You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Evaluasi merupakan proses (kegiatan) sistematik melalui pengumpulan dan analisis data (pengukuran) guna menentukan tingkat ketercapaian tujuan (penilaian). Jadi kegiatan evaluasi melibatkan kegiatan mengukur dan menilai. Kegiatan mengukur sebagai kegiatan pemerolehan informasi melalui prosedur tertentu. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara kegiatan menilai berusaha mengetahui tingkat ketercapaian suatu program kegiatan atau tujuan, sifatnya kualitatif dengan (lazimnya) mendasarkan pada hasil pengukuran. Dalam pengertian sehari-hari, evaluasi (evaluation) dikonotasikan sebagai penilaian, meskipun evaluasi itu sebenarnya cakupan pengertiannya lebih luas dari penilaian. Dalam perspektif Bloom, et al (1976), luasan hasil belajar siswa dikelompokkan menjadi 3 yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Implikasinya, evaluasi belajar siswa seharusnya meliputi ketiga ranah dimaksud. Menurut Djemari Mardapi (2000), evaluasi belajar juga harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik perkembangan dan kemajuan tingkat belajar siswa. Jenis penilaian hasil belajar siswa di sekolah dapat berupa penilaian kelas atau ujian.

B. Rumusan Masalah Untuk mengatasi kesimpangsiuran dalam pem bahasan makalah ini maka penulis membatasi pembahasan makalah yang akan di bahas yaitu mengenai langkah-langkah menyusun Alat Pembelajaran BAB II

PEMBAHASAN Jenis dan sistem Penilaian dan pembelajaran 1. Tes formatif Tes formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui kelemahankelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced test. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya 2. Tes Sumatif Tes sumatif diberikan saat satuan pengalaman belajar dianggap telah selesai. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah seorang siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir caturwulan atau semester termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referenced test. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan sulit.

3. Tes Penempatan (placement test) Pada umunya tes penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilanketerampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar dan sampai di mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. 4. Tes Diagnostik Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang telah dikuasai mereka, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan pelajaran lain. Oleh karena itu, tes diagnostik semacam itu disebut juga test of entering behavior. Teknik penilaian dalam pembelajran 1. Tes a. Tes tertulis Dalam tes tertulis, dibutuhkan lembar soal yang sudah lengkap dengan petunjuk pengerjaannya dan lembar jawaban yang akan diisi oleh peserta. Pada dasarnya ada dua bentuk soal tes tertulis yang biasa digunakan yaitu: tes uraian dan tes objektif. Tes uraian adalah bentuk tes yang menuntut jawaban berdasarkan pendapat, kreativitas, dan pengetahuan peserta itu sendiri. Peserta bebas untuk mengekspresikan dan mengorganisasi jawabannya. Dalam tes ini

memungkinkan adanya variasi dalam jawaban yang diberikan oleh peserta karena jawaban yang diberikan bersifat subjektif. Oleh karena itu, pemeriksaan tes ini lebih sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Siswa juga dituntut untuk berfikir logis dan sistematis, serta dapat menyampaikan gagasan melalui kemampuan berbahasanya karena tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif tinggi dan kompleks. Dengan menggunakan tes uraian ini, seorang guru dapat mengetahui materi pelajaran mana yang belum dipahami oleh siswanya. Tes objektif terdiri dari pernyataan dan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta tes dengan cara memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan. Bentuk tes objektif secara umum memiliki 3 tipe yaitu benarsalah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Dalam jenis tes ini, proses penilaian terbilang lebih mudah dan membutuhkan waktu yang singkat b. Tes lisan Pada dasarnya tes lisan sama dengan tes uraian, hanya saja pelaksanaannya yang berbeda. Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara penguji dan peserta. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan. Selain itu, tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir taraf tinggi secara lebih leluasa. Kelebihan dari tes ini adalah tidak adanya kesempatan untuk mencontek. Hanya saja tes ini sulit dilakukan secara serempak jika semua peserta mendapat soal yang sama. c. Tes tindakan Tes tindakan atau biasa disebut dengan tes praktek dilaksanakan untuk mengukur keterampilan peserta dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes ini persoalan diberikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh peserta. Penilaian difokuskan pada proses dan hasil tes. Tes ini dapat membantu penguji untuk mengetahui kesesuaian antara

pengetahuan, teori, dan prakteknya. Sama halnya dengan tes lisan, dalam tes ini tidak ada kesempatan untuk mencontek. 2. Non Tes Yang termasuk nontes adalah : Observasi, bisa langsung atau partisipasi Kuesioner atau wawancara, bisa berstruktur atau tidak berstruktur Skala Sosiometri Study kasus Cheklis

Prinsip dan Prosedur Penilaian Pembelajaran Mengapa pentingnya penilaian pembelajaran dalam menentukan kualitas pendidikan, upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian pebelajaran hendaknya memperhatiakan beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian pembelajaran hasil belajar, yakni: Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran Menyusun alat-alat penilaian pembelajaran, baik tes maupun nontes, yang cocok digunakan dalam penilaian jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran Menggunakan hasil-hasil penilaian pembelajaran sesuai dengan tujuan penilaian pembelajaran tersebu, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan mahasiswa, kepentingan perbaikan Menentukan Kualitas Alat Penilaian pembelajaran

Suatu alat penilaian pembelajaran dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi ketepatanya atau validitasnya. Validitas berkenaan dengan ketetapan dengan ketetapan alat penilaian pembelajaran terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebagai contoh menilai keampuan siswa-siswi dalam matematika. Misalnya diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan berbelitbelit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhirnya, siswa-siswi tidak dapat menjawab karena tidak memahami pertanyaanya. Contoh lain adalah menilai kemampuan berbicara, tetapi ditanyakan mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak. Penilaian pembelajaran tersebut tidak tepat (Valid). Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian pembelajaran. Alat penilaian pembelajaran yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain. Presentasi belajar dan motivasi belajar dapat dinilai oleh tes ataupun oleh kuesioner. Caranya juga bisa berbeda, bisa digunakan secara tertulis atau bisa secara lisan. Menyusun tes uraian Dr. Nana sudjana ( 2009 ) menuliskan dalam pembuatan tes uraian, dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yakni: 1) Uraian bebas ( free essay ) Pada uraian bebas, jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Contoh : Coba saudara jelaskan penyebab terjadinya Migrasi? Apa yang anda ketahui tentang Belajar? Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk:

Mengungkapkan pandangan siswa terhadap suatu masalah. Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam. Mengembangkan daya analisi siswa. Kelemahan dari tes ini adalah proses penilaiannya sukar, karena jawaban yang diberikan oleh siswa bervariasi, slit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru. 2) Uraian terbatas Dalam bentuk uraian terbatas, pertanyaan telah diarahkan kepada hal hal tertentuatau pembatasan. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkup, sudut pandang, dan indikator indikatornya. Contoh : Coba anda jelaskan dua factor penyebab banjir? Bagaimana hubungan antara geografi dan fisika? Dari pertanyaan diatas, jawaban seolah olah telah diarahkan pada aspek tertentu. Seperti pada contoh soal pertama diatas, kepada siswa hanya diminta dua factor penyebab, jadi ada batasan ruang lingkupnya. Jadi, dalam pemberian jawaban siswa telah dibatasi oleh sudut pandang. Selain itu cara memberikan penilaian yangdilakkan oleh guru lebih jelas indikatornya, serta kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Bentuk soal uraian terbatas lebih terarah dan lebih tepat digunakan disbandingkan dengan uraian bebas. 3) Uraian berstruktur Dalam buku penilaian hasil proses belajar mengajar tulisan Dr. Nana sudjana ( 2009 ) megatakan bahwa soal berstruktur dipandang sebagai bentuk dari soal objektif dan soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal dengan jawaban singkat, sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal berstruktur memuat beberapa unsur yaitu Pengantar soal, Seperangkat data, dan Serangkaian sub-soal.

Kelebihan dari soal berstruktur adalah dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kognitif seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dn evaluasi. Dengan demikian bentuk ini dapat mengungkapkan banayak hal yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya mungkin terjadi pada bidang yang diujikan menjadi terbatas dan kurang praktis Dalam bentuk pembuatan soal soal uraian agar dikatakan memadai sebagai alat penilai hasil belajar hendaknya memperhatikan hal hal berikut ini : 1) Segi isi yang diukur Dari segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, seperti pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. 2) Segi bahasa Penggunaan bahasa yang baik dan benar memjadikan makna yang terkandung dalam rumusan pertanyan mudah diketahui. 3) Segi teknis penyajian soal Hendaknya jangan mengulang ertanyaan terhadap materi yang sama, sekalipun abilitasnya berbeda. 4) Segi jawaban Setipa pertanyaan yang diajukan hendaknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokonya. Dalam memeriksa dalam memeriksa soal jawaban uraian memang tidak semudah memeriksa tes objektif, sekalipun tidak ada kunci jawaban. Setiap jawaban soal uraian harus dibaca secara keseleruhan, sebelum diberi skor, sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Untuk memeriksa jawaban soal uraian dapat dilakukan dengan dua cara, yakni : 1) Diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor 2) Periksa nomor demi nomor untuk semua siswa, kemudian diberi skor

Dari kedua cara diatas, cara kedua akan memakan waktu lama, akan tetapi lebih objektif sebab jawaban setiap nomor untuk setiap siswa dapat diketahui dan dibandingkan. Untuk memberikan skoring bisa digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya 1-4 atau 1-10, dan yang paling umum digunakan adalah 1-4 dan 1-10. Dengan demikian dalam memberikan nilai guru tidak memberikan skor angka nol terhadap jawaban yang salah. Selain skoring sebaiknya guru juga memberikan sistem bobot terhadap jawaban untuk setiap nomor. Dalam a) b) c) menilai kebenaran jawaban soal bentuk uraian perlu dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain : Kebenaran isi sesuai dengan kaidah kaidah materi yang ditanyakan Sistematika atau uraian logis dari kerangka berpikirnya yang dulihat dari Bahasa yang diberikan untuk mengekspresiakan buah pikirannya.

penyajian gagasan jawaban Sistem penilaian yang digunakan pada dasarnya sama dengan soal bentuk lain, yakni dapat menggunakan penilaian acuan norma dan atau penilaian acuan patokan. Pada tahap pertama, dengan maksud mendorong motivasi siswa terhadap penggunaan tes uraian dan membiasakan mereka dengan bentuk soal uraian, ada baiknya menggunakan penilaian acuan norma, yakni membandingkan posisi siswa dengan prestasi kelompoknya. Dengan ini dapat memberikan skor yang tinggi kepada siswa sekalipun jawabannya kurang memuaskan asalkan konsiste untuk semua siswa, tidak akan mempengaruhi posisi siswa dibandingkan dengan kelompoknya. Menyusun Tes Objektif Soal soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Soal objektif inidikenal ada

beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan piihan ganda. 1. Soal Jawaban Singkat Soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung. Contoh: Berapakah luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan Luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana. Kebaikan bentuk soal jawaban singkat Menyusun soal relatif singkat Kecil kemungkinan siswa memberikan jawaban dengan cara menebak Menuntut siswa memberikan jawaban dengan singkat dan tepat Hasil penilaian cukup objektif Kelemahan bentuk soal jawaban singkat Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian Menyulitkan pemeriksaan bila jawaban membingungkan pemeriksa Kaidah dan contoh penulisan soal Jangan mengambil atau menggunakan pernyataan yang lansung di ambil dari buku tinggi 6 cm ? cm adalah ?

10

Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima. Contoh: Kurang baik Baik 2. : Abraham Lincoln dilahirkan pada... : Abraham Lincoln dilahirkan pada tahun... Bentuk soal benar salah Bentuk soal benar salah adalh bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan benar dan sebagian lagi salah. Pada umunya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip. Contoh: B - S B-S : Danau Toba di Sumatera Utara dari segi pembentukanya : Berat satu liter air adalah 100 gram Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan Soal dapat disusun dengan mudah Kemungkinan menebak jawaban soal dengan Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang Banyak maslah yang tidak dapat dinyatakan merupaka danau tektonik Kebaikan bentuk soal Benar Salah objektif Kelemahan bentuk soal benar adalah 50 % lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali Kaidah penulisan soal dan sejenisnya. Hindarkan pernyataan yang emgandung kata kadang kadang, selalu, umumnya, sering sekali, tidak ada, tidak pernah hanya dengan dua kemungkinan

11

buku pelajaran

Hindarkan pemgambilan kalimat langsung dari Hindarkan suatu pernyataan yang merupakan Hindarkan penggunaan pernyataan negatif ganda. beriklim panas Padi tidak tumbuh ditempat yang tidak Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak Susunlah pernyataan pernyataan benar salah

suatu pendapat yang masi bisa diperdebatkan kebenarannya. Contoh:

terlalu panjang secara acak 3.

Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang

paralel. Kedua kelompok pernataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk soal yang paling sederhana jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya. Contoh: Kelompok A Kekurangan vit. C Kekurangan vit. A Kekurangan vit. D Kebaikan bentuk soal menjodohkan objektif Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan Penilaian dapat dilakukan dengan cepat dan kelompok B penyakit beri beri pertumbuhan badan lambat sariawan

12

Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan

atau sub pokok bahasan yang lebih laus Kelemahan bentuk soal menjodohkan atas fakta dan hafalan Kaidah penulisan soal Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari Gunakan simbol yang berlainan untuk yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen dimengerti jumlah soal pertanyaan dan jawaban BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Evaluasi merupakan proses (kegiatan) sistematik melalui pengumpulan dan analisis data (pengukuran) guna menentukan tingkat ketercapaian tujuan (penilaian). Jadi kegiatan evaluasi melibatkan kegiatan mengukur dan menilai. Kegiatan mengukur sebagai kegiatan pemerolehan informasi melalui prosedur tertentu. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara kegiatan menilai berusaha mengetahui tingkat ketercapaian suatu program kegiatan atau tujuan, sifatnya kualitatif dengan (lazimnya) mendasarkan pada hasil pengukuran. Dalam Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal hal yang berhubungan Hanya dapat mengukur hal hal yang didasarkan

13

pengertian sehari-hari, evaluasi (evaluation) dikonotasikan sebagai penilaian, meskipun evaluasi itu sebenarnya cakupan pengertiannya lebih luas dari penilaian. B. Saran Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Langkah-Langkah Menyusun Alat Pembelajaran Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

14

Bengkulu

Penyusun

15

PENGEMBANGAN SISTEM EVALUASI Langkah-Langkah Menyusun Alat Pembelajaran

MAKALAH

Disusun Oleh : FIRMANSYAH KHASANAH MERI APRIANI DOSEN INDAH KENCANAWATI.,S.Si.,M.Pd

JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN (BENGKULU) 2011

16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... KATA PENGANTAR.......................................................................................... DAFATR ISI........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. B. Latar Belakang................................................................ Tujuan ............................................................................. 1 2 i ii

BAB II PEMBAHASAN A.........................................................................................................Jenis dan sistem Penilaian dan pembelajaran ................................................... penilaian dalam pembelajran ........................................................... dan Prosedur Penilaian Pembelajaran .............................................. kan Kualitas Alat Penilaian pembelajaran ........................................ n tes uraian......................................................................................... n Tes Objektif..................................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................... B. Kritik dan Saran ...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13 13 iii 2 3 5 6 6 9 B.........................................................................................................Teknik C.........................................................................................................Prinsip D.........................................................................................................Menentu E.........................................................................................................Menyusu F..........................................................................................................Menyusu

17

DAFTAR PUSTAKA ii

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nasution. 1999. Asas asas Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dwitagama, dedi. 2007. //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulumpendidikan-kita. Html. Rabu Oktober 2011 Bagus, andi. 2008. //andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm pendidikan-diindonesia.html. 18 september 2011

18

You might also like