You are on page 1of 3

BAB I PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang

II.

Dasar Teori 1. Kenakalan Remaja Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan

kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

2. Pembelajaran Fisika

3. Pembinaan Karakter

III.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan artikel ini adalah : 1. Bagaimana mengatasi kenakalan remaja dalam pembelajaran fisika? 2. Bagaimana membentuk karakter peserta didik melalui pembelajaran fisika?
3. Bagaimana menjadi seorang pengajar professional dalam pembelajaran

fisika?

BAB II PEMBAHASAN

Menjadi seorang pendidik memegang peranan yang sangat strategis dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik. Memiliki profesi menjadi seorang pendidik tidak akan tergantikan oleh unsur lainnya, terlebih di dalam masyarakat yang multikultural. Pendidik atau guru memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan suatu bangsa. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas,2005). Di dalam pelaksanaan belajar mengajar, terdapat berbagai macam karakter peserta didik. Karakter tersebut misalnya, siswa antusias mengikuti pelajaran, namun terdapat pula siswa yang kurang bersemangat atau bahkan menjadi pengacau konsentrasi belajar siswa lainnya. Kondisi ini sangat umum dijumpai di dalam proses belajar mengajar, terlebih dalam proses belajar fisika. Fisika menjadi sebuah pelajaran yang sulit bagi peserta didik pada umumnya. Peserta didik yang memang tertarik terhadap fisika, akan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. Namun, bagaimana dengan peserta didik yang memiliki sifat unik? Unik berarti berbeda, maka unik yang dimaksud dalam konteks ini adalah peserta didik yang memiliki perbedaan dengan siswa lainnya. Misalnya, siswa pada umumnya mampu memperhatikan dan menyerap bahan ajar, namun terdapat beberapa siswa yang kurang dapat berkonsentrasi dan menjadi kelompok pengacau di kelasnya. Pengacau maksudnya adalah bertingkah laku tidak seperti

You might also like