You are on page 1of 56

A.

Judul PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI MTs. NURUL IKHSAN NW SALUT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

B. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia secara normatif. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga pendidikan tetapi semua faktor dapat digunakan sebagai sumber pendidikan. Terutama lingkungan yang berperan atau berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi belajar. Dalam tujuan pendidikan nasional menurut UU (20, 2003) tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsunganya pembelajaran. Salah satu penunjang utamanya adalah, adanya interaksi dan motivasi belajar bagi peserta didik dari orang tua masing-masing dan bimbingan yang terstruktur dan

terkonstruksi dengan baik dari guru atau pendidik sebagai fasilitator berperan aktif mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar untuk

memperoleh ilmu, pengalaman, dan ketrampilan kepada peserta didik sebagai subyek belajar. Ketika seorang guru atau pendidik mampu melaksanakan interaksi yang baik dan efektif, maka peserta didik akan mendapatkan kemudahan dalam berkomunikasi dengan guru atau pendidiknya. Interaksi guru atau pendidik dengan peserta didik di sekolah juga sering disebut interaksi edukatif. Menurut Suryosubroto, (2002 :156) Interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru atau pendidik (pendidik tau peserta didik/murid) dalam suatu sistem pengajaran. Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru atau pendidik semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Menurut Nanang Fatah, (2004:89) Dalam memotivasi atau memberikan motivasi akan berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh orang yang diberi motivasi sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Keyataan bahwa peserta didik kurang berinteraksi dengan guru atau pendidik di kelas dalam mengikuti pelajaran, peserta didik juga mengerjakan pekerjaan rumah, kondisi ini menunjukkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Berdasar uraian di atas, serta hasil dari observasi peneliti selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut, peneliti terdorong untuk mengungkap lebih jauh hal tersebut dengan mengambil judul penelitian Pengaruh interaksi dan motivasi orang tua

terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut tahun ajaran 2012/2013.

C. Rumusan masalah Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan yaitu apakah ada pengaruh antara interaksi orang tua terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut Tahun Pelajaran 2012/2013? D. Batasan masalah Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penulisan proposal ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar, maka arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan mengenai :
1. Interaksi orang tua terhadap motivasi belajar Peserta Didik. 2. Proses Pembelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut.

E. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi orang tua terhadap motivasi

belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut Tahun Pelajaran 2012/2013. F. Manfaat penelitian 1. Manfaat secara teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya mengenai pengaruh interaksi orang tua terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut Tahun Pelajaran 2012/2013
b. Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai keaktifan

Peserta Didik dalam proses pembelajaran dan motivasi belajar maupun prestasi terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu Di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut Tahun Pelajaran 2012/2013. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian yang sejenis pada waktu yang akan datang.

2. Manfaat praktis

a.

Menyebarluaskan informasi mengenai arti pentingnya keaktifan Peserta Didik dalam proses pembelajaran dan motivasi belajar untuk mendukung pencapaian prestasi belajar secara optimal.

b.

Sebagai calon pendidik, pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian ini dapat ditransformasikan kepada peserta didik pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

G. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis 1. Penegasan pengertian istilah


a. Interaksi orang tua

Monks mengemukakan bahwa interaksi pada dasarnya pengaruh atau hubungan timbal balik. Dalam suatu interaksi terjadi proses sosial, karena dalam proses interaksi selalu melibatkan orang lain atau pihak lain untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat timbal balik. Interaksi sosial yaitu hubungan manusia dengan manusia lainnya atau hubungan manusia dengan kelompok atau hubungan kelompok dengan kelompok. Noor dalam Jamilah (2005:30) Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan masyarakat. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dengan keluarga dimana kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi, memperbaiki, mengubah, atau memperburuk tingkah laku individu yang lain.

Menurut H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan dua atau lebih individu manusia, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya (Gerungan,1991:57).
b. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Pengertian dasar motivasi ialah Keadaan internal

organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, dalam Muhibbin, 1995 : 136). Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Motivasi intrinsik, dan 2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu peserta didik yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat ahli di atas dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan

mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan pendidik.

2. Landasan teori a. Interaksi orang tua 1) Pengertian interaksi Interaksi sebagai peristiwa lebih mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau hadir bersama. Mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi di dalam setiap kasus interaksi, tindakan setiap orang untuk mempengaruhi individu lain. (Thilbaut dan Kelly dalam Jamilah, 2005:30) Adapun menurut Chaplin interaksi adalah (a) satu relasi dua sistem yang terjadi sedemikian rupa sehingga kejadian yang berlangsung pada satu system akan mempengaruhi kejadian pada suatu sistem yang lain (b) satu hubungan sosial sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lain. (Chaplin,1999:254) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah hubungan antara satu individu atau lebih dimana

individu satu dapat mempengaruhi individu lainnya atau sebaliknya, saling berbicara, dan lain sebagainya. Jadi dalam interaksi tersebut terjadi adanya hubungan timbal balik antara individu satu dengan yang lainnya. 2) Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu:
a) Adanya kontak sosial

Kontak merupakan tahap pertama dari terjadinya interaksi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Antara individu 2. Antara individu dengan kelompok atau sebaliknya 3. Antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau skunder, Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti apabila orangorang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan seterusnya. Sebaliknya kontak skunder memerlukan perantara, misalnya A berkata pada B, bahwa C mengagumi permainannya sebagai pemegang perantara utama, salah satu sandiwara. A sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh karena masing-masing memberi tanggapan

walaupun dengan perantara B. Sedangkan kontak skunder dapat dilakukan melalui alat-alat misalnya, telepon atau radio. b) Adanya komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi berarti bahwa seseorang memberi arti pada perilaku oranglain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orangyang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebu (Soekanto,1990:115) Menurut Walgito (1994:75) komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud informasiinformasi, pemikiran-pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain-lain dari penyampaian atau komunikator kepada penerima atau komunikan. Menurut Walgito bahwa didalam komunikasi terdapat adanya beberapa unsur:
a. Komunikator atau penyampai, dalam hal ini dapat

berwujud antara lain orang yang sedang bicara, orang yang sedang menulis, orang yang sedang menggambar
b. Pesan

atau

message

yang

disampaikan

oleh

komunikator, yang dapat berwujud pengetahuan, pemikiran, ide, sikap dan sebagainya. Pesan ini

berkaitan dengan lambang-lambang yang mempunyai arti.


c. Media atau saluran, yaitu merupakan perangkat yang

digunakan

untuk

menyampaikan

pesan

dari

komunikator. Ini yang sering disebut sebagai media komunikasi. Media komunikasi dapat berwujud media komunikasi cetak dan non cetak, dapat verbal dan non verbal
d. Penerima pesan atau komunikan, ini dapat berupa

seorang individu, tetapi juga dapat sekelompok individu-individu. komunikan ini dapat terbentuk antara lain sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca. 2. Proses Komunikasi Proses komunikasi terbagi beberapa tahap, yakni secara primer dan secara skunder.
a. Proses

komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan

10

b. Proses komunikasi secara skunder adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya, dikarenkan

komunikasi sebagai sasaranya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak, seperti surat, telepon, majalah, radio, dan banyak lagi.

(Onong,1985:15-21) 3) Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Yuki dalam Onong (1988:71) ada tiga, yaitu:
a. Mendapatkan

perhatian,

jika pesan disampaikan tetapi

penerima mengabaikan maka usaha komunikasinya gagal


b. Pemahaman pesan dari penerima, jika penerima tidak mengerti

pesan tersebut tidaklah akan berhasil dalam memberikan informasi dan mempengaruhinya
c. Kesediaan menerima pesan dari penerima pesan, jika suatu

pesan di mengerti penerima mungkin tidak meyakini informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar

memberikan arti yang dikatakan 4) Faktor Penghambat Komunikasi

11

Menurut Ninik dalam Onong (1993:92) hambatanhambatan dalam proses komunikasi dapat timbul dalam berbagai macam bentuk. Pada umumnya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: a. Hambatan Bahasa Bahasa menjadi salah satu hambatan-hambatan dalam proses komunikasi, karena kata-kata dalam bahasa memiliki makna yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain. Jika dalam komunikasi antara orangtua dan anak mengalami hambatan maka secara tidak langsung kan berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. b. Hambatan Manusiawi Hambatan ini dipandang sebagai masalah serius dalam segala bentuk komunikasi yang berasal dari manusianya sendiri, dimana masing-masing mempunyai kemampuan dan kepekaan sendiri-sendiri maupun pengalaman manusia itu sendiri

c. Hambatan Teknis Hambatan ini biasanya disebabkan karena adanya keterbatas fasilitas dan peralatan komunikasi. Dapat juga hambatan komunikasi disebabkan karena kurangnya penerangan dan penjelasan dari komunikator 5) Jenis-jenis Interaksi

12

Dalam

setiap

interaksi

senantiasa

di

dalamnya

mengimplikasikan adanya komunikasi antar pribadi. Demikian pula sebaliknya, setiap komunikasi antar pribadi senantiasa mengandung interaksi, sulit untuk memisahkan antara keduanya. Atas dasar itu, Shaw membedakan interaksi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Interaksi Verbal, terjadi apabila dua orang atau lebih

melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan artikulasi. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling tukar percakapan satu sama lain
b. Interaksi Fisik, terjadi manakala dua orangtua atau lebih

melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh.


c. Interaksi emosional, terjadi manakala individu melakukan

kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan (M.Ali&Asrori, 2004:88) Selain tiga jenis interaksi diatas, Nichols membedakan jenis-jenis interaksi berdasarkan banyaknya individu yang terlibat dalam proses tersebut serta pola interaksi yang terjadi, berdasarkan hal tersebut ada dua jenis interaksi, yaitu:
a) Interaksi dyadic, terjadi manakala hanya ada dua orang yang

terlibat didalamnya atau lebih dari dua orang tetapi arah interaksinya hanya terjadi dua arah

13

b) Interaksi tryadic, terjadi manakala individu yang terlibat di

dalamnya lebih dari dua orang dan pola interaksi di dalam keluarga (M.Ali& M. Asrori, 2004:88) 6) Bentuk-bentuk Interaksi Bentuk-bentuk interaksi dapat berupa kerja sama (cooperation) persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (konflik). (Soejono, 1988:58) Menurut Kimball Young dalam bukunya Soejono bentukbentuk proses sosial adalah:
a. Oposisi

(opposition)

yang

mencakup

persaingan

dan

pertentangan atau pertikaian b. Kerjasama yang menghasilkan akomodasi dan


c. Differentiation yang merupakan suatu proses dimana orang

perorang didalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan (Soejono, 1988:59) 7) Faktor-faktor Dalam Interaksi Sosial Kelangsungan interaksi sosial dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: a) Imitasi Imitasi dapat diartikan peniruan dalam interaksi sosial faktor imitasi sangat penting jika yang diimitasi adalah

14

sesuatu

yang

baik.

Imitasi

positif

dapat

merangsang

perkembangan kepribadian seseorang dan dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan baik. Imitasi juga bisa bersifat negatif dan memberi pengaruh buruk bila imitasi itu menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif, kebiasaan

menerima sesuatu tanpa kritik dan hambatan berfikir kritis. b) Sugesti Menurut W.A. Gerungan sugesti merupakan suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara memandang atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Dalam sugesti hampir mirip dengan imitasi, perbedaannya ialah bahwa dalam sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima oleh orang lain, sedangkan pada imitasi orang mengikuti sesuatu diluar dirinya. Menurut Bimo sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Macam-macam sugesti ditinjau dari sebab terjadinya adalah: 1. Sugesti karena Hambatan Berfikir Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenai sugesti mengambil alih pandangan orang lain tanpa memberikan pertimbangan atau kritik terlebih dahulu.

15

2. Sugesti karena Disosiasi Sugesti ini mudah terjadi pada orang yang pikirannya terhambat akibat kelelahan atau rangsangan emosi, juga pada orang-orang yang sedang mengalami disosiasi pikiran atau kebingungan karena menghadapi kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks melebihi kemampuannya. 3. Sugesti karena Otoritas atau Prestasi Sugesti ini terjadi pada seseorang yang menerima pandangan atau sikap tertentu karena pandangan atau sikap tertentu karena pandangan atau sikap tersebut diberikan oleh orang yang ahli dalam bidangnya atau orang yang mempunyai prestasi sosial yang tinggi, misalnya sugesti yang digunakan dalam propaganda. 4. Sugesti karena Mayoritas Banyak orang sering cenderung menerima suatu pandangan atau ucapan seseorang apabila pandangan atau ucapan tersebut didukung oleh sebagian besar orang dari golongannya, kelompoknya atau masyarakat (mayoritas). Mereka cenderung menerima pandangan itu tanpa

pertimbangan yang yang cermat karena orang banyak sudah menerimanya. 5. Sugesti karena Kehendak untuk Percaya

16

Sugesti karena kehendak untuk percaya ialah sugesti untuk meyakinkan diri sendiri. Mengenai hal ini, ada suatu pendapat bahwa sugesti justru membuat seseorang sadar akan adanya sikap-sikap dan pandangan-pandangan

tertentu pada orang banyak. Sugesti itu membuat dia menerima suatu sikap atau pandangan tertentu karena sikap atau pandangan itu sebenarnya sudah terdapat pada dirinya tetapi masih dalam keadaan terpendam. c) Identifikasi Identifikasi ialah suatu proses penyamaan diri oleh seorang individu terhadap pribadi lain secara aktif, tetapi berlangsung tanpa disadari. (Soetarno, 1992:23) Pribadi yang dijadikan obyek identifikasi adalah tokoh yang dicintai, disegani atau dikagumi karna kekhasan pribadinya. Pada umumnya tokoh tersebut menimbulkan gejolak emosional yang kuat, dan citranya tertanam di dalam hati orang yang mengidentikasi. Tokoh-tokoh ini misalnya ibu, bapak, orangorang terpelajar, orang-orang terkenal dan lain-lain. Jadi, kesamaan jiwa antara seseorang dengan tokoh tertentu bukan terjadi karena faktor keturunan saja, tetapi juga karena proses identifikasi. d) Simpati

17

Simpati mengandung pegertian menarik hati, atau perasaan tertarik orang yang satu kepada yang lain. Simpati timbul bukan karena penilaian rasio, melainkan karena penilaian perasaan. Dapat terjadi seseorang tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dan rasa tertarik itu seakan-akan terjadi dengan sendirinya, bukan karena suatu ciri tertentu, melainkan karena keseluruhan tingkah laku orang tersebut. Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih. Hubungan cinta kasih antara manusia biasanya didahului oleh perasaan simpati ini. Simpati dapat berkembang secara perlahan-lahan dan dapat pula timbul secara tiba-tiba.

b. Interaksi Orangtua Dengan Anak Keluarga merupakan wadah yang pertama-tama dan

merupakan dasar yang fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Disinilah pertama-tama anak mengenal norma sosial, pengenalan pertama terjadi setelah mengadakan interaksi sosial, belajar memperhatikan keinginan orang lain, pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial dikeluarga turut menentukan pula cara bertindak dan bereaksi pergaulan sosial yang lebih besar seperti dalam masyarakat (Kartono,1992:128)

18

Menurut Sarlito bahwa keluarga merupakan lembaga primer sebagai ajang pertama seseorang belajar melakukan interaksi sosial. Sebelum seorang anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilainilai yang berlaku dalam keluarga untuk dijadikan bagian dari pengaruh orangtua dan anak-anaknya. Dengan demikian seorang sejak awal kehidupannya sudah dikenai langsung dengan peranan sosial sehingga dapat dikatakan keluarga merupakan tempat persemaian yang paling dominan bagi perkembangan anggota-anggotanya, bahkan bertanggung jawab atas berhasil tidaknya perkembangan yang harus dilalui oleh anggota keluarga tersebut (Sarlito,1998:111-112) Keberhasilan keluarga sebagian besar tergantung dari

kemampuan mereka dalam berinteraksi dan menyatukan setiap anggota keluarga mereka. Apabila hal ini sudah tercapai, dimungkinkan adanya kerjasama antar anggota keluarga sehingga persaingan, keadaan menolak hingga anak diperlakukan tidak sama, tidak terjadi lagi dalam keluarga (Balson,1992:128) Dalam konteks bimbingan orangtua terhadap anak, Hoffman mengemukakan tiga jenis pola asuh orangtua, yaitu:
1. Pola asuh bina kasih (induction) adalah yang diterapkan orangtua

dalam

mendidik

anaknya

dengan

senantiasa

memberikan

19

penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya.
2. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion) adalah pola asuh yang

diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat menerimanya.
3. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal) adalah pola asuh yang

diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang yang dikehendaki orangtuanya maka cinta kasihnya itu

dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian anak, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orangtua terhadap anaknya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, anak akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orangtua (M. Ali&M. Asrori, 2004:102) Menurut Dinkmeyer dan McKay, karakteristik dari hubungan antara orangtua dan anak yaitu: a) Perhatian dan kepedulian timbal balik

20

b) Empati untuk satu sama lain c) Keinginan untuk mendengarkan satu sama lain/saling menghargai
d) Pembagian pikiran atau perasaan ketimbang menyembunyikan dan

menahan kemarahan/saling terbuka


e) Dukungan dan penerimaan untuk satu sama lain (Balson,1992:74).

Sedangkan Gunarsa menjelaskan bahwa karakteristik orangtuaanak dapat terjalin sebagai berikut:
a) Saling menerima: Setiap anggota keluarga saling menerima segala

kelemahan, kekurangan dan kelebihannya


b) Saling mempercayai: Ibu dan Ayah hendaknya mengembangkan

suasana saling mempercayai dan secara timbal balik merasakan apa yang dirasakan anak.
c) Perhatian: Perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati pada

seluruh keluarga
d) Mengembangkan rasa simpati merupakan faktor utama bagi

terbentuknya hubungan yang harmonis orangtua anak


e) Menghormati dan menghargai: dalam melakukan interaksi dengan

kelurga
f) hendaknya diciptakan suasana saling menghormati dan menghargai

Saling mengerti: orangtua dan anak hendaknya mengembangkan rasa saling pengertian satu sama lain, dengan demikian orangtua dapat memberikan bantuan dan nasehat bila diperlukan

(Gunarsa,1992:34).

21

c. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi Menurut Ahmadi dan Syuhadi (1986:67) motivasi adalah hal-hal yang mendorong aktivitas-aktivitas yang merupakan alasan dilakukannya suatu perbuatan. Sedangkan menurut Donald (Hamalik, 2001:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Frandsen (Ahmadi dan Shuyadi, 1986:67) menyebutkan hal yang mendorong (motivasi) seseorang untuk belajar sebagai berikut: a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu belajar. c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. d. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Woolfolk (Semiawan, 1998/1999) mengartikan motivasi sebagai suatu keadaan internal yang dapat menaikkan,

mengarahkan dan memelihara perilaku. Hal ini didukung pula oleh

22

pendapat Sardiman (2001) yang menyatakan untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan memotivasi yang baik pula. Dari pendapat-pendapat di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi motivasi belajar memiliki peranan yaitu menumbuhkan gairah peserta didik, senang dan bersemangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Itulah para ahli psikologi pendidikan mulai memperhatikan soal motivasi yang baik. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi itu tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan-tujuan yang diinginkan juga tidak baik. 2. Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar Hamalik (2001:162-163) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: a. Motivasi intrinsik yaitu suatu dorongan yang berasal dari dalam individu. Motivasi intrinsik sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri peserta didik sendiri. Sebagai contoh seorang peserta didik yang

23

senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, peserta didik tersebut sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh kongkrit, seorang peserta didik itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya. Jadi sesuai contoh di atas bahwa seorang peserta didik belajar memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau hadiah. b. Motivasi ekstrinsik yaitu suatu dorongan yang berasal dari luar diri individu/faktor-faktor dari luar situasi, seperti: angka, hadiah dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya belajar dimulai dan diluruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu seringkali para peserta didik belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu

24

motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para peserta didik mau dan ingin belajar. Berdasarkan kedua jenis motivasi di atas, sesungguhnya sulit untuk menentukan mana yang lebih baik, motivasi intrinsik atau ekstrinsik. Memang yang dikehendaki ialah timbulnya motivasi intrinsik pada peserta didik, akan tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Adanya tanggung jawab guru agar pengajaran peserta didik berhasil dengan baik, maka membangkitkan motivasi ekstrinsik ini menjadi kewajiban guru untuk melaksanakannya. diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran sendiri pada peserta didik untuk belajar.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar Sardiman (2001:83) membagi fungsi motivasi dalam belajar menjadi tiga yaitu sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Fungsi motivasi yang pertama yaitu mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, maksunya bahwa motivasi dalam hal ini

25

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan Fungsi yang kedua yaitu menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan Fungsi yang ketiga yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang peserta didik yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak sesuai dengan tujuan. Berdasarkan fungsi motivasi tersebut, maka sesungguhnya motivasi memiliki peranan yang sangat besar dalam kegiatan belajar. Motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan. Di samping itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang peserta didik melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

26

menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang peserta didik yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. d. IPS Terpadu 1) Hakekat Pengajaran IPS Terpadu. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu di tingkat SMP/MTs, meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmaja, 1998:20) Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran kurikulum. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu

27

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat

memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesankesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Williams, 1976:116). Namun demikian, pelaksanaannya di sekolah SMP/MTs pembelajaran IPS sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi) tanpa ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial

28

(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, budaya). Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antarbidang ilmu-ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, antropologi sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut; serta (3) terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru mata pelajaran untuk pembelajaran IPS secara terpadu. (4) meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru di sekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga dianggap hal yang baru. Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam rangka implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta untuk memenuhi ketercapai pembelajaran, maka diperlukan pedoman pelaksanaan model pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat SMP/MTs. Hal ini penting, untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran terpadu yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret dalam kerangka implementasi Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar. 2) Tujuan Pembelajaran IPS Terpadu Tujuan penyusunan model pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat SMP/MTs pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, penyusunan model ini diantaranya bertujuan untuk:

29

a) memberikan wawasan dan pemahaman tentang pembelajaran

terpadu, khususnya paduan pembelajaran IPS pada tingkat SMP/MTs.


b) membimbing guru agar memiliki kemampuan melaksanakan

pembelajaran terpadu antardisiplin ilmu-ilmu sosial pada mata pelajaran IPS.


c)

memberikan

keterampilan

kepada

guru

untuk

dapat

menyusun rencana pembelajaran dan penilaian secara terpadu dalam pembelajaran IPS.
d) memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi

pihak terkait, sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran terpadu.
e) memberikan acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran

IPS Terpadu di SMP/MTs. 3) Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Terpadu Ruang lingkup penyusunan model pembelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup hal-hal berikut:
a) Pemetaan kompetensi yang dapat dipadukan dari masing-

masing Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan dalam Kurikulum SMP/MTs.


b) Pengembangan strategi model pembelajaran IPS Terpadu

Berbasis

Kompetensi

untuk

IPS

tingkat

pada tingkat SMP/MTs.


c)

Pengembangan penilaian model pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat SMP/MTs.

30

d) Pengembangan contoh model rencana pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX.
4) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayahwilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

31

5) Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Karateristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagai berikut:


a) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-

unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).
b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari

struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

IPS juga

menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upayaupaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981). e) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut terlihat pada tabel berikut. Dimensi dalam kehidupan manusia Ruang Waktu Nilai/Norma Area dan substansi pembelajaran Alam sebagai tempat dan penyedia potensi sumber daya Alam dan kehidupan yang selalu
32

berproses, masa lalu, saat ini, dan yang akan datang Kaidah atau aturan yang menjadi perekat dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan alam. Contoh Kompetensi Dasar yang dikembangkan Adaptasi spasial dan eksploratif Berpikir kronologis, prospektif, antisipatif Konsisten dengan aturan yang disepakati dan kaidah alamiah masing-masing disiplin ilmu Alternatif penyajian dalam mata pelajaran Geografi Sejarah Ekonomi, Sosiologi atau Antropologi (Sardiman, 2004)
6) Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.


b) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalahmasalah sosial.

33

c) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah

sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. (Awan Mutakin, 1998) 7) Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesankesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari. Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program

pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini,
34

dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmuilmu sosial.
8) Model Integrasi Berdasarkan Topik

Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya Kegiatan ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, Kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.
9) Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan

Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah Pemukiman Kumuh. Pada pembelajaran terpadu, Pemukiman
35

Kumuh

ditinjau

dari

beberapa

faktor

sosial

yang

mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan/norma.
10)

Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu

a) Perencanaan Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu

bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini: 1. Pemetaan Kompetensi Dasar
2. Penentuan Topik/tema 3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam

indikator sesuai topik/tema 4. Pengembangan Silabus


5. Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran b) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator

Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.
c) Penyusunan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP)/Skenario Pembelajaran

36

Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan topik yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPS Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan
11) Implikasi Pembelajaran IPS Terpadu

a) Guru Oleh karena pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan antara berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, yang biasanya terdiri atas beberapa mata pelajaran seperti Geografi, Sosiologi/Antropologi, Ekonomi, dan Sejarah, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas. Seyogianya guru dalam pembelajaran IPS dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran yakni guru IPS Terpadu. Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti guru Geografi, Sosiologi/Antropologi, Ekonomi, dan Sejarah. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian disiplin ilmu-ilmu sosial, karena mereka yang memiliki latar belakang Geografi tidak

37

memiliki kemampuan yang optimal pada Ekonomi dan Sejaran, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPS Terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam IPS, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap. Untuk itu, dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (1) team teaching, dan (2) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing. 1. Team Teaching Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masingmasing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu sosial, (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu. Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan semestinya, sehingga

38

para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas. Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut: (a) Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi IPS yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut. (b) Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang Sosiologi/Antropologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang Geografi, dan seterusnya. (c) Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut. (d) Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas. (e) Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masingmasing guru sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga akumulasi nilai gabungan dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata pelajaran IPS. 2. Guru Tunggal Pembelajaran IPS dengan seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPS merupakan satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung

39

jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul. Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPS terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata pelajaran IPS terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang studi geografi tidak menguasai secara mendalam tentang sejarah dan ekonomi sehingga dalam pembelajaran IPS terpadu akan didominasi oleh bidang studi geografi, serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna. Untuk tercapainya pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
a.

Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Sejarah diberikan pelatihan tentang bidang studi Geografi dan Ekonomi.

b. Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam

mata pelajaran IPS tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.

40

c.

Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.

d. Persiapan pembelajaran disusun dengan matang

sesuai

dengan

target

pencapaian

Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.
b) Peserta didik

Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPS Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif. Pembelajaran IPS Terpadu ini akan lebih dipahami peserta didik jika dalam penyajiannya lebih mengupas pada permasalahan sosial yang ada, terutama permasalahan sosial di lingkungan peserta didik itu sendiri. Selain itu, model pembelajaran IPS Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPS Terpadu, secara psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran

41

model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. c) Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu-ilmu sosial, maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, dalam hal ini, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang studi yang tercakup di dalamnya. Jika pembelajaran dalam satu topik tersebut mencakup seluruh SK (4 Standar Kompetensi), maka ia akan memerlukan bahan ajar yang mencakup empat bidang studi yakni Sosiologi/Antroplogi, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi. Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS Terpadu dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan internet. Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama Sosiologi/Antropologi, Geografi, Sejarah, dan

42

Ekonomi maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berisi cerita atau tayangan yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan pembelajaran. wawasan, bahan-bahan Keberhasilan yang diperlukan seorang guru dan dalam dalam tingkat

melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada pengetahuan, pemahaman, kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan. Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya. d) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang harus tersedia dalam pembelajaran IPS Terpadu pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPS Terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh

43

berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Misalnya, peta yang digunakan tidak hanya peta yang dapat digunakan untuk Standar Kompetensi yang berkaitan dengan Geografi saja melainkan juga seyogianya dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi yang lainnya. Dengan demikian, efisiensi pemanfaatan sarana dapat terlaksana dalam pembelajaran ini. Namun demikian, dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran Terpadu. H. Metode penelitian 1. Jenis penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, IPS

pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi (Nana Syaodik Sukmadinata, 2009:52). Sebuah sumber menyebutkan bahwa metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja yang bersistem untuk melaksanakan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Masrial, 1993:19).

44

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang diperlukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara empiris artinya bahwa gejala-gejala yang akan diteliti sudah ada secara wajar dan tidak perlu diadakan eksperimen. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi (2002:5) yang mengatakan bahwa penelitian non-eksperimen hanya meneliti apa yang sudah ada. Oleh karena itu, data yang akan diteliti baik variable bebas tentang Interaksi orang tua maupun variable terikat tentang motivasi belajar peserta didik tidak perlu dilakukan percobaan atau eksperimen. 2. Populasi dan sampel a. Populasi Arikunto (2002:108) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut Margono (2000:118) populasi adalah seluruh obyek yang menjadi perhatian peneliti dalam ruang lingkup, waktu yang ditentukan peneliti. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs. Nurul Ikhsan NW Salut yang berjumlah 30 peserta didik. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:117). Dalam pengambilan sampel ini tidak ada satu

45

ketetapan yang mutlak, berapa persen sampel harus diambil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi sebenarnya tidak ada ketetapan mutlak itu tidak perlu menimbulkan keraguan pada seseorang penyelidik. Arikunto memberikan anjuran bahwa dalam pengambilan sampel, apabila jumlah subyek kurang dari 100 orang, lebih baik jumlah tersebut diambil semua, sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah subyek besar atau lebih dari 100 orang maka dapat diambil antara 10%-15 % atau 20%25% atau lebih (Arikunto,1998:120) Berdasarkan pendapat diatas, maka pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik sampel yaitu populasi sampling. Populasi sampling menurut hadi dan Singarimbun (1989:152) adalah pengambilan sampel penelitian secara keseluruhan jumlah populasi yang ada. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100.

3. Data penelitian a. Jenis dan sumber data Dalam penelitan kuantitatif, analisa data dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

46

responden,

menyajikan

data,

melakukan

perhitungan

untuk

merumuskan masalah, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Ditinjau dari jenisnya, menurut suharsimi(1998:245), data dapat dikategorikan kedalam: 1. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka-angka hasil

perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data, maka dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan analisa statistik atau non statistik. Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa angkaangka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa angka-angka maka analisa yang digunakan adalah analisa statistik.

b. Tekhnik pengumpulan data Sesuai dengan tujuan penelitian ini, agar peneliti menjawab semua masalah dan tujuan yang telah ditetapkan, maka dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data, penulis akan menggunakan metode sebagai berikut: 1) Metode observasi
47

Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto. 1998:146). Bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi non sistematis yakni observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. Tujuan dipakainya metode observasi ini adalah untuk mengamati secara langsung situasi populasi penelitian yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian 2) Metode Test Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,1998:139). Alat tes yang digunakan disini adalah alat tes yang sifatnya terstandart, adapun alat tes yang digunakan oleh peneliti disini adalah alat tes motivasi belajar (TKV) dari Munandar dengan tujuan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut 3) Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi yang diselidiki peneliti adalah benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,1998:149). Metode ini digunakan dengan cara

memeriksa dan mencatat dokumen yang ada seperti sejarah

48

berdirinya MTs. Nurul Ikhsan NW Salut , tentang keadan guru, data siswa serta hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini. 4) Metode Angket
a. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk variabel

interaksi orangtua-anak adalah dengan menggunakan metode angket. Bentuk angket dalam penelitian ini menggunakan skala likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Metode ini menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Pertanyaan dalam skala ini ada yang berbentuk menyenangkan dan tidak menyenangkan. Pengumpulan data dengan angket ini

disebarkan di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut dengan cara membagikan angket kepada siswa didalam kelas, memberikan penjelasan tentang cara mengerjakan serta membuka

pertanyaan kepada siswa yang merasa belum mengerti. 4. Variabel penelitian Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian(Yatim,1996: 11) Variabel adalam hal ini diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering pula diartikan bahwa variabel

49

penelitian itu sebagai faktor faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 97) variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi. a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Interaksi orang tua terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut tahun pelajaran 2012/2013 b. Variabel Terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran IPS Terpadu materi ekonomi di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut tahun pelajaran 2012/2013.

5. Analisis data Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang relevan. Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat, memungkinkan diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono, 2000:158). Dalam penelitan kuantitatif, analisa data dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam analisi

50

data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk merumuskan masalah, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa angka-angka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa angka-angka maka analisa yang digunakan adalah analisa statistik. Untuk menganilis pengaruh antara variabel tingkat interaksi orangtua-anak dan variabel motivasi belajar, maka rumus yang digunakan dalam menganalisa kedua variabel tersebut adalah product moment dari pearson

Formula Korelasi Product Moment Perason

51

(Suharsimi Arikunto, 2005:327) 6. Pengujian hipotesis Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16). Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).

(Ha)

Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh Interaksi orang tua terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpau di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut tahun pelajaran 2012/2013 Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh Interaksi orang tua terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpau di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut tahun pelajaran 2012/2013

(Ho)

Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik Dua proporsi z-test (En=Two-proportion z-test) tidak digabung.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan signifikan tentang pengaruh Interaksi orang tua terhadap motivasi belajar

52

peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs. Nurul Ikhsan NW Salut tahun pelajaran 2012/2013.

n1 p1 > 5 dan n1(1 p1) > 5 dan n2 p2 > 5 dan n2(1 p2) > 5 dan observasi independen. Dengan keterangan: = x/n = Proporsi sampel, (kecuali ditentukan sebelumnya) = Dugaan proporsi populasi = proporsi 1 = proporsi 2 = Dugaan perbedaan proporsi = Jumlah sampel = Jumlah sampel 1 = Jumlah sampel 2 Lehmann, E.L.; Romano, Joseph P. (2005).
a.

Tolak Ho, apabila z hitung > z

tabel

pada taraf uji 95 %

dan derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila z hitung < z tabel maka Ho diterima pada taraf uji yang sama. b. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

I.

Jadwal kegiatan penelitian


NO KEGIATAN JULI BULAN AGUSTUS SEPTEMBER

53

2012
1 2 3 4 5 1 2

2012
3 4 5 1 2

2012
3 4 5

1 2 3 4 5 6 7

Persiapan Penyusunan Proposal Konsultasi Proposal Perizinan Penyusunan Skripsi Konsultasi Skripsi Seminar

Adapun tempat melakukan penelitian ini yaitu di Kelas VIII MTs. Nurul Ikhsan NW Salut Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan September tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta Budiyono. 2000. Statistik Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta.

54

Fatah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 2000. Metode Research Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset. Hakim. A.M. Mendidik Anak Secara Bijak; Panduan Keluarga Muslim Modern. Bandung. Marja Halloran. 1978. Cara membina hubungan baik dengan orang lain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Hawari. D. 1997. Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa Hurlock. 1990. Kreativitas yang perlu dikembangkan. Jakarta. Penerbit PT. Gunung Mulia. Iif, Sofyan, Tatik. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta : Prestasipustaka Jamilah. 2005. Kemampuan Interaksi Sosial Pada Anak Tunagrahita. (Skripsi tidak diterbitkan). UIN Malang. Jordan E.A. 2002. Bengkel Kreativitas (10 Cara Menemukan Ide-ide Pamungkas). Jakarta. Kaifa. Kartono, Kartini. 1984. Psikologi Umum. Bandung: Penerbit ALUMNI. Kerlinger, F.N. 1990. Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kuntoro, A. Sodiq. 1985. Dimensi Manusia dalam Pemikiran Pendidikan. Yogyakarta: Nurcahaya.

55

Maricha. F. 2002. Pengaruh kreativitas Verbal Terhadap Prestasi Belajar Siswa. (Skripsi tidak diterbitkan). UIIS. Malang Munandar, U. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta. PT. Gramedia. Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono . 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Sugiyono . 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Undang-undang republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional(sisdiknas) Jakarta :Gramedia E.L.; Romano, Joseph P. (2005). Testing Statistical Hypotheses (edisi ke-3E). New York: Springer. ______.1988. Psikologi Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga ___________. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/07/17/hakekat-pendidikan-ips

56

You might also like