You are on page 1of 40

A.

Judul ANALISA PROSES PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 GANGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

B. Latar belakang masalah Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses

membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh peserta didik atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan peserta didik. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan peserta didik Berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Pembelajaran yang bermakna akan membawa peserta didik pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh peserta didik akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini peserta didik mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan peserta didik sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu

kreatif dan berkembang. Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit. Mata pelajaran IPS Terpadu dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS Terpadu disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Sesuai dengan rumpun disiplin IPS, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS di tingkat SMP/MTS meliputi kajian: sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi. Secara umum, kompetensi yang ingin dicapai oleh mata pelajaran IPS bagi peserta didik adalah kompetensi untuk mengembangkan diri agar peserta didik peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah sosial yang

terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat sekitarnya. (Nursid Sumaatmaja, 1980; 20),

Implementasi kurikulum ini memerlukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran IPS. Model pembelajaran IPS secara terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). (Bintek, Dirjen Mandikdasmen, 2006). Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Dalam kenyataannya, pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Gangga sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing (sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi) tanpa ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, budaya). Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antarbidang ilmu-ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, antropologi sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut; serta (3) terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru mata pelajaran untuk pembelajaran IPS secara terpadu. (4) meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru di sekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga dianggap hal yang baru. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam rangka implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta untuk memenuhi keterca-paian tujuan pembelajaran

IPS, maka diperlukan pedoman pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Hal ini penting, untuk memberikan

gambaran tentang pembelajaran terpadu yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret dalam kerangka implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Saat ini pendidikan kita masih di dominasi oleh metode-metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, sedangkan untuk memaksimalkan peran peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu dikelas perlu diterapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dan variatif sehingga dapat mengaktifkan peserta didik, salah satunya dengan menerapkan model-model pembelajaran konstruktif yang bersifat relatif membangun dan dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas mereka dalam mengikuti pembelajaran IPS Terpadu. Dalam paradigma pembelajaran konstruktifistik, peserta didik

diharapkan dapat menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya jika tidak, maka tidak akan menimbukan perubahan pada peserta didik. Sebagian ahli pendidikan berpendapat bahwa teori konstruktivisme menurutnya peserta didik berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di benaknya, pendidik hanya sebagai fasilitator saja. Dalam proses pembelajaran konstruktif ini, peran aktif pendidik tidak lagi sebagai pusat pengetahuan (teacher centered) tetapi perannya hanya sebagai fasilitator membantu peserta didik dalam menemukan konsep, fakta,

atau prinsip bagi mereka sendiri, bukan sebagai satu-satunya sumber informasi atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas. Pada saat ini, SMP Negeri 2 Gangga telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman kurikulum dalam pemblajran, namun kurikulum tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan dengan sempurna dalam kegiatan belajar disetiap mata pelajaran, baik dari segi strategi, metode, maupun penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pendidik mata pelajaran IPS Terpadu yang mengajar di SMP Negeri 2 Gangga, pada pembelajaran materi pasar yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi tradisional. Pada saat pendidik menyampaikan pelajaran dengan metode konvensional, dan diskusi tradisional, hanya peserta didik tertentu yang dapat mengikuti diskusi secara aktif dan berani dalam mengungkapkan pendapat. Sehingga suasana belajar dikelas menjadi kurang menyenangkan dan hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar yang di capai di kelas. Model pembelajaran seperti ini dirasakan kurang efektif untuk menarik perhatian dan keaktifan peserta didik didalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Berdasarkan tuntutan tersebut sangat jelas bahwa IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan guru dalam mengembangkan dan mengaplikasikan metode-metode pembelajaran yang lebih inovatif dan bervariasi agar dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Gangga dapat lebih efektif dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas

belajar yang merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

C. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat menarik rumusan masalah yang akan diangkat menjadi pembahasan Proposal ini yaitu Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2012/2013

D. Batasan masalah Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar, maka arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan mengenai :
1. Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu

2. Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga

E. Tujuan penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang ada di atas, maka secara obyektif mempunyai tujuan: Untuk mengetahui metode atau model pembelajaran yang sesuai pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga

F. Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis

Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS Terpadu serta sebagai bahan masukan dalam mengembangkan inovasi metode pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga. 2. Manfaat praktis
a.

Bagi peserta didik, untuk dapat membantu peserta didik di dalam menumbuhkan motif-motf belajarnya kearah yang lebih keras, giat dan tekun sehingga mendapatkan prestasi hasil belajar yang baik, dengan prestasi hasil belajar yang di dapatkan itulah peserta didik akan terdorong untuk melanjutkan pendidikannya.

b. Bagi pendidik, untuk dapat membantu pendidik dalam menumbuhkan

Motif-motif belajar pada peserta didik nya, agar dapat belajar dengan lebih keras, giat dan tekun sehingga tercapai prestasi hasil belajar yang diharapkan.
c.

Bagi sekolah, untuk dapat memperoleh gambaran tentang prestasi hasil belajar peserta didik yang telah didapatkan di sekolah tersebut, serta untuk megetahui motif-motif apa yang mendorong peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikanya.

d.

Bagi Peneliti, untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan penelitian

G. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam proposal skripsi ini sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan. BAB II : Tinjauan pustaka, yang memaparkan tentang proses pembelajaran dan proses belajar yang baik, landasan teori yang meliputi hakekat pengajaran IPS Terpadu, tujuan pengajaran IPS Terpadu, analisa proses pembelajaran, analisa proses pembelajaran yang baik, dan langkah-langkah dalam melakukan analisa pembelajaran. BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari: jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, data penelitian yang meliputi jenis dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, variabel penelitian, analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV : Bab ini meliputi berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian yang

tentang statistik deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian

asumsihasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang simpulan dan saran. BAB VI : Bab ini adalah bab penutup yang berkaitan dengan Daftar

Pustaka dan Lampiran-lampiran.

H. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis 1. Penegasan pengertian istilah a. Definisi Proses Pembelajaran Berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-internalisasidalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri. Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu: aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikumpraktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai aktivitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktivitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aaspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreativitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata proses bermakna 1) Runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu: kemajuan sosial berjalan terus; penyakit; kimia, reaksi kimia; 2) Rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan

10

produk. - belajar tingkat dan Fase-fase yang dilalui anak atau sasaran didik dalam mempelajari sesuatu; sosial proses pengaruh timbal balik antara pelbagai bidang kehidupan; - sosialisasi proses yang membawa anak pada perkenalan dan pergaulan dengan anak lain; berproses mengalami (mempunyai) proses; pengawasan dengan mekanisme komputer bisa cepat mengetahui segala angka atau data (Anton M. Moeliono, dkk.1997 hlm.703). Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997:33) proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut

menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam satu kelas adalah job descreption proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peserta didik. Pengertian pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar. Menurut suatu Slamet proses (2006:60) yang mengungkapkan individu bahwa untuk

belajar adalah

dilakukan

memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksinya dengan

11

lingkungan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Soemanto (2006:104) bahwa, Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar. Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan wujud

pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai currculum in action. Salah satu rangkaian pembelajaran berbasis kompetensi pelaksanaan adalah evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi. (Indrayanto, Dkk. 2009 hlm.202). Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi Evaluasi masukan, proses dan

keluaran/hasil

pembelajaran.

masukan pembelajaran

menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan

12

lingkungan 2009:203).

dimana

pembelajaran

berlangsung.

(Indrayanto,

b. Proses Pembelajaran yang baik Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan (Zahara Djaafar, 2001:10), yaitu:
1. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas,

laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktivitas untuk berbagi dan mengolah informasi.
2. Tahap internalisasi, aktivitas dalam bentuk PR, tugas, paper,

diskusi, tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi. 3. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan.
4. Evaluasi, aktivitas assesment yang berdasar pada test ataupun

tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey terbatas.

c.

Evaluasi proses Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

13

instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar peserta didik, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi

pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan

14

hasil dan pelaporan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan. Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (Entis Sulaeman, 2001:20) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran, assessment dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) tujuan pengukuran, ada objek ukur, alat ukur, proses pengukuran, hasil pengukuran kuantitatif.

2. Landasan teori

15

a.

Hakekat Pengajaran IPS Terpadu. Pengorganisasian bahan pengajaran IPS Terpadu sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS Terpadu merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan-bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua bahan kajian IPS Terpadu, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Mengajar IPS Terpadu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memerlukan stimulan yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik. Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin. Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam pengajaran IPS Terpadu, seorang guru dituntut supaya menguasai dan menerapkan berbagai metode pengajaran yang relevan dengan mata pelajaran IPS Terpadu materi tentang ekonomi. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan peserta didik. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan

16

peserta

didik.

Dominasi

guru

dalam

proses

pembelajaran

menyebabkan kecenderungan peserta didik lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Selama ini proses pembelajaran ekonomi yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan

kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas peserta didik seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan Maka dengan demikian melalui kegiatan evaluasi dan analisis proses pembelajaran IPS terpadu materi ekonomi diharapkan dapat menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga, untuk mendukung tercapainya peningkatan prestasi tersebut, guru di tuntut untuk dapat menguasai bahan ajar, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan

17

menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran (W. Gulo, 2002:37). . b. Tujuan Pengajaran IPS Terpadu. Perumusan tujuan pengajaran sangat penting untuk dilakukan karena tujuan merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Menurut I Gede Widja (2005:27-29), secara umum tujuan pengajaran IPS terpadu sebagai berikut: 1) Aspek Pengetahuan / Pengertian
a. Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di

waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal.


b. Menguasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus (unik) dari

peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
c. Menguasai

pengetahuan

tentang

unsur-unsur

umum

(generalisasi)
d.

Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwaperistiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.

18

e. Menumbuhkan pengertian tentang hubungan antara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secara intrinsik).
f. Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta

lebih penting dari pada fakta-fakta yang berdiri sendiri.


g. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh-pengaruh sosial

kultural terhadap peristiwa. h. Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural masyarakat. i. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang akan datang. 2) Aspek Pengembangan Sikap.
a. Penumbuhan kesadaran pada peserta didik terutama Mengenal

gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
b. Menumbuhkan aspek-aspek sosial dalam kehidupan mandiri

secara emosional, intelektual dan ekonomi serta penerapannya. c. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada peserta didik dengan menggali potensi diri yang mereka miliki. d. Menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial baik di

lingkungan sekolah maupun keluarga.


3) Aspek Keterampilan.

19

a. Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka

pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan pengembangan kemampuan dasar di kalangan peserta didik berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan menginterpretasikan serta merangkaikan Fakta-fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis. b. Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah-masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain-lain.
c. Ketrampilan menelaah secara elementer Buku-buku terutama

yang menyangkut keanekaragaman IPS terpadu.


d. Ketrampilan mengajukan Pertanyaan-pertanyaan produktif di

sekitar masalah keanekaragaman IPS terpadu.


e. Ketrampilan mengembangkan Cara-cara berpikir analitis

tentang Masalah-masalah sosial historis di lingkungan masyarakatnya.

3. Analisa proses pembelajaran

Analisa pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku umum menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sisitematis. Dengan tersusunnya gambaran prilaku khusus dari yang paling awal hingga akhir.

20

Analisa pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan identifikasi Langkah-langkah yang relevan bagi penyelenggara suatu tujuan dan Kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.
4. Analisa Proses Pembelajaran yang Baik

Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas yaitu belajar dan mengajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman dan mengajar didefinisikan sebagai aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan Sebaikbaiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan proses belajar yang efektif. Tujuan proses pembelajaran bagi guru adalah mengantarkan peserta didik atau sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi peserta didik adalah mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diperoleh hasil belajar (nilai) yang memuaskan. Teuku Zahara Djaafar (2001:1) menyatakan dalam konsep teknologi pendidikan dibedakan istilah pembelajaran (instruction) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional (Instructional) saja yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan

21

pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Lebih lanjut Teuku Zahara Djaafar menyatakan menurut Cagne dan Bigg, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa kejadian yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1997:194) menyatakan bahwa masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Popham dan Baker (1992:101) seseorang tidak dapat menghindari timbulnya kesulitan kesulitan di dalam kelas tetapi seseorang dapat menguranginya, dan bila terjadi dapat menanganinya secara efisien. Setiap guru masuk di dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu peserta

22

didiknya dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, misalnya membuat satuan pengajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, evaluasi dan lain-lain. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikan rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 1997:196). Dengan demikian proses pembelajaran di dalam kelas terkait dengan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. IGAK Wardani (2001:16) menyatakan mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponen kemampuan. Komponen kemampuan tersebut berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Mengajar dikatakan berhasil jika Anak-anak belajar sebagai akibat usaha itu (S. Nasution, 1995:5). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran yang meliputi proses pengajaran dan pengelolaan kelas tujuan utamanya adalah bagaimana mengupayakan agar peserta didik belajar. Agar proses pengajaran berlangsung baik maka guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar. Berdasar hasil penelitian Turney (1973) terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah : 1. Keterampilan bertanya

23

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Keterampilan memberi penguatan Keterampilan mengadakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Ketarmpilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan mengelola kelas Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual

(IGAK Wardani, 2001:17) Di samping menguasai keterampilan dasar mengajar guru juga dituntut untuk mampu mengelola kelas secara efektif. Suroso (2002:93) menyatakan konsep dasar yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah:
1.

Manajemen

bagaimana

guru

merencanakan,

mengorganisasikan dan mengontrol.


2.

Menegakkan disiplin kelas, termasuk memberi hukuman dan peringatan.

3.

Menciptakan iklim kelas yang rileks, menyenangkan fleksibel, demokratik, sportif namun juga represif, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran, seorang guru berperan sebagai

pemimpin/fasilitator dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didiknya. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa aspek yang saling berkaitan. Oemar Hamalik (2002:63) menyatakan paling tidak

24

ada tujuh aspek yang memiliki fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar, tetapi merupakan satu kesatuan bulat yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.

Aspek Tujuan instruksional (Standar kompetensi) Aspek materi pelajaran Aspek metode dan strategi pembelajaran Aspek media instruksional Aspek penilaian Aspek penunjang fasilitas, waktu,tempat dan pelengkapan Aspek ketenagaan meliputi aspek peserta didik dan guru. Semua aspek tersebut satu sama lainnya saling terkait dan

mempengaruhi

tercapainya tujuan

pembelajaran.

Guru

sebagai

sutradara dalam kegiatan pembelajaran dituntut untuk mampu mengelola keseluruhan aspek tersebut sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Kemampuan guru dalam mengelola aspek-aspek belajar mengajar dapat ditinjau dari kemampuan guru merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran.
5. Langkah-langkah melakukan Analisa pembelajaran.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Menuliskan prilaku umum yang ditulis dalam TPU untuk mata pelajaran yang sedang dikembangkan.

25

2.

Menuliskan setiap prilaku khusus yang merupakan bagian dari prilaku umum. Jumlah prilaku khusus untuk setiap prilaku umum berkisar antara 5-10 buah, bila sangat dibutuhkan dapat ditambah.

3.

Membuat prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari prilaku umum. Prilaku khusus yang terdekat hubungannya dengan prilaku umum diteruskan mundur sampai prilaku yang sangat jauh dari prilaku umum.

4.

Menambahkan prilaku khusus atau kalau perlu dikurangi

5. Setiap prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu/kertas ukuran

3x5 cm. 6. Kemudian kartu disusun dengan menempatkannya dalam struktur hirarkhis prosedural, atau dikelompokkan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu lain. 7. Bila perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi sesuai kedudukan masing-masing. 8. Letak prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah disusun. Hubungkan kotak-kotak yang telah digambar dengan garis-garis vertikal dan horisontal untuk menyatakan hirarkhikal, prosedural dan pengelompokkan. 9. Meneliti kemungkinan hubungan prilaku umum yang satu dengan yang lain atau prilaku khusus yang berada di bawah prilaku umum yang berbeda.

26

10. Memberi nomor urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari

yang terjauh hingga yang terdekat dari prilaku umum. Penomoran ini menunjukkan prilaku khusus yang terstruktur herarkhikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Sedangkan pemberian nomor urut prilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutannya dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks. Pemberian nomer urut prilaku-prilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilakukan dengan cara yang sama dengan struktur prosedural. 11. Mengkonsultasikan bagan yang telah dibuat dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan antara lain tentang:
a.

Lengkap-tidaknya prilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap prilaku umum.

b. Logis-tidaknya urutan Prilaku-prilaku khusus menuju prilaku

umum.
c.

Struktur

hubungan

Prilaku-prilaku

khusus

tersebut.

(herarkhikal prosedural, pengelompokan atau kombinasi).

I.

Metode penelitian 1. Jenis penelitian Metode adalah pendekatan yang digunakan dalam rangka mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi atau diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahli yang mengatakan bahwa Metode

27

adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:1). Metode eksperimen adalah suatu pendekatan dimana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja ditimbulkan (Suharsimi Arikunto, 2002:12). Dalam penelitian ini cara pendekatan adalah pendekatan kuantitatif karena penulis memberi perlakuan dan menguji kembali Analisa proses pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen yaitu eksperimen kelompok control (Control Group experiment), dengan rancangan penelitian sebagai berikut : Tabel 1.1 Rancangan Penelitian Data Akhir Kelas Eksperimen Data Awal Perlakuan Ya Ya Tes Angket Ya Ya

kontrol Ya Tidak Ya Ya Berdasarkan pola di atas dari data dokumentasi kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dibandingkan untuk menegaskan bahwa kedua sample dalam keadaan homogen. Sedangkan dari hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan, sedangkan sebaran angket yang diberikan kepada kelas eksperimen untuk melihat respon Peserta Didik terhadap perlakuan 2. Populasi dan sampel

28

a.

Populasi Penelitian Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya penelitianpenelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang tidak hanya lebih sempit. Dalam buku Metode Penelitian Pendidikan Nana Syaodik Sukmadinata (2009:250) mendefiniskan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Sementara itu ahli lain mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Nurul Zuriah, 2007:116). Jadi berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII/1 dan VIII/2 SMP Negeri 2 Gangga Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.

b. Sampel Penelitian Dalam penelitian pendidikan, subjek yang dikenai penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan bahwa: Sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi (Nana Syaodik Sukmadinata, 2009:250). Ahli lain juga berpendapat bahwa Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:118).
29

Dalam penelitian ini akan diambil 1 kelas dari 4 kelas sebagai sampel. Dengan teknik penentuan sampel yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara pengambilan secara random sampling. Setelah diadakan pengambilan secara random sampling ternyata kelompok I sebagai kelompok eksperimen dan kelompok II sebagai kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini Tabel 1.2 : Keadaan sampel peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga tahun pembelajaran 2012/2013 Kelas Kelompok/ Sampel Dengan VIII VIII 1 / 30 VIII 2 / 30 60 demonstrasi Tidak demonstrasi Jumlah 3. Data penelitian a. Jenis dan sumber data Jenis data yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Secara garis besar, dapat dijelaskan bahwa jenis penelitian kuantitatif di mulai dengan menetapkan obyek studi yang spesifik, dieliminasikan dari totalitas atau konteks besarnya sehingga menjadi ekplisit atau jelas obyek studinya. Sesudah itu, baru disusun kerangka teori sesuai dengan obyek studi spesifiknya. Kemudian, dapat dihasilkan hipotesis atau problematik penelitian, instrumen
30

Keterangan Perlakuan menggunakan menggunakan metode metode

pengumpulan data, teknik sampling serta teknik analisisnya. Selain itu juga dapat ditentukan rancangan metodologik lainnya seperti penetapan batas signifikansi, teknik-teknik penyesuaian jika ada kekurangan atau kekeliruan di dalam hal data, adminstrasi, analisis, dan semacamnya. Dengan kata lain, semua dirancang dan direncanakan secara matang sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan kegiatan penelitiannya (Rahmat Azis, 2010:59). Ditinjau dari jenisnya, data penelitian dapat dikategorikan kedalam:
1. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan Kata-kata

atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.


2. Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud Angka-angka hasil

perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data, maka dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan analisa statistik atau non statistik (Suharsimi, 1998:245)

Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa Angkaangka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa Angka-angka maka analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik. b. Tekhnik pengumpulan data

31

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Sebab Data-data yang diperoleh selanjutnya akan olah. Hasil penelitian akan dikatakan logis apabila dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan data yang lengkap, autentik dan akurat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Test Menurut Suharsimi instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode (1998 : 137). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Margono

mengemukakan tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan pada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (1978 : 170). Sedangkan Suharsimi menjelaskan tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelengensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (1998 : 139). Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (Thoha, 2003 : 43).

32

Jadi tes adalah merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang berbentuk tugas berupa perintah atau Pertanyaanpertanyaan yang dapat diberikan kepada peserta didik dan jawaban dari anak tersebut merupakan nilai tes yang digunakan biasanya berupa tes essay dalam bentuk uraian terbatas dan pedoman observasi untuk pengamatan pembelajaran. 2) Observasi Pada dasarnya teknik observasi ini di gunakan untuk melihat, mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, kemudian dapat di lakukan penelitian. Dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dapat dibedakan participant observation (observasi berperan serta) dan Non participant observation (observasi non partisipan) (sugiyono, 2005:166), peneliti menggunakan observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut menjadi bagian dari apa yang di teliti, karena peneliti berfungsi sebagai peninjau, yakni menguraikan dan mengAnalisa data yang telah terkumpul dari Keteranganketerangan tentang gambaran umum yang akan di peroleh dari responden tentang Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Gangga. 3) Angket atau Quisioner Angket dan quisioner merupakan suatu alat pengumpul data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis

33

untuk

dijawab

secara

tertulis

pula

oleh

responden

(Margono,2003 : 167), sedangkan ahli lain mengatakan bahwa angket atau quisioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau Hal-hal yang diketahuinya (Suharsimi, 2002 : 128) 4) Dokumentasi Dokumentasi sebagai setiap bahan tertulis atau film (Maleong, 2002:161).Dokumentasi juga berarti cara Arsip-

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti

arsip dan termasuk juga Buku-buku tentang pendapat, Teori-teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2003:159). Dengan metode ini peneliti kiranya akan mendapatkan data dalam bentuk tertulis mengenai prestasi hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS Terpadu. 4. Variabel penelitian Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian(Yatim,1996: 11) Variabel adalam hal ini diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering pula diartikan bahwa variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau

34

gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 97) variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi. a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013. b. Variabel Terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013.
5. Analisa data

Data adalah keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Berhasil tidaknya suatu penelitian sebagian besar tergantung bagaimana data dikumpulkan dan diolah. Berdasarkan hipotesis maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho = Mk < Me Ha = Mk > Me 6. Pengujian hipotesis Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang relevan. Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat, memungkinkan diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono, 2000:158).
35

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui Analisa proses pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus statistik yaitu rumus korelasi product moment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi (1980:285) yang menyatakan: tekhnik statistik yang kerap kali digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel adalah tekhnik korelasi. Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16). Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai dengan teknik Analisa yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho). (Ha) Ada hasil Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2012/2013 (Ho) Tidak ada hasil Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2012/2013 Untuk Uji Hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun

36

dari observasi (tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya. Uji hipotesis kadang disebut juga "konfirmasi analisa data". Keputusan dari uji hipotesis hampir selalu dibuat berdasarkan pengujian hipotesis nol. Ini adalah pengujian untuk menjawab pertanyaan yang mengasumsikan hipotesis nol adalah benar. keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan signifikan tentang pemberian pembelajaran Metode diskusi dengan yang tidak menggunakan pembelajaran Metode diskusi pada peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga

X1 X 2
t=

1 1 + n1 n2

Dengan keterangan: t = t hitung

X 1 = Rata-Rata Kelompok Eksperimen X 2 = Rata-Rata Kelompok Eksperimen n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah sampel kelompok kontrol S = Varian Gabungan

37

(Sugiyono, 2003 : 145).


a.

Tolak Ho, apabila t

hitung

>t

tabel

pada taraf uji 95 % dan

derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung< t tabel maka Ho diterima pada taraf uji yang sama. b. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

J.

Jadwal kegiatan penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yakni: 1. Tahap pra lapangan a. Memilih objek penelitian.
b. Mengurus perizinan penelitian, meminta rekomendasi izin penelitian ke

Bakesbanglinmas di Tanjung kemudian diteruskan ke SMP Negeri 2 Gangga. 2. Tahap pekerjaan lapangan a. Mengadakan observasi langsung ke SMP Negeri 2 Gangga, dengan melibatkan beberapa staf tata usaha dan guru untuk memperoleh data sementara. b. Memasuki objek penelitian/lapangan, dengan mengamati berbagai peristiwa maupun kegiatan yang ada dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan.
c. Peneliti turut berperan serta sambil mengumpulkan Data-data yang

diperlukan.

38

3. Penyusunan laporan penelitian berdasarkan hasil dari Data-data yang

diperoleh. Tabel 1.3. Matriks kegiatan penelitian BULAN JULI AGUSTUS SEPTEMBER 2012 2012 2012 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

NO 1 2 3 4 5 6 7

KEGIATAN Persiapan Penyusunan Proposal Konsultasi Proposal Perizinan Penyusunan Skripsi Konsultasi Skripsi Seminar

DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Djamarah, Saiful, 1991, Prestasi hasil belajar Dan Kompetensi Pendidik, Surabaya : Usaha Nasional Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Hadi, Sutrisno, 1980, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Jakrta : Bumi Aksara Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo Margono, S, 1996, .Metode Penelitian Pendidikan, Jakrta :Rineke Cipta.

39

Poerwadarminta, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesi, Jakarta : Balai pustaka Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakrta :Rineke Cipta Sardiman, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja, Surabaya : Usaha

Nasional. Slameto, 2003, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana, 2000, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Sugiyono, 2000, Statistik Untuk Penelitiani, Bandung : Alfabeta. Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional

40

You might also like