You are on page 1of 2

KASUS : ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN Seorang pasien gangguan jiwa yang dirawat di rawat di Rumah Sakit

Jiwa X sering merepotkan perawat. Kerepotan dan gangguan pasien tersebut dialami perawat ruangan yang disebabkan oleh perilaku pasien yang sering berhandphone dengan suara keras s ehingga mengganggu pasien lain dan perawat ruangan, sering juga meminjam telepon ruangan, meminjam handphone perawat, atau meminjam hp pengunjung pasien lain. Atau menitipkan surat untuk di poskan sementara perawat tidak ada yang merasa harus mengirimkan lewat pos, pasien juga berkeras menerima kunjungan dari teman dan keluarganya tanpa memperhatikan peraturan waktu kunjungan dan jumlah pengunjung. Perawat ruangan berpendapat bahwa pasien di rawat bertugas dan berkewajiban untuk mengikuti program terapi rumah sakit, sedangkan komunikasi tidak ada kaitannya dengang program rehabilitasi pasien sehingga pasien seharusnya tidak perlu mengganggu dengan kebiasannya surat-menyurat atau komunikasi yang lain seperti tersebut di atas. Pertanyaan soal: Bagaimana pendapat anda tentang sudut pandang perawat ruangan rumah sakit X tersebut? Analisa kasus : Seorang pasien dengan gangguan jiwa yang memiliki kebiasaan dan tidak bisa untuk di tinggalkan tidak dapat dipaksakan untuk meninggalkan kebiasaan tersebut. Apabila hal tersebut dilakukan akan membuat pasien merasa tertekan dan membuat keadaan semakin memburuk. Apabila apa yang dilakuan oleh pasien mengganggu lingkungan sekitar harus diberikan terapi secara bertahap untuk meninggalkan kebiasaan yang mengganggu lingkungan. Sebagai perawat seharusnya dapat memahami dan memaklumi tingkah laku pasien karena mengingat pasien tersebut menderita gangguan jiwa, perawat dilarang memaksakan kehendak tanpa memperdulikan hak hak pasien. Jawaban : C. Tidak sefaham, pasien berhak berkomnikasi dengan catatan kebiasaan pasien tidak mengganggu dan merugikan orang lain

KASUS (vignete): ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN jiwa Hak-hak klien gangguan jiwa dalam etik keperawatan antara lain adalah hak untuk menjalankan keinginannya. Suatu hari anda mengetahui seorang gangguan jiwa berkeliaran di jalanan di kota di mana anda tinggal.Kondisi fisik kotor, kumal, perilaku tidak membahayakan orang lain, dan anda mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisinya buruk. Usia sekitar 45 sd. 55 tahun Kondisi lain anda tidak mengetahui dengan pasti. Sampai beberapa mingu tidak Anda lihat tindakan instansi yang berwenang (pemerintah) terhadap penderita gangguan jiwa jalanan tersebut. Pertanyaan soal: Bagaimana anda memandang fenomena tersebut? Analisa kasus : Bahwa sesungguhnya pemerintah wajib untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. Sedangkan dalam kasus di atas terdapat seorang dengan gangguan jiwa berkeliaran di jalanan yang setiap saat dapat terancam keselamatannya karena tidak mampu melindungi dirinya sendri oleh karena itu pemerintah seharusnya memberikan perhatian khusus kepada mereka, seperti menyediakan sarana yang menjamin kehidupan mereka. Karena mereka juga berhak mendapatka kehidupan yang layak meskipun meraka menderita gangguan kejiwaan. Apabila mereka dibiarkan nerkeliaran di jalanan dikhawatirkan akan mengganggu orang lain dan dirinya sendiri.

Jawaban : B. Pemerintah BERTANGGUNG JAWAB untuk melakukan penjemputan paksa terhadap penderita tersebut karena kewajiban negara untuk melindungi warga negara yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri.

KASUS (vignete): Anda adalah perawat di Rumah Sakit Jiwa Poltekkes Malang (RSJPM). Sudah hampir menginjak hari ke 3 hari Si G (Laki-laki, usia 51 tahun, seorang pasien dengan diagnosa schizofrenia paranoid, sudah dirawat 7 hari, keluarga pasien tidak menunggui karena perawatan diserahkan kepada RSJPM) menolak makan dan Anda sebagai perawat dan tim lain sudah melakukan berbagai cara persuasif untuk membujuk agar mau makan. Akhirnya tim medis dan paramadis memutuskan untuk dilakukan tindakan bersifat paksa dengan melakukan pengikatan dan pemasangan sonde untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pertanyaan soal: Bagaimana menurut anda dikaitkan dengan aspek legal dan etik keperawatan? Analisa kasus : Perawat tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan tanpa adanya persetujuan dari pihak klien, namun apabila persetujuan tidak memungkinkan dan klien harus dilakukan tindakan dengan segera maka, persetejuan dari pihak klien tidak diperlukan lagi. Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan medis sangat tepat, karena apabila tidak segera dilakukan tindakan pemasangan sonde, maka akan membahayakan keselamatan klien.

You might also like