You are on page 1of 38

Perencanaan Pembelajaran Fisika

Sistem Penilaian

Oleh: Zuhriyati 090210102002 090210102050

Nurul Hikmatul J

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 20112

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada era kompetitif, semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui

pendidikanyang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas yang mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien. Dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, produtivitas negara akan meningkat, dan pada akhirnya diharapkan akan mampu meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan dilaksanakan secara kualitas pendidikan merupakan suatu proses dan berkesinambungan dalam yang rangka

dinamis

meningkatkan kualitas pendidikan dan berbagai faktor

yang berkaitan

dengannya, dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Program peningkatan kualitas pendidikan dilakukan salah satunya dengan cara memperbaiki sistem penilaian. Sistem penilaian di Indonesia adalah sistem penilaian berbasis kelas yang dikaitkan dengan pengertian penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengekfektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, makalah ini akan membahas secara rinci mengenai sistem penilaian, khususnya sistem penilaian yang berbasis kelas.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana prinsip- prinsip dan strategi penilaian kelas? 2. Apasajakah ragam penilaian dikelas?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui prinsip- prinsip dan strategi penilaian kelas 2. Untuk mengetahui ragam penilaian kelas

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Prinsip- Prinsip Dan Strategi Penilaian Kelas 1. Pengertian Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Perubahan kurikulum kali ini hendaknya dipahami tida hanya sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan

perkembangan, tetapi pergeseran paradigma (paradigm shift) dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input- oriented education) ke pendekatan pendidikan berorientasi masukan (countcome- based education). Secara lebih sederhana, apa yang harus diterapkan sebagai kebijakan kurikuler secara nasional bergeser dari pertanyaan tentang apa yang harus diajarkan (kurikulum) kepertanyaan tentang apa yang ingin dikusai anak (standar kompetensi) pada tingkatan dan jenjang pendidikan tertentu. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi dikelas. Hasil kegiatan peserta didik yang berupa kemampuan kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Implikasi dari diterapkannya standar kompetensi dalam proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baikyang bersifat formatif maupun sumatif harus

menggunakan acuan criteria. Untuk itu dalam menerapkan standar kompetensi, guru harus: Mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency

matrix) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah. Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan pengusaan kompetensi.

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik : 1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran (a pert of, not apart from instruction). 2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school workkind of problems). 3. penilaian harus menggunaan berbagai ukuran, metode dan criteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, efektif, dan sensorimotorik).

2. Tujuan Penilaian Kelas Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut. 1) Penelurusan (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses

pembelajaran anak didik tetap sesuai rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa. 2) Pengecekan (checking- up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahankelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan informal guru melakukan pengecekan

kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah kusai dan apa yang belum dikusai. 3) Pencarian (finding- out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal- hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal- hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.

4) Penyimpulan (summing- up), yaitu menyimpulkan apakah anak didk telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah atau pihak lain seperti akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor siswa atau bentukbntuk lainnya,

(Chittenden,1991).

3. Fungsi Penilaian Kelas Penilaian kelas yang disusun secara berencana dan sistematis oleh guru memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran dan umpan balik. a. Fungsi motivasi, penilaian yang dilakukan guru dikelas benar- benar mendorong motivasi siswa untuk belajar. Contohnya, memberikan latihan tugas dan ulangan, agar guru memperoleh gambaran tentang hal- hal yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai. b. Fungsi belajar tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah apakah siswa sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari siswa yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar siswa akhirnya menguasai kemampuan tersebut. c. Fungsi sebagai indicator efektifitas pengajaran, disamping untuk memantau kemampuan belajar siswa, penilaian kelas juga dilakukan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. d. Fungsi umpan balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian harus sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkandan siswa diminta untuk melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik sebagai tugas individu maupun kelompok.

4. Prinsip Penilaian Kelas Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas perlu diperhatikan hal- hal berikut. a) Mengacu kemampuan ( competency referenced) penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apaah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara langsung dengan indicator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup materi penilaian disesuaikan dengan tahappan materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar siswa yang diberikan. Materi penugasan atau ulangan harus betul- betul merefleksikan setiap kemampuan yang ditargetkan untuk dikuasai siswa. b) Berkelanjutan (Continuous) penilaian yang dilakukan dikelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru dalam satu semester dan tahun ajaran. c) Didaktis alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non- tes harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. d) Menggali Informasi penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan inirmasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, tehnik dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. e) Melihat Yang Benar dan Yang Salah dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan hasil kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya

kesalahan secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal- hal positif yang diberikan siswa.

5. Prosedur dan Metode Penilaian Penilaian kelas yang baik mensyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar (PBM). Demikian mula, PBM akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif oleh guru. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan PBM dapat digambarkan pada siklus dibawah ini.

RENCANA MENGAJAR

ANALISIS DAN UMPAN BALIK

PROYEK BELAJAR-MENGAJAR PENILAIAN KELAS

Pada gambar diatas tampak jelas bahwa langkah guru yang dilakukan dalam rangkaian ativitas pengajaran meliputi penyusunan rencana pengajaran, proses belajar mengjar, penilaian, analisis dan umpan balik. Dalam siklus pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan guru dalam menyusun rencana mengajar. Dalam penyusunan rencana mengajar ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan meliputi rincian kompetensi yang harus dicapai siswa, cakupan dan kedalaman materi, indicator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang harus dialami siswa, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilai ketercapaian kompetensi. Setelah rencana mengajar tersusun dengan baik, guru melekukan kegiatan belajar mengajar sesuai rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengjar ini adalah interaksi yang efektif antara

guru, siswa, dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke penguasaan kompetensi oleh siswa. Untuk mengetahui dengan ketercapaian kompetensi dimaksud, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses pembelajaran. Untuk itu, penilaian yang efektif harus di ikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses pembelajaran berikutnya. Dengan demikian, rencana mengajar yang disiapkan guru untuk siklus pembelajaran berikutnya harus didasarkan pada hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya. Jika ini dilakukan, maka pembelajaran yang dilakukan sepanjang semester dan tahun pelajaran merupakan rangkaian dari siklus pembelajaran yang saling bersambung. Pembelajaran secara tuntas dan pencapaian kompetensi akan dapat dijamin apabila siklus pembelajaran yang satu terkait dengan siklus pembelajaran berikutnya.

2.2 Ragam Penilaian Kelas 1. Tes Tertulis Tes Tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal maupun jawabannya). Dalam menjawab soal tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, member tanda, menggambar grafik, diagram dan sebagainya. a. Tujuan Penggunaan Tes mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan) menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau

pemahaman) member bukti atas kemampuan yang telah dicapai menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok monitoring standar pendidikan

b. Fungsi 1. Formatif di kelas/ Classroom formatif assessment dilakukan saat berlangsungnya proses belajar mengajar dilaksanakan secara periodic mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan bertujuan mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses belajar mengajar dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan proses belajar mengajar 2. Sumatif dikelas/ classroom summative assessment. Materi yang diujikan meliputi seluruh poo bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program tahunan atau semesteran Dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester Bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didiksecara menyeluruh Hasil penilaian sumatif digunakan antara lain untuk penentuan kenaikan kelas, kelulusan sekolah dan sebagainya.

c. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya OBYEKTIF 1) Pilihan Ganda Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untu menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan jawaban). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah : (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogeny, (c) panjang pilihan jawaban relative sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari penggunaan pilihan jawaban semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan menggunakan negative ganda, (i) penulisan soal diurutkan ke bawah.

Contoh: Prinsip muai panjang digunakan pada alat- alat dibawah ini, kecuali. a. Pemasangan rel kereta api b. Pemasangan kaca jendela c. Pembuatan thermometer d. Pemasangan rel kereta api e. Kompresor 2) Benar-Salah Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar-salah atau ya dan tidak. Dalam menyusun instrument pertanyaan benar atau salah harus diusahakan menghindari kata terpenting, selau, tidak pernah, hanya, sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat

membingungkan peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas dan pasti benar dan pasti salah. Hindari pernyataan negative seperti kata bukan. Contoh soal Benar-Salah yaitu ; penemu neutron adalah James Chadwick. 3) Menjodohkan Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi ini bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. Contoh: 1. Sebuah benda yang bergerak tetap bergerak, kecuali jika gaya eksternal diberikan kepadanya 2. Tahun 1820, fisikawan Denmark Hans Christian sedang berbicara kepada siswa tentang kemungkinan bahwa listrik dan magnet saling berhubungan. 3. Albert Einstein menggulingkan asumsi-asumsi dasar tentang waktu dan ruang dengan menjelaskan bagaimana jam berdetak lebih lambat dan jarak muncul untuk meregangkan sebagai objek mendekati kecepatan cahaya d. hukum II newton c.Elektromag netisme b. Hukum I newton a. relativitas

e. gravitasi

4. Hubungan antara massa sebuah benda (m), percepatan (a) dan diterapkan gaya (F) adalah F = ma

NON-OBYEKTIF 4.) Jawaban Singkat atau Isian Singkat Tes bentuk jawaban / isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan Contoh : Benda langit yang jatuh ke bumi disebut SOAL URAIAN 5) Uraian Obyektif Pertanyaan yang bisa digunakan adalah simpulkan , tafsirkan, dan sebagainya. Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah : (a) menulis soal berdasarkan indicator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit pertanyaan. Untuk

mengedit pertanyaan perlu diperhatikan ; (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti,(2) apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian skor mudah dan tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup. Penskoran instrument uraian objektif dapat dilakukan dengan menberikan skor tentukan langkah-langkah dalam menjawab soal. Contoh soal : Seorang pembalap akan melewati tikungan jalan yang berjari-jari 80 m dengan sudut kemiringan 37. Jika gaya gravitasi 10 ms-2 maka tentukan kecepatan maksimum pembalab agar tidak tergelincir dari lintasan? 6) Uraian Bebas Bentuk instrument ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ramah kognitif.

Kaidah penulisan instrument untuk uraian bebas adalah : (a) gunakan katakata seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,hitunglah dan buktikan ; (b) hindari pertanyaan seperti siapa, apa dan bilamana ;(c) gunakan bahasa yang baku ; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda ;(e) buat petunjuk mengerjakan soal ; (f) buat kunci jawaban ; dan (g) buat pedoman penskoran. Untuk memudahkan penskoran dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal : Jelaskan proses terjadinya hujan! Pedoman penskoran: Langkah 1 1. Penguapan Air di samudra, lautan sungai, kali, parit, bak mandi mengalami penguapan oleh sinar matahari. Uap air juga bisa berasal dari transpirasi tumbuhan dan hewan, juga manusia. 3 Kunci jawaban Skor

2. Kondensasi Uap air ini selanjutnya terkumpul di udara lalu mengalami kondensasi (pemadatan. Dari hasil 4

kondensasi ini kita bisa melihat awan. Awan-awan itu akan bergerak ke tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal maupun horizontal. Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan saling

bertindih-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfir yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk.

3. Presipitasi

Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang beratnya awan dan akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau proses jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke bumi Skor max 10 3

Jika nilai yang dicapai oleh siswa kurang dari 7 berarti siswa masih belum berhasil menjelaskan proses terjadinya hujan.

7) Pertanyaan Lisan Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s.d. 10 atau 0 s.d. 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu yang akan dijadikan acuan. Contoh soal : Sebutkan bunyi hukum II newton!

2 Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes mendemonstrasikan dan menaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks dengan criteria yang diinginkan.

a. Langkah-langkah penilaian kinerja 1. Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang

diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik. 2. Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.

3. Membuat criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalubanyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas. 4. Mendefinisikan criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur

berdasarkan urutan yang dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan. 5. Urutkan criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati. 6. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan criteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

b. Metode yang dapat digunakan 1) Metode holistic, digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta. 2) Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat menggunakan checklist dan rating scale

3. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan atu berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. a. Tujuan Portofolio Tujuannya ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian kelas, portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain: Menghargai perkembangan yang dialami siswa Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung Member perhatian dan prestasi kerja siswa yang terbaik

Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi Meningkatkan efektifitas proses pengajaran Bertukar informasi dengan orang tua /wali siswa dan guru lain Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri dan

membantu siswa dalam merumuskan tujuan

b. Prinsip Portofolio Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam menggunakan portofolio di sekolah, antara lain : Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa Milik bersama (join ownership) antar siswa dan guru Kepuasan (satisfaction) Kesesuaian (relevance) Penilaian proses dan akhir

c. Metode Portofolio Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah hal yang sangat penting. Terdapat beberapa cara portofolio, tetapi semuanya mengandung tiga hal yang penting, yaitu : (1) pengumpulan (storing), Pemilihan (sorting), dan penetapan (dating) dari suatu tugas ( task). Menurut Nitko (2000), secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio ideal (ideal portofolio), portofolio penampilan ( show portofolio), portofolio dokumentasi documentary portofolio), portofolio evaluasi (evaluation portofolio) dan portofolio kelas ( classroom portofolio).

Karakteristik perubahan portofolio siswa dari waktu ke waktu akan merefleksikan perubahan penting dalam suatu kemampuan intelektual siswa. Walaupun hasil portofolio bergantung pada penampilan

(performance) siswa, untuk membedakan penilaian penampilan minimal terdapat empat aspek penting, yaitu : Portofolio memiliki kinerja siswa di kelas untuk mencapai kondisi standart yang diperlukan Portofolio menunjukkan kesempatan ganda bagi siswa untuk mendemonstrasikan kompetensinya Portofolio selalu menunjukkan perbedaan bentuk dari tugas yang diberikan dan sampel portofolio adalah suatu hasil dari usaha lanjut untuk memperbaiki hasil dan proses yang telah dikerjakan siswa.

d. Pedoman Penerapan Penilaian Portofolio Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah sebagai berikut : 1) Memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio Menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan yang perlu dikumpulkan Siswa mengumpulkan dan menyimpan dokumen dan hasil pekerjaannya. Menentukan criteria penilaian yang digunakan Mengharuskan siswa menilai hasil pekerjaannya sendiri secara berkelanjutan. Menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio Melibatkan orangtua dalam proses penilaian portofolio.

2) Bahan Penelitian Hal- hal yang dapat dijadikan sebagai bahan penilai portofolio di sekolah antara lain sebagai berikut :

Penghargaan tertulis Penghargaan lisan Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh siswa Daftar ringkasan hasil pekerjaan Catatan sebagai hasil pekerjaan Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok Ontoh hasil pekerjaan Catatan / laporan dari pihak yang relevan Daftar kehadiran Hasil ujian / tes Presentase tugas yang telah selesai dikerjakan Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala siswa melakukan kesalahan

e. Contoh Penilaian Portofolio Contoh tugas portofolio : 1) Siswa diminta membuat rancangan pengamatan (dibantu dengan lembar kerja dari guru) mengenai materi-materi selama satu semester yang akan diberlakukan eksperimentasi 2) Melakukan kegiatan eksperimentasi sesuai dengan alokasi waktu pokok bahasan dengan yang direncanakan 3) Membuat suatu hasil pengamatan perpokok bahasan yang dieksperimenkan dan mencari tentang factor-faktor yang berpengaruh terhadap percobaanya 4) Siswa diminta melakukan diskusi tentang hasil percobaan dan mengambil suatu generalisasi dari hasil percobaan tersebut

Untuk menetapkan skor tugas portofolio, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain :

a) Buatlah kerangka konseptual berupa criteria tentang tingkatan kualitas menggambarkan materi dan proses penampilan yang akan dinilai. b) Kembangkan rincian pedoman yang menggambarkan urut-urutan materi dan proses dari awal sampai akhir. c) Kembangkan cara penskoran secara umum yang sesuai dengan pedoman terperinci dan terfokus pada aspek-aspek penting menyangkut materi dan proses untuk dinilai melalui tugas-tugas yang berbeda. Pedoman umum ini akan digunakan untuk mengembangkan pedoman khusus.

Kembangkan cara penskoran secara khusus untuk penampilan tugas-tugas yang juga bersifat khusus. Misalnya : Nama siswa :. Tanggal No : Aspek yang Dinilai 1 1 2 3 4 5 Latar belakang masalah/pendahuluan Kajian pustaka Ketajaman pembahasan/ analisis Penyimpulan/ penutup Tata tulis dan bahasa Skor total Portofolio ke 2 3

Contoh lain, Bentuk Instrumen dan Penskoran Portofolio 4. Penilaian Proyek a. Konsep Penilaian Proyek Yang dimaksud dengan proyek adalah tugas yang harus diselasaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas trsebut berupa investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Proyek juga dapat memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam

mengaplikasikan

pengetahuan,

dak

kemampuan

siswa

untukmengkomunikasikan informasi. Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat: Merencanakan dan mengorganisasika investigasi Bekerja dalam tim, dan Arahan diri

b. Konteks dan Tujuan Penilaian Proyek Dikelas, guru mungkin menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk

mengembangkan dan memonitar keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini, siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada suatu topic, memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki topi tersebut melalui bacaan dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam hal bekerja independen/ kelompok.

Formatif/ diagnostic penekanan pada proses

tujuan

Sumatif Penekanan pada produk

c. Perencanaan Penilaian Proyek Dalam perencanaan penilaian proyek terdapat terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan: Kemempuan pengelolaan, jika sisa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topic yang tepat. Mereka mungkin memilih topic yang tepat. Mereka mungkin memilih topic yang terlalu luassehingga sediit informasi yang dapat ditemukan. Mereka mungkin juga kurang tepat untuk memperkirakan waktu penulisan laporan.

Relevansi,

guru

harus

mempertimbangkan

pengetahuan,

eterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dijadikan sebagai sumber bukti. Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah diberikan pada siswa.

d. Judging Proyek Metode judgement Proyek dapat dinilai secara holistic maupun analitik pada proses maupun produknya. Secara holistic, nilai tunggal mencerminkan kesan umum, sedangkan analitik , nilai diberikan pada beberapa aspek Keterbandingan judgement Di kelas, keterbandingan nilai proyek tidaklah begitu penting. Akan tetapi guru harus tetap yakin bahwa nilainya dapat dimengerti siswa. Pada situasi yang memiliki resiko tinggi, nilai diberikan oleh penilai yang berbeda. Kekonsistenan nilai perlu diperhatikan. Bila siswa dapat memilih topic yang berbeda, maka standart penilaian pada topic yang berbeda tersebut harus dispesifikasikan.

e. Estimasi dan Pelaporan Prestasi Penilaian proyek merupakan salah satu bukti untuk ditempatkan pada peta kemajuan belajar siswa. Nilainya dapat dilakukan secara subjektif maupun objektif. Secara subjektif, bila hal ini dilakukan , bukti nilai yang tersedia dapat menunjukkan hubungan yang lemah pada peta kemajuan belajar. Secara objektif, lokasi siswa pada peta kemajuan belajar dapat ditempatkan relative dengan tepat.

f. Contoh Penilaian Proyek Materi : koperasi sekolah, cara pengelolaan dan dampaknya bagi sekolah. Perancangan Kegiatan : Observasi ke beberapa koperasi sekolah Talk show bersama ahli (expert) dari bidang perkoperasian , pengelola koperasi dan anggota koperasi. Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. (sedikit ceramah, percakapan antara guru-nara sumber. Dan diakhiri dengan dialog interaktif dengan siswa). Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. Format dibuat oleh guru dan dapat dikembangkan lebih luas lagi oleh siswa. Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru tentang koperasi makalah yang telah disusun berdasarkan hasil observasi tersebut.

Penilaian dilakukan terhadap : Keaktifan pada saat mengikuti talk show Makalah yang dibuat Aktivitas dalam diskusi panel

5. Penilaian Hasil Kerja (Product Assessment) Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut. Terdapat dua tahapan penilaian yaitu : Pertama, penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya/ kerja siswa. Hasil kerja dapat berupa produk kerja siswa yang bisa saja terbuat dari kain, kertas, metal, kayu, plastic, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung. Hasil kerja yang berupa aransemen music , koreografi,

karya sastra tidak termasuk hasil kerja yang dimaksud disini.

a. Tahapan dalam Membuat Suatu Hasil Kerja Tiga tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap perencanaan atau perancangan, tahap produksi, dan tahap akhir. Semua harus dilakukan oleh siswa meskipun terdiri atas beberapa tahap yang bebbedatetapi semua itu merupakan suatu proses yang padu. Berhubung ketiga tahap itu merupakan proses yang padu. Berhubung ketiga tahap itu merupakan proses yang padu , maka guru bisa saja melakukan penilaian tentang kemampuan kerja siswa dalam memilih teknik kerja pada tahap produksi dan tahap akhir.

1) Tujuan Dilakukannya Penilaian Hasil Kerja Guru harus memahami tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrument penilaian. Penilaian hasil kerja biasa digunakan guru untuk : Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya. Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang / kelas di sekolah kejuruan. Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan.

2) Perencanaan dalam Menilai Hasil Kerja Siswa Ketika menentukan penilaian hasil kerja, guru harus memperhatikan standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Diperlukan beberapa criteria untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kompetensi siswa. Berikut ini criteria yang dapat digunakan untuk menentukan hasil kerja yang akan dipilih guru untuk penilaian.

a) Relevan dan mewakili kompetensi yang diukur

Penilaian sebaiknya didasarkan pada sejumlah hasil kerja yang relevan dengan kompetensi yang diukur. Penilaian didasarkan pada seluruh aspek kompetensi, bukan pada salah satu aspek saja. Karena itulah hasil kerja siswa harus relevan dengan kompetensi yang diukur. Strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan relevansi dan lingkup hasil kerja adalah : Penetapan kompetensi yang akan diukur. Perlu diingat pada waktu memberikan tugas kepada siswa sebaiknya tugas tersebut tidak hanya memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi yang diukur tetapi juga memungkinkan siswa untuk dapat menunjukkan kompetensi setingkat diatasnya dan kompetensi setingkat di bawahnya. Penyusunan tahapan dalam pengerjaan hasil kerja ( dalam tahap perencanaan, produksi, dan akhir)

b) Jumlah dan objektivitas hasil kerja Untuk memperoleh penilaian hasil kerja yang handal biasanya digunakan portofolio kerja siswa. Semakin banyak hasil kerja yang dinilai untuk masing-masing kompetensi maka kesimpulan yang dihasilkan akan semakin handal. Penilaian hasil kerja yang objektif adalah penilaian yang tidak dipengaruhi oleh jenis dan bentuk hasil kerja siswa, serta tidak dipengaruhi oleh guru yang menilai.

3) Pengelolaan Hasil Kerja Guru mengelola sejumlah hasil kerja siswa dan mencatat hasil penilaian secara sistematis dengan memperhatikan spesifikasi tugas sebagai berikut : Batasan perencanaan / perancangan . batasan diberikan untuk membantu siswa agar dapat memfokuskan diri pada proses kerja. Selain itu batasan diperlukan untuk mempermudah guru menilai keterampilan atau kompetensi yang diukur dalam tugas tersebut. Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempermudah guru menilai keterampilan atau kompetensi yang diukur dalam tugas tersebut.

Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam membuat suatu hasil kerja . hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan diri pada langkah-langkah yang akan dinilai.

Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam membuat suatu hasil kerja. Hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan diri pada langkah-langkah yang akan dinilai.

Menyusun criteria penilaian secara jelas. Rincian tentang aspek kompetensi, langkah , kualitas yang akan dinilai perlu ditulis secara eksplisit disertai nilainya.

4) Penilaian dan Pencatatan Hasil Kerja Siswa Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengelola hasil kerja siswa, diantaranya adalah sebagai berikut : Anekdotal, merupakan catatan yang dibuat guru selama melakukan pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar disebut anekdotal. Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi

yang belum terlihat pada hasil kerja siswa, seperti kemampuan siswa untuk kerjasama, dan kemampuan siswa menggunakan peralatan secara aman. Skala Penilaian Analitis, penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek pada hasil kerja siswa dilihat dari berbagai perspektif atau criteria disebut skala penilaian analitis. Skala ini digunakan untuk menilai kemampuan pada tahap perencanaan/ perancangan dan tahap akhir. Pada kedua tahap tersebut guru dapat menilai desain atau hasil kerja siswa dari berbagai perspektif atau criteria . untuk setiap keterampilan yang diukur, ditentukan beberapa kriteri. Untuk setiap keterampilan yang diukur, ditentukan beberapa criteria yang harus dipenuhi. Skala Penilaian Holistik, merupakan penilaian terhadap hasil kerja siswa secara keseluruhan disebut skala penilaian holistic. Skala ini digunakan untuk penilaian pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa dan penilaian terhadap kemampuan siswa untuk mengevaluasi hasil kerjanya.

5) Contoh Penilaian Hasil Kerja Siswa (Product Assessment) Ada beberapa model untuk mencatat anekdotal yaitu dengan model kartu, model catatan pada computer, lembar catatan hasil observasi , catatan tentang siswa di kelas. Guru keterampilan menggunakan model observasi dalam mencatat kompetensi siswa untuk merancang ,membuat dan menilai hasil kerja.

6. Penilaian Sikap Manusia mempunyai sifat bawaan , misalnya : kecerdasan, temperamen , dan sebagainya . factor-faktor ini member pengaruh terhadap pembentukan sikap (Olson & Zanna, 1993) selain itu, manusia juga mempengaruhi sikap warisan, yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga. Misalnya sentimen golongan, keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum, para pakar psikologi social berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Menurut Klausemeier (1985), ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap. Model-model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Tiga model tersebut. Mengamati dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung pengamatandan peniruan melaui model (learning through modeling). Tingkah laku manusia dipelajari dengan mengamati dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang lain terutama orang-orang yang berpengaruh. Menerima penguatan , penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan negative). Dalam proses pendidikan , guru atau orang tua dapat memberikan ganjaran berupa pujian atau hadiah kepada anak yang berbuat sesuai dengan nilai-nilai tertentu. Dari waktu ke waktu respon yang diberi ganjaran tersebut akan bertambah kuat. Menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang obyek tertentu yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap objek yang bersangkutan.

a. Sikap dan Objek Sikap yang Perlu Dinilai Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian terhadap siap selain bermanfaat untuk mengetahui factor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, berguna juga sebagai feedback pengembangan pembelajaran. Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut : Sikap terhadap mata pelajaran. Sikap guru terhadap mata pelajaran. Sikap terhadap proses pembelajaran. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum.

b. Tindak Lanjut Hasil penilaian sikap perlu dimanfaatkan dan ditindaklanjuti . hasil pengukuran dan penilaian sikap siswa dalam kelas, tujuan utamanya bukanlah untuk dilaporkan dalam bentuk angka, seperti nilai penguasaan pengetahuan (domain kognitif) atau keterampilan (domain psikomotor). Manfaat utama pengukuran dan penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran dan pembinaan sikap siswa. Secara terperinci, hasil pengukuran dan penilaian sikap dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut : Pembinaan sikap siswa, baik secara pribadi maupun klasikal, perlu memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap. Sebagian dari teori itu telah dijelaskan pada bagian awal dari naskah pedoman ini. Perbaikan proses pembelajaran, misalnya secara umumatau mata pelajaran tertentu, ada kemungkinan siswa belum dapat menyerap dengan benar materi pelajaran dan belum dapat memahami dengan benar konsep-konsepnya. Oleh karena itu, siswa belum dapat mempersepsikan dengan benar tentang objek

sikap pokok bahasan atau mata pelajaran sebagai yang dinyatakan, sehingga member respon negative dalam member jawaban. Dalam hal ini, guru perlu mengkaji lebih mendalam dan mungkin perlu memberikan perhatian khusus dan penekanan-penekanantertentu dalam proses pembelajaran. Peningkatan profesionalitas guru. Hasil pengukuran dan penilaian sikap dapat dimanfaatkan pula dalam rangka pembinaan profesionalisme guru.

Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian sikap, guru dapat memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi siswa. Informasi tersebut dapat bermanfaat dalam rangka melakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas probadi dan kemampuan professional guru.

c. Cara-cara Menilai Perilaku Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain : observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap.observasi perilaku dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan siswa selama di sekolah ( Critical incident record ). Pertanyaan langsung dilakukan dengan menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Berdasarkan jawaban dan reaksi yang tampil dari seseorang dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap orang itu terhadap sikap tertentu. Penggunaan skala sikap mengambil dari teknik-teknik yang telah

dikembangkan , namun yang paling praktis dan murah diimplementasikan adalah Skala Diferensiasi Semantik ( Semantic Differential Technique ). Teknik ini dapat digunakan pada berbagai bidang , dan teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan skala di setiap kelas. Langkah-langkah pengembangan skala dengan teknik ini sebagai berikut : Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya Mata Pelajaran Agama Islam

Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya menarik; penting; menyenangkan; mudah dipelajari; dan sebagainya.

Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala Menentukan rentang skala pasangan dan pengskorannya

d. Contoh Penilaian Sikap Contohnya skala sikap terhadap kegiatan Ramadhan di sekolah.

No

Pernyataan SS S

Pilihan Sikap N TS STS

Kegiatan di sekolah pada bulan Ramadhan perlu dilakukan

Usaha

pengaktifan usaha

kegiatan yang

Ramadhan kurang

merupakan menyenangkan 3

Kegiatan Ramadhan perlu didukung oleh guru dan orang tua murid

Kegiatan Ramadhan diselenggarakan untuk mengisi waktu luang

Dst.

7. Penilaian Diri (Self Assesment) Penilaian diri di tingkat kelas kelas (PDK) atau Classroom Self Assesment (CSA) adalah penilaian yang dlakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas. Penerapan konsep PDK adalah sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menerapkan penilaian berbasis kelas atau Classroom Based Assessment. Hasil PDK merupakan masukan baru guru di kelas dan bagi

pimpinan sekolah untuk meningkatkan kinerja semua staf dan guru-guru di sekolah di masa datang.

a. Ciri Penilaian Diri Termotivasi sendiri, sekolah melihat PDK sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kekurangan diri. Karena guru dan siswa mengenal kekuatan dan kelemahannya, diperlukan usaha perencanaan untuk melakukan perbaikan kegiatan pengajaran dan pembelajaran di masa yang akan datang. Bila guru dan siswa termotivasi sendiri, maka hasil PDK akan objektif dan dilakukan bukan karena desakan dari luar. Adanya komitmen kepala sekolah. Bila PDK dipersepsi sebagai bagian dari perencanaan sekolah, maka pimpinan sekolah, staf dan guru-guru serta siswa akan sungguh-sungguh melaksanakan PDK. Sebaliknya, bila pimpinanan sekolah tidak meyakini manfaat PDK, mustahil kegiatan PDK akan berjalan dengan baik. Tersosialisasi dengan baik. Pentingnya penyelenggaraan PDK harus diyakini oleh semua pengelola sekolah karena PDK menyangkut kinerja sekolah. Bila tersosialisasi dengan baik, semua pihak akan mendukung pelaksanaan PDK, sehingga data yang terkumpul diharapkan dapat diolah secara cermat dan hasilnya mampu melakukan kegiatan PBM. Berlangsung berkesinambungan. PDK disadari sebagai bagian dari

manajemen sekolah yang berlangsung secara berkesinambungan dalam kerangka pengelolaan kegiatan PBM yang bermutu oleh peningkatan mutu sekolah. Transparansi. Pengungkapan hasil PDK dimungkinkan terjadi mekanisme cross-check bagi data yang dikumpulkan. Transparansi dapat dicapai jika semua pihak perlu mengenali diri sendiri sebelum merencanakan kegiatan di masa datang.

b. Kriteria Penilaian Diri Kriteria penilaian diri meliputi : (1) isi materi yang diajarkan, (2) presentasi apa yang telah diajarkan, dan (3) kerjasama di antara pimpinan sekolah, guru, dan siswa. Criteria isi materi yang diajarkan melaui sejauh mana guru menarik perhatian siswa terhadap apa yang diajarkan di kelas dan member pengaruh terhadap orang tua siswa dan lingkungan apa yang terjadi di luar kelas. Guru dapat menilai dirinya sendiri berdasarkan perhatian dan keberhasilan siswa. Presentasi apa yang telah diajarkan oleh guru memiliki kualitas akademik, sehingga siswa dapat mempercayai informasi guru untuk diketahui siswa lebih lanjut terhadap pengembangan kemampuan diri siswa lebih lanjut terhadap pengembangan kemampuan diri siswa. Kualitas presentasi siswa member cirri keberhasilan siswa sehingga siswa dapat mengetahui, menilai, dan memperbaiki dirinya berdasarkan penilaian dari gurunya.

c. Contoh Penilaian Diri Berikut contoh penilaian diri guru dan siswa. Formasi Penilaian Diri Guru Fisika

Nama Guru : 1. Tujuan saya menjadi guru fisika pada awalnya. 2. Pada satu semester ini, saya merasakan suasana yan berbeda tentang 3. Keinginan saya adalah membuat bidang studi fisika yang saya ajarkan menjadi pelajaran yang 4. Hal-hal menakjubkan yang berpengaruh besar pada saya di sekolah adalah.. 5. Pada tahun ini, sikap para siswa.. 6. Saya belajar dari anak-anak tentang.. 7. Menurut saya, kurikulum mata pelajaran fisika yang saya sajikan mengalami .. karena 8. Dengan kurikulum yang sekarang, pengaruhnya pada kegiatan saya mengajar.

Formasi Penilaian Diri Siswa Dalam Mata Pelajaran Fisika

Nama Siswa : Hari : 1. Yang membuat saya mempelajari fisika yaitu 2. Terhadap pelajaran Fisika, saya. 3. Tujuan mempelajari atau memahami fisika adalah. 4. Menurut saya, fisika merupakan mata pelajaran yang 5. Semester ini, pokok bahasan yang paling sukai dari fisika adalah. 6. Terakhir saya melakukan kegiatan praktek pada pelajaran fisika 7. Cara-cara yang telah saya lakukan untuk mempelajari fisika adalah TABEL 5 8. Lebih baik jika saya harus mempelajari sains dengan cara.. Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa

No

Pernyataan

Alternative Ya Tidak

1 2 3

Saya sulit mengikuti pelajaran fisika Saya sulit memahami konsep fisika Saya sulit mengikuti pelajaran fisika tentang listrik

Saya sulit untuk menganalisis permasalahan sehari- hari kaitannya dengan fisika

Saya belum bisa melaksanakan semua tugastugas dalam mata pelajaran fisika

Saya suka mendalami fisika di luar jam pelajaran sekolah

Saya selalu berusaha menyenangi mata pelajaran fisika

Saya membutuhkan waktu lama untuk belajar fisika Saya.dst.

8. Peta Perkembangan Hasil Belajar Laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis continuum (grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan atau kompetensi hasil belajar siswa dinamakan peta perkembangan hasil belajar. Dari peta tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan kemajuan siswa bersifat multidimensional, yaitu kemajuan atau perkembangan belajar siswa dalam semua bidang studi secara simultan. a. Tujuan peta perkembangn Hasil Belajar Tujuannya: Acuan guru dalam memantau perkembangan belajar siswa. Suatu kemampuan, kita perlu mengkaji terlebih dahulu:apakah kemampuan tersebut sudah di dukung oleh data yang memadai; apakah kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang kompleks untuk di jadikan tolak ukur keberhasilkn siswa; apakah penggunaan alat ukur yang berbeda akan diperoleh kesimpulan kemampuan yang berbeda. Acuan guru dalam mengestimasi tingkat keberhasilan (pencapaian

pengetahuan) siswa: estimasi ini didasarkan ada bukti yang berupa nilai tugas atau ulangan siswa. Dalam melakukan estimasi, guru harus memperhatikan kualitas dan akurasi bukti tersebut. Estimasi didasarkan pada data siswa yang paling akurat. Perlu diketahui bahwa tinkat keberhasilan siswa disini hanya berdasar estimasi, tidak bias menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa secara pasti. Hal utama yang harus ada pada peta perkembangan siswa adalah deskripsi tentang kemampuan/kompetensi/keterampilan siswa yang dikembangkan

dalam kegiatan belajar mengajar dan disertai dengan contoh-contoh tugas atau hasil kerja siswa yang menggambarkan kemampuan tersebut. Deskripsi kemampuan yang terdapat pada peta kemajuan belajar tersebut biasanya disebut sebagai hasil, deskripsi atau indicator. b. Penentuan Skala Lokasi Pada Peta Skala lokasi pada peta ditujukan untuk menentukan posisi kemampuan siswa pada sebuah garis kontinum. Skala lokasi ini akan mempermudah guru dalam menentukan tingkat pencapaian dan memonitor perkembangan belajar siswa. Sebenarnya ada sejumlh pendekatan dalam menetapkan lokasi pada peta kemjuan belajar, tetapi disini hanya di uraikan tiga pendekatan saja. Kalibrasi perilaku Kalibrasi perilaku biasnya dilakukan dengan tekhnik item respon, yaitu membuat skala lokasi kemampuan berdasar perilaku siswa yang dapat di amati. Penentuan skalanya dapat dilakukan dengan menempatkan

kemampuan yang paling banyak muncul pada kelompok tertentu diltakkan pada skala lokasi yang terbaik, sedangkan perilaku kemampuan yang paling sedikit muncul pada kelompok etrsebut diletakkan pada lokasi teratas. Pembagian dalam level kemampuan Skala lokasi pada peta kemajuan belajar siswa dapat ditetapkan dengan membuat jenjang/tingkat kemampuan. Jumlah level pada peta tidak pasti tetapi lebih didasarkan pada kesepakatan. Model ini akan mempermudah guru dalam mendeskripsikan kemampuan beajar siswa. Penentuan jenjang bias dalam bentuk angka, misalnya angka 1 sampai 8. Penggunaan Skala Numerik (Nilai) Kedua pendekatan sebelumnya dapat dilengkapi dengan skala numeric. Pemberian nilai pada garis kontinum harus menunjukkan jarak yang sama antar nilai. Jadi misalnya perbedaan jarak kemampuan antara nilai 10-20 harus sama dengan nilai 80-90, yang berarti perbedaan jarak kemampuan antar nilai 10-20 harus sama dengan perbedaan jarak kemampun antar nilai 80-90.

c. Langkah Penyusunan Peta Kemajuan Hasil Belajar Menentukan jenis kemampuan, keterampilan, yang ada pada area pembelajaran. Mengukur kemampuan tersebut apakah memadai dan cukup kompleks sebagi olak ukur keberhasilan belajar siswa, apakah dengan tolak ukur yang berbeda diperoleh kemampuan siswa yang berbeda. Membuat tahapan hasil belajar yang menunjukkan adanya perkembangan belajar. Merevesi peda kemampuan belajar. Melengkapi peta kemampuan belajar. Dapat di lakukan dengan member penjelsan secara rinci kemampuan pada peta dan mengisi tahapan kemampuan yang masih kosong. Penetapan patokan. Tingkat keberhasilan dapat di tentukan secara komparatif (patokan atau acuan norma) dn absolute. Patokan secara komparatif ditetapkan berdasarkn prestasi siswadalam suatu kelompok. Patokan absolut di tetapkan sebagai level kemampuan yang menjadi batas pada konteks tertentu. (untuk lebih jelas lihat lampiran 3 halaman 273-274). Contoh peta kemajuan hasil belajar Penyusunan peta menggunakan dua pendekatan: Pendekatan buttom-up Langkahnya dengan menyusun tahapan pengetahuan, keterampilan,

pemahaman yang di dasarkan pada hasil oservasi dan penilaian atas sampel tugas siswa. Hasil tugas siswa yang diobservasi biasanya masih terbatas . tahapan tersebut disempurnakan dengan mengguakan sampl tugas yang banyak. Pendekatan Top Down Langkahnya dengan meminta guru dan ahli bidag studi untuk munyusun tahapan pegetahuan, keerampilan, dari kemampuan yang di ukur. Dan menyempurnakan tahapan yang di susun guru denga cara mengujikan secara empiris pada siswa.

9. Analisis Instrumen Suatu instrument hendaknya dianalisis sebelum digunakan. Ada suatu model analisisyang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kkuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilkukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasan yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bias dipahami oleh siswa. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menguji cobakan instrument yang telah dianalisis secara kualiatif kepada sejumlahsiswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan di uji dengan instrument tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu diaanalisis secara kuantitatif dengaan menggunakan teknik yang ada misalnya Program Microcat. Hasil uji coba

bertujuaan untuk melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitifan instrument, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah test. Batas minimumnya adalah 75%. Untuk mengetahui efektifitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrument dengan mengikuti acuan criteria yang tercermin daari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui mana kala dilakukan test awal atau pretest dan test setelah pembelajaran. Indeks sensitivitas butir instrument memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sensitivitas suaatu butir soal (Is) ujian formatif adalah sebagai berikut. RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suaatu butir Instrumen sesudah proses pembelaajaran. RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir insrumeen sebelum proses pembelajaran. T = banyaknya siswa yang mengikuti ujian.

Jika tidak ada test awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dn besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir instrument kecil (banyaknya siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan

pula bagaimaana kualitas butir terseebut secara kuantitatif. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektivnya proses pembelajarannya.

10. Evaluasi Hasil Penilaian Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standart keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru memberikan perbaikan (remedial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah. Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi atau indicator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan mengevalusi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat. Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali pakah instrument penilaiannya terlalu sulit, apakah instrument penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara belajarnya (metode, media, teknik) yang digunakan kurang tepat. Jika ternyata insrumen penilainnya terlau sulit, maka perlu diperbaiki. Akan tetapi, jika instrument penilaiannya ternyata tidak sulit, mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh format evaluasi hasil belajar dapat dilihat pada lampiran. Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran dan segala sesuatu yang terkait. Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1, skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan. Jika ternyta itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditefsirkan ke dalam empat katagori, maka skala 10-

16 termasuk tidak berminat, 17-24 kurang berminat, 25-32 berminat, 33-40 sangat berminat. Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan subsansi mata pelajaran maka guru harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali dan secaraa menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.

BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Sistem penilaian berbasis kelas yang dikaitkan dengan pengertian

penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengekfektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. 2. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas, antara lain: 1. Pengertian Penilaian Otentik 2. Tujuan Penilaian Kelas 3. Fungsi Penilaian Kelas 4. Prinsip Penilaian Kelas 5. Prosedur dan Metode Penilaian 3. Ragam penilaian kelas, antara lain: 1. Tes Tertulis 2. Penilaian Kinerja (performance Assessment) 3. Penilaian Portofolio 4. Penilaian Proyek 5. Penilaian Hasil Kerja (Product Assessmant) 6. Penilaian Sikap 7. Penilaian Diri (self assessment) 8. Peta Perkembangan Hasil Belajar 9. Analisis Instrumen 10. Evaluasi hasil belajar

You might also like