You are on page 1of 6

Konsep reaksi-oksidasi Pentingnya reaksi oksidasi-reduksi dikenali sejak awal kimia.

Dalam oksidasi-reduksi, suatu entitas diambil atau diberikan dari dua zat yang bereaksi. Situasinya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya, reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa merupakan pasangan sistem dalam kimia. Reaksi oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal keduanya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Konsep penting secara perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan gaya gerak listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi elektromegnet dan elektrolisis. Perkembangan sel elektrik juga sangat penting. Penyusunan komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industri kimia. a. Penemuan oksigen Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar, kombinasi antara zat dan oksigen, yakni oksidasi, paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkaratan logam pasti telah menatik perhatian orang sejak dulu. Namun, baru di akhir abad ke- 18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan sebenarnya. Pembakaran dapat dipahami hanya ketika oksigen dipahami. Sampai doktrin Aristoteles bahwa udara adalah unsur dan satu-satunya gas ditolak, mekanisme oksidasi belum dipahami dengan benar. Kemungkinan adanya gas selain udara dikenali oleh Helmont sejak awal abad ke-17. Metoda untuk memisahkan gas tak terkontaminasi dengan uap menggunakan pompa pneumatik dilaporkan oleh Hales di sekitar waktu itu. Namun, walau telah ada kemajuan ini, masih ada satu miskonsepsi yang menghambat pemahaman peran oksigen dalam pembakaran. Miskonsepsi ini adalah teori flogiston yang telah disebutkan di Bab 1. Teori ini dinyatakan oleh dua kimiawan Jerman, Georg Ernst Stahl (1660-1734) dan Johann Joachim Becher. Menurut teori ini, pembakaran adalah proses pelepasan flogiston dari zat yang terbakar. Asap yang muncul dari kayu terbakar dianggap bukti yang baik teori ini. Massa abu setelah pembakaran lebih ringan dari massa kayu dan ini juga konsisten dengan teori flogiston. Namun, ada kelemahan utama dalam teori ini. Residu (oksida logam) setelah pembakaran logam lebih berat dari logamnya. Priestley dan Scheele, yang menemukan oksigen di akhir abad ke-18, adalah penganut teori flogiston . Jadi mereka gagal menghayati peran oksigen dalam pembakaran. Sebaliknya, Lavoiseur, yang tidak terlalu mengenali teori ini, dengan benar memahamo peran oksigen dan mengusulkan teori pembakaran baru yakni oksidasi atau kombinasi zat terbakar dengan oksigen.Ia mendukung teroinya dengan percobaan yang akurat dan kuantitatif yang jauh lebih baik dari standar waktu itu. Ia menyadari bahwa penting untuk memperhatikan kuantitas gas yang terlibat dalam reaksi untuk memahami reaksi kimia dengan cara kuantitatif. Jadi ia melakukan reaksinya dalam wadah tertutup. Peran oksigen dalam pembakaran dikenali Lavoiseur; oksidasi-reduksi didefinisikan sebagai beriku.Oksidasi-reduksi dan oksigen Oksidasi: menerima oksigen Reduksi: mendonorkan oksigen b. Peran hidrogen Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organik dapat dijelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya, walaupun reaksi untuk mensintesis anilin dengan mereaksikan nitrobenzen dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan oksigen, pembentukan CH3CH3 dengan penambahan

hidrogen pada CH2=CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun, penambahan hidrogen berefek sama dengan pemberian oksigen. Jadi, etena direduksi dalam reaksi ini. Dengan kata lain, juga penting mendefinisikan oksidasi-reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan hidrogen. Oksidasi-reduksi dan hidrogen Oksidasi: mendonorkan hidrogen Reduksi: menerima hydrogen.

Penggunaan Hydrogen peroksida Hidrogen peroksida yang biasa digunakan sebagai desinfektan untuk membersihkan luka di masyarakat, menulis Roy likkle Yanong, associate profesor dan dokter hewan ekstensi, Institut Ilmu Pangan dan Pertanian, Universitas Florida. Hidrogen peroksida juga telah digunakan dalam budidaya sebagai pencelupan (mandi) pengobatan terhadap berbagai penyakit yang menyebabkan-organisme, termasuk eksternal parasit, bakteri dan jamur, pada berbagai jenis dan tahapan-hidup ikan. The US Food and Drug Administration (FDA) yang baru-baru ini disetujui hidrogen peroksida-produk berbasis budidaya, spurred besar yang memiliki kompetensi digunakan. Apakah hidrogen peroksida? Hidrogen peroksida adalah senyawa kimia H2O2. Hidrogen peroksida yang sangat reaktif, strong oxidizing dan pemutihan (whitening) agen yang diklasifikasikan sebagai korosif pada konsentrasi yang lebih tinggi dari 20 persen.

Hidrogen peroksida telah banyak medis dan non medis karena menggunakan properti ini. Bila ditambahkan ke air, hidrogen peroksida merinci oksigen ke dalam air dan sepanjang waktu, dan pembentukan oleh produk ini adalah salah satu alasan bahwa hidrogen peroksida dianggap relatif aman bagi lingkungan. Hidrogen peroksida sangat reaktif alam, dalam beberapa hal serupa dengan reactivity of potassium permanganate, menjadikannya ideal untuk digunakan di berbagai eksternal terhadap budidaya ikanmenyebabkan penyakit-organisme, tetapi mirip dengan keluhan mengenai racun. FDAproduk yang telah disetujui, 35 persen PEROX-AID (Eka Chemicals, Marietta, Georgia), tersedia pada kekuatan dari 35 persen berat / berat (misalnya, 35 persen bahan aktif). Over-the-counter produk yang digunakan untuk kesehatan manusia biasanya dijual dengan 3 persen bahan aktif.

Bagaimana stabil adalah hidrogen peroksida dalam air? Sejumlah elemen berbeda, enzymes, dan compounds, serta ringan, panas, pH tinggi dan semua mempercepat penurunan hidrogen peroksida. Penting untuk memahami stabilitas hidrogen peroksida

dalam air karena racun dapat menggunakan hasil dari penanganan dan eksposur berlebihan.

Pada 15 C (~ 59 F) dan 20 C (~ 68 F), hidrogen peroksida konsentrasi awal sebesar 10 dan 100 mg / L budaya dalam tangki air tidak terukur setelah 2-3 hari di hadapan dan aeration / atau masalah organik. Statis di bawah air dengan kondisi tidak aeration organik atau masalah, konsentrasi yang halved oleh 6 hari dan hari undetectable oleh 10 (tort et al. 2003).

Studi lain yang diuji stabilitas tangki hidrogen peroksida selama persidangan dengan ikan hias di dr tanah dan kolam tanpa ikan (Russo dkk. 2007). Tangki di persidangan, kelompok 17-25 ikan yang ditempatkan dalam terpisah, statis sistem yang terdiri dari kaca akuarium berisi 32 liter (~ 8,5 galon) air dan aeration. Awal dari konsentrasi hidrogen peroksida berkisar 1,2-26,9 mg / L. Hidrogen peroksida konsentrasi yang telah diuji 1 jam dan 24 jam setelah dosis awal telah ditambahkan. Setelah 1 jam, konsentrasi tidak berbeda secara signifikan dari semua mulai konsentrasi dalam tangki. Namun, setelah 24 jam, semua konsentrasi dalam tangki telah menurun ke 0,4-0,8 mg / L (Russo dkk. 2007).

Dalam studi yang sama, dua kolam dr tanah dengan awal hidrogen peroksida konsentrasi dari 6,46 dan 13,60 mg / L, masing-masing, yang memiliki konsentrasi 1-2 mg / L setelah 24 jam (Russo dkk. 2007).

Hidrogen peroksida muncul untuk menurunkan relatif pesat dalam kehadiran bahan organik dan aeration, namun jenis dan sifat mudah mulai konsentrasi juga akan menentukan racun untuk ikan.

Hidrogen peroksida adalah hukum untuk digunakan dalam budidaya? Pada tahun 2007, 35 persen PEROX-AID (Eka Chemicals, Marietta, Georgia) telah disetujui oleh FDA untuk pengawasan dalam kematian (1) air tawar-reared finfish telur karena saprolegniasis (umum air jamur), (2) air tawar -reared salmonids karena bakteri penyakit insang (Flavobacterium branchiophilum), dan (3) air tawar-reared coolwater finfish dan saluran catfish karena columnaris eksternal (Flavobacterium columnare) penyakit. Tidak ada bentuk lain hidrogen peroksida, termasuk yang dijual untuk penggunaan manusia, yang telah disetujui untuk digunakan dengan ikan.

Mengenal Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H 2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun. Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut: H2O2 -> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah: 1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin 2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn 3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC) 4. Permukaan container yang tidak rata (active surface) 5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya 6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi 7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek

Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB). Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida seperti PT Peroksida Indonesia Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia, dan PT Samator Inti Peroksida, tetapi kebutuhan di dalam negeri masih tetap harus diimpor.

Supercritical Carbon Dioxide adalah karbon dioksida (CO2) yang berada dalam fase cair (liquid phase),yang berada di atas ataupun pada temperatur dan tekanan kritis. Yaitu pada temperatur 31,1oC ke atas dan tekanan 73,3 atm. Zat ini banyak dimanfaatkan sebagai pelarut dalam industri,dikarenakan oleh zat ini memiliki kandungan racun yang rendah dan memiliki tidak memiliki dampak lingkungan yang berarti. Selain itu, rendahnya temperatur dari proses dan stabilitas CO2 memungkinkannya berfungsi sebagai pelarut layaknya aqua distilata. Hidrogen Peroksida (H2O2), adalah suatu senyawa yang lazim digunakan sebagai dalam proses pemutihan kertas (paper-bleaching) dan desinfektan. Hidrogen Peroksida merupakan salah satu senyawa yang tergolong ke dalam oksidator kuat. Melalui proses katalisasi, dapat dihasilkan radikal hidroksil (-OH) yang memiliki potensial oksidasi dibawah Fluor (F). Keunggulan Hidrogen Peroksida dibandingkan senyawa yang lain adalah, senyawa ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Selain itu, kekuatan oksidatornya dapat disesuaikan (adjustable). Sintesis kiral (chiral synthesis), adalah suatu proses sintesis organik yang menghasilkan suatu senyawa dengan elemen kiralitas yang diinginkan. Ada tiga jenis pendekatan kepada sintesis kiral, salah satunya adalah Katalisasi Asimetris (Assymetric Catalysis). untuk lebih jelas mengenai mekanismenya, dapat anda lihat ke http://nobelprize.org/nobel_prizes/chemistry/laureates/2001/public.html. Pada intinya, teknik yang dikembangkan oleh William S. Knowles, Ryoji Noyori, dan K. Barry Sharpless ini

menunjukkan bahwa langkah dari penelitian skala kecil menuju ke arah aplikasi industri dapat terjadi secara singkat. Selain itu, penemuan mereka sangat bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi / obat-obatan. Green Chemistry itu sendiri memiliki 12 asas, antara lain 1. Menghindari penghasilan sampah 2. Desain bahan kimia dan produk yang aman 3. Desain sintesis kimia yang tak berbahaya 4. Penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable) 5. Penggunaan katalis 6. Menghindari bahan kimia yang sifatnya derivatif (chemical derivatives) 7. Desain sintesis dengan hasil akhir (produk) yang mengandung proporsi maksimum bahan mentah 8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang aman 9. Peningkatan efisiensi energi 10. Desain bahan kimia dan produk yang dapat terurai 11. Pencegahan polusi 12. Peminimalan potensi kecelakaan kerja Seiring berkembangnya waktu, kesadaran para pelaku industri akan konsep ini semakin berkembang. Hampir setiap industri di negara-negara maju mulai menerapkan konsep kerja ini. Sementara itu, para ilmuwan pun banyak yang mulai mengadakan penelitian mendalam mengenai segala sesuatu mengenai konsep ini. Bahkan sejak tahun 1995, dibagikan The Presidential Green Chemistry Challenge Awards, kepada individu ataupun korporat yang dianggap telah turut andil dalam memberikan inovasi dalam Green Chemistry. Semua ini, dilakukan dengan satu tujuan. Yaitu, untuk menyelamatkan bumi kita yang tercinta ini. Kegiatan laboratorium tidak lepas dari penggunaan bahan kimia yang kurang ramah terhadap lingkungan. Untuk menuju green chemistry diperlukan kiat-kiat untuk menerapkan 12 prinsip di atas.

You might also like