You are on page 1of 49

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin pesat menuntut adanya perubahan dan perkembangan disegala bidang termasuk di dunia pendidikan. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka tuntutan mutu pendidikan juga semakin tinggi. Saat ini pendidikan kita masih di dominasi oleh metode-metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, sedangkan untuk memaksimalkan peran peserta didik dalam

proses kegiatan belajar mengajar dikelas perlu diterapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dan variatif sehingga dapat mengaktifkan peserta didik, salah satunya dengan menerapkan model-model pembelajaran konstruktifisme. Dalam paradigma pembelajaran konstruktifistik, peserta didik diharapkan dapat menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya jika tidak, maka tidak akan menimbukan perubahan pada peserta didik (Trianto, 2009:28) menyatakan bahwa teori konstruktivisme menurutnya peserta didik berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di benaknya,

pendidik hanya sebagai fasilitator saja. Dalam proses pembelajaran konstruktif ini, peran aktif pendidik tidak lagi sebagai pusat pengetahuan (teacher centered) tetapi perannya hanya sebagai fasilitator membantu peserta didik dalam menemukan

konsep, fakta, atau prinsip bagi mereka sendiri, bukan sebagai satu-satunya sumber informasi atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas. Pada saat ini, SMP Negeri 2 Gangga telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman kurikulum dalam pemblajran, namun kurikulum tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan dengan sempurna dalam kegiatan belajar disetiap mata pelajaran, baik dari segi strategi, metode, maupun penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan informasi yang diperoleh pendidik mata pelajaran IPS Terpadu yang mengajar di SMP Negeri 2 Gangga, pada pembelajaran materi ekonomi koperasi yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi tradisional. Pada saat pendidik menyampaikan pelajaran dengan metode konvensional, dan diskusi tradisional, hanya peserta didik tertentu yang dapat mengikuti diskusi secara aktif dan berani dalam mengungkapkan pendapat. Sehingga suasana belajar dikelas menjadi kurang menyenangkan dan hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar yang di capai di kelas. Model pembelajaran seperti ini dirasakan kurang efektif untuk menarik perhatian dan keaktifan peserta didik didalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Salah satu arternatif untuk lebih mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik perlu dilakukan variasi dalam proses belajar, misalnya dengan pembelajaran kooperatif Metode jigsaw. Adapun kelebihan dari pembelajaran Metode jigsaw adalah lebih menekankan rasa tanggung jawab pada diri individu dan kerja sama, selain itu langkah-langkahnya sederhana sehingga tepat untuk diterapkan pada

peserta didik setingkat SMP. Akan tetapi metode pembelajaran kooperatif Metode jigsaw memiliki keterbatasan yaitu model pembelajaran ini memerlukan keterampilan untuk mengorganisasi dan mengkoordinir peserta didik dengan baik (perpindahan tempat duduk, tingkat berpikirnya, dan kerjasama yang tinggi) sehingga dalam penerapan metode jigsaw ini fasilitator dengan tingkat akademik dan intelegensi tinggi, kondisi kelas yang dinamis dengan fasilitas dan sumber belajar seperti buku teks yang memadai, topik-topik pelajaran tertentu, dan peserta didik memiliki rasa tanggung jawab dan kerja sama yang tinggi. Metode jigsaw adalah salah satu model belajar kooperatif yang dalam penerapannya peserta didik dibagi dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 5 - 6 orang. Mereka berada dalam kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dengan berbagai tanggungjawab. Strategi ini menjamin agar setiap peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang metode jigsaw dan melihat apakah ada pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik Gangga. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bagian penting yang harus ada dalam penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian harus mengetahui lebih dahulu permasalahan yang ada. Adanya permasalahan yang jelas, maka proses pemecahannya akan terarah dan di SMP Negeri 2

terfokus. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahaan sebagai berikut: Apakah ada Pengaruh
Metode Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011-2012 ?

1.3.

Hipotesis Sebelum diajukan hipotesis penelitian, terlebih dahulu dikemukakan secara singkat makna hipotesis. Hipotesis adalah Suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpulkan (Suharsimi Arikunto, 2002:64). Ahli lain mengatakan bahwa hipotesis merupakan Pertanyaan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha untuk mehamaminya (Nasution, 2003 : 39). Berdasarkan kedua pendapat di atas maka diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berupa dugaan sementara yang pembuktian kebenarannya harus di uji dilapangan. Hipotesis ada 2 macam yaitu: 1. Hipotesis Alternatif (Ha) adalah hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang tidak menyangkal, sedangkan
2.

Hipotesisi Null/Nihil (Ho) adalah hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang menyangkal. Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat diajukan hipotesis

Alternatif (Ha) penelitian sebagai berikut: ada Pengaruh Metode Jigsaw


Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011-2012. 4

Sedangkan Hipotesis Nol/Nihil (Ho) penelitian ini adalah: Tidak ada Pengaruh Metode Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011-2012

1.4.

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh Metode Metode jigsaw pada materi pokok pasar terhadap prestasi belajar peserta didik di SMP 2 gangga tahun pelajaran 2011-2012.

1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat penelitian secara umum


a.

Bagi peserta didik, untuk dapat membantu peserta didik di dalam menumbuhkan motif-motf belajarnya kearah yang lebih keras, giat dan tekun sehingga mendapatkan prestasi belajar yang baik, dengan prestasi belajar yang di dapatkan itulah peserta didik akan terdorong untuk melanjutkan pendidikannya.

b. Bagi pendidik, untuk dapat membantu pendidik dalam menumbuhkan

motif-motif belajar pada peserta didik nya, agar dapat belajar dengan lebih keras, giat dan tekun sehingga tercapai prestasi belajar yang diharapkan.
c.

Bagi sekolah, untuk dapat memperoleh gambaran tentang prestasi belajar peserta didik yang telah didapatkan di sekolah tersebut, serta untuk megetahui motif-motif apa yang mendorong peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikanya.

d. Bagi Peneliti, untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan

dalam bidang pendidikan dan penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

2.1.

Penegasan Pengertian Istilah

2.1.1. Pengertian Jigsaw Menurut Trianto (2009:60) Pembelajaaran koopertif Metode jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya suatu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik. Materi pembelajaran disiapkan dan dibagikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari sub pokok bahasan tertentu. Peserta didik yang mendapat tanggung jawab yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk mendiskusikan sub pokok bahasan tertentu. Kelompok ini disebut kelompok ahli, selanjutnya anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan materi yang telah dibahasnya secara bergantian. 2.1.2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar. Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan, atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa

prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan). Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997:787) Menurut Masud Khasan Abdul Qahar (1994:20), prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Masud, Syaiful Bahri Djamarah (2004) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (1992:22) adalah kemampuan yang dimiliki Peserta didik, setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2005:87) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi. 2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pembelajaran Kooperatif Model jigsaw 2.2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model jigsaw

Menurut Trianto (2009:60) Pembelajaaran koopertif Metode jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya suatu kelas terbagi dalam kelompok - kelompok heterogen terdiri atas 5 atau 6 orang peserta didik. Materi pembelajaran di siapkan dan dibagikan kepda peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari sub pokok bahasan tertentu. peserta didik yang mendapat tanggung jawab yang sama, berkumpul dalam satu kelompok untuk mendiskusikan sub pokok bahasan tertentu. Kelompok ini disebut kelompok ahli, selanjutnya anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan materi yang telah dibahasnya secara bergantian. 2.2.1.2.Gambaran umum Metode Jigsaw Menurut Trianto (2009:73) strategi ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dkk dari Universitas Texas dan kemudian diadopsi oleh Slavin dkk. Strategi ini menjamin agar setiap peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya. Melalui metode jigsaw ini kelas di bagi menjadi beberapa tim yang anggotaya terdiri dari 5 - 6 peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda (kelompok ini dinamakan kelompok asal) tugas dibagi dalam sejumlah kelompok yang ditetapkan, bahan akademik yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab yang sama untuk mempelajari bahan akademik yang sama untuk

selanjutnya berkumpul untuk saling membantu untuk mengkaji bahan tersebut. Kumpulan tersebut dinamakan kelompok ahli, setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli peserta didik kembali dalam kelompok asalnya dan menjelaskan diskusinya pada saat di kelompok ahli, setelah diadakan pertemuan dan diskusi, peserta didik dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Tiap peserta didik dan tiap kelompok yang mendapat skor tinggi mendapat penghargaan dari Pendidik 2.2.1.3.Langkah-langkah pembelajaran jigsaw
1) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok

beranggotakan lima sampai enam peserta didik .


2) Materi pelajaran dibagikan kepada peserta didik dalam bentuk teks

yang dibagi menjadi beberapa sub bab.


3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan

bertanggung jawab untuk mempelajarinya 4) Anggota kelompok yang lain yang mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5) Setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya bertugas untuk menjelaskan hasil diskusinya di kelompok ahli kepada temantemannya
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, peserta didik dikenai

tagihan berupa kuis individu. 2.2.1.4.Jigsaw type II

10

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dan kawan-kawanya (1996) dengan sedikit perbedaan dalam belajar kooperatif tipe jigsaw secara umum. Peserta didik kemampuan. Peserta didik materi sebelumnya. Pada pembelajara Metode jigsaw type I, awalnya hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya, sementara konsepkonsep yang lain mereka dapatkan melalui diskusi teman segrupnya. Pada tipe II tiap peserta didik memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi tim ahli (expert) hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang dibicarakan.
2.2.1.5. Langkah-langkah pembelajaran Metode jigsaw type II

dikelompokkan secara heterogen dalam diberi materi baru atau pendalaman dari

1.

Orientasi Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan dari konsep yang diberikan.

2.

Pengelompokan Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen dari kemampuannya, kemudian diberi indeks.

3.

Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

11

Selanjutnya group ini dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari yang akan diberikan dibina supaya menjadi ahli berdasarkan indeks 4. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group Expertis (peserta didik ahli) dalam kelompok tertentu

tersebut masing-masing kembali dalam groupnya masing-masing. Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahua diantara mereka. Aturan dalam fase ini adalah:
a.

Peserta didik

memiliki tanggung jawab untuk memastikan

bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan b.


c.

Memperoleh pengetahuan adalah tanggung jawab bersama Bertanya kepada anggota kelompok sebelum bertanya kepada Pendidik

d. e. 5.

Tidak mengganggu teman yang lain Akhiri diskusi dengan merayakan agar memperoleh kepuasan

Test (penilaian) Pada fase ini pendidik memberikan tes tulis untuk dikerjakan peserta didik yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan

6.

Pengakuan kelompok Pembinaan pembelajaran kooperatif didasarkan pada skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir perolehan peserta didik .

2.2.2. Prestasi belajar 2.2.2.1.Pengertian prestasi belajar

12

Poerwadarminta berpendapat (dalam Djamarah 2004), bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Nasrudin Harahap dkk (dalam Djamarah 2004), berpendapat bahwa prestasi adalah apa penilaian pendidik tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik yang

berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu hasil aktifitas sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang melibatkan perubahan pada diri individu yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan pada diri individu sebagai aktifitas dalam belajar (djamarah 2004:23) Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah ukuran nilai yang diperoleh oleh seorang peserta didik setelah melakukan usaha-usaha atau perbuatan. Belajar peserta didik yang baik dan berhasi adalah mereka-mereka yang terdapat dalam dirinya kemauan dan kemampuan untuk belajar sungguh-sungguh. Kesungguhan dan kemauan untuk belajar itu disebabkan oleh adanya motif dan atau variasi serta pendidik dalam mengajar. Sementara itu dalam buku Profesionalisme Guru dalam

pembelajaran dijelaskan bahwa Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru serta timbul dan berkembangnya sifat-sifat

13

sosial, susila dan emosional (Zainal Aqib, 2002:42). Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa belajar adalah Proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan (Iskandarwassid, 2008:5). Menurut ahli lain, belajar adalah Suatu proses yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku yang baru pada individu yang telah dan sedang belajar (Masrial, 1993 : 10). Sedangkan menurut ahli lain belajar diartikan sebagai suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keadaan (karena adanya latihan) (Ernest R. Hilgard dalam Soetomo, 1993:119). Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar adalah Perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar (2002:44). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa belajar terdiri dari beberapa unsur yang mempengaruhi antara lain: a. Unsur objek yang dipelajari dapat berupa

pengetahuan atau ilmu-ilmu tertentu. b. Unsur transpormasi yaitu jalan untuk

mendapatkan atau memperoleh objek yang dipelajari. c. Unsur kepandaian merupakan hasil

mempelajari objek yang menjadi sasaran kegiatan. d. Unsur latihan sebagai langkah agar apa yang

dipelajari bisa mencapai tujuan yang dikehendaki sebelumnya.

14

Definisi ini menekankan bahwa berprestasi dalam belajar IPS terpadu adalah merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan individu dalam mencapai hasil yang maksimal dalam mata pelajaran IPS terpadu pada khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah potensi yang dimiliki sehingga dapat meraih nilai yang setinggi-tingginya ditunjukkan dengan nilai yang 2.2.2.2.Fungsi prestasi dalam belajar Ada tiga fungsi dalam belajar, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan daya atau energi. Prestasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian prestasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan dan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan bagi tujuan tersebut. 2.2.2.3.Faktor yang meningkatkan prestasi belajar Secara garis besarnya ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Peserta didik yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Intern maksudnya pengaruh yang berasal dari dalam diri peserta didik antara lain (1). Intelegensi, (2). Bakat dan minat, (3). Motif, (4). Kesehatan tubuh dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal

15

dari luar individu antara lain: (1) Kompetensi Pendidik , (2). Suasana dan prasarana belajar, (3). Waktu belajar, (4). Tersedianya media pembelajaran. 1) a) Faktor Intern Intelegensi Langeveld memberikan definisi intelegensi sebagai Disposisi untuk bertindak, untuk menentukan tujuan-tujuan baru dalam hidupnya, membuat alat untuk mencapai tujuan itu serta mempergunakannya (Langeveld, dalam Suryabrata, 1987 : 138). Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas intelegensi merupakan bagian kejiwaan manusia yang dibawa sejak lahir berupa kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk berpikir dan bertindak dalam menentukan tujuan dalam hidupnya. b) Bakat dan Minat Menurut Warren bakat (aptitude) didefinisikan sebagai suatu kondisi atau disposisi-disposisi tertentu yang menggejala pada kecakapan seseorang untuk memperoleh melalui latihan satu atau beberapa pengetahuan keahlian atau suatu respon seperti kecakapan untuk berbahasa, musik dan sebagainya (Nurkancana, 1986 : 204). Sementara itu bakat juga diartikan sebagai kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir (Depdikbud, 1990:70), sedangkan minat diartikan sebagai kecendrungan hati

16

yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan (Depdikbud, 1990 : 583). Untuk mendapatkan prestasi belajar ditentukan oleh ada tidaknya dasar kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Dasar kepandaian dalam pelajaran tertentu akan menentukan prestasi belajar pada mata pelajaran yang bersangkutan. Mereka yang tidak memiliki bakat untuk mata pelajaran tertentu tidak akan mendapatkan prestasi belajar pada mata pelajaran bersangkutan. Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang berbakat dan berminat pasti mempunyai perhatian terhadap individu, objek, aktivitas, dan situasi tersebut. Kalau dikembangkan dengan belajar, maka bakat minat mempunyai peranan yang sangat besar menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Seseorang yang berbakat dalam suatu pekerjaan, apabila didukung oleh minat yang tinggi, maka semakin tinggi tingkat keberhasilannya. Demikian juga jika bakat dan minat ini didukung oleh latihan yang banyak maka hasilnya akan semakin optimal.

c)

Motivasi Pengertian dasar motivasi ialah Keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya

17

untuk berbuat sesuatu dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, dalam Muhibbin, 1995 : 136). Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Motivasi intrinsik, dan 2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu peserta didik yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat ahli di atas dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki

pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan pendidik.

d)

Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Depdikbud, 1996:623). Prestasi belajar ditentukan juga oleh

18

faktor

kemampuan

atau

kesanggupan

dalam

belajar.

Ketidakmampuan atau ketidaksanggupan dalam melaksanakan kegiatan belajar memungkinkan tidak dicapainya prestasi dalam kegiatan belajar. Kesanggupan atau kecakapan dalam mata pelajaran tertentu akan memungkinkan diperolehnya suatu prestasi belajar dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Oleh karena itu para peserta didik yang memiliki kesanggupan atau kecapakan dalam suatu mata pelajaran tertentu memiliki prestasi pada mata pelajaran yang bersangkutan. e) Kecerdasan Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan ketajaman pikiran (Depdikbud, 1996:186). Prestasi dalam belajar banyak ditentukan oleh masalah kepandaian atau ketajaman pikiran. Para peserta didik yang memiliki kepandaian atau ketajaman pikiran

dimungkinkan untuk memiliki prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki kepandaian atau ketajaman pikiran dalam suatu mata pelajaran dimungkinkan untuk tidak berprestasi pada mata pelajaran yang bersangkutan.

f)

Kesehatan tubuh Kesehatan tubuh jasmani dan rohani memegang peranan penting dalam belajar. Keadaan jasmani dan rohani

19

mempengaruhi kondisi manusia secara utuh, maka keberhasilan secara maksimal tentu sulit diharapkan tercapai bila

dibandingkan dengan kondisi tubuh yang waktu belajar dalam keadaan sehat dan prima. Hal ini berlaku sama juga pada suasana hati saat melaksanakan belajar. 2)
a)

Faktor Ekstern Kompetensi Pendidik Sebelum kita menelaah kompetensi sebagai ilmu, dalam hal ini bidang ilmu-ilmu pendidikan, lebih dahulu kita akan menelaah apa sesungguhnya kompetensi itu, pengertian dasar kompetensi (competency) adalah Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal (Daryanto, 1998:344). Dalam proses belajar mengajar pendidik memegang

peranan penting sekaligus dominant dalam membagi dan menularkan informasi dan pengetahuan kepada peserta didik karena itu diperlukan Pendidik yang bijaksana dan

berkompetensi. Cooper mengemukakan empat kompetensi pendidik yakni : (1). Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2). Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (3). Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, (4). Mempunyai keterampilan teknik mengajar (Nana Sudjana, 2000:17) b) Suasana Dan Sarana Belajar

20

Suasana adalah keadaan sekitar sesuatu atau dilingkungan sesuatu (Depdikbud, 1990:861). Suasana memegang peranan dalam keberhasilan belajar. Apabila lingkungan belajar dalam keadaan gaduh dan terbengkalai, maka kegiatan belajar terganggu. c) Waktu Belajar Masalah waktu belajar adalah masa alternatif yang dipilih dan dinantikan ketika mau belajar. Waktu belajar seorang berbeda dengan orang lain. Selain itu kemampuan belajar juga terbatas dan tidak bisa dipaksakan. Seseorang memerlukan waktu istirahat, refresing dan rekreasi. Terlalu banyak belajar bisa mendatangkan kejenuhan dan jadi proses belajar mengajar hanya membuang waktu saja. Hal ini disebabkan kapasitas belajar seseorang terbatas. Oleh karena itu waktu belajar menentukan keberhasilan dalam proses belajar peserta didik . d) Lingkungan Sekolah Keadaan sekolah tidak jarang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Sekolah yang aktif melaksanakan kegiatan belajar akan memungkinkan para peserta didik untuk memiliki prestasi dalam belajar. Keaktifan dalam proses belajar mengajar di sekolah akan memberikan dorongan kepada para peserta didik untuk belajar dengan baik. Demikian juga kondisi sekolah yang aman akan memungkinkan para peserta didik belajar dengan baik. Dengan demikian para Peserta didik pun

21

dimungkinkan untuk berprestasi dalam belajar. Disini terlihat berpengaruhnya lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik di sekolah. e) Lingkungan Masyarakat Keadaan masyarakat juga ikut mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Para peserta didik yang datang dari masyarakat berpendidikan dimungkinkan untuk belajar dengan baik dan tekun. Keadaan masyarakat terkadang menjadi pendorong timbulnya keinginan anak untuk belajar dengan baik. Pada masyarakat yang maju, dan terus berkembang menjadi salah satu pendorong bagi para peserta didik untuk belajar. Keadaan masyarakat yang aman sangat berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik . Para Peserta didik yang tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak aman memungkinkan Peserta didik untuk tidak berprestasi dalam belajar. Anak banyak

dipengaruhi oleh suatu permasalahan yang timbul di tengahtengah masyarakat tempat tinggalnya. f) Tersedianya Media/Fasiltias Belajar. Proses kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Dengan perkataan lain kegiatan belajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber lewat media tersebut. Media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri peserta didik yang belajar. Dengan

22

perkataan lain terjadi komunikasi antara Peserta didik dengan sumbernya pesan atau pendidik. Bila demikian halnya maka kita mengatakan bahwa kegiatan terjadi. Menurut Mulyasa (2004:153) factor yang meningkatkan kualitas pembelajaran dalam kerangka peningkatan prestasi belajar peserta didik yaitu dengan melakukan hal-hal dengan cara mengembangkan kecerdasan emosi seperti sebagai berikut: 1. 2.
3.

Menyediakan lingkungan yang kondusif Menciptakan lingkungan pembelajaran yang demokratis Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan peserta didik.

4.

Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya.

5.

Melibatkan

peserta

didik

secara

optimal

dalam

pembelajaran baik berupa fisik sosial maupun emosional


6.

Merspons setiap perilaku peserta didik secara positif dan menghindari respons yang negative.

2.2.2.4.Tekhnik menumbuhkan prestasi belajar Menurut Djamarah (2005:87), ada beberapa tekhnik menumbuhkan restasi peserta didik , yaitu: (1) pemberian nilai yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan dikelas, dimana peserta didik biasanya berusaha untuk memperoleh nilai ulangan atau raport dengan angka baik;

23

(2) Pemberian ganjaran dan hukuman, sehingga dapat mengakibatkan dan mempertinggi prestasi pada peserta didik ; (3) Persaingan atau kompetisi, apabila semua peserta didik memiliki rasa persaingan (secara sportif dan sehat, maka hasil yang dicapai semua peserta didik akan meningkat pula; (4) Harga diri, untuk menumbuh kembangkan kesadaran para peserta didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga peserta didik bekerja keras; (5) Pemberian waktu ulangan, sehingga peserta didik akan mempersiapkan diri sebaikbaiknya; (6) pembagian hasil ulangan agar peserta didik mengetahui sejauh mana kemampuan dalam menjawab soal-soal

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan

pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandanganpandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi

24

(Nana Syaodik Sukmadinata, 2009:52). Sebuah sumber menyebutkan bahwa metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja yang bersistem untuk melaksanakan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Masrial, 1993:19). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang diperlukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara empiris artinya bahwa gejala-gejala yang akan diteliti sudah ada secara wajar dan tidak perlu diadakan eksperimen. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi (2002:5) yang mengatakan bahwa penelitian non-eksperimen hanya meneliti apa yang sudah ada. Oleh karena itu, data yang akan diteliti baik variable bebas tentang metode jigsaw maupun variable terikat tentang prestasi belajar peserta didik tidak perlu dilakukan percobaan atau eksperimen.

3.2.

Populasi Dan Sampel

3.2.1. Populasi Dalam buku Metodologi Penelitian dijelaskan bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003 : 90).

25

Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (2002 : 108). Berdasarkan pendapat ahli yang disebutkan di atas, yang dimaksud dengan populasi adalah sekumpulan data baik dari subyek maupun obyek yang telah dikenakan perlakuan penelitian. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga yang berjumlah 303 orang. 3.2.2. Sampel Dalam penelitian pendidikan, subjek yang dikenai penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan bahwa: Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002 : 109). Dalam penelitian ini penetapan subyek penelitian menggunakan seluruh penelitian, hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan, untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah jumlah individu sebagai wakil atau diwakili oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah yang lebih kecil itu disebut sampel. Dalam penelitian ini akan diambil sampel Siswa sejumlah 10% dari 303 peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga, sehingga sampelnya berjumlah 30 peserta didik, dan sampel ini berada pada kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga.
Tabel 01. Jumlah Sampel di SMP Negeri 2 Gangga

26

Tahun Pelajaran 2011/2012

Kelas VIII

Sampel Laki -Laki Perempuan Jumlah

Jumlah 12 18 30

3.3.

Metode Penelitian Sugiyono (2009:4) mengemukakan bahwa jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat

kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian

pengembangan. Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik. Berdasarkan jenis-jenis penelitian seperti disbut diatas, maka dapat dikemukakan disini bahwa, yang termasuk dalam metode kuantitatif adalah metode penelitian eksperimen dan survey, sedangkan yang termasuk dalam metode kualitatif yaitu metode naturalistik. Dengan demikian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.3.1. Metode Angket Menurut seorang ahli: Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalm arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. (Suharsimi, 1988:124).
27

Ahli

lainnya

menyatakan

bahwa:

Angket/kuisioner

merupakan tekhnik penguupulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkkat pertanyaan atau pernyataan tertutup ataupun terbuka yang diberikan kepada responden secara langsung, lewat pos ataupun internet (Sugiono, 2002:162). Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa angket/kuisioner adalah suatu alat pengumpul data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang

diberikan kepada responden /subjek penelitian untuk memperoleh informasi yang diinginkan peneliti. 3.3.2. Metode Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat yang dimiliki dan individu atau kelompok. (Arikunto, 2002:107). Ahli lain (Nurkencana, 1990:76) mengatakan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak yang akan menghasilkan nilai tingkah laku, dan prestasi anak atau sekelompok anak tertentu. Dari kedua perangkat diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat yang dimiliki dan individu atau kelompok yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan anak.

28

Beberapa unsur dalam tes yaitu sebagai berikut: (1) tes itu bertindak sebagai suatu tugas yang terdiri dari beberapa pertanyaan atau perintah; (2) tes itu diberikan kepada seorang atau kelompok untuk dikerjakan; (3) respon seseorang atau kelompok itu akan diberikan suatu penilaian, maka dari itu untuk mengukur hasil belajar biasanya banyak pendidik menggunakan tes yang tujuan utamanya adalah untuk mengukur hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik seberapa jauh materi yang telah dipelajari dapat dikuasai peserta didik. 3.3.3. Metode Observasi Menurut memperhatikan suharsimi sesuatu (2006:156) mata. observasi Didalam adalah

dengan

pengertian

psikologis, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. 3.4. Instrumen Penelitian Dalam suatu penelitian. Pengertian instrumen dan metode sering dikacaukan atau disamakan padahal instrumen dan metode adalah berbeda. Suharsimi Arikunto (1998:137) bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, sedangkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis.

29

Sedangkan Margono (2004:155), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengumpulkan data. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data atau mengukur fenomena alam atau sosial agar lebih mudah dan hasilnya lebuih baik, lengkap, sistematis, dan akurat sehingga nantinya akan

mempermudahkan peneliti dalam mengolah data tersebut. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah: angket, lembar observasi dan tes.
3.4.1. Lembar Angket:

Angket terdiri dari 20 item pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang metode jigsaw, dengan alternatif jawaban ya, kadang-kadang, dan tidak. Apabila responden menjawab ya akan mengidentifikasikan metode pembelajaran Metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, bila responden menjawab kadang-kadang, mengidentifikasikan bahwa metode pembelajaran Metode jigsaw kurang berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik, dan bila menjawab tidak maka metode pembelajaran Metode jigsaw tidak dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Sehubungan dengan penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket langsung.
3.4.2. Lembar tes

Untuk mendapatkan informasi tentang prestasi belajar peserta didik, disiapkan instrumen berupa tes. Tes yang terdiri dari

30

20 soal yang berkaitan dengan materi pasar. Tes sebagai instrumen pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Tes buatan guru yaitu tes yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, yang telah diuji coba berkali-kali sehingga diketahui cirri-ciri dan kebaikannya. b) Tes standar yaitu tes yang biasanya sudah tersedia dilembaga-lembaga testing, yang sudah diuni keampuhannya. (Aikunto, 2002:104). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, tes yang digunakan ialah tes tertulis yang dibuat guru berasal dari materi pelajaran yang diberikan dengan metode jigsaw.
3.4.3. Lembar Observasi

Penggunaan pedoman observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan keterangan atau informasi pelengkap yang dibutuhkan. Adapun keterangan dan informasi yang ingin didapatkan melalui instrumen ini adalah letak geografis SMP Negeri 2 Gangga dan informasi lengkap/keterangan lainnya. 3.5. Variabel penelitian Variabel dapat diartikan sebagai Suatu konsep yang memiliki nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi (Yatim Riyanto, 2001 : 11). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini perlu diadakan identifikasi.

31

Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini yakni variabel bebas dan variabel terikat. Berkenaan dengan hal ini, Suharsimi Arikunto (2002 : 104) mengatakan bahwa Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y). a. Variabel Bebas (Independent Variabel) Ubahan bebas atau variabel bebas adalah ciri-ciri tertentu yang merupakan penyebab pada umumnya dalam urutan tata waktu terjadi lebih dahulu. Berdasarkan pengertian ini, maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh metode Jigsaw dimana di simbolkan dengan (X) b. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Ubahan terikat atau variabel terikat adalah ciri-ciri tertentu yang merupakan akibat dan pada umumnya dalam urutan tata waktu terjadi kemudian. Kalau dilihat pada urutan tata waktu terjadinya, maka dalam hal ini yang menjadi ubahan terikat atau variabel terikatnya adalah prestasi belajar Peserta didik dimana disimbolkan dengan (Y).
3.6.

Teknik Analisis Data Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang relevan. Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat, memungkinkan diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono, 2000:158).

32

Dalam penelitan kuantitatif, analisa data dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam analisi data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk merumuskan masalah, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Ditinjau dari jenisnya, menurut suharsimi, data dapat dikategorikan kedalam: a. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka-angka hasil

perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data, maka dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan analisa statisti atau non statistik (suharsimi, 1998:245) Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa angka-angka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa angka-angka maka analisa yang digunakan adalah analisa statistik. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh metode jigsaw trhadap prestasi belajar peserta didik, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus statistik yaitu rumus korelasi product moment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi (1980:285)

33

yang menyatakan: tekhnik statistik yang kerap kali digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel adalah tekhnik korelasi Berdasarkan pendapat tersebut diatas rumus product moment yang dugunakan adalah sebagai berikut:

dengan

Keterangan: rxy = koofesien korelasi product moment anatara variabel X dan Y x = simpangan setiap X dari rerata Xy = simpangan setiap Y dari rerata YX = Skor nilai variabel X Y = Skor nilai variabel y (Suharsimi Arikunto, 2005:327) Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16). Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk

34

alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho). (Ha) Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pembelajaran Metode Jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi pokok pasar di SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2011/2012 (Ho) Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pembelajaran Metode Jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi pokok pasar di SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2011/2012 Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan signifikan tentang pemberian pembelajaran Metode Jigsaw dengan yang tidak menggunakan pembelajaran Metode Jigsaw pada peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga

X1 X 2
t=

1 1 + n1 n 2

Dengan keterangan: t = t hitung

X 1 = Rata-Rata Kelompok Eksperimen

X 2 = Rata-Rata Kelompok Eksperimen

n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah sampel kelompok kontrol S = Varian Gabungan (Sugiyono, 2003 : 145).

35

a.

Tolak Ho, apabila t hitung > t

tabel

pada taraf uji 95 % dan

derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima pada taraf uji yang sama. b. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


4.1.

Deskripsi Data Dalam upaya menjelaskan pengaruh yang ada diantara dua variable, maka dibutuhkan data, yakni data tentang penerapan pembelajaran metode jigsaw, dan data tentang peningkatan prestasi belajar peserta didik pada bidang studi IPS terpadu di SMP negeri 2 gangga tahun pelajaran 2011/2012. Kegiatan yang peneliti lakukan adalah 1) pengumpulan data, 2) analisis data.

36

4.1.1.

Data Hasil Angket Setelah angket dan tes terkumpul dan terisi secara lengkap, maka selanjutnya dilakukan penskoran terhadap jawaban responden. Adapun skor untuk angket untuk mengetahui pengaruh metode jigsaw seperti pada tabel berikut:
Tabel data tentang pengaruh metode jigsaw di SMP Negeri 2 Gangga Tahun pelajaran 2011/2012

No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Nama peserta didik 2 Azhar halil Diah rara fastika Dina sukmawati Fahturrahman Fauzan azima Fida sisnurmaini Johan effendi Laili nisfaun Masturi assandi Mahendi susanto Maya suryani Muh. Iwan Muharis Napiyani Nunun sifiana Nurul aisah Ruhud alrosyid Rena apriana Reza effendi wandi Rozi saputra` Sopiandi Tiana susianti Tini aspianti Umul udayani Umairah Verina husna Wahidah Wahyu kelana Zidan hardianto Zulkifli Jumlah

Nilai penerapan metode jigsaw 3 89 87 87 88 87 81 82 88 78 86 79 79 78 87 89 88 88 87 78 78 88 78 78 88 87 78 78 79 89 79 2503

37

Tabel data diatas merupakan hasil perolehan skor untuk pengisian angket pembelajaran metode jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga dengan memperoleh peningkatan nilai yang relatif yaitu dengan jumlah keseluruhan 2503. 4.1.2. Data Prestasi Belajar Selanjutnya data tentang prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga dapat ditemuan dari hasil tes evaluasi yang dilakukan sesudah penerapan metode jigsaw adalah sebagaiberikut:

Tabel 02 Data tentang prestasi belajar peserta didik sesudah penerapan metode jigsaw di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012

No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Nama peserta didik 2 Azhar halil Diah rara fastika Dina sukmawati Fahturrahman Fauzan azima Fida sisnurmaini Johan effendi Laili nisfaun Masturi assandi Mahendi susanto Maya suryani Muh. Iwan Muharis Napiyani

Nilai penerapan metode jigsaw 3 88 87 87 88 87 80 82 87 79 85 79 80 79 88


38

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Nunun sifiana Nurul aisah Ruhud alrosyid Rena apriana Reza effendi wandi Rozi saputra` Sopiandi Tiana susianti Tini aspianti Umul udayani Umairah Verina husna Wahidah Wahyu kelana Zidan hardianto Zulkifli Jumlah

87 88 87 86 78 78 88 79 79 88 87 78 78 79 88 79 2505

Tabel data merupakan hasil perolehan penilaian tentang prestasi belajar peserta didik sesudah diberikan tes evaluasi dengan

menggunakan pembelajaran metode jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga dengan memperoleh peningkatan nilai yang relatif yaitu dengan jumlah keseluruhan 2505.

4.2.

Analisis Data Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik. Data yang dianalisa dengan tekhnik statistic ialah data kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka atau nilai. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa data ini adalah sebagai berikut: 1) merumuskan hipotesisi nol, 2) menyusun tabel kerja, 3) memasukkan data kedalam rumus, 4) menguji nilai r.
1)

Merumuskan Hipotesis Nol (Ho)

39

Untuk menyelesaikan proses analisa statistic ini, terlebih dahulu mengubah hipotesis alternatif yang diajukan pada bab I, menjadi hipotesis nol (Ho), yaitu: tidak ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012
2)

Menyusun Tabel Kerja Sesuai dengan rumus yang digunakan untuk menganalisis data ini yaitu rumus product moment, maka selanjutnya dibuatkan tabel kerja untuk mengetahui besarnya komponen yang di perlukan. Dalam hal ini metode jigsaw dengan kode X dan prestasi belajar peserta didik kode Y. adapun tabel kerja dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 03 Tabel kerja pengetesan hipotesis tentang pengaruh metode jigsaw tehadap prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2011/2012.

N 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

X 2 88 87 87 88 87 80 82 87 79 85 79 80 79

Y 3 89 87 87 88 87 81 82 88 78 86 79 79 78

x 4 4.57 3.57 3.57 4.57 3.57 -3.43 -1.43 3.57 -4.43 1.57 -4.43 -3.43 -4.43

y 5 5.5 3.5 3.5 4.5 3.5 -2.5 -1.5 4.5 -5.5 2.5 -4.5 -4.5 -5.5

x2 6
20,8849 12,7449 12,7449 20,8849 12,7449 11,7649 2,0449 12,7449 19,6249 2,4649 19,6249 11,7649 19,6249

y2 7
30,25 12,25 12,25 20,25 12,25 6,25 2,25 20,25 30,25 6,25 20,25 20,25 30,25

xy 8
25,135 12,495 12,495 20,565 12,495 8,575 2,145 16,065 24,365 3,925 19,935 15,435 24,365

40

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

88 87 88 87 86 78 78 88 79 79 88 87 78 78 79 88 79 2503

87 89 88 88 87 78 78 88 78 78 88 87 78 78 79 89 79 2505

4.57 3.57 4.57 3.57 2.57 -5.43 -5.43 4.57 -4.43 -4.43 4.57 3.57 -5.43 -5.43 -4.43 4.57 -4.43 0.1

3.5 5.5 4.5 4.5 3.5 -5.5 -5.5 4.5 -5.5 -5.5 4.5 3.5 -5.5 -5.5 -5.5 5.5 -4.5 0

20,8849 12,7449 20,8849 12,7449 6,6049 29,4849 29,4849 20,8849 19,6249 19,6249 20,8849 12,7449 29,4849 29,4849 19,6249 20,8849 19,6249 525,367

12,25 30,25 20,25 20,25 12,25 30,25 30,25 20,25 30,25 30,25 20,25 12,25 30,25 30,25 30,25 30,25 20,25 633,5

15,995 19,635 20,565 16,065 8,995 29,865 29,865 20,565 24,365 24,365 20,565 12,495 29,865 29,865 24,365 25,135 19,935 570,5

Keterangan: rxy = koofesien korelasi product moment antara variable X dan Y xy = jmlah nilai rata-rata variable x dikalikan variable y SDx = standar deviasi nilai variable X SDy = standar deviasi nilai variable y N = Jumlah subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2005:327) Diketahui : N = 30 x2 = 525,37 X Y xy Jadi: My = 2503 = 2505 = 570,5 Mx = = = = = 83,43 y2 = 633,5

= 83,50

Selanjutnya mencari standar deviasi (SD) x dan y, dengan rumus sbb:

41

SD x

= 4,19

SD y
3)

= 4,59

Memasukkan data ke dalam rumus product moment r.xy = = = = 0,989

4)

Menguji nilai r Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah nilai r.xy yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada batas penerimaan hipotesis nol atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh-pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didikdi SMP Negeri 2 Gangga maka diketahui dengan cara membandingkan hasil perhitungan yang diperoleh (r hitung) dengan nilai r tabel. Dalam teorinya dijelaskan bahwa Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka kedua variable tersebut mempunyai hubungan/pengaruh yang signifikan, dan sebaliknya jika nilai r hitung lebih kecil dari tabel, maka hubungan/pengaruh antara kedua variable tersebut tidak dignifikan. (Sugiyono, 2002:121).

42

Untuk itu, hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan berbunyi: ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012 terlebih dahulu harus diubah menjadi hipotesis Nihil (Ho), sehingga berbunyi tidak ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012. Untuk menguji taraf signifikansi hasil penelitian ini perlu dikonsultasikan kedalam tabel nilai r product momet, sehingga apakah hasil penelitian ini signifikan atau tidak. Gambaran tentang hasil analisa data dan nilai kritik pada tabel product moment terlihat seperti dibawah ini:
Tabel 04 Hasil perhitungan analisis Data

No 1

Hipotesis Nilai r tabel pada Nilai r hasil taraf signifkansi 5% analisis Ha Ho 0,361 0,989 Diterima Ditolak Berdasarkan taraf signifikansi 5% dengan N = 30 maka angka batas penerimaan hipotesis nol (Ho) yang terdapat pada tabel r product moment menunjuk pada angka 0,361, sedangkan r xy yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,989. Angka ini berada diatas batas penerimaan hipotesis Nol, atau r xy > r T atau 0,989 > 0,361. Ini berarti bahwa nilai r xy atau hasil penelitian ini

signifikan, dengan demikian hipotesis Nol yang berbunyi: tidak ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012, ditolak.

43

Dengan ditolaknya hipotesis Nol, maka hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012 diterima. Dengan demikian maka secara meyakinkan ada pengaruh metode jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di SMP negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012.
4.3.

Pembahasan Dengan diterimanya hipotesis yang diajuka dalam bab I berarti dugaan yang disusun berdasarkan kerangka teori maupun asumsi ternyata dapat dibuktikan secara empiris di lokasi penelitian. Dengan demikian hasil analisis ini dapat memperkuat teori tentang pentingnya penerapan metode jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hasil analisa data seperti dikemukakan diatas menunjukkan bahwa penerapan metode jigsaw lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik bila dibandingkan dengan metode konvensional. Pada dasarnya tidak ada perbedaan mendasar antara format program pembelajaran dengan metode jigsaw dengan metode konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanannya, dimana pada model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai,sementara dengan metode jigsaw lebih menekankan pada scenario dan tekhnik pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap demi tahap yang

44

dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tahapan tersebut adalah: 1) Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kenyataan peserta didik yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indicator pencapaian hasil belajar; 2) rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya; 3) jika ada, uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang kan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan; 4) rumuskan scenario tahap demi tahap proses kegiatan peserta didik dalam melakukan proses pembelajarannya; 5) rumuskan dan lakukan system penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh peserta didik baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah peserta didik tersebut selesai belajar. Peneliti menegaskan kembali bahwa berdasarkan rangkaian

penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa metode jigsaw dalam penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran IPS terpadu, hal tersebut paling tidak ditunjukkan olh rata-rata nilai penerapan metode jigsaw dan hasil tes yang merupakan prestasi belajar peserta didik sesudah menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran.

45

BAB V PENUTUP DAN SARAN 5.1. Simpulan Pembelajaaran koopertif Metode jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya suatu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik. Materi pembelajaran disiapkan dan dibagikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Dengan berstandar pada hasil analisis data lapangan, yaitu dengan diperolehnya nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r tabel (0,989 > 0,361) maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode jigsaw mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan prestasi belajar

46

peserta didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2011/2012. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. a.

Kepada Pendidik Diharapkan dapat memiliki kepedulian tentang

pembelajaran Metode jigsaw

dalam pokok bahasan yang

diajarkan. Kesadaran dan kepedulian ini sangat menentukan aktivitas selalu dalam proses belajar mengajar, apalagi Pendidik yang selalu sadar dan ingin belajar untuk menambah ilmu pengetahuan untuk kepentingan profesinya.
b.

Kepada Pendidik

kelas, hendaknya selalu mengadakan

Jigsaw dalam membantu Peserta didik untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi terhadap penguasaan materi-materi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu .
2.

Kepada Peserta didik Disarankan agar lebih banyak belajar dengan mengulangi pelajaran yang telah diberikan, khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu .

3.

Kepada Kepala Sekolah Pihak sekolah meliputi kepala sekolah agar memberikan perhatian dan motivasi terhadap pendidik, khususnya agar selalu memberikan pengajaran dengan metode Jigsaw di kelas.

47

4.

Kepada Orang Tua Peserta didik Diharapkan kepada semua orang tua peserta didik agar benarbenar memperhatikan keberadaan anaknya dirumah, ikut membantu dan mendorong untuk belajar sehingga para peserta didik dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

5.

Kepada Peneliti Lain Kepada peneliti lain diharapkan dapat mengadakan penelitian yang lebih mendalam dan lebih khususnya mengenai hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta Aqib, Zainal, 2002.Profesionalisme Pendidik Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Fasilitator, 2003, Depdiknas
Iskandarwassid, 2008, Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja Rosdakarya

Metode Pembelajaran Metode Jigsaw. Jakarta:

48

Masrial, 1993, Teras Kuliah Belajar Mengajar Aktif. Padang : Angkasa Raya Mulyasa, E, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nasution, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Nurkancana, 1986, Evaluasi Pendidik an. Surabaya : Usaha Nasional Ridwan, 1994, Metodologi Penelitian (Makalah). Selong : STKIP Hamzanwadi Riyanto, Yatim, 2001, Metodologi Penelitian Pendidik an. Surabaya : SIC Soetomo, 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. Sudjana, Nana, 2000, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional Suryabrata, Sumadi. 1985. Psikologi Pendidik an. Jakarta : CV. Rajawali Pers. Syah, Muhibbin, 1997, Psikologi Pendidik an Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

49

You might also like