:
1. 2.

Diusahakan penderita muntah & dilakukan KL. Berikan suntikan Natrium thiosulfat 10 cc larutan 10 % iv.
9/14/12

Terima Kasih

9/14/12

You might also like