You are on page 1of 29

LAPORAN AKHIR

PERANCANGAN POMPA HIDRAM DI DESA BANYUSOCA, PLAYEN, GUNUNGKIDUL

Oleh: PT. HIDRAM JAYA LESTARI

PROGRAM STUDI FISIKA TEKNIK JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mursid Lafaliana N. Rendra Wahyudityo Aditya Muhtadi Arief Jafar Aulia Wintoro P. Ainur Rofiq F. Eli Kumolosari Arni Fadhilla P. Arief Setyajati 34135 33949 33979 34272 33652 34098 34613 33989 34043 34222 33930 33963 33996 34544

10. Usludin Ghoni 11. Veven Supraba W. 12. Lasimun 13. Anash Hardhika 14. Muhammad Sobri

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan mutlak diperlukan untuk kehidupan manusia mulai dari kebutuhan sehari-hari (mandi, mencuci, minum, dsb), industri, irigasi, peternakan, pertanian, PLTA, pariwisata, dan lain-lain. Keberadaan serta distribusi air di setiap wilayah tentu saja tidak sama karena dipengaruhi oleh perbedaan kondisi geografis tiap wilayah. Kondisi lingkungan fisik yang berbeda menyebabkan proses hidrologi yang berbeda yang selanjutnya menyebabkan perbedaan sumber daya air yang tersedia di suatu daerah. Potensi ketersediaan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu ketersediaan air permukaan (ketersediaan air hujan dan air sungai) dan ketersediaan air tanah (relatif lebih sulit diprediksi). Air juga memiliki multi dimensi ketersediaan, baik terhadap waktu (musim kemarau atau musim penghujan) maupun terhadap ruang, dalam kaitannya dengan kuantitas dan kualitas mutu air. Oleh karena itu perlu adanya suatu manajemen air secara terpadu. Dalam manajemen air tersebut perlu dilakukan kajian keseimbangan antara potensi ketersediaan dan kebutuhan air. Di Indonesia sendiri, air masih menjadi salah satu permasalahan di beberapa daerah yang tentu saja harus sesegera mungkin diselesaikan, karena menyangkut kualitas hidup banyak orang. Padahal Indonesia memiliki potensi air yang luar biasa besar. Beberapa daerah yang secara geografis berada di dataran tinggi cenderung lebih banyak memiliki masalah mengenai minimnya ketersediaan air tersebut. Untuk mendapatkan air mereka menggunakan berbagai macam cara antara lain sistem tadah hujan, pengangkatan air dengan pompa, pengangkatan air dengan hidram, dsb. Pompa hidram adalah suatu alat yang digunakan untuk memompa dengan cara menaikkan air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan hasil guna tinggi dimana mampu mengalirkan air terus menerus. Prinsip kerjanya adalah pemanfaatan tekanan air yang jatuh. Pompa ini bekerja tanpa membutuhkan bahan bakar maupun listrik Oleh karena itu pompa ini cocok diaplikasikan di desa yang membutuhkan air, di mana daya beli masyarakat akan bahan bakar rendah. Selain itu, pembuatan dan perawatan pompa ini sederhana dan suku cadangnya juga mudah diperoleh, sehingga cocok untuk daerah yang tingkat kemampuan teknis masyarakatnya terbatas.

Di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa daerah masih mengalami kesulitan air. Salah satu dusun yang mengalami masalah tersebut, namun di sisi lain memiliki potensi air yang cocok untuk dibangun pompa hidram adalah Dusun Mangguro, Desa Banyusoca, Kecamatan Playen. Sumber air yang ada, yang terletak di Dusun Klepu memiliki syarat yang memenuhi untuk dibangun hidram, mulai dari debit, ketinggian, dsb. Berdasarkan hal tersebut dirancanglah suatu sistem pompa hidram di daerah tersebut.

B. TUJUAN Tujuan dari perancangan pompa hidram ini adalah 1. Mengetahui prinsip kerja pompa hidram dan manfaatnya. 2. Mengetahui syarat air yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan hidram. 3. Mengetahui cara merancang sistem hidram yang baik. 4. Bisa menjadi referensi untuk eksekusi pembuatan hidram di daerah bersangkutan.

C. MANFAAT 1. Mahasiswa mendapat pengetahuan secara riil mengenai pompa hidram, baik prinsip kerja, syarat air, dsb. 2. Mahasiswa mendapat pengalaman merancang sistem hidram untuk diaplikasikan di daerah yang nyata. 3. Mahasiswa mendapat pengalaman pengukuran riil di lapangan. 4. Hasil rancangan bisa dijadikan bahan acuan untuk pembangunan hidram di daerah bersangkutan jika dinyatakan layak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. POMPA HIDRAM Pompa hidram atau singkatan dari hidraulik ram berasal dari kata hidro = air (cairan), ram = tekanan, hantaman atau pukulan. Jadi pompa hidram adalah sebuah pompa yang energi atau tenaga penggeraknya berasal dari tekanan atau hantaman air yang masuk ke dalam pompa melalui pipa dan harus berjalan secara kontinu atau terusmenerus (Suyitno, 2008). Dalam operasinya, pompa ini tidak memerlukan bahan bakar, biaya operasinya murah, tidak memerlukan pelumasan, dan perawatannya sederhana. Prinsip kerja pompa ini adalah memanfaatkan water hammer (palu air) yang terjadi akibat proses perubahan energi kinetik aliran air menjadi tekanan dinamik. Pompa ini terdiri dari pipa pemasukan, pipa pengantar, katup limbah, katup pengantar, katup udara, dan ruang udara.

Cara kerja pompa hidram adalah sebagai berikut: Air mengalir dari sumber air (3) melalui saringan (4) dan drive pipe (2) kedalam rumah pompa (5). Sebagian air terbuang keluar melalui waste valve (1) sampai air memenuhi rumah pompa (5) . Ketika rumah pompa sudah penuh dengan air dan air mampu mendorong waste valve hingga menutup, maka air masuk kedalam air chamber (7) melalui delivery valve (6). Ketika ketinggian air didalam air chamber lebih tinggi dari kedudukan check valve (9), maka udara yang berada didalam air chamber tertekan sehingga menimbulkan Water hammer efect dan menekan air kebawah sehingga delivery valve tertutup dan air terdorong keluar melalui check valve (9) dan delivery pipe

(8). Sementara itu didalam rumah pompa (5) waste valve (1) membuka kembali akibat berat dari valve itu sendiri, sehingga sebagian air didalam rumah pompa (5) terbuang keluar melalui waste valve (1) dan air mengalir kembali dari sumber air (3) kedalam rumah pompa (5) sampai akhirnya mampu mendorong kembali waste valve (1) sehingga tertutup lagi dan air masuk kedalam air chamber (7). Demikian siklus tersebut terjadi berulang-ulang sehingga terjadi proses pemompaan dari sumber air ketempat yang lebih tinggi dari sumber air tersebut. Berikut ini adalah gambaran instalasi pompa hidram yang diambil dari jurnal ilmiah Fennani Arpan, 2002:

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam merancang pipa masukan hidram antara lain: Menghitung debit air pemasukan Untuk menjaga kestabilan debit air input hidram digunakan bak penampung, sehingga kecepatan air yang keluar dari bak penampung dapat menggunakan rumus = 2 , di mana v = kecepatan air (m/s), g = percepatan gravitasi (10 m/ ),

dan h = ketinggian air pada bak penampung (meter) Perhitungan besar debit air masukan hidram adalah Q=A.v, di mana A=luas penampang pipa ( Menghitung debit air pengeluaran Perhitungan debit air pengeluaran dapat menggunakan rumus = ) dan v=kecepatan air

Di mana = debit air keluaran yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan warga = tinggi jatuh vertikal = debit sumber air yang masuk ke pompa = tinggi angkat vertikal = efisiensi hidram

Parameter kelayakan pemanfaatan sistem hidram: Belum ada pelayanan air bersih Sumber air bersih yang ada sulit dijangkau karena kondisinya terletak pada kecuraman Tidak ada alternatif air bersih lain Jumlah minimum air baku yang diperlukan mencukupi (kontinu) untuk memberikan tenaga pada pompa Sumber air baku terletak pada ketinggian Letak pompa tidak pada daerah banjir Daya angkat hidram 15 kali tinggi jatuh vertikal air baku Kualitas debit air minimal 0,3 liter/detik Debit air baku harus kontinu pada musim kemarau B. AIR DI GUNUNGKIDUL Kabupaten Gunung Kidul adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di utara dan timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di barat. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian wilayah Gunung Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi bencana kekeringan.

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul:


Gedangsari Girisubo Karangmojo Ngawen Nglipar Paliyan

Panggang Patuk Playen Ponjong Purwosari Rongkop

Saptosari Semanu Semin Tanjungsari Tepus Wonosari

Untuk masalah air, tanah Gunungkidul selatan yang gamping memaksa warga memeras keringat demi air bersih. Di wilayah tersebut, air hujan tidak bisa menggenang. Air hanya mengalir di perut bumi, tetapi bisa ditemukan dalam lorong-lorong gua. Kawasan bagian selatan dikenal sebagai perbukitan karst, bagian dari Pegunungan Karst Gunungsewu yang membujur di selatan Jawa. Dahulu Gunungkidul terutama wilayah selatannya adalah dasar laut. Proses teknonik jutaan tahun membuat dasar laut itu terangkat, tenggelam, dan kemudian kembali terangkat ke permukaan seperti sekarang. Alhasil, permukaan kawasan itu disusun oleh karang yang terbatukan menjadi gamping. Di selatan saat musim penghujan, masyarakat berusaha memanen hujan dengan bak-bak penampungan. Saat kemarau mendera, berbagai bentuk perburuan air pun dimulai. Dengan berjalan kaki atau bersepeda motor, warga tanah kapur akan pergi mencari gua-gua tempat mengalirnya sungai-sungai bawah tanah, sumur-sumur dalam yang masih basah, atau kubangan-kubangan yang tetap menyisakan air. Dari data yang ada, sedikitnya 11 kecamatan dari 18 kecamatan yang ada di Gunung Kidul selalu mengalami krisis air bersih tahunan sepanjang musim kemarau.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN PERANCANGAN Dalam perancangan ini, data-data yang dibutuhkan adalah 1. Data ketinggian sumber air (dari permukaan laut). 2. Data ketinggian lokasi bak penampung yang direncanakan (dari permukaan laut). 3. Data ketinggian lokasi pompa hidram yang direncanakan (dari permukaan laut). 4. Data ketinggian lokasi tujuan (dari permukaan laut). 5. Data debit mata air. 6. Data jumlah kk di lokasi tujuan.

B. ALAT PENGUKURAN DAN PERANCANGAN Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengukuran dan perancangan adalah 1. Peralatan tulis (kertas, pensil, penghapus, penggaris) 2. PC / laptop 3. Software Corel Draw X4 4. Digital Camera 5. GPS 6. Benang, stereofoam, meteran 7. Stopwatch

C. PROSEDUR PERANCANGAN 1. Mencari referensi-referensi mengenai pompa hidram (definisi, fungsi, prinsip kerja, syarat, material yang digunakan, dsb). 2. Menentukan lokasi perancangan hidram. 3. Survey lokasi sumber air, lokasi rencana pemasangan hidram, dan lokasi tujuan hidram. 4. Mengambil data-data yang diperlukan dalam perancangan. 5. Melakukan survey referensi. 6. Melakukan perancangan.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

A. DATA-DATA YANG DIPEROLEH DI LAPANGAN Lokasi-lokasi Lokasi sumber air: Dusun Klepu, Desa Banyusoca, Playen, Gunungkidul Rencana lokasi pemasangan pompa hidram: Dusun Klepu, Desa Banyusoca, Playen, Gunungkidul Lokasi tujuan / sasaran pengangkatan air: Dusun Mangguro, Desa Banyusoca, Playen, Gunungkidul Jumlah kk: 87 kk (786 jiwa) Data ketinggian Lokasi Daerah aliran mata air Lokasi bak penampung Lokasi pemasangan pompa hidram Lokasi tujuan Sudut kemiringan lokasi pompa hidram: 320 Debit aliran mata air: Qin=1324 l/s Hari 1 Debit terukur (l/s) 1 2 3 4 1.301 1.321 1.314 1.312 Hari 2 Debit terukur (l/s) 1 2 3 4 1.345 1.355 1.323 1.321 Tinggi (mdpl) 143 140 110 160

Lokasi (DAS) 143 mdpl

5 1.311

Lokasi (DAS) 143 mdpl

5 1.333

Pengukuran debit mata air dilakukan dalam waktu dua hari pada minggu yang berbeda dan 5 kali pengukuran di tiap titik di 4 Daerah Aliran Mata Air dengan variasi ketinggian, dimulai dari hulu (sumber mata air) dengan ketinggian 179 mdpl, daerah aliran di ketinggian 160 mdpl, 155 mdpl, 143 mdpl. Dari pengukuran di tiap lokasi kami kemudian merata-ratakan nilai debit yang terukur.

B. PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 1. Bak Penampung Input Hidram Lokasi bak penampung terletak pada ketinggian 140 mdpl dengan Set Point level air adalah 1,5 meter, sehingga perkiraan ukuran dari bak penampung adalah 2x2x2 Bagian-bagian dari bak penampung antara lain: Pengontrol Debit (sekat pipa) Debit sungai pada ketinggian 143 mdpl adalah sebesar 1.28 1280 L/s dengan rincian sebagai berikut Lebar sungai Tinggi muka air : 2 meter : 0,8 meter /s, atau sebesar .

Kecepatan aliran : 0,82 m/s Sehingga debit sungai terukur sebesar Q= 2 m.0,8 m.0,82 m/s= 1,312 /s = 1.312 L/s

Untuk menjaga level air pada bak penampung sesuai dengan set point yang telah di tentukan (level air bak 1,5 m) maka diperlukan adanya sekat pipa pengatur yang berfungsi untuk mengatur debit air saluran masuk bak dan level air pada bak. Hal ini dikarenakan oleh adanya fluktuasi debit air sungai yang pasti terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Sekat pipa dikendalikan secara manual oleh seorang operator/petugas jaga. Pada sekat pipa sebaiknya dipasang indikator level air pada bak, sehingga aktifitas penkontrolan level air menjadi lebih mudah Saluran Masukan Bak Saluran masukan bak sangat berperan untuk menjaga level air sesuai dengan set pointnya bentuknya dapat terbuat dari beton atau pipa. Pertimbangan dimensi saluran masukan bak,menggunakan prinsip sebagai berikut Q.input bak = Q output bak dimana Q output bak = Q masukan hidram yaitu 44,3 L/s sehingga Q masukan bak juga harus di usahakan sebesar 44,3 L/s. Diketahui bahwa kecepatan aliran sungai adalah sebesar 0,82 m/s, sedangkan debit yang ingin dicapai adalah sebesar 44,3 L/s=0,443 permukaan aliran harus sebesar Q/v =
, , / /

/s, sehingga luas =54.02

=0,5402

Dari hasil tersebut,maka kita dapat memilih pipa yang memilki luas penampang mendekati 54.02 . Untuk saluran masukan bak ini, kita gunakan pipa

dengan ukuran diameter 4,14 cm idealnya namun bias juga memakai pipa dengan ukuran 2 inchi sehingga luas aliran menjadi sebesar 81,03 Akibatnya Q.input bak Q output bak Untuk menjaga atau menurunkan debit agar Q.input bak = Q output bak maka digunakan sekat pipa sebagai pengontrol debit masukan bak. Selain memakai sekat pipa sebagai pengontrol debit,pipa masukan bak harus memakai filter, filter tersebut dapat dipasang pada sungai tepatnya di area sekitar inlet saluran masukan bak. Sedangkan panjang dari saluran masukan sendiri adalah meter. Badan Bak Dimensi badan bak yang dipakai dalah 2x2x2 penampung adalah sebesar 8 aman untuk menampung 6 ,sehingga volume bak .

Pemakaian pipa dengan ukuran 2 inchi akan berpengaruh pada kenaikan debit.

.Volume bak dengan ukuran ini dirasa cukup air yang terjaga tetap,karena level air dijaga tetap =6 .

sebesar 1,5 meter sehingga volume air ditampung adalah 2x2x1,5

2.

Pipa Masukan dan Keluaran Hidram Pertimbangan yang digunakan dalam merancang pipa masukan hidram antara lain: Menghitung debit air pemasukan Untuk menjaga kestabilan = 2 debit air input hidram digunakan bak

penampung,sehingga kecepatan air yang keluar dari bak penampung dapat menggunakan rumus ,dimana v = kecepatan air(m/s),g = percepatan

gravitasi (10 m/ ),dan h = ketinggian air pada bak penampung(meter),dengan asumsi level air pada bak dijaga tetap setinggi 1,5 m maka didapatkan = 2.10. 1,5 = 5,47 m/s

Perhitungan besar debit air masukan hidram adalah Q=A.v Dimana A=luas penampang pipa ( ) dan v=kecepatan air,pipa masukan

hidram yang dipakai adalah pipa dengan diameter 4 inchi atau dengan jari-jari sebesar 2 inchi

sehingga debit masukan hidram adalah sebesar: Q=3,14x(2x0,0254) x5,47 Q=0,0443 /s atau sama dengan 44,3 L/s .

Menghitung debit air pengeluaran Perhitungan debit air pengeluaran,dapat menggunakan rumus dibawah ini: = Dimana = debit air keluaran yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan warga = tinggi jatuh vertikal = debit sumber air yang masuk ke pompa = tinggi angkat vertikal = efisiensi hidram Jika kita menggunakan nilai efisiensi sebesar 0,5, maka Qout yang didapatkan adalah sebesar = , / ,

Q out = 13,29 L/s

Dengan menggunakan data jumlah warga di lokasi tujuan dan berdasarkan data yang diberikan oleh Puslitbang Permukiman 2001 tentang petunjuk teknis

pemakaian hidram untuk pemukiman,maka untuk lokasi tujuan yang memiliki populasi sebanyak 386 jiwa,target debit output dari hidram yang kami rancang (liter/hari) adalah sebesar 90.000 Liter/hari = 1,042 L/s secara kesluruhan atau sama dengan 114,504 Liter/hari untuk tiap orangnya atau sama dengan 1,325 x 10 L/s untuk tiap orangnya.

Jika kita membandingkan antara permintaan pemenuhan air dengan Q out yang dihasilkan berdasarkan perhitungan matematik maka kebutuhan sebesar 1,042 L/s jelas telah terpenuhi dengan asumsi efisiensi hiram yang dipakai adalah 0,5. Berdasarkan hasil analisis tentang hubungan diameter pipa penghantar pada hidram dengan efisiensi 0,5-0,6 terhadap debit air pengeluaran pompa yang dilakukan Puslitbang Permukiman 2001, maka dengan memakai pipa pengeluaran sebesar 2 inchi, kita diprediksi mampu mendapatkan kuantitas debit pengeluaran sebear 90.000 L/s. Pertimbangan lokasi hidram Pertimbangan lokasi hidram, didasari oleh beberapa hal antara lain: Debit sungai yang dipakai Kecuraman medan dan perbandingan dimensi pipa masukan hidram. Kecuraman lokasi sangat berpengaruh terhadap kesuksesan instalasi sistem pompa hidram. Aturan yang dipenuhi,untuk menghindari kegagalan instalasi adalah

Berdasarkan aturan instalasi tersebut,maka kita harus mengukur kedua parameter teknis yang ada. a. Parameter kecuraman Berdasarkan data survey,lereng dimana tempat hidram akan dipasang memilki kemiringan 32 sehingga dengan asumsi kemiringan lereng 32 dan lereng dianggap cukup rata,kita dapat mengetahui panjang pipa masukan hidram dengan rumus sinus, yaitu: Sin =

0.551 = 30 m/L L = 54,46 m Dari hasil tersebut maka parameter L/H = 3-7 tidak terpenuhi atau dengan kata lain lokasi terlalu curam dan instalasi hidram tidak layak.
,

= 1.81

Untuk menyiasati hal tersebut, agar hidram dapat dipasang (parameter teknis terpenuhi hal yang dapat kita lakukan adalah menggeser letak pompa hidram pada ketinggian yang sama (110 mdpl) beberapa meter agar panjang pipa masukan semakin bertambah,nilai L membesar. Berdasarkan persamaan parameter teknis,untuk H = 30 m nilai L yang dibutuhkan agar L/H minimal mencapai 3 adalah 90 m, namun dalam perancangan kali ini kami mengambil nilai L pipa masukan hidram sebesar 95 m. Rekayasa posisi yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut (tampak atas):

54,46 m

95 m 54,46 m

X Nilai x adalah jarak pergeseran pompa hidram yang dibutuhkan.Nilai x dapat diketahui menggunakan aturan sinus dan cosinus,yaitu: Arc sin 54,46/95 = = , = x/95 m

= 77,84 m Jadi lokasi pompa harus digeser sebesar 77,84 m ke arah kanan pada ketinggian yang sama untuk memenuhi parameter teknis kecuraman. Sedangkan untuk perbandingan panjang dengan diameter L/D:
,

= 935,039

Berdasarkan hasil tersebut maka parameter teknis yang kedua telah terpenuhi.

3.

Bak Penampung Output Hidram Dimensi bak penampung di lokasi tujuan hidram yang kami desain adalah : Panjang Lebar Tinggi :3m :3m :3m yang selanjutnya akan di

Sehingga voume dan daya tampung adalah sebesar 9 distribusikan ke rumah-rumah warga.

GAMBAR HIDRAM

Bagian Hidram 1. Ruang Udara Ruang udara merupakan tempat udara tersimpan dimana udara ini akan menghambat air sehingga air dapat keluar melaui lubang keluaran untuk kemudian bergerak menuju pipa keluaran yang akan menghantarkan air menuju tempat tujuan. Ruang udara harus dibuat sebesar mungkin karena berfungsi untuk memampatkan udara dan menahan tekanan dari siklus ram yang memungkinkan aliran air secara tetap melaui pipa pengantar dan kehilangan tenaga karena gesekan diperkecil. Udara yang tersimpan dalam ruang udara diisap perlahan-lahan oleh turbulensi air yang masuk melalui katup pengantar. Udara ini harus diganti dengan udara yang baru melalui katup udara. 2. Reducer Pipa Reducer pipa berfungsi untuk menggabungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda, bias dari pipa yang diameter besar ke pipa yang berdiameter kecil atau sebaliknya.

3.

Double Niple Dobel niple ini berfungsi untuk menyambungkan tiap bagian.

4.

Sambungan T Sambungan T berguna untuk menggabungkan tabung udara dengan check valve dan daerah keluaran.

5.

Katup Pengantar Katup pengantar harus mempunyai lubang yang besar sehingga memungkinkan air yang dipompa memasuki ruang udara tanpa hambatan pada aliran. Katup ini dapat dibuat dengan bentuk yang sederhana yang dinamakan katup searah (non-return). Katup ini dibuat dari karet kaku dan bekerja seperti pada katup kerdam.

6.

Belokan (Elbow) Belokan (elbow) berguna untuk menggabungkan antara percabangan pertama dengan check valve.

7.

Pemberat/tangkai katup/batang kendali Pemberat/batang kendali merupakan batang yang sudah terdapat dalam check valve itu sendiri dimana batang ini berfungsi untuk menjaga air untuk tetap masuk dan tidak keluar dari bagian tabung udara sehingga air dapat dialirkan menuju bagian keluaran.

8.

Saluran Katup Limbah Saluran katup limbah berguna untuk menyalurkan air yang terbuang sebagai konsekuensi tekanan pada hidram.

9.

Penyanggah Katup Penyanggah katup berfungsi untuk menjaga tangkai katup tidak goyang.

10. Plat Katup Limbah Plat katup limbah berfungsi untuk menyanggah katup agar naik dan turun pada range tertentu. 11. Katup Limbah Katup ini berfungsi sebagai pompa air, sehingga harus dirancang sedemikian rupa agar berat dan gerakannya dapat disesuaikan. Katup limbah dengan tegangan yang berat dan jarak lubang katup yang cukup jauh memungkinkan kecepatan aliran air dalam pipa pemasukan lebih besar, sehingga pada saat katup menutup terjadi energi tekan yang besar dan menimbulkan efek palu palu air. Sedangkan katup limbah yang ringan dan gerakannya pendek akan memberikan pukulan atau denyutan yang lebih cepat dan menyebabkan hasil pompa yang lebih besar pada tinggi pemompaan yang rendah.

12. Sambungan T Sambungan T untuk menggabungkan daerah masukkan dengan waste valve dan belokan 900. 13. Pipa Masukan Pipa ini berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air atau tangki pemasukan ke pompa hidram. 14. 15. 16. Water Mur Water mur berguna untuk menyambungkan pipa dengan hidram.

C. MATERIAL YANG DIGUNAKAN 1. Pipa Masukan Di sini kami memilih baja sebagai material pipa masukan hydram yang kami rancang. Baja sendiri merupakan paduan besi dan karbon(Fe-C). Selain itu ada beberapa unsur lain akan tetapi jumlahnya dibatasi, seperti sulfur(S), Fosfor(P), Silikon(Si), dan lain-lain. Menurut kandungan karbonnya, baja dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: a. Baja karbon rendah (low carbon steel) machine, machinery dan mild steel

Yakni baja yang memiliki komposisi massa karbon kurang dari 0,25% dari massa baja. Mikrostrukturnya terdiri dari ferrite dan pearlite sehingga Baja Karbon Rendah ini lunak. Akan tetapi memiliki ductility yang baik, tidak mudah patah. Sehingga mudah ditempa. Pada kondisi lingkungan standard, bahan ini tahan terhadap korosi. b. Baja karbon menengah (medium carbon steel) Merupakan baja yang memiliki komposisi massa karbon antara 0,25 % sampai 0,60 % dari massa baja. Dalam prosesnya dilakukan austenitizing, quenching, lalu kemudian tempering. Hal ini untuk mendapatkan sifat mekanik yang baik(ductility, toughness, strengthness, dan lain-lain). Dengan menambahakan chromium, nickel, dan molybdenum dapat menaikkan strength-ductility. Kekuatan dari baja karbon menengah ini lebih tinggi daripada baja karbon rendah. Akan tetapi dutility lebih rendah sehingga lebih sulit untuk ditempa. c. Baja karbon tinggi (high carbon steel) tool steel

Kandungan massa karbonnnya antara 0,60 % sampai 1,40 % dari massa baja. Golongan baja ini memiliki sifat sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong.

Untuk material pipa masukan dari Hidram yang kami rancang kami memilih Baja Karbon Medium atau Medium Carbon Steel, dengan pertimbangan berikut ini: 1) Tahan tekanan Tekanan yang dimaksud adalah tekanan air yang melewati pipa masukan. Seperti yang kita tahu bahwa air dalam pipa masukan mengalir dari tepat yang tinggi ke tempat yang rendah. 2) Tahan korosi Diperlukan bahan yang tidak mudah terkorosi karena pipa masukan ini kontak langsung dengan air. Pada bagian luar pipa yang terhubung dengan lingkungan luar kemungkinan korosi juga tinggi. Untuk itu diperlukan pelapisan. Kemungkinan korosi tersebut bisa diakibatkan oleh uadara yang lembab ataupun air hujan yang kita tahu sangat mudah mengakibatkan korosi. 3) Tidak mudah patah Dengan sifat ductility dan toughness yang dimiliki oleh baja karbon sedang maka menurut kami pipa masukan yang kami rancang nantinya tidak mudah patah bila terkena beban atau goncangan. Goncangan yang mungkin terjadi seperti gempa bumi.

2.

Pipa Keluaran Pipa keluaran dari hidram yang kami rancang terbuat dari PVC(Polivinil Chlorida). Dengan pertimbangan PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya ftalat. Selain itu PVC sebagai polimer tidak akan mengalami korosi walaupun kontak langsung dengan air. Pada umumnya proses produksi pada PVC yang dipakai adalah polimerisasi suspensi. Pada proses ini, monomer vinil klorida dan air diintroduksi ke reaktor polimerisasi dan inisiator polimerisasi, bersama bahan kimia tambahan untuk menginisiasi reaksi. Kandungan pada wadah reaksi terus-menerus dicampur untuk mempertahankan suspensi dan memastikan keseragaman ukuran partikel resin PVC. Reaksinya adalah eksotermik, dan membutuhkan mekanisme pendinginan untuk mempertahankan reaktor pada temperatur yang dibutuhkan. Karena volume berkontraksi selama reaksi (PVC lebih padat dari pada monomer vinil klorida), air secara kontinu ditambah ke campuran untuk mempertahankan suspensi.

Ketika reaksi sudah selesai, hasilnya, cairan PVC, harus dipisahkan dari kelebihan monomer vinil klorida yang akan dipakai lagi untuk reaksi berikutnya. Lalu cairan PVC yang sudah jadi akan disentrifugasi untuk memisahkan kelebihan air. Cairan lalu dikeringkan dengan udara panas dan dihasilkan butiran PVC. Pada operasi normal, kelebihan monomer vinil klorida pada PVC hanya sebesar kurang dari 1 PPM. Proses produksi lainnya, seperti suspensi mikro dan polimerisasi emulsi, menghasilkan PVC dengan butiran yang berukuran lebih kecil, dengan sedikit perbedaan sifat dan juga perbedaan aplikasinya. Produk proses polimerisasi adalah PVC murni. Sebelum PVC menjadi produk akhir, biasanya membutuhkan konversi dengan menambahkan heat stabilizer, UV stabilizer, pelumas, plasticizer, bahan penolong proses, pengatur termal, pengisi, bahan penahan api, biosida, bahan pengembang, dan pigmen pilihan.

3.

Katup

Katup pembuangan terdiri dari beberapa komponen: 1) Tangkai katup Bagian ini terbuat dari besi. 2) Karet katup Merupakan potongan karet ban. Ini berfungsi meredam benturan antara pemberat dengan dasar katup. 3) Pemberat Terbuat dari besi. 4) Dasar katup 5) Mur penjepit Materialnya dari besi. Seperti yang ada di pasaran pada umunya.

Katup Pengantar: Terdiri dari sambungan pipa yang ditutup plat baja lunak berbentuk lingkaran sesuai bentuk pipa. Plat baja dilubangi beberapa bagian dan diatasnya diletakkan karet kaku dengan bentuk lingkaran yang sama dengan plat baja lunak.

4.

Badan RAM

Berdasarkan gambar di atas, badan RAM secara garis besar terdiri dari elbow dan Tjunction yang keduanya terbuat dari besi cor. Untuk menghubungkan keduanya adalah dengan proses pengelasan.

5.

Tabung Udara Tabung udara di sini materialnya juga merupakan besi cor. Untuk menghubungkan tabung udara dan badan RAM digunkan mur. Bukan pengelasan.

6.

Dudukan Hidram Ini terdiri dari besi(cor) siku yang dilas

7.

Mur dan Baut pada Sambungan Materialnya dari besi. Seperti yang ada di pasaran pada umunya.

Besi Cor (Cast Iron) Merupakan paduan logam antara Besi(Fe) dan Karbon(C) dengan komposisi massa karbon 2,14 %. Biasanya kandungan massa karbon dan campuran unsur lainnya antara 3,00 % sampai 4,50 %. Sedangkan titik lebur dari Besi Cor ini mencapai 11500 C 13000C. Ini lebih rendah dari titik lebur baja. Sehingga lebih mudah di lelehkan untuk kemudian dicetak. Fe3C(cementite) 3Fe() + C(graphite)

Di atas adalah persamaan equilibrium Besi Cor. Karena adanya grafit ini maka besi cor mempunyai sifat kurang kuat dan rapuh. Ada beberapa jenis besi cor yang umum dikenal. Yaitu gray cast iron, nodular/ductile iron, white iron, dan malleable iron.

BAB V KESIMPULAN

1.

Prinsip kerja hidram: perubahan energi kinetis aliran air menjadi tekanan dinamik akibatnya menimbulkan palu air sehingga terjadi tekanan tinggi dalam pipa.

2.

Sember air yang terletak di Dusun Klepu, Desa Banyusoca, Playen, Gunungkidul layak dibangun hidram dengan tujuan Dusun Mangguro, Desa Banyusoca, Playen, Gunungkidul.

DAFTAR PUSTAKA 1. Wibowo, Bambang T. 2006. PENGARUH TEMPER DENGAN QUENCHING MEDIA PENDINGIN OLI MESRAN SAE 40 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANISBAJA ST 60. Pendidikan Teknik Mesin S1 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, Semarang. 2. http://yogoz.wordpress.com/2011/05/15/pengaruh-campuran-unsur-kimia-pada-baja/ 3. William D. Callister, Jr. Materials Science and Engineering an Introduction 6th edition. Department of Metallurgical Engineering, University of Utah. Penerbit: John Wiley & Sons, Inc. Copy tahun 2003 4. http://berita.kapanlagi.com/tekno/krisis-air-gunungkidul-mampu-diatasi-denganteknologi_print.html 5. http://harisistanto.wordpress.com/2010/07/08/hydraulic-ram-pump-pompa-hydram/ 6. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/212085766.pdf 7. faizal.web.id 8. http://www.rullysyumanda.org/environment/768-air-gunungkidul.html 9. http://regional.kompas.com/read/2011/05/31/10045361/Gunung.Kidul.Mulai.Krisis.A ir.Bersih 10. Hanafie, Jahja. De Longh, Hans. 1979. Teknologi Pompa Hidraulik Ram. Pusat Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Bandung, Bandung.

LAMPIRAN

You might also like