You are on page 1of 28

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG OPERASI HITUNG CAMPURAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN DANAU

KARYA 1 KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPATEN BARITO KUALA

Proposal Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi

OLEH NIDA HERLIYANTI NIM A1E 509068

D11 KE S1 PGSD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2011

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG OPERASI HITUNG CAMPURAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN DANAU KARYA 1 KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPATEN BARITO KUALA A. Latar Belakang Guru perlu mengetahui hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang menjadi asuhannya, antara lain kemampuan menguasai materi pelajaran, keterampilan belajar, serta sikap yang diperoleh dari pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui hasil belajar dan kemajuan belajarnya, guru dapat membantu kesulitan belajar yang dialami siswa. Arti penting guru mengetahui perkembangan hasil belajar anak didik adalah untuk memberikan pengayaan terhadap materi yang sudah dikuasai oleh anak didiknya serta hasil belajar siswa ini juga dapat dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang menjadi kesulitan siswa menguasainya. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagaimana dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) tahun 2006, yaitu (a) memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan serta (b) memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Untuk itu guru disarankan menyajikan pendekatan pembelajaran matematika dengan memperhatikan karakteristik siswa dalam belajar, misalnya menggunakan model pambelajaran yang relevan terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa. Kenyataan di Sekolah Dasar Negeri Danau Karya 1 kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala dalam menyelesaikan pokok bahasan operasi hitung

campuran yang terdiri atas penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian masih belum tuntas, hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa untuk menguraikan masing-masing operasi pengerjaan hitung campuran tidak tepat seperti pengerjaan mana yang pertama harus diselesaikan atau menempatkan operasi hitung mana yang lebih kuat antara penjumlahan dan pengurangan atau operasi hitung antara perkalian dan pembagian dengan penjumlahan dan pengurangan. Apabila pengerjaan operasi hitung campuran diberikan dalam bentuk soal cerita, siswa belum dapat membedakan bentuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian sehingga siswa mengalami kesulitan dalam pengerjaannya untuk

menyelesaikan soal operasi hitung campuran. Mereka belum memahami posisi yang harus didahulukan antara operasi perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Hal ini tampak dari hasil prestasi belajar matematika dua tahun yang lalu di Sekolah Dasar Negeri Danau Karya 1 kecamatan anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala di kelas IV dalam tes formatif semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 pada pokok bahasan operasi hitung campuran hanya memperoleh nilai rata-rata 62,50 dan pada tahun pelajaran 2009/ 2010 hanya mempeoleh nilai ratarata 60,25 di bawah nilai 65 sebagaimana disyaratkan kurikulum sebagai standar ketuntasan belajar minimal. Prestasi belajar matematika yang rendah dapat disebabkan strategi pembelajaran yang selama ini masih bersifat verbalisme sehingga anak hanya mengetahui teori seperti dalam menanamkan konsep perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan pada operasi hitung campuran guru hanya berperan sebagai penyampai informasi mana operasi hitung yang didahulukan kemudian

memberi soal-soal latihan. Hal ini terlihat pula pada pemahaman siswa kelas IV SDN Danau Karya 1 Kecamatan Anjir Pasar terhadap penyelesaian operai hitung campuran yang tidak tepat sehingga dalam menyelesaikan tahapan-tahapan kerja dalam dari perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan mereka sering melakukan kesalahan. Untuk itu diterapkan model pembelajaran

STAD untuk menyelesaikan soal-soal operasi hitung campuran, baik indvidu maupun kelompok. Student Teams Achievement Division (STAD) atau Team Siswa Kelompok Prestasi merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Melalui STAD dalam menyelesaikan tugas-tugas operasi hitung campuran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai konsep operasi hitung perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan serta mampu mengembangkan sikap positif yang diperlukan dalam mempertinggi nilai prestasi belajarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul : Meningkatkan Pemahaman Tentang Operasi Hitung Dengan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV di SDN Danau Karya I Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah model pembelajaran STAD dapat meningkatkan pemahaman tentang operasi hitung campuran pada siswa kelas IV SDN Danau Karya1 Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala. C. Rencana Pemecahan Mengingat masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep operasi hitung campuran, maka dilakukan perubahan strategi belajar mengajar dengan memberikan model belajar kepada siswa agar tahapan-tahapan perhitungan dapat dipahami lebih baik. Untuk itu akan diterapkan model pembelajaran STAD dalam menyelasaikan operasi hitung campuran melalui latihan individu dan kelompok dengan contoh menyelesaikan operasi hitung campuran dengan bimbingan toturial , menggunakan LKS dalam kerja kelompok. Kegiatan ini direncanakan dalam 2 siklus tindakan kelas dengan perlakuan yang berbeda tiap siklus, yaitu siklus I dengan materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian melalui tugas terbimbing secara individu oleh guru. Kemudian siklus II dengan materi penjumlahan , pengurangan, perkalian, pembagian dengan metode penugasan terbimbing melalui kerja kelompok menyelesaikan LKS. Pada siswa kelas IV SDN Danau Karya 1 semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010. pada setiap siklus dilakukan observasi pembelajaran gur terhadap tahapan-tahapan mengajar, observasi kegiatan siswa melaksanakan tugas terbimbing menyelesaikan operasi hitung campuran, dan tes akhir secara tertulis.

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi hitung campuran melalui penerapan model pembelajaran STAD di kelas IV SDN Danau Karya 1 kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar langsung memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta dapat menerapkan tahapan-tahapan operasi hitung campuran sehingga memperoleh hasil yang maksimal. 2. bagi Guru, penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan perbandingan serta dapat menyusun model pembelajaran matematika, baik metode mengajar maupun media atau alat peraga pelajaran yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa serta pengalaman belajar sehari hari. 3. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pikiran dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa dan perbaikan proses belajar mengajar secara bertahap dan berkelanjutan.

G. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika

Menurut Soleh ( 2000: 3) dinyatakan bahwa pengertian dasar pembelajaran matematika itu sebagai berikut , pada dasarnya objek pembicaraan matematika adalah objek abstrak, metodologinya adalah deduktif, yaitu berawal dari pengertian dan pernyataan pokok, kemudian pengertian dan pernyataan lain diturunkan dari pengertian dan pernyataan pokok tadi untuk dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian, hubungan antar pengertian atau antar pernyataan selalu konsisten , tidak bertentangan satu sama lain. Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Berdasarkan pengertian pembelajaran matematika tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa matematika sebagai bahan ajar disekolah telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik khususnya di Sekolah Dasar dengan menyajikan materi yang berifat konsep atau pernyataan pokok saja. Hal ini ditegaskan pula dalam kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan ( KTSP) tahun 2006 yang menetapkan tujuan umum mata pelajaran matematika sebagai berikut : Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logi, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif selain itu juga mempersiapkan siswa agar dapat

menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan ( Depdiknas, 2006:26) Berdasarkan tujuan matematika di SD tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sejalan dengan fungsi di sekolah yang berjenjang ternyata memberikan tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan mateamatika secara praktis. Dari materi pelajaran matematika pada KTSP 2006 lebih menekankan kepekaan terhadap bilangan ( sense of number ). Pengertian kepekaan terhadap bilang lebih luas dari pada sekedar keterampilan berhitung. Ini juga meliputi aspek perkiraan hasil hitungan, kelayakan penggunaan bilang dan satuan dalam pengukuran, serta penghargaan terhadap manfaat bilangan dan keindahan polapola bilangan. Hal ini sejalan dengan Liebeck (depdiknas, 2006:19) bahwa ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai siswa, yaitu : (1) penghitungan matematika (mathematics calculatiun) dan (2) penalaran matematika (mathematics reasoning). Untuk kepentingan itulah guru seharusnya menjelaskan kepada siswa tentang arti, fungsi dan kegunaan dari pelajaran matematika, sehingga mereka termotivasi untuk mempelajarinya, hal ini dapat diterapkan dengan melibatkan siswa secara langsung berinteraksi mengenal, memahami, dan menyelesaikan operasi-operasi pengajaran matematika sehingga siswa terasa mudah

menemukan sendiri hasil belajarnya.

2. Konsep Pembelajaran Matematika tentang Operasi Hitung Campuran

Pokok bahasan operasi hitung campuran dengan materi pokok tentang penyelesaian masalah sehari-hari melibatkan operasi hitung campuran memiliki karakteristik pembelajaran yang abstrak, yaitu konsep pengerjaan hitung campuran antara penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian melalui soal-soal cerita. Sebagian besar siswa dalam menyelesaikan operasi hitung campuran bentuk soal cerita. Sebagian besar siswa dalam menyelesaikan operasi hitung campuran belum tuntas. Untuk itu dilakukan latihan menyelesaikan operasi hitung campuran bentuk soal cerita secara bervariasi, baik dengan jalan pendek maupun jalan panjang terhadap konsep perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan akan memudahkan pemahaman siswa tahap demi tahap hingga berhasil menulis kalimat matematika dan menyelesaikan operasi hitungnya Untuk menyelesaikan operasi hitung campuran menurut Djoko Moesono (2006:2003) diberikan tahapan-tahapan berikut : 1. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat, artinya operasi yang ditulis lebih dulu ( disebelah kiri ) dikerjakan lebih dulu. 2. 3. Operasi perkalian dan pembagian sama kuat. Operasi perkalian dan pembagian lebih kuatdari pada operasi penjumlahan dan penguranga, artinya operasi perkalian dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu walaupun ditulis di belakang operasi penjumlahan dan pengurangan.

4.

Operasi yang terdapat dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu. Contoh penyelesaian operasi hitung campuran dikemukakan melaui

tahapan berikut : Soal : 3.000+600x500-20.000 : 40 = .........

Tahap pengerjaan : 3.000+ (600x500) (20.000: 40) = ... 3.000+300.000 500 =.... 303.000 500 = 302.500 Oleh Sudwiyanto (2004:35) pengerjaan hitung campuran dilakukan dengan tahapan tahapan sebagai berikut : Soal 1 : 4.000 25 x 40 + 250 : 5 = .......

Tahap pengerjaan : 1. 25 x 40 = 1000 2. 250 : 5 = 50 3. 4.000 - 1.000 = 3.000 4. 3.000 + 50 = 3.050 Jadi 4.000 25 x 40 + 250 : 5 = 3.050 Soal 2 : 42: 6 x 5 + ( 35 20 ) = ............. Tahap pengerjaan : 1. 35 20 = 20 2. 42 : 6 = 7 3. 7 x 5 = 35

10

4. 35 + 15 = 50 Jadi 42 : 6 x 5 + (35 20) = 50 Kemudian Suparjo (2004:31) menguraikan pengerjaan operasi hitung campuran bilangan bulat diselesaikan dengan tahapan berikut : Soal 1 : 16 + (58x32) (126 : 9) = ...............

Tahapan pengerjaan : 16 + ( 58 x 32 ) ( 126 : 9 ) = 16 + 1.856 14 = 1.872 14 = 1.858 Cara perkalian dan pembagian bersusun ke bawah : 58 14 32 .......... _______ x 9 ) 126 116 9 174 _____ ______ + 36 1.856 36 _____ 0 Soal 2 : 730 30 : ( 10 + 5 ) x 60 = ...............

Tahap Pengerjaan 730 30 : (10 + 5 ) x 60 = 730 30 : 15 x 60 = 730 2 x 60 = 730 120 = 610 Kemudian Kartini ( 2003: 101) juga menguraikan cara pengerjaan operasi hitung campuran sebagai berikut : Soal 1: 10 x ( 150 125 ) + 75 : 25 = Tahapan pengerjaan : 10 x ( 150 125) + 75 : 25 = 10 x 25 + 75 : 25

11

= 250 + 75 : 25 = 250 + 3 = 253 Keterangan : kerjakan dahulu dalam kurung Penjumlahan Soal 2 : 500 50 : 2 x 5 + 50 Tahap pengerjaan : 500 50 : 2 x 5 + 50 = 500 25 x 5 + 50 = 500 125 + 50 = 375 + 50 = 425 Keterangan : kerjakan dahulu Pembagian Penjumlahan Berikutnya yang dikemukakan oleh Khafid Suyati (2006:43) bahwa : Pengerjaan hitung campuran adalah penyelesaian soal yang mengandung sekurang-kurangnya dua kali pengerjaan penjumlahan, pengurangan , perkalian, dan pembagian bilangan bulat Cara menyelesaikan soal yang mengandung hitung campuran adalah sebagai berikut : a. b. c. Perkalian dan pembagian harus didahulukan Perkalian dan pembagian sama tingkatannya, maka pengerjaannya dimulai dari kiri Penjumlahan dan pengurangan sama tingkatannya, maka pengerjaannya juga dimulai dari kiri Berdasarkan tahapan tahapan pengerjaan hitung campuran Perkalian Pengurangan Perkalian Pengurangan

sebagaimana uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengerjaan hitung campuran adalah pengerjaan dalam kurung dikerjakan lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan perkalian dan pembagian. Karena perkalian dan pembagian sama kuat, jika perkalian berada sebelum pembagian maaka perkalian dikerjakan

12

lebih dahulu. Jika pembagian berada sebelum perkalian maka pembagian dikerjakan lebih dahulu selanjutnya kerjakan penjumlahan dan pengurangan, karena penjumlahan dan pengurangan sama kuat, jika pengurangan berada sebelum penjumlahan maka pengurang dikerjakan lebih dahulu. Konsep pengerjaan hitung ini sangat relevan dilaksanakan dengan memberikan tugas terbimbing dalam bentuk latihan individu, tutorial, kelompok kecil, dan kelompok besar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa 3. Model Pembelajaran Matematika 3.1 Metode-Metode Mengajar Matematika Proses belajar mengajar, tak terkecuali proses pembelajaran matematika merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponin-komponen saling terkait, antara lain tujuan instruksional, materi pelajaran, metodi dan midea pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar. Metode belajar merupakan salah satu komponin prosis pembelajaran yang berperan penting dalam menciptakan interaksi dan komunikasi penyajian materi pelajaran hingga tercapainya tujuan instruksional yang ditetapkan. Arti penting metodi mengajar ini ditunjukan pada kemudahan dan kesunggupan siswa menerima materi pelajaran yang diberikan guru sehingga kemampuan menguasai setiap pokok bahasan dapat tercapai optimal. Guru mempunyai kewajiban memilih dan menetapkan metodi dan alat peraga yang relevan terhadap tujuan introksiunal dan meteri pelajaran serta mempertimbangkan aspek intiliktual siswa. Sebaik-baik dan tepat metodi mengajar yang diterapkan guru akan banyak membantu siswa dalam menerima informasi serta menguasai bahan ajar yang diberikan. Khusus pemilihan metodi

13

mengajar matematika, disarankan oleh kurikulum agar dapat menyelaraskan terhadap materi pelajaran sehingga dapat memungkinkan adanya modipikasi dari beberapa metodi mengajar dengan menitikberatkan aktivitas pada diri siswa yang belajar. Berdasarkan rambu-rambu pelaksanaan Garis-Garis Besar Progam Pengajaran matematika menyatakan bahwa pengajaran matematika di sekolah dasar, hendaknya diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam berhitung melalui kegiatan praktis yang dilakukan sendiri oleh siswa. Namun pemahaman tentang konsep tertentu juga diperlukan dan diharapkan terpupuk melalui kegiatan tersebut (Depdikanas, 2004:101). Untuk itulah selain metodi yang konvensional seperti ceramah, tanya jawab, penguasaan juga diberikan metode yang dikenal juga mamou mengaktifkan prosis belajar siswa seperti inquiry, problem solving, maupun pengajaran unit. Metode dengan karektaristik pembalajaran matematika yang abstrak dan memiliki pola serta jenjang yang loges dalam operasi bilangan diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan memahami materi yang diajarkan kepada siswa.

3.2. Model Pembelajaran STAD Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang

14

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:1). Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu

mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis (Suhito, 2000:12).Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran. Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja

15

sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD karena dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya. Student Team Achievement Divisions (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang

16

teratur.Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD). 1. Pengajaran Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran. a) Pembukaan 1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain. 2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. 3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. b) Pengembangan

17

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. 2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan. 3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. 4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah. 5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya. c) Latihan Terbimbing 1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. 2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. 3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik. 2. Belajar Kelompok

18

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut : 1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersamasama dan pindah kemeja kelompok. 2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. 3) Bagikan lembar kegiatan siswa. 4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka

19

mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu. 5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru. 6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

20

4. Penghargaan Kelompok Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya. Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggi dan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dan lain-lain. Dengan pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

H. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka kerangka berpikir penelitian ini dapat dinyatakan bahwa rendahnya pemahaman siswa kelas IV SDN Danau Karya 1 Kecamatan Anjir Pasar disebabkan oleh model pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih belum efektif. Siswa memerlukan latihan

21

latihan yang berulang-ulang dalam memahami suatu konsep matematika yang abstrak khususunya operasi hitung campuran. Melalui model pembelajaran STAD yang dapat mengaktifkan siswa secara individu dan kelompok diharapkan mampu menigkatkan pemahaman serta nilai hasil belajarnya. 2. Hipotesis Tindakan Dari kerangka berpikir ini, maka hipotesis tindakan ini dapat disimpulkan Jika diterapkannya model pembelajaran STAD, maka hasil belajar matematika tentang operasi hitung campuran di kelas IV SDN Danau Karya 1 kecamatan Anjir Pasar kabupaten Barito Kuala akan meningkat I. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian yang direncanakan adalah peneltian tindakan kelas dengan, melalui pendekatan kualitatif .penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan metode Peneltian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional ( Haryoso, 2001 : 16 ). Sebagai suatu siklus dapat digambarkan langkah-langkah PTK di bawah ini : Permasalahan Cara Pemecahan Pelaksanaan Siklus I Observasi 22

Terpecahkan

Refleksi

Analisa

Permasalahan

Cara Pemecahan

Pelaksanaan

Siklus II Terpecahkan Refleksi Analisa Observasi

Terpecahkan

2. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Danau Karya 1 Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala untuk mata pelajaran Matematika kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 8 orang yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan

b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester I tahun pelajaran 2009/2010 , yaitu bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Desember 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena

23

PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan waktu mengajar yang efektif di kelas. 3. Faktor Yang diteliti a. Faktor Siswa Peneltian Tindakan Kelas ini berusaha sejauh mana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan konsep perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi melalui teknik membuat iktisar. Oleh karen itu perlu pengkajian lebih mendalam dalam penelitian yaitu tentang aktivitas aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. b. Faktor Hasil Belajar Dalam hubungan dengan hasil belajar, dilihat apakah dengan menggunakan teknik membuat ikhtisar dapat meningkatkan pemahaman siswa, maka dilakukan tes akhir dengan jenis tes tertulis berupa kuis. 4. Skenario Tindakan Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus , yaitu siklus 1 dengan 2 kali pertemuan dan siklus II dengan 2 kali pertemuan. Adapun pelaksanaan tindakan kelas kali ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Perencanaan 1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan Pengerjaan Hitung Campuran 2. Membuat format observasi untuk pengamatan kegiatan pembelajaran guru dan aktifitas siswa menyelesaikan tugas operasi hitung campuran. 3. Menyusun LKS dengan tugas-tugas relevan materi pelajaran.

24

4. Menyusun alat evaluasi dan indikator ketuntasan individu serta klasikal sebagai alat ukur hasil belajar siswa melalui tes tertulis berupa kuis pada akhir pelajaran. b. Pelaksanaan 1. Tindakan kelas siklus I terdiri 2 kali pertemuan dengan kegiatan sebagai berikut : (a) Pertemuan pertama pada hari Kamis tanggal 05 November 2009 di kelas IV pada jam pelajaran ke 1 dan ke 2 menyelesaikan operasi hitung campuran perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan dengan tiga tanda operasi hitung secara bervariasi melalui pembelajaran STAD. (b) Pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 12 November 2009 di kelas IV pada jam ke 1 dan jam ke 2 menyelesaikan operasi hitung campuran perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan dengan empat tanda operasi hitung secara bervariasi melalui pembelajaran STAD. 2. Tindakan kelas siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan dengan kegiatan sebagai berikut : (a) Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari tanggal 2011 di kelas IV

pada jam pelajaran ke 1 dan ke 2 menyelesaikan operasi hitung campuran perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurang dengan tiga tanda operasi hitung secara bervariasi dengan model STAD melalui kelompok kecil. (b) Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari tanggal 2011 di kelas IV pada jam pelajaran ke 1 dan ke 2 menyelesaikan operasi hitung

25

campuran perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan dengan empat tanda operasi hitung dengan model STAD melalui kelompok besar. 5. Observasi dan Evaluasi Pada tahap ini guru melakukan observasi kegiatan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung campuran melalui tugas LKS, yang dikerjakan berkelompok. Sedangkan evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa mealui tes kuis pada setiap akhir pertemuan. 6. Refleksi Hasil observasi pelaksanaan KBM oleh guru maupun observasi tugas LKS yang dikerjakan siswa dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis dengan menggunakan skala persentasi dan disajikan dalam bentuk tabel. Dari hasil data yang selanjutnya guru dapat mengadakan refleksi diri untuk tindakan kelas pada siklus berikutnya.

7. Data dan Teknik Penggalian Data a. Sumber Data Data penelitian kelas ini dikumpulkan oleh peneliti yang dilaksanakan dengan menyajikan cara pengerjaan operasi hitung campuran mata pelajaran Matematika kepada siswa kelas IV SDN Danau Karya 1 kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala. b. Jenis Data

26

Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Data Pembelajaran Guru 2. Data Aktivitas belajar siswa 3. Data hasil belajar c. Cara Penggalian Data a. Data pembelajaran guru diambil melalui observasi aktivitas belajarmengajar di kelas yang diamati oleh seorang observer teman sejawat ( Pamong) yang merupakan satu-satunya guru mempunyai latar belakang pendidikan serjana ( S1) dalam menerapkan model pembelajaran STAD pada siklus I dan siklus II b. Aktivitas belajar siswa diambil melalui kegiatan siswa belajar dalam menyelesaikan operasi hitung campuran melalui pembelajaran STAD secara individu maupun kelompok. c. Data hasil belajar diperoleh melalui tes tertulis siswa berupa kuis pada setiap akhir proses pembelajaran.

8. Indikator Keberhasilan Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa tentang konsep operasi hitung campuran melalui tes tertulis pada kahir proses pembelajaran mencapai kualifikasi baik yaitu nilai rata-rata 65 sebagaimana ditentukan dalam kurikulum Matematika tentang ketuntasan belajar minimal. 9. Rencana Kerja

27

1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jenis Kegiatan Penyusunan Proposal Konsultasi Penyusunan Desain PTK Persiapan Tindakan Siklus I Pelaksanaan Tindakan Obsevasi /Evaluasi Analisis/Refleksi Siklus II Pelaksanaan Tindakan Obsevasi /Evaluasi Analisis/Refleksi Penyusunan Laporan PTK X

2 x

Bulan Ke 3 4 x X x x x x X x x x x x x x x x

5 x X X x x x x x x x

6 x

X x x

28

You might also like