You are on page 1of 32

Modul III

Turunan (Diferensial)
Definisi turunan pertama
Turunan pertama dari suatu fungsi pada suatu titik merupakan koefisien arah
dari fungsi pada titik itu. Koefisien arah b dari suatu garis lurus merupakan tangen
sudut inklinasi (kecenderungan atau rasio perubahan dalam jarak vertikal dengan jarak
horizontal ketika suatu titik bergerak sepanjang garis ke mana saja. Jadi turunan dalam
suatu fungsi y = f(x) ialah suatu pertambahan x(=x) yang mengakibatkan pertambahan
y(=y) dalam hubungan fungsi itu. Misal fungsi y=a+bx dengan grafiknya.
0 X
1
X
2
Y
1
Y
2
Y
X
Y = f ( x )
Q ( X
2
, Y
2
)
P ( X
1
, Y
1
)
X
Y
Koefisien arah dari setiap garis adalah konstan yaitu tingkat atau laju perubahan dari y
ketika x berubah, konstan sepanjang garis itu. Akan tetapi untuk kurva lainnya,
koefisien arah tidak konstan dan harus ditentukan untuk setiap titik tertentu.
Misal bahwa pada titik P(x
1
,y
1
) dan titik Q(x
2
,y
2
) adalah titik pada y=f(x).
Koefisien arah dari garis yang menghubungkan P dan Q adalah:
x
y
x x
y y
b tg


1 2
1 2

Hubungan antara x dan y dalam fungsi y=f(x), maka dapat ditulis hubungannya
sesudah pertambahan tersebut.
Differensial
57
x
) x ( f ) x x ( f
x
lim
x
y
x
lim
: maka , x Jika
x
) x ( f ) x x ( f
x
y
) x ( f ) x x ( f y
y ) x x ( f y
) x x ( f y y

+
+
+ +
0 0
0
x
y

disebut kuosien diferensi dan mencerminkan tingkat perubahan rata-rata variabel


terikat y terhadap variabel bebas x. Proses penurunan sebuah fungsi disebut juga proses
pendeferensian atau diferensi, jadi pada dasarnya merupakan proses penarikan limit atas
suatu kuosien diferensi dalam hal pertambahan variabel bebasnya mendekati nol. Hasil
yang diperoleh dari proses diferensiasi tersebut dinamakan turunan atau derivatif dan
ditulis dengan
dx
dy
atau y atau f(x) dan didefinisikan sebagai:
x
) x ( f ) x x ( f
x
lim
x
y
x
lim
dx
dy

0 0
Contoh: Hitunglah
dx
dy
dari fungsi y=f(x) = x
2
Penyelesaian:
y+y=(x+x)
2
y+y=x
2
+2xx+x
2
y=x
2
+2xx+x
2
-y
y=x
2
+2xx+x
2
-(x
2
)
y=x
2
+2xx+x
2
-x
2
y=2xx+x
2
x
dx
dy
x x
x
lim
x
y
x
lim
x
y
2
2
0 0

Differensial
58
Contoh 2: carilah
dx
dy
dari fungsi y=5x
2
+3
Penyelesaian:
x x x
x
lim
dx
dy
x
x x x x x
x
lim
dx
dy
x
x ) x x x x (
x
lim
dx
dy
x
) x ( ) x x (
x
lim
dx
dy
10 5 10
0
3 5 3 5 10 5
0
3 5 3 2 5
0
3 5 3 5
0
2 2 2
2 2 2
2 2
+

+ + +

+ + +

+ + +

Contoh 3: carilah
dx
dy
dari fungsi y=x
2
+3x-10
Penyelesaian:
x
x x x x
x dx
dy
x
x x x x x x x x
x dx
dy
x
x x x x x x
x dx
dy
x
x f x x f
x dx
dy

+ +

+ + + + +

+ + + +

) 3 2
0
lim
10 3 10 3 3 2
0
lim
) 10 3 ( 10 ) ( 3 ) (
0
lim
) ( ) (
0
lim
2
2 2 2
2 2
3 2 3 2
0
lim
) 3 2 (
0
lim
+ + +

+ +

x x x
x dx
dy
x
x x x
x dx
dy
Soal Latihan
Carilah turunan fungsi (turunan pertama) yaitu
dx
dy
menurut definsi turunan:
1. y=f(x)=3x
2
-x
2. y=f(x)=x
3
+2x
3. x
2
-2x+5
4. y=2x
2
+2
Differensial
59
3.2. Kaidah-kaidah Diferensial
Kaidah-kaidah diferensial (turunan) adalah aturan-aturan yang meliputi
pengerjaan bagaimana menurunkan suatu fungsi. Suatu fungsi dikatakan dapat
diferensiasi di titik x=x
0
, jika turunan di titik tersebut ada. Suatu fungsi dikatakan dapat
diferensir pada suatu interfal/selang, jika dapat dideferensir di setiap titik dalam interval
tersebut.
Kaidah Diferensial fungsi Aljabar
Bila U dan V merupakan fungsi-fungsi x yang dapat diferensir, maka
1. y=k; k=konstanta
0 10
0
1


dx
dy
y : Contoh
y ) k (
dx
d
dx
dy
2. y=U
n
3 1 4 4
1
4 4 x x
dx
dy
x y : Contoh
) x ( f u ; nU ) U (
dx
d
dx
dy
n n

3. y=kU, k=konstanta.
4 4 5
1
15 5 3 3 x x ) (
dx
dy
x Y : Contoh
kU ) U (
dx
d
k ) kU (
dx
d
dx
dy


4. y=Ut V; U=f(x); V=f(x)
x x
dx
dy
x x y
: Contoh
V U ) U (
dx
d
) V (
dx
d
) V U (
dx
d
dx
dy
10 3
5
2
2 3
1 1
+
+
t t t
5. y=UV; U=f(x); V=f(x)
U V UV U
dx
d
V V
dx
d
U
dx
dy
1 1 1
) ( ) ( + +
Differensial
60
4
4 4 2 2 3
2 3
20
12 8 ) 3 ( 4 ) 8 (
) 4 )( ( :
x
dx
dy
x x x x x x
dx
dy
x x y Contoh

+ +

6. y=U/V; U=f(x); V=f(x)


4
1
16
4
16
8 12
4
8 3 4
4
0
4
4
4
4 4
2 2
3 2 2
2
3
2
1 1
2

x
x
x
x x
dx
dy
) x (
) x ( x ) x ( x
dx
dy
x
x
y : Contoh
V ;
V
UV VU
v
) V (
dx
d
U ) U (
dx
d
V
dx
dy
7. y=
v
k
; k=konstanta; v=f(x)
x dx
dy
y
x
x
) x (
) x (
dx
dy
x
y : Contoh
V
kV
V
) V (
dx
d
k
dx
dy
5
4
25
20
5
10 2
5
2
1
4 2 2 2
2
1
2



Kaidah Differensial Fungsi Logaritma
Dalam matematika, terutama mengenai fungsi logaritma, banyak timbul
suatu limit yang nilainya e, yaitu:
Lim (1+
n
1
)
n
= e
n
Kalau n diganti dengan bilangan-bilangan 2,3,4, sampai tak terhingga
(1+
2
1
)
2
= 2,
(1+
3
1
)
3
= 2,
(1+
4
1
)
4
= 2,
Differensial
61
sampai n =
(1+
n
1
)
n
= 2,71828182 = e
Bilangan e dalam teori adalah pokok bilangan logaritma asli (alami). Logaritma
asli/alami itu ditulis dengan lambang ln.
Contoh:
e
log e = 1 ditulis dengan ln e = 1
Penyelesaian:
Jika suatu fungsi y=logx, maka turunannya:
e log
x dx
dy
x log y jadi
e log
x
' y
dx
dy
x
e log
x
)
x
x
(
x
lim
log ' y
dx
dy
x
)
x
x
log(
x
x
x
lim
' y
dx
dy
x
)
x
x
log(
x
lim
x
x
) x x (
log
x
lim
' y
dx
dy
x
x log ) x x log(
x
lim
' y
dx
dy
x
x
1
1
1
0
1
0
1
0 0
0

1
1
1
1
]
1

Contoh:
1. y = log3x y = log 3 + log x
y = 0,4771+logx
dx
dy
= 0 +
x
1
log e =
x
1
log e
2. y = log 3x
2
y = log 3 + log x
2
= log 3 + 2log x
dx
dy
= 0 +
x
2
log e =
x
2
log e
++ Jika y = ln x, maka turunannya:
dx
dy
= y=
x
1
Differensial
62
Contoh:
1. y = ln x2 y = 2 ln x
dx
dy
= 2 .
x
1
=
x
2
2. y = 5 lnx
3
y = 15 ln x
dx
dy
= 15.
x
1
=
x
15
++ Jika y = log u, dimana u=f(x) adalah fungsi diferensiabel dari x, maka turunannya:
( )
dx
du
e
U
U
dx
d
e
U dx
dy
log
1
log
1

e
x
e
x dx
dy
dx
du
x U x y
x y x y
Contoh
log
5 3
9
) 3 ( log
5 3
3
0
3 5 3 ); 5 3 log( 3 301 , 0
) 5 3 log( 2 log ) 5 3 ( 2 log
:
3 3
+

+
+
+ + +
+ + +
++ Jika y = ln U, dimana U=f(x) adalah fungsi diferensial dari x, maka turunannya:
dx
du
U
) U (
dx
d
U dx
dy 1 1

Contoh:
y = ln (2x
2
+5x)
2

Misal U = 2x2+5x
dx
du
= 4x + 5
y = ln U y = 2 ln U
x x
x
x x
) x (
dx
dy
) x (
x x
) x (
U dx
dy
5 2
10 8
5 2
5 4 2
5 4
5 2
2
5 4
2
2 2
2
+
+

+
+

+
+
+
Untuk memudahkan memahami diferensial atau turunan fungsi logaritma, secara
singkat diberikan rumus-rumus logaritma:
Differensial
63
b b log a .
x log n x log .
log .
a log .
b a : maka , c b log .
b log
a log
b log .
b log a log
b
a
log .
b log a log ab log .
a
n
a
a
c a
a


+
8
7
0 1 6
1 5
4
3
2
1
3.2.3. Diferensial (Turunan) fungsi eksponensial
++ Jika y=e
x
, maka
dx
dy
= e
x
Contoh:
1. y = 4 e
x

dx
dy
= 4e
x
++ Jika y = e
u
, dimana U=f(x) adalah fungsi diferensibel dari x, maka turunannya:
dx
du
e U
dx
d
e
dx
dy
u u
) (
x x x x
x x
e x x e
dx
dy
x
dx
du
x x U Misal
e Y
Contoh
2 3 3 2
3 4
2
4 4
4
2 4 ) 2 4 (
2 4 2 :
. 1
:
+ +
+
+ +
+ +

6 3 2 3
6 3
3 ) 3 (
3 6 3 :
. 2
+ +
+

+

x x
x
e e
dx
dy
dx
du
x u misal
e Y
Differensial
64
) 1 ln 2 (
] ln 2 [
] ln 2 [
)
1
( ln 2
1
ln ln
. 4
] 1 )[ 1 ( 2
)] 1 ( 1 [ ) 1 ( 2
2 ) 1 ( ) 1 ( 2
) 1 ( 2 ) 1 )( 1 ( 2
) 1 (
2
) 2 ( :
) 1 ( . 3
2
2
2
2
2
2 2
2
2 2
2
2
2
2 2
2
2 2 2
2
2
2 2
2 2
+
+
+
+

+ + +
+ + +
+ + +
+
+ +
+


+
+
+
+ +
+
+ +
+
x x x
dx
dy
x x x x
dx
dy
x x x y
dx
dy
x
x x x
dy
dx
y
x x y
x y
e x x x
x x e x
xe x x e
dx
du
V
dx
dv
U
dx
dy
x x
dx
dv
x V
xe
x e
dx
du
e U misal
x e Y
x
x
x
x
x
x x
x
x x
x

,
_

+
1
]
1

+
+

x
x
e x
dx
dy
x e
x
e
y
dx
dy
x e
x
e
dx
dy
y
x e y x y
x e
x
x
x x
x e
x
x
ln
1
ln
ln )
1
(
1
ln ln . 5
++ Jika y = a
x
maka turunannya:
a a a y
dx
dy
x
ln ln
Differensial
65
10 ln 10 10 . 1
:
x x
dx
dy
y
Contoh

++ Jika y=a
u
, dimana U=f(x) adalah fungsi diferensiabel, maka turunannya:
( )
( ) 10 ln 10 1 2
1 2 10 ln 10
1 2 :
10 . 2
ln ) 2 3 (
) 2 3 ( ln
2 3 2 :
. 1
:
ln ) ( ln
2
2
2
3
3
3
2
2 2
2 2
2 3
2
x x
x x
x x
x x
x x
x x
u u
x
x
dx
dy
x
dx
du
x x U misal
y
a a x
dx
dy
x a a
dx
dy
x
dx
du
x x U misal
a y
Contoh
dx
du
a a U
dx
d
a a
dx
dy

+
+
+


+
+
+ +


Latihan Soal
Hitunglah turunan pertama (
dx
dy
) dari fungsi berikut:
1. y = 10x
4
2. y = 4 x
3. y = 2x
4
6x
3
+8x
2
+10
4. y = x
3
(x
2
+4)
5.
1
2
+

x
x
y
6.
2 5
3
+ + x x y
7. y = log(2x+10)
2
8. y = ln (x
2
+1)
4
9. y = e
2x+1
10. y = e
2x
ln(x
2
+3x)
2
Differensial
66
11.
x
x
y
) 1 ln( +

12. y = x
2
(x+1) + lnx
2
13. y = ln (x+x+4)
14. y = 8
3x+2
15. y = a
x
x
a
2.2.4. Diferensial Fungsi Kebalikan
Diferensial dari fungsi kebalikan (inverse) sama dengan kebalikan dari
turunan fungsinya. Jika y=f(x) dan x=g(x) adalah fungsi diferensiabel inverse, maka:
dy
) y ( dg
dx
) x ( df
atau ,
dy
dx
dx
dy
1
1

Contoh :
1. Jika x = y
3
+ 5y
2
+ 10. Carilah
dx
dy
y y
dx
dy
dx
dy
y y
dx
dy
10 3
1 1
10 3
2
2
+

+
2. Jika x =
3
1
y
3
+ 2y. Cari
dx
dy
2
1 1
2 2
3
1
3
2
2 2
+

+ +

,
_

y
dy
dx
dx
dy
y y
dx
dy
3. Jika x = ln (y
3
+3y+5). Carilah
dx
dy
Differensial
67
( )
3 3
5 3
5 3
3 3
3 3
5 3
1
2
3
3
2
2
3
+
+ +

+ +
+

+
+ +

y
y y
dx
dy
y y
y
dy
dx
y
y y dy
dx
4. Jika
dx
dy
Carilah , e x
y y 2
2
+

( )
y y
y y
e y
dx
dy
) y ( e
dy
dx
2
2
2
2
2 2
1
2 2
+
+
+

+
2.2.5. Diferensial (Turunan) tingkat lebih tinggi
Dalam beberapa masalah sering suatu fungsi diturunkan lebih dari satu kali.
Hasil dari dua atau lebih penurunan suatu fungsi disebut sebagai turunan tingkat lebih
tinggi (higher order derivative)
Turunan dari turunan pertama adalah turunan kedua dan diberi simbol
2
2
dx
y d
atau
y atau f(x). Turunan kedua diturunkan lagi menjadi turunan ketiga yakni
3
3
dx
y d
atau
y atau f(x) dan seterusnya. Secara umum turunan ke n dari y=f(x) diperoleh dengan
menurunkan sebanyak n kali dan dinyatakan dengan:
) y (
dx
d
atau , Y atau ), x ( f atau
dx
y d
n
) n ( n
n
n
Differensial
68
Contoh:
0
2880
2880
1440
36 480
4 36 120
4 12 24
1 2 3 4 . 1
7
7
6
6
5
5
2
4
4
3
3
3
4
2
2
3 5
2 4 6


+
+
+ +
dx
y d
dx
y d
x
dx
y d
x
dx
y d
x
dx
y d
x x
dx
y d
x x x
dx
dy
x x x y
2.2.6. Diferensial Fungsi Implisit
Fungsi y = f(x) yang selalu kita gunakan dalam pembahasan selama ini
merupakan fungsi eksplisit. Kadang-kadang kita temui beberapa persamaan berbentuk
f(x,y)=0 yaitu menunjukan y sebagai fungsi implisit. Untuk mencari turunannya dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu:
1. Bentuk fungsi diubah lebih dahulu kedalam fungsi eksplisit, baru kemudian
dicari turunannya.
2. Dipecahkan melalui cara diferensial fungsi implisit.
Contoh:
( )
1 2
2
2 1 2
2 2
0 2 2
, 0 . 1
2
2
2
2
2 2
+

+
+
+ +
+
xy
y x
dx
dy
y x
dx
dy
xy
y x
dx
dy
dx
dy
xy
dx
dy
x y
dx
dy
xy
dx
dy
carilah y x xy
Differensial
69
2 4 2
0 2 2 4
0 2 . 2
3 2
2 3
2 2 4
+ +
+ +
+ +
x
dx
dy
dx
dy
y x
dx
dy
dx
dy
y x x
x y y x x
2.2.7. Diferensial Fungsi Berantai
Bila y adalah suatu fungsi dari U dan U merupakan dari x, maka y adalah
fungsi dari suatu fungsi atau dapat dikatakan merupakan suatu fungsi berantai.
Jika y = g(u) dan u = h(x) atau y = g [h(x)] = f(x), maka turunannya adalah:
Differensial
70
( )
x
dx
du
x u misal
dx
dy
Carilah x y
Contoh
dx
du
du
dy
dx
dy
2 1 :
, 1 1
:
.
2
3
2
2
+
+

( )
( )
3
1
2
3
1
2
3
1
3
1
1
3
2
3
2
1 3
4
2 . 1
3
2
2 .
3
2
3
2
3
2
+
+


x
x
x x
dx
dy
x U
dx
dy
U U
du
dy
U Y
( )
( )
( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
( ) ( )
2
2
2
2
2
2
2
2 2
2
5
2
4
4 5
2
5
2
1 3
6
1 3
1
6
6
1 3
1
1
1
1
1
1
1 1 1
, 3 ,
1
. 3
1 4 1 2 5
1 4 5
5
1 4 1 2 :
1 2 . 2
+

+
+

+
+

+ + +
+


+ + +
+ +
U
U
U
U
du
dx
U
du
dy
U
Y
dx
dy
Y
Y Y
y
y y
dy
dx
du
dy
dy
dx
du
dx
dy
dx
Carilah U y
y
y
x
x x x
dx
dy
x U
dx
dy
dx
du
du
dy
dx
dy
U
du
dy
U Y
x
dx
du
x x u misal
x x Y
2.2.8. Diferensial Fungsi Trigonometri
Fungsi trigonometri dinyatakan dalam bentuk y = Sin x; y = Cos x; y = tgx
dan sebagainya, x=menyatakan besar suatu sudut dan y=menyatakan nilai fungsi. Besar
sudut ditentukan dengan radian.
Turunan y=f(x)=Sinx adalah f(x)=y=Cosx atau
dx
d
(Sinx) = Cosx
1. Cosx
dx
dy
y x y ' sin
Differensial
71
( )
( ) ( )
( ) Cosx x Cos x x Cos
x
x x Cos
x
x
x Sin
x
x
x x xCos
x
x
x x xCos
x
x
x x x x x
x
x
Sinx x x Sin
x dx
dy
Bukti
+
,
_

,
_

,
_

,
_

+ +

) 0 (
2
1
2
1
0
lim
. 1
2
1
0
lim
.
2
1
2
1
0
lim
2
1
. 2
2
1
2
1
sin 2
0
lim
2
1
2
1
sin 2
0
lim
2
2
1
cos
2
1
sin 2
0
lim
0
lim
:
Dengan Cara yang sama, maka:
xCtgx Co
dx
dy
x Co y
SecxTgx
dx
dy
Secx y
x Co
x Sin dx
dy
Cotgx y
x Sec
x Cos dx
dy
tgx y
Sinx
dx
dy
Cosx y
sec sec . 6
. 5
sec
1
. 4
1
. 3
. 2
2
2
2
2





Bila u=f(x), maka:
Differensial
72
dx
du
UCtgU Co
dx
dy
U Co y
dx
du
SecUtgU
dx
dy
SecU y
dx
du
U Co
dx
dy
atau
dx
du
U Sin dx
dy
CtgU y
dx
du
xU Sec
dx
dy
atau
dx
du
U Cos dx
dy
tgU y
dx
du
SinU
dx
dy
CosU y
dx
du
CosU
dx
dy
SinU y
sec sec . 6
. 5
sec
1
. 4
1
. 3
. 2
. 1
2
2
2
2






Beberapa Contoh
x Sin
dx
dy
x Cos
x Cos CosU CosU
dx
dy
CosU
du
dy
y SinU y
dx
du
u x
x Sin y
2 2 2 . 2
5 5 5 ) 5 (
'
5 5
5 . 1



Cosx Sinx y + . 3
Carilah gradien grafik fungsi pada
4
1
x
y=Sinx+Cosx
0 2
2
1
2
2
1
4
1
4
1
'



Sin Cos
dx
dy
Sinx Cosx y
dx
dy
Differensial
73
x Cos x Sin
dx
dy
x Cos U x Cos U
dx
dy
y
U
dx
dy
U y
x Cos
dx
du
x Sin U misal
x Sin
3 3 12
3 12 3 3 4 '
4
3 3 3
3 . 4
3
3 3
3 4
4




Soal Latihan
Carilah turunan pertama (
dx
dy
) dari fungsi trigonometri berikut:
1. y = Sin (1- x
2
1
)
2. y = Cos
2
4x
3. y = Sin2xTgx
4. y = 4Sec2x + Cos
3
2x
5. y = Cos(2-x)
6. y = Cos (3x
2
-1)
7. y = x
2
Sin3x
8. y =
x
x Cos2
9. y =
Sinx
3 2
3
10. y = xcosx + 2x
3
Sinx
11. y = TgxSin2x
12. y = Sin2x
x x 4
2
+
13. y = Sin
3
(2x+1) Cos2x
14. y =
x
Sinx
3
2
15. Tentukan persamaan garis singgung pada parabola
y=5x
2
+ 2x 12 di titik (2,12)
16. Tentukan persamaan garis singgung di titik (1,-1)
pada kurva
x
x y
2
2

Differensial
74
17. Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y =
(x
2
+ 1)
2
di titik dengan absis x=1.
18. Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y =
2x di titik (4,4). Carilah titik potong dengan sumbu x.
19. Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y =
x
2
+ 5 yang sejajar dengan garis 12x y = 17.
20. Jika garis singgung kurva y = ax + bx
-2
pada titik (-
1,1) sejajar dengan garis 4x y + 65 = 0. Tentukan nilai a dan b.
3.3. Penentuan Gradien Garis Singgung Kurva
Misal garis g menyinggung kurva y=f(x) di titik (a,f(a)) maka gradien g adalah:
( )
) (
) (
0
lim
1
a f
x
a f x a f
x
tg mg

+


Y = f ( x )
x
X
Y
a
g
Y = f ' ( a )
f ( a + x ) - f ( a )
Apabila titik P (x
o
,y
o
) pada kurva y = f(x) maka gradien (koefisien arah) dari garis
singgung kurva di P adalah:
( )
0 0
, y x
dx
dy
mg
Adapun persamaan garis singgung pada kurva di titik P adalah:
y - y
o
= mg (x - x
o
)
Contoh:
1. Tentukan gradien garis isnggung pada kurva y=x
2
+3x di titik (1,4)
Penyelesaian:
y=x
2
+3x
Differensial
75

dx
dy
= 2x + 3
Koefisien arah (gradien) garis singgung kurva di titik (1,4) adalah :
mg = y(1) = 2(1) + 3 = 5
mg = 5
2. Diberikan kurva parabola y=x
2
. Titik P(2,4) terletak pada kurva parabola.
Tentukan persamaan garis singgung di P pada kurva tersebut.
Penyelesaian:
y=x
2

x
dx
dy
2
mg =
dx
dy
di titik P = 2(2) = 4
Persamaan garis singgung di P (2,4)
y-4=4(x-2)
y-4=4x-8
y=4x-4
3.4. Garis Normal
Garis yang tegak pada garis singgung di titik singgungnya pada kurva y=f(x)
dinamakan garis normal atau normal kurva.
Dari grafik dapat dilihat bahwa,
Differensial
76
Y = f ( x )
G a r i s s i n g g u n g g
P
X
Y
1

( )


tg
Ctg tg tg

+
1
90
0
1
m tg
1 1


Jadi gradien dari garis normal adalah
m
1

, dengan m gradien dari garis singgung.


Persamaan dari garis normal pada kurva di titik P(x
o
, y
o
) adalah:
( )
0 0
1
x x
m
y y
Contoh:
Diberikan persamaan parabola y=x
2
diamana titik P (2,4) terletak pada parabola.
Tentukan persamaan normal kurva di titik P tersebut.
Penyelesaian:
y=x
2

x y
dx
dy
2
'

mg=2(2) = 4
Gradien persamaan normal kurva =
m
1

. Persamaan normal kurva


y-4=-1/4(x-2)
y-4=-1/4x+1/2
y=-1/4x + 4
(2x
2
y+1)
dx
dy
= -4x
3
+2
Soal Latihan
1. Carilah
dx
dy
dari:
a. x = log (2y+1)
2
b. x = ln (y
2
+5y+10)
2. Jika
1
2
+ t x
, Carilah
dx
dt
dan
2
2
dx
t d
3. Carilah turunan kedua dari fungsi-fungsi berikut
a. y = e
2x
b. y = e
ln(x2-3x)
4. Jika persamaan x
2
y+y-25=0, Carilah
dx
dy
Differensial
77
1 2
2 4
2
3
+
+

y x
x
dx
dy
5. Jika persamaan x
2
-y
2
-1=0, carilah
dx
dy
6. Jika x
3
+y
3
-3xy=0, Carilah
dx
dy
3.5. Penentuan Selang (Interval) Fungsi Naik dan
Turun
Jika kurva y=f(x) naik apabila f(x)>c dan kurva y=f(x) turun apabila f(x)<c.
Selang (interval) yang menentukan f(x)>0 dan f(x)<0 dapat ditentukan dengan
menggambarkan garis bilangan dari f(x).
Contoh:
Tentukan selang fungsi naik dan turun dari y=f(x)=x
3
+3x
2
-24x
Penyelesaian:
y=f(x) = x
3
+3x2-24x
= 3(x
2
+2x-8)
= 3(x+4)(x-2)
x
1
= -4; x
2
= 2
+ + + + + - - - - - - - - - - - - - + + + + + +
-4 0 2 f(x)
f(x)>0 untuk x<-4 atau x>2
f(x)<0 untuk 4<x<2
Dengan demikian, maka fungsi naik untuk x<-4 atau x>2 dan fungsi turun untuk
-4<x<2.
Persamaan garis singgung pada lingkaran di titik P(x
1
,y
1
) adalah:
x
1
.x + y
1.
y = r
2
Contoh:
Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran x
2
+y
2
=25 yang ditarik dari titik
(0,10).
Penyelesaian:
Persamaan garis singgung pada lingkaran x
2
+y
2
=25 adalah 0x+10y = 25
10y=25
2
5
10
25
y
Differensial
78
Untuk
2
5
y maka x
2
+
2
2
5

,
_

= 25
x
2
=25 -
4
25
x = t
4
75
4
25
25
x = t
3
2
5
Ambil x=+ 3
2
5
, maka persamaan garis singgung melalui titik ( 3
2
5
;
2
5
) adalah:
10 3 10 3
25
2
5
3
2
5
+ +
+
x y y x
y x
3.6. Penerapan Diferensial Dalam Produksi Ternak
Perhitungan diferensial biasa digunakan dalam kecepatan (laju) pertumbuhan
berat badan, produksi susu dan produksi telur yaitu dengan mendeferensial fungsi
pertumbuhannya jika model pertumbuhan dinyatakan dengan y = f(x), maka kecepatan
pertumbuhan merupakan turunan pertama dari fungsi tersebut yaitu y = f(x) =
dx
dy
.
Kurva Pertumbuhan
Kurva pertumbuhan yang normal dalam biologi termasuk dalam bidang peternakan
akan membentuk huruf S atau signoid. Model kurva pertumbuhan yang berbentuk huruf
S tersebut disebut kurva logistik dengan model matematika sebagai berikut:
) (
1
t f
e
k
y
+

y : berat masa (bisa berbentuk berat badan, produksi susu, dsb)


t : Waktu (bisa berbentuk umur)
k : Asymtot
f(t) = a
0
+ a
1
t + a
2
t
2
+ + a
k
t
k
(berbentuk polinomial)
Differensial
79
Untuk yang sederhana biasanya didekati dengan fungsi linier yaitu f(t) = a
0
+ a
1
x
sehingga modelnya menjadi :
kt
t a a
be
k
y
berbentuk bisa
atau
e
k
y

+
+

1
:
: ,
1
1 0
dan kurvanya adalah :
X
Y
Berdasarkan besarnya kecepatan tumbuh pertumbuhan dapat dibedakan dua macam
fase yang dibatasi oleh titik belok (titik refleksi), yaitu:
1. Fase akselarasi | pertumbuhan dini
2. Fase retardasi | fase pertumbuhan lambat
Pada fase akselarasi terjadi pertumbuhan yang cepat dengan laju pertumbuhan yang
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan massa kian meningkat dari waktu ke
waktu. Sebaliknya pada fase retardasi terjadi pertumbuhan yang lambat dengan laju
pertumbuhan yang kecil. Model kurva pertumbuhan dalam bidang peternakan ataupun
kurva pertumbuhan bakteri antara lain:
1. y = ab
x
b = koefisien pertumbuhan
Model diatas bisa dibuat menjadi model linier
dengan transformasi log atau ln
log y = log a + xlogb atau
log y = log a + log b(x) atau
ln y = ln a + ln b(x)
2. y = ax
b
(Model Alometrik)
Differensial
80
b = koefisien pertumbuhan
Model alometrik juga bisa dibuat linier seperti model diatas yaitu:
log y = log a + b logx atau ln y = ln a + b lnx
Adapun kurvanya berbentuk:
X
Y
X
Y
X
Y
Disamping model pertumbuhan tersebut masih banyak pertumbuhan yang lain
yang bisa digunakan dalam bidang peternakan.
Contoh:
Kurva pertumbuhan anak ayam broiler mengikuti model y = a(x+1)
b
dari umur
0 minggu sampai 6 minggu. Bila a=berat telas sebesar 40 g dan b, y=berat
badan; x=umur dalam minggu. Merupakan koefisien pertumbuhan sebesar 1,5
a. Berapa kecepatan pertumbuhan pada umur 4 minggu
b. Berapa berat badan anak ayam pada umur 6 minggu.
Penyelesaian:
y=a(x+1)
b
Kecepatan pertumbuhan: y =
dx
dy
= ab(x+=1)
b-1
dx
dy
= ab (x+1)
b-1

a=40 ; b=1,5 ; maka
dx
dy
= 40 (1,5) (4+1)
1,5-1
= 40 (1,5) (5)
0,5

= 134,16
b. Kecepatan pertumbuhan pada umur 4 minggu sebesar 134,16 g
c. Berat badan pada umur 6 minggu sebesar
y = a (x+1)
b
y = 40 (6+1)
1,5
Differensial
81
y = 740,81
Berat badan pada umur 6 minggu sebesar 740,81 g
3.7. Konsep Nilai Ekstrim
Dalam kehidupan sehari-hari baik di bidang ilmu pengetahuan maupun bidang
biologi (peternakan, pertanian, kedokteran), teknik dan bidang sosial, ekonomi kita
sering dituntut untuk menyelesaikan problema / msalah yang menyangkut konsep nilai
ekstrim. Dalam masalah ini fungsi tidak diberikan begitu saja melainkan berupa satu
masalah dimana kita dituntut untuk merubah menjadi kalimat matematika yang dapat di
ekivalensikan dalam bentuk suatu fungsi tertentu. Jadi kita harus memilih dari sekian
persamaan tersebut manakah yang merupakan variabel tidak bebas. Interpertasi ini
sangat penting sekali, karena dengan interpertasi yang slah akan kita dapatkan suatu
bentuk fungsi yang lain sekali dari yang kita harapkan dan juga ekstrimnya
menyimpang dari apa yang kita harapkan.
Lokal (relatif)
Maksimum
Absolut
Nilai Ekstrim
Lokal (relatif)
Minimum
Absolut
3.7.1. Maksimum dan Minimum
Suatu fungsi y = f(x) dikatakan mempunyai maksimum lokal (maksiumum
relatif) pada x = a bila f(a) lebih besar dari sebarang nilai f(x) lainnya dari x disekitar a
dan dikatakan mempunyai minimum lokal (minimum relatif) pada x=a bila f(a) lebih
kecil dari sebarang nilai f(x) lainnya untuk x disekitar a. Maksimum dan minimum lokal
suatu fungsi ini adalah maksimum dan minimum untuk jarak tertentu yang berdekatan,
sedangkan maksimum dan minimum absolut dari suatu fungsi mempunyai jarak yang
lebih besar lagi dan terletak pada titik paling tinggi atau paling rendah dari jarak
tersebut, melebihi maksimum atau minimum lokal yang manapun. Jadi dapat dikatakan
bahwa f(x) mempunyai nilai maksimum absolut pada nilai x=a dalam batas b x c,
apabila nilai f(x) pada x=a, mempunyai nilai paling tinggi, f(a1)>f(x).
Sedangkan f(x) mempunyai nilai maksimum lokal pada x=a dalam batas b x c,
apabila nilai f(x) pada x=a
2
mempunyai nilai terbesar dibandingkan nilai f(x) yang
Differensial
82
berdekatan dengan nilai a
2
. Dengan cara yang sama pula dapat kita katakan konsep
minimum lokal. Dengan demikian suatu fungsi yang mempunyai titik minimum
kurvanya berbentuk cembung ke bawah (convex down ward). Bisa terjadi satu nilai
maksimum lokal dari suatu fungsi lebih kecil dari nilai minimum lokal dari fungsi
tersebut dalam suatu jarak tertentu.
Apabila f(a)=0 atau f(a) tidak tertentu jika a=0, maka a merupakan titik kritis yaitu
maksimum atau minimum. Dengan demikian nilai-nilai maksimum atau minimum bisa
diketahui dengan cara menentukan nilai-nilai kritisnya terlebih dahulu.
3.7.2. Penentuan Titik Kritis
Jika f(x) dapat dideferensir dalam selang b x a , jika f(x) memiliki nilai
relatif maksimum dan minimum di titik x=x
0
dimana
0 ) ( ' ,
0
x f maka b x a
. Titik
kritis ditentukan sebagai berikut :
Cara I
1. Tentukan f(x) = 0 untuk harga harga kritis.
2. Letakkan nilai nilai kritis pada skala bilangan maka terbentuk beberapa selang.
3. Tentukan tanda dari f(x) pada setiap selang.
4. Untuk x bertambah melalui setiap nilai kritis x = x
0
maka
- f (x) bernilai maksimum = f (x
0
) jika f(x) berubah dari positif ke negatif.
- f (x) bernilai minimum = f (x
0
) jika f(x) berubah dari negatif ke positif.
Differensial
83
M a k s L o k a l
M i n L o k a l
M a k s L o k a l
M i n L o k a l
c x b
absolut maks ) (

c b
c x b
untuk absolut

Min
x = b
f ( b )
- f (x) tidak bernilai maksimum atau minimum di x = x
0
jika f (x) tidak berubah.
Cara II
1. Tentukan f(x) = 0 untuk harga harga kritis.
2. Fungsi di deferensir sekali lagi (dicari turunan kedua) f(x)
- Bila
0 ) ( ' ' x f
mempunyai nilai maksimum.
- Bila
0 ) ( ' ' x f
mempunyai nilai minimum.
Contoh cara I
Jika fungsi y = f (x) = x
3
+ 3x
2
24x (Tentukan hatga ekstrim (Maks atau Min))
Jawab :
y = f (x) = x
3
+ 3x
2
24x
y= f(x) = 3x
2
+ 6x 24 = 0
= x
2
+ 2x 8
= 3 (x + 4) (x 2) = 0
x
1
= - 4 dan x
2
= 2
+++++++++ ----------------------------- ++++++++++ f (x)
- 4 2
f(x) berubah dari positif ke negatif bernilai maksimum untuk x = 4 , maka nilai
maksimum y = (- 4)
3
+ 3 (- 4)
2
24 (- 4) = 80
f(x) berubah dari negatif ke positif bernilai minimum untuk x = 2 , maka nilai
minimum = 2
2
+ 3 (2)
2
24 (2) = - 28
Cara II
y = f (x) = x
3
+ 3x
2
24x
y= f(x) = 3x
2
+ 6x 24
f(x) = 0 3 (x + 4) (x 2)
x
1
= - 4 x
2
= 2
f(x) = 6x + 6
untuk x
1
= 4 f(x) = 6 (-4) + 6 = -18 < 0
maka harga ekstrim maksimum adalah :
Differensial
84
y
maks
= (- 4)
3
+ 3 (-4) 24 (- 4) = 80
Untuk x
2
= 2 f(x) = 6 (2) 6 = 6 > 0
Maka harga ekstrim minimum
y
min
= (2)
3
+ 3 (2) 24 (2) = -28
3.7.3. Titik Belok
Titik kritis yang bukan merupakan titik maksimum atau minimum dari suatu
fungsi f(x), berarti fungsi tersebut merupakan titik belok. Suatu fungsi yang turunan
keduanya d
2
y/dx
2
= y

adalah nol (
2
2
dx
y d
= 0 ) maka fungsi tersebut mempunyai titik
belok selain mungkin juga mempunyai titik maksimum atau minimum lokal. Telah kita
ketahui bahwa bila
2
2
dx
y d
= y < 0 berarti fungsi f(x) mempunyai titik maksimum dan
bila
2
2
dx
y d
> 0 berarti fungsi f(x) mempunyai titik minimum, sedangkan bila
2
2
dx
y d
= y =
0 berarti f(x) mempunyai titik belok.
Contoh
Bila diketahui y = - x
3
+ 3x
3
+ 2x = 4, tentukan titik beloknya !
Jawab :
y = - x
3
+ 3x
3
+ 2x + 4
dx
dy
= y = - 3x
2
+ 6x + 2
2
2
dx
y d
= y= - 6x + 6
syarat mempunyai titik belok
2
2
dx
y d
= 0
- 6x + 6 = 0 - 6x = - 6
x = 1
Differensial
85
Berarti fungsi : y = - (1)
3
+ 3 (1)
2
+ 2 (1) + 4 = 8
Sehingga titik beloknya adalah ( 1, 8 )
Nilai ekstrim yang mengandung lebih dari dua variabel bebas
Nilai nilai ekstrim dari sebuah fungsi yang mengandung lebih dari dua variabel bebas
dapat dicari dengan pengujian sampai turunan keduanya. Untuk y = f (x
1
, x
2
), maka
akan mempunyai titik ekstrim jika
0
1

dx
dy
dan
0
2

dx
dy
.
Syarat diatas adalah syarat yang diperlukan agar fungsinya mencapai titik ekstrim.
Guna mengetahui apakah titik ekstrim itu berupa titik maksimum atau minimum
dibutuhkan syarat yang dibutuhkan.
Maksimum bila
0
2
1
2
<
dx
y d
dan
0
2
2
2
<
dx
y d
Minimum bila
0
2
1
2
>
dx
y d
dan
0
2
2
2
>
dx
y d
Dalam hal
2
1
2
dx
y d
dan
2
2
2
dx
y d
sama dengan nol, tak bisa ditegaskan nilai ekstrimnya. Untuk
kasus semacam ini diperlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut.
Contoh
Selidikilah apakah titik ekstrim dari fungsi berikut ini merupakan titik maksimum atau
titik minimum y = - x
1
2
+ 12x
1
x
2
2
+ 10x
2
50
Jawab :
1.
1
dx
dy
= 0
1
dx
dy
= -2x
1
+ 12 = 0
- 2x
1
= -12 x
1
= 6
2.
2
dx
dy
= 0 - 2x
2
+ 10 = 0
- 2x
2
= - 10 x
2
= 5
y = - (6)
2
+ 12 (6) (5)
2
+ 10 (5) 50 = 21
0 2
2
1
2
<
dx
y d
0 2
2
2
2
<
dx
y d
Differensial
86
Kurva
2
1
2
dx
y d
dan
2
2
2
dx
y d
< 0 maka titik ekstrim maksimum dengan y
maks
= 21
3.8. Diferensial Parsial
Suatu fungsi yang hanya mengandung satu variabel bebas (independen) hanya
akan memiliki satu macam turunan. Apabila y = f(x), maka turunannya hanyalah y
terhadap x yaitu y =
dx
dy
atau f(x) atau
dx
d
.
Sebaliknya jika suatu fungsi yang mengandung lebih dari satu variabel bebas,
maka tutunannya akan lebih dari satu macam sesuai dengan jumlah macam variabel
bebasnya. Jadi jika kita memiliki n macam variabel bebas, maka akan memiki n macam
tutunan.
Jika y = f ( x
1
, x
2
), maka akan terdapat dua macam tutunan , yaitu turunan y
terhadap x
1
dan y terhadap x
2
.
y = f ( x
1
, x
2
)
fx
1
(x
1
, x
2
) =
1
dx
dy
y
fx
2
(x
1
, x
2
) =
2
dx
dy
2
2
1
1
. . dx
dx
dy
dx
dx
dy
dy +
y = f ( x
1
, x
2
, x
3
)
f ( x
1
,

x
2
, x
3
) =
1
dx
dy
y f ( x
1
,

x
2
, x
3
) =
2
dx
dy
f ( x
1
,

x
2
, x
3
) =
3
dx
dy
3
3
2
2
1
1
. . . dx
dx
dy
dx
dx
dy
dx
dx
dy
dy + +
1
dx
dy
,
2
dx
dy
dan
3
dx
dy
adalah diferensial parsial, sedangkan dy adalah diferensial total.
Differensial
87
Contoh
y = x
1
4
+ 5x
2
2
4x
1
2
x
2
10 x
1
x
2
2
+ 5x
2
8
1.
1
dx
dy
= 4x
1
3
8 x
1
x
2
10 x
2
2
2.
2
dx
dy
= 10x
2
4x
1
2
20 x
1
x
2
+ 5
Dalam mendeferensialkannnya terhadap x
1
yang dilambangkan dengan
1
dx
dy
hanya suku
suku yang mengandung variabel x
1
yang diperlukan, sedangkan suku suku lainnya
dianggap sebagai konstanta, dan tutunannya adalah nol.
Differensial
88

You might also like