You are on page 1of 35

A.

JUDUL HUBUNGAN DISIPLIN KERJA GURU DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI MA NURUL HUDA NW GONDANG TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.

B. LATAR BELAKANG MASALAH Menggagas persoalan pendidikan pada dasarnya adalah menggagas persoalan kebudayaan dan peradaban. Secara spesifik gagasan pendidikan akan merambah ke wilayah pembentukan peradaban masa depan, suatu upaya merekonstruksi pengalaman-pengalaman peradaban umat manusia secara berkelanjutan guna memenuhi tugas kehidupannya, generasi demi generasi. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat pengembangan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap yang diberikan secara lengkap kepada generasi muda. Hal ini dilakukan untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang paling utama. Perilaku guru dalam proses pendidikan akan memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian peserta didik. Dalam Undang-Undang No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional ini sangat jelas peranan guru sangat esensial dan vital. Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar (PBM), guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran dalam merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Ia juga memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Di tangan para guru-lah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta di tangan mereka pulalah bergantungnya masa depan karir peserta didik yang menjadi tumpuan para orang tua. Maka diharapkan melalui proses ini peserta didik mempunyai sejumlah kepandaian dan kecakapan tentang sesuatu yang dapat membentuk kematangan pribadinya. Namun, apabila kita melihat realitas yang terjadi ternyata kualitas guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya, berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tidak mampu membela diri. Masyarakat kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak berkompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra-putrinya tidak

bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan harapannya. Kalangan bisnis (industri) pun memprotes para guru karena kualitas lulusan dianggap kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaan mereka. Tentu saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan tersebut dapat menurunkan citra guru. Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada sebagian oknum guru yang menyimpang dari kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian menunjukkan bahwa memang guru semestinya menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya. Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan suatu organisasi selain tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Dalam dunia pendidikan kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam

melaksanakan

pengajaran,

kerjasama

dengan

semua

warga

sekolah,

kepemimpinan yang menjadi panutan peserta didik, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing peserta didik, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, salah satu faktornya adalah kecerdasan emosional. Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional menentukan posisi seseorang mempelajari

Keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya yaitu: kesadaran diri, motivasi diri, pengendalian diri, empati, dan keterampilan dalam membina hubungan. Istilah Emotional Intelligence diciptakan dan secara resmi didefinisikan oleh John Mayer dan Peter Salovey pada tahun 1990. sementara Reuven BarOn menyumbangkan ungkapan Emotional Intelligence. Kecerdasan emosi merupakan wacana baru di wilayah psikologi dan pedagogik setelah bertahuntahun masyarakat sangat meyakini bahwa faktor penentu keberhasilan hidup seseorang adalah IQ. Temuan penelitian di bidang psikologi yang dilakukan oleh Gardner tentang multiple intellegence yang menyatakan bahwa manusia memiliki banyak kecerdasan, yang bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang telah membuka cakrawala baru tentang potensi manusia yang belum dieksplorasi untuk mendorong keberhasilan hidup. Penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa keterampilan sosial dan emosional ini mungkin bahkan lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang kemampuan intelektual. Dengan kata lain, memiliki EQ tinggi

mungkin lebih penting dalam pencapaian keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal. Sangat tertariknya banyak orang kepada konsep kecerdasan emosional memang dimulai dari perannya dalam membesarkan dan mendidik anak-anak, tetapi selanjutnya orang menyadari pentingnya konsep ini baik di lapangan kerja maupun dihampir semua tempat lain yang mengharuskan manusia saling berhubungan. Guru yang berperan signifikan dalam pendidikan seharusnya memiliki komitmen yang dapat menumbuhkan kinerja, keyakinan dan seperangkat Nilainilai yang dapat menarik peserta didik-peserta didik untuk memiliki dedikasi yang tinggi guna pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian mereka secara bersama-sama memiliki dan memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan berjuang untuk mewujudkannya dalam tindakan nyata. Mereka juga memiliki komitmen bersama guna mencapai tujuan-tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya.

C. RUMUSAN MASALAH Dalam kaitannya dengan berbagai hal di atas, maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan antara disiplin kerja guru dengan hasil belajar peserta didik di MA Nurul Huda NW Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. BATASAN MASALAH Untuk menghindari perbedaan persepsi, penulis membatasi penelitian pada:
1. Hubungan Disiplin Kerja Guru dengan hasil belajar peserta didik.

2. Hasil belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.

E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Disiplin Kerja Guru Dengan Hasil Belajar Peserta Didik di MA Nurul Huda NW Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini, peneliti lakukan agar dapat bermanfaat bagi penulis juga bagi orang lain ataupun dunia akademik, adapun manfaat dari pada penelitian ini yaitu: 1. Manfaat secara teoritis

a.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan, akademisi serta

mengembangkan konsep konsep pembelajaran di MA Nurul Huda NW Gondang. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input atau bahan masukan bagi guru, dan peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Kabupaten Lombok Utara b. Hasil peneltian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pihak lembaga pendidikan terutama MA Nurul Huda NW Gondang dalam meningkatkan minat belajar peserta didik.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Dalam proposal penelitian ini akan diuraikan sistematika pembahasan yang meliputi:

Bab I : Secara khusus membahas tentang Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan dan perumusan hipotesis. Bab II : Secara khusus menjelaskan tentang Tinjauan pustaka yang meliputi: Penegasan pengertian istilah dan landasan teori. Bab III : Secara khusus menjelaskan tentang Metode Penelitian yang meliputi: jenis penelitian, populasi dan sampel, data penelitian, variabel penelitian, analisis data, pengujian hipotesis, dan tempat penelitian dan jadwal penelitian.

H. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. Penegasan pengertian istilah a. Disiplin Kerja 1) Pengertian Disiplin Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting. Semakin baik tingkat kedisiplinan yang diterapkan karyawan maka semakin tinggi pula prestasi kerja yang dapat dicapai dan pencapaian tujuan perusahaan yang optimal. Sebaliknya, tanpa disiplin sulit bagi sebuah perusahaan mencapai tujuan terbut. Kedisiplinan menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:190) adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar

akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi seseorang akan mematuhi dan mengerjakan tugasnya tanpa adanya paksaan. Kesediaan adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Dan menurut Veithzal Rivai (2004:443) mengemukakan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja dan semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan serta masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil memiliki disiplin yang tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli tentang disiplin tersebut dapat simpulkan bahwa seseorang yang memiliki sikap disiplin kerja tersebut adalah orang konsekuen dan konsisten serta bertanggung jawab dan taat kepada asas atas pekerjaan yang diamanatkan kepadanya. Oleh karena itu demi terwujudnya tujuan perusahan diperlukan pegawai yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Jadi kedisiplinan menjadi kunci sukses perusahaan dalam mencapai tujuannya. 2) Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja seperti yang dikemukakan oleh Vithzal Rivai (2004:43) adalah suatu alat yang digunakan para manejer untuk

berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sebagai contoh, beberapa karyawan biasa datang terlambat untuk bekerja, mengabaikan prosedur keselamatan, melalaikan pekerjaan detail yang diperlukan untuk pekerjaan mereka, tindakan yang tidak sopan ke pelangga, atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. b. Pengertian Guru Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orng yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu, tidfak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushalla di rumah, dan sebaganiya. Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang membuat guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesei

10

tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnoplogi. Sedfangkan melatih mengembangkan ketrampilan-keterampilan pada peserta didik. Syaiful bahri Djamarah (2000:87) mengatakan di bidang kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini mempunya tugas mendidik dan masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak didik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia. Keberhasilan melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) sangat tergantung pada guru. Mengapa demikian? Sebab guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum tanpa didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis yang tidak memiliki makna. Oleh karena itulah, guru memilki peran yang sangat penting dalam proses implementasi kurikulum. 2. Landasan teori a. Hakekat Hasil Belajar Peserta Didik Roestiyah (1990:58) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Sehingga

11

dapat diartikan, Hasil Belajar adalah kemampuan, keterampilan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh peserta didik setelah peserta didik tersebut menerima perlakuan yang diberikan oleh guru, sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hamzah B Uno (2008:34) mengungkapkan bahwa hasil belajar dalam tingkatan yang sangat umum sekali dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: efektifitas, efisiensi, dan daya tarik. Efektivitas pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian peserta didik. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeproposalkan efektivitas pembelajaran, yaitu: kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan belajar, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya

dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan peserta didik untuk terus atau tidak terus belajar dapat dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio keefektivan dan jumlah waktu yang dipakai si pembelajar atau jumlah biaya yang dikeluarkan si pembelajar. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran. Kedua faktor tersebut mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar. Artinya semakin tinggi kemampuan dan kualitas pengajaran, maka semakin

12

tinggi pula hasil belajarnya. Pendapat tersebut sejalan dengan sebagaimana yang dikutip oleh Sudjana (2000:33) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : bakat, waktu yang tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pelajaran, kualitas pelajaran, dan kemampuan. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek, yaitu : pengeathuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu : gerakan refkeks, kemampuan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif & intrepretatif. Untuk dapat menilai hasil belajar diperlukanlah suatu alat evaluasi yang disebut dengan tes. Tes pada umumnya digunakan untuk

13

menilai dan mengukur hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan ajar sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Ada dua jenis tes yang biasa digunakan untuk menilai hasil belajar yaitu tes uraian atau tes essay dan tes objektif yang terdiri dari beberapa bentuk yaitu bentuk benar salah, pilihan berganda dengan berbagai variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. Banyak faktor yang mempengaruhi atau menentukan hasil belajar. Seperti yang diungkapkan (Hakim, 2005:35) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam individu,

seperti: jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, bakat. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar individu yang bersangkutan, yaitu: keadaan lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan sebagainya b. Konsep Disiplin Kerja Guru Apa yang dimaksud dengan disiplin ? Banyak para ahli yang memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The

Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut: Disiplin ialah sesuatu keadaan tertib di mana orang-orang yang

14

tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada Peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Goods (1959) dalam Dictionay of Education mengartikan disiplin sabagai berikut : 1) Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih sangkil. 2) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan. 3) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah. 4) pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan. Websters New Wold Dictionary (1959) memberikan batasan disiplin sebagai: Latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara tertib dan efisien. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaranpelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Zainal Aqib (2010:86), mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu proses pendidikan, bersama proses pendidikan itu anak tumbuh dan berkembang dalam belajar. Pendidik dengan sengaja

15

mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan diterima serta berlaku dalam masyarakat. Kuat lemahnya pengaruh itu sangat bergantung pada tata disiplin yang diterpkan dan dicontohkan oleh guru. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin kerja guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, guru di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat dan atau pembina tanpa banyak menyumbangkan pikiran-pikirannya. Guru diharuskan

mengiyakan saja terhadap apa ang dikehendaki pejabat atau pembina, dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, pejabat atau pembina disekolah bebas memberikan tekanan kepada guru dan memang harus menekan mereka. Dengan demikian, guru takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh pejabat atau pembina di sekolah. Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisive. Menurut konsep ini, guru haruslah diberikan kebebasan luas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan

16

tidak perlu mengikat kepada guru. Guru dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini merupakan anti tesa dan konsep autoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrem. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali, atau kebebasan yang bertanggungjawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada guru untuk berbuat apa saja; tetapi konsekuensi dan perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang menabur, maka ialah yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dan konsep otoritarian dan permissive di atas. Menurut konsep kebebasan terkendali ini, guru memang diberi kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Sebab, tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di negara liberal sekalipun, Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun, sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu sendiri. Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing oleh karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal- , hal yang konstruktif. Dan, manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif, maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.

17

Berdasarkan

tiga

konsep

disiplin

tersebut,

kemudian

dikemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin guru:


a) Dinamai dengan teknik external control, ialah suatu teknik di

mana disiplin guru haruslah dikendalikan dari luar. Teknik ini meyakini kebenaran akan teori X, yang mempunya; Asumsiasumsi tak baik mengenai manusia. Karena tak baik mereka harus senantiasa diawasi dan dikontrol terus, agar tidak terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik external control ini, guru harus terus menerus didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti ancaman dan ditawari dengan ganjaran. Ancaman diberi kepada guru yang tidak disiplin, sementara ganjaran diberi kepada guru yang mempunyai disiplin tinggi.
b) Dinamainya dengan teknik inner control atau internal control.

Teknik ini adalah merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan agar guru dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Guru disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Sesudah sajar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik, maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan teknik external control. Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh pembina maka pembina haruslah bisa menjadi teladan dalam hal
18

kedisiplinan. Sebab, pembina tidak akan dapat mendisiplinkan guru, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Pembina harus sudah punya self control dan inner control yang baik.
c)

Ketiga, adalah teknik cooperative control. Menurut teknik ini, antara pembina dan guru harus saling bekerja sama dengan baik dalam menegakkan disiplin. Pembina dan guru lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sangsi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama.

c.

Disiplin Kerja Guru Di Indonesia Sebagian besar guru-guru di Indonesia adalah pegawai negeri sipil. Oleh karena mereka adalah pegawai negeri sipil, maka ia wajib menjalankan disiplin sebagaimana peraturan perundang-undangan yang sedang berlaku. Undang-undang Pokok Kepegawaian No.

8 tahun 1974 mengatur hal ini. Pada undang-undang tersebut, antara lain disebutkan aturan-aturan sebagai berikut : 1. Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah. 2. Setiap pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan perundangundangan yang berlaku.

19

3. Setiap pegawai negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan yang

dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian kesadaran dan tanggungjawab. 4. Seliap pegawai negeri wajib menyimpan rahasia jabatan. 5. Setiap pegawai negeri wajib bekerja secara jujur, tertib, cermat dan bersemangat. Selain Undang-undang Nomor 8 tahun 1974, disiplin pegawai negeri juga diatur dengan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 (bab II pasal 2 tentang kewajiban dan pasal 3 tentang pelayanan). Peraturan yang lainnya adalah peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1980 mengenai konduite pegawai negeri. Yang dimaksud dengan peraturan disiplin pegawai negeri sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar. Yang

dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin pegawai negeri sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada pegawai negeri sipil karena melanggar peraturan disiplin pegawai negeri sipil. Adapun pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang menjatuhkan hukuman disiplin pegawai negeri sipil.

20

Tingkat-tingkat hukuman disiplin pegawai negeri sipil terdiri atas: a) Hukuman disiplin ringan. Hukuman disiplin ringan sendiri terdiri atas : 1. Tegur lisan. 2. Teguran tertulis 3. Per tidak puas secara tertuljs b) Hukuman disiplin sedang. Jenis hukuman disiplin sedang adalah; 1. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lambat selama 1 tahun 2. Penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala unruk Paling lama satu tahun 3. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun. c) Hukuman disiplin berat. Jenis hukuman disiplin berat terdiri atas: 1. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun. 2. Pembebasan dari jabatan

21

3.

Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai negeri sipil.

4. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.


d.

Pembinaan Terhadap Disiplin Kerja Guru Banyak ide, konsep dan teori yang dikemukakan oleh para ahli guna meningkatkan disiplin kerja guru. Beberapa yang diuraikan di depan, antara lain juga telah disinggung-singgung tentang berbagai upaya peningkatan disiplin kerja guru. Semua tersebut dapat diterapkan dengan melihat faktor kondisional dan situasional sekolah serta faktor kondisional dan situasional guru itu sendiri. Pembinaan terhadap disiplin kerja guru ini dapat juga dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah pengawasan.

Langkah-langkah pengawasan yang dapat diterapkan dalam rangka membina disiplin kerja guru tersebut adalah: merumuskan standar, mengadakan pengukuran, membandingkan hasil pengukuran dengan standar, mengadakan perbaikan jika terdapat kekurangan atau ketidak disiplinan. Langkah-langkah pengawasan tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) Merumuskan Standar Standar tingkah laku disiplin haruslah dirumuskan oleh pembina. Demikian juga standar disiplin kerja, haruslah dirumuskan

22

terlebih dahulu oleh pembina. Dalam merumuskan standar tersebut, sangat baik manakala pembina juga menurut sertakan guru. Dengan keikutsertaan demikian maka guru akan merasa memiliki terhadap ketentuan-ketentuan yang dikenakan pada dirinya. Ada kesepakatan mengenai perilaku disiplin tersebut antara pembina dan guru. Dalam merumuskan standar disiplin tersebut, hendaknya ditentukan sekaligus batas-batas perilaku menyimpang dan prilaku yang tidak menyimpang. Adanya batas-batas yang tegas mikian, akan memudahkan guru untuk memantau perilakunya sendiri. Jangan sampai, guru tersebut melanggar disiplinnya karena tidak tahu bahwa itu adalah suatu pelanggaran. Misalnya saja kehadiran guru dalam mengajar, dalam hadir di sekolah, dalam menandatangani presentasi, haruslah diberi batasan tegas seberapa batas toleransi minimalnya. Jangan sampai hal demikian ini terjadi interpretasi yang berbeda antara pembina dengan guru. Kesepakatan mengenai batas-batas disiplin, kurang disiplin dan tidak disiplin haruslah dibangun antara guru dan pembina. 2) Mengadakan Pengukuran Langkah kedua pengawasan terhadap disiplin kerja guru adalah mengadakan pengukuran. yang dimaksud pengukuran adalah melihat secara nyata perilaku disiplin guru. Alat ukur yang

23

dipergunakan

untuk

mengukur

haruslah

tepat.

Yang

lazim

dipergunakan, alat ukur tersebut berupa tes dan non tes. 3) Membandingkan Hasil Pengukuran dengan Standar Hasil pengukuran disiplin kerja guru ini kemudian

dibandingkan dengan standar. Jika ternyata berdasarkart pengukuran, guru mempunyai perilaku disiplin yang sama atau lebih tinggi dan yang distandarkan, maka dapat dilakukan daur ulang dengan menetapkan standar baru yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika perilaku disiplin guru berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan kurang dan standar, maka dilakukanlah langkah berikutnya. 4) Mengadakan Perbaikan Perbaikan terhadap disiplin guru terutama dilakukan jika ternyata perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar yang telah ditetapkan ditemukan minus. Kewajiban pembinaan adalah meningkatkan disiplin berdasarkan kekurang-kekurangan yang ada. Dalam mengadakan perbaikan ini, pembina juga harus

mengidentifikasi faktor penyebab, mengapa disiplin tersebut kurang dan yang distandarkan. Di antara faktor-faktor penyebab tersebut, perlu dicari penyebab terdominan. Dengan demikian, dapat dapat dicarikan alternatif-alternatif perbaikan yang terdapat dalam

peningkatan disiplin. 3. Perumusan hipotesis

24

Untuk mengarahkan proses penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : ada hubungan yang signifikan Disiplin Kerja Guru dengan Hasil Belajar Peserta Didik di MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.

I.

METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif penelitian yang didasarkan atas perhitungan mencakup setiap jenis prosentase, rata-rata, ci

kuadrat dan perhitungan statistik lainnya (Moleong, 2004:2). Selanjutnya penelitian kuantitatif menekankan pengukuran dan analisis hubungan kaosalitas antara variable bukan menekankan untuk melihat proses (Agus Salim, 2001 : 11). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kuantitatif merupakan teknik penelitian yang didasarkan atas perhitungan prosentase rata-rata chi kuadrat dan perhitungan statistik lainnya dengan menekankan analisis kaosalitas antara variable. Jadi penelitian kuantitatif merupakan prosedur yang sudah baku (mengikut aturan yang berlaku) untuk melakukan suatu pendekatan guna mendapatkan jawaban pemecahan masalah secara tepat dan benar.

25

Dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif peneliti dapat memusatkan perhatiannya pada masalah yang sedang dihadapi untuk mendapatkan data yang sebenarnya. 2. Populasi dan sampel a. Populasi Dalam buku Metodologi Penelitian dijelaskan bahwa

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:90). Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (2002 : 108). Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah individu-individu yang dikenai penelitian. Berdasarkan pendapat ahli yang disebutkan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Tahun Ajaran 2012/2013.

b. Sampel Dalam penelitian ini, subjek yang dikenai penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1998:117). Ahli lain juga berpendapat bahwa Sampel

26

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Sedangkan IB. Netra mengemukakan bahwa Metode

sampling adalah suatu cara pengambilan subyek penelitian, dimana subyek yang akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu sebagai wakil atau diwakili oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah yang lebih kecil itu disebut sampel. Dari ketiga pendapat itu dapat di simpulkan bahwa sampel adalah sejumlah individu yang merupakan bagian dari populasi Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah guru mata pelajaran pada jurusan IPS dan peserta didik kelas XI Semester ganjil MA Nurul Huda NW Gondang Kabupaten Lombok Utara tahun pembelajaran 2012/2013. 3. Data penelitian a. Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan dalama penilitian ini sebagai barikut :

1) Data Primer Yaitu data yang digunakan untuk mengukur variablevariabel disiplin, motifasi kerja dan Hasil belajar. 2) Data Sekunder Berupa data jumlah guru dan data nilai peserta didik, dimana data diambil dari buku literatur sekolah yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang diteliti.
27

b. Tekhnik pengumpulan data 1) Kuesioner Dengan menyebarkan berupa kuesioner penelitian kepada sampel penelitian. Yang mana kuesioner tersebut berupa pernyataan-pernyataan yang dilengkapi dengan alternatif jawaban yang telah disediakan peneliti. 2) Observasi Lapangan Untuk memperoleh data primer diperoleh dari penelitian langsung ke tempat penelitian dengan memberikan kuesiner berisi daftar pertanyaan bersifat kualitatif yang memiliki alternative jawaban. Dari alternatif jawaban diberikan nilai atau skor tertentu. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal dan laporan perusahaan maupun melakukan wawancara dengan pihak terkait serta melakukan pengamatan atas kegiatan yang dilakukan.

4. Variabel penelitian Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian (Yatim,1996: 11) Variabel dalam hal ini diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan peneliti (Rahman, 1998:52). Sering pula diartikan bahwa variabel penelitian itu sebagai Faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau

28

gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999:97) variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi. a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Disiplin kerja guru MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013. b. Variabel Terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013. 5. Analisis data Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai data dari masingmasing variabel serta untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis data. a. Analisa Regresi Linear Berganda Digunakan untuk mencari besarnya koefisien pengaruh (positif atau negatif) antara variabel bebas disiplin kerja (X1) dan variabel bebas motivasi kerja (X2) terhadap variable tidak bebas prestasi kerja (Y), dengan rumus : Y= bo + b1 X1+ b2 X2 Dimana : Y = Prestasi Kerja X1 = Disiplin Kerja X2 = Motifasi Kerja

29

bo = besarnya nilai variable tidak bebas Y, apabila nilai variable bebas X1 = X2 = 0 bi = regresi, yaitu besarnya nilai tambah variable bebas Xi terhadap variable tidak bebas Y, apabila X bertambah satu unit, dimana i = 1,2. b. Analisa Koefisien Determinasi Berganda Setelah melakukan perhitungan melalui analisis regresi linier berganda, kemudian dilakukan penganalisaan melalui perhitungan koefisien determinasi berganda. Penganalisaan ini berguna untuk mengetahui hubungan antara kedua variable bebas disiplin (X1) dan motivasi kerja (X2) dengan variable terikat prestasi kerja (Y) digunakan rumus sebagai berikut :

6. Pengujian hipotesis Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah Pengujian Hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

30

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2002 : 16). Atas dasar pendapat di atas, Hipotesis yang diajukan masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk alternatif yang terdiri dari Hipotesis mayor dan Hipotesis minor. Sesuai dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho). (Ha). Ada hubungan yang signifikan disiplin kerja guru dengan hasil belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013 (Ho). Tidak ada hubungan yang signifikan disiplin kerja guru dengan hasil belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013 Untuk keperluan pengujian Hipotesis digunakan teknik uji-t (t-

tes). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan signifikan tentang pendekatan variasi objek langsung terhadap hasil belajar peserta didik. M X MY t= x2 + y2 1 1 + N X + NY 2 N X NY

Dengan keterangan M N X = Nilai rata-rata hasil per kelompok = Banyak subyek = Deviasi setiap nilai x2 dan x1
31

= Deviasi setiap nilai dari mean Y1

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 281).


1. Tolak Ho, apabila t hitung > t table pada taraf uji 95 % dan derajat kebebasan

(dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t diterima pada taraf uji yang sama.

hitung

< t

table

maka Ho

2. Ho di tolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan dan menerima

Ho artinya ada hubungan yang signifikan

J.

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di MA Nurul Huda NW Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Waktu Penelitian, Penelitian ini direncanakan kurang lebih 3 (tiga bulan) terhitung mulai ditandatanganinya kontrak bimbingan penulisan karya ilmiah dengan perincian sebagai berikut : 1) Mempersiapkan Penelitian Membuat draft wawancara, mencari narasumber mengurus izin penelitian, konsultasi dan sebagainya selama dua minggu.

2)

Pengumpulan Data Penentuan informan, wawancara, mencari dokumen-dokumen selama dua minggu.

3)

Pengolahan Data dan Analisisnya

32

Pengumpulan dan pengklasifikasian data yang jelas diperoleh serta menganalisis dan menginterpretasikan data dilakukan selama empat minggu. 4) Penulisan Laporan Hasil Penelitian Dan Finalisis Rekonstruksi dan hasil penelitian dengan bentuk komputer dan alat Bantu lainnya yang relevan, ini dilakukan kurang lebih selama empat minggu.
BULAN Agustus 2012
4 5 1 2 3 4 5 1

NO 1 2 3 4 5 6 7

KEGIATAN
1 2

Juli 2012
3

September 2012
2 3 4 5

Persiapan Penelitian Penyusunan Proposal Penelitian Konsultasi Proposal Penelitian Perizinan Penelitian Penyusunan Proposal (Karya Ilmiah) Konsultasi Proposal (Karya Ilmiah) Ujian Karya Ilmiah

DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia Merdeka Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta

33

Aziz, Rahmat. 2010. Psikologi Pendidikan Model Pengembangan Kreativitas dalam Praktek Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press. Djamarah, Syaiful, 1991, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Pendidik, Surabaya : Usaha Nasional Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011, Psikologi Belajar (revisi edisi kedua). Jakarta: Rineka Cipta Frick,Heinz.1978. Mekanika Teknik 1 Statika dan Keguanaanya. Jogjakarta: Kanisius. Jurnal Pendidikan Volume 8 No.1 Merat 2007: Nugraheni, Endang 2007. Student Centered Learning dan Implikasi nya terhadap proses Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Murtinugraha,Eka.2008. Diktat Statistika Terapan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta. Jakarta Nurazizah, Maryam.2010. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Student Centered Learning berbasis Classroom Blogging Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMA. Proposal. Bandung: UPI Nurkancana dan Sumartana, 1986, Evaluasi Pendidika, Surabaya : Usaha Nasional. Rasyad, Aminuddin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press dan Yayasan PEP-EX 8. Soelaeman, M.I. 1986. Menjadi Guru Suatu Pengantar kepada Dunia Guru. Bandung: Diponegoro Sudjana, Nana.1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung : PT Tarsito Bandung Sugiyono.2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suharnan, M.S. 2011. Kreativitas Teori dan Pengembangan. Surabaya: Laros Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

34

Yamin,H.M.2007.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta:Persada Press.

35

You might also like