You are on page 1of 15

Contoh Proposal Pameran Lukisan

A. Latar Belakang Mengacu pada konsep semiotika, karya seni dalam hal Ini adalah seni rupa adalah teks kebahasaan yang hadir dalam bentuk media-media yang terindera dan mewakili suatu konsep estetika tertentu dalam menyampaikan pesan. Dalam seni rupa penginderaan berkenaan dengan relasi antara realitas kebercahayaan atas suatu obyek visual dengan terkirimnya realitas-realitas yang tercahayai kepada penerima pesan. Lantas, Cahaya dan juga pencahayaan pun berkenaan dengan hukum fisika tentang terinderanya sebuah obyek oleh mata manusia. Ketika semiotika mempostulatkan kehadiran sebuah teks dianggap adasetelah terjadinya proses pengiriman pesan yang termuat dalam karya seni rupa... kepada alamat pesan dan pesan tersebut diterima oleh penerima dalam bentuk pemaknaan atas konsep yang terkirim, maka hukum fisika menjelaskan bahwa pengiriman tersebut berlangsung lewat medium cahaya; pengenalan obyek melalui alat Indera visual bergantung pada kondisi cahaya. Artinya, obyek seni rupa menjadi nihil apabila tidak tersedia cahaya (yang memadai) untuk menampakkan obyek yang hendak diinderai oleh penerima pesan. Ketika obyek seni rupa tercahayai untuk mewujudkannya, maka dalam pencahayaan tersebut pun berlangsung proses-proses penghadiran teks-teks yang terkandung dalam karya seni melalui medium-medium kebahasaan. Oleh karena itu, terdapat bidang yang sebangun antarapencahayaan dengan medium kebahasaan. Lantas, proses pengiriman pesan kepada penerima pesan yang menghasilkan suatu penginderaan yang berujung pada pemahaman dan pemaknaan atas obyek penginderaan baik melalui terminologi semiotika dan juga fisika menyangkat masalah bagaimana proses pengiriman dikelola; bagaimana kualitas dan kuantitas pencahayaan dan medium kebahasaan menghadirkan pesan. Proses pengiriman pesan yang tertampung dalam sebuah karya seni rupa atau obyek penginderaan melalui mata memerlukan sarana-sarana pengiriman; cahaya. Oleh

karena Itu, tanpa cahaya, tidak pernah ada obyek penginderaan visual dan dengan sendirinya tidak ada seni rupa: tanpa medium-medium kebahasan, pesan-pesan dalam karya seni tak termaknai sehingga dianggap tidak ada. Selanjutnya, landasan pemikiran serupa ini menjadi alat untuk menelaah perkembangan seni rupa di Indonesia dan kemudian dikerucutkan pada aspek-aspek kesenirupaan di Sidoarjo yang dipandang sebagai... salah satu kantong geliat seni rupa di Indonesia. 1. Pameran sebagai Medium Barangkali, sebelum terciptanya tradisi berpameran, seorang pekarya akan berkunjung ke rumah-rumah audiensnya untuk menghantarkan pesan dalam bentuk karya seni rupa. Mungkin dulu demikian. Namun ketika kita bersepakat bahwa relasi antara pekarya sebagai sebuah praktek kebudayaan, maka akan terlihat suatu kompleksitas antara pekarya-karyanya dengan audiens. Kompleksitas yang dimaksud di sini mencakup persoalan kuratorial atau wilayah kritik seni dan bentuk penyajiannya sehingga tercipta medium-medium kultural antara karya dengan audiens. Melalui dan dalam medium-medium kultural inilah beropesi hukum fisika dan semiotika yang menciptakan realitas tertentu terhadap seni rupa secara umum. Lantas kita pun dapat mengajukan suatu pernyataan bahwa ketersampaian pesan-pesan yang termuat dalam karya seni rupa bergantung pada siapa yang menguasai mediummedium kultural tersebut. Penguasaan atas medium-medium kultural dalam membangun relasi antara karya seni dengan audiens inilah yang kerap menjadi gonjang-ganjing dan peroalan pelik tentang keberadaan seorang pekarya dan otonomi dirinya terhadap karya dan proses berkarya atau keleluasaannya dalam menghimpun pesan melalui karya seni rupa. Melalui penguasaan atas medium-medium kultural, pihak-pihak tertentu, seperti yang menggelisahkan bagi pekarya-pekarya baru, muncul pengendalian bentuk, corak dan langgam karya yang di dorong oleh kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi yang hadir dalam medium-medium kultural ini mampu menjinakkan idealisme dan proses berkarya seorang pekarya agar dapat memasuki pasar. Maka tak jarang, pekaryapekarya baru yang hendak merintis keberadaannya melalui dunia seni rupa harus menggadaikan idealisme kesenirupaannya demi keberterimaan pasar terhadap karyanya. Perihal yang amat mencengangkan dan juga sangat mengkhawatirkan adalah, perupa kemudian dibuat terdesak oleh pihak yang menguasai medium-medium kultural terhadap tuntutan ekonomis yang bersifat elementar: Kebutuhan untuk bertahan hidup dan sedikit demi sedikit menapaki jalan untuk dapat melanjutkan hidup yang telah dipertahankan dengan susah payah. Tuntutan ekonomi ini pun berkenaan dengan realitas umum ekonomi-politik di Indonesia yang memaksakan diri memasuki pasar ekonomi pasar global yang amat bergantung pada penguasaan modal sehingga tidak semua orang punya kesempatan untuk hidup layak (meski hidup layak sendiri pun bergantung pada kebijakan politik penguasa dalam mengidentifikasi standar hidup dan merumuskan konsep kesejahteraan). Maka, dengan sendiri self-determinationpekarya terhadap dirinya menjadi sangat lemah sehingga muncullah praktek-prektek penggadaian idealisme kesenian dan proses kesenian oleh pekerya-pekarya yang telah dibuat terdesak dan kehilangan otonomi.

Dalam praktek penguasaan medium-medium kultural ini, kritik seni dan juga praktek kuratorial terhadap karya seni justru berjalan melalui praktek-praktek kehumasan guna mendekatkan dan mengakrabkan hasil karya seorang pekarya dengan keinginan pasar. Artinya di sini, kritik seni dan juga praktek kuratorial sebagai aktivitas kehumasan, bertujuan untuk menciptakan pasar agar pasar seni dapat diukur, dikendalikan dan kemudian memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dari sinilah muncul trend terhadap corak, gaya, langgam dan juga mazhabbila dapat dinamai demikiankesenirupaan. Dan keberadaan seorang pekarya amat bergantung pada kemampuannya untuk memasuki corak, gaya, langgam dan juga mazhab kesenirupaan yang tengah dominan. Lantas, galeri seni rupa, pameran-pameran seni rupa, kurasi dan kritik seni diperalat untuk membuktikan betapa berterimanya corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan tersebut. Dari pengamatan secara fisika dan semiotika terhadap medium-medium kultural dalam membangun relasi antara karya dengan audiens terutama kolektorinilah muncul ketidakadilan bagi sekelompok pekarya sehingga bagi mereka, karyanya tak sempat dicahayai. Ketidaksempatan inilah yang kemudian keberadaan seorang pekarya pun hilang, sebagaimana kita tak dapat menangkap citra visual atas karya-karya seni rupa ketika mati lampu atau dalam keadaan gelap gulita. Maka, lahirlah suatu kegelapan dalam realitas kesenirupaan bagi kelompok tertentu yang tidak punya kemampuan berdamai dengan pihak penguasa medium-medium kultural. Atas realitas kesenirupaan seperti itu, maka lahirlah suatu parodi eksistensial dalam konsep cartesian. diriku ada ketika karyaku dicahayai.

2. Keindahan Sebagai Metafor Pada prinsipnya, manusia dapat melihat keindahan namun banyak dari mereka yang tak mengerti arti peting dari keindahan itu sendiri. Melalui kredo semacam ini, maka keindahan menjadi metafora atas realitas kesenirupaan; metafora atas penguasaan medium-medium kultural dalam menghadirkan karya oleh pihak-pihak yang berdiri tegak demi kepentingan ekonomi pasar. Manakala keindahan diposisikan sebagai metafora, maka ia pun memuat berbagai pesan. Dari sinilah dapat digagas dan kemudian dikembangkan suatu dialektika atas realitas kesenirupaan yang mewujud dalam komodifikasi karya seni yang menghasilakanbooming lukisan yang amat mencengangkan sehingga menguntungkan kurator dan galeri, mematikan kritik seni, memperpanjang nafas kolektor dan menciptakan wilayah pusat dan pinggiran dalam penghadiran sebuah karya kepada audiens yang luas. Dialektika itu bisa jadi berbentuk antitesis dan dapat pula sintesa atas keindahan yang sukar dipahami.

B. PAMERAN YANG BERCERITA TENTANG KEINDAHAN Berangkat dari kenyataan bahwa medium-medium kultural dalam menghadirkan karya seni rupa kepada audiens dikuasi oleh pihak tertentu untuk memaksimalkan peluangpeluang ekonomi, maka perlu digagas sebuah pameran yang mampu berkata tentang keliyanan (the otherness) tanpa memperkukuh mentalitas perkubu-kubuan dan tanpa memerangi dan memusnahkan corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan yang telah ada. Sesuatu yang telah ada dalam relasi antara pekarya-karya dengan audiens selama ini, membutuhkan mitra dialog dengan pihak-pihak yang diliyankan; pekarya baru, pekarya perempuan atau pekarya yang tidak terhimpun dalam kantong-kantong senirupa yang dominasi (secara ekonomis). Dari sini, pameran seni rupa pun musti dipandang sebagai sebuah pengejawantahan suatu dialektika atas realitas seni rupa mayor yang mewakili narasi-narasi (yang sedang) besar (grand narration). Oleh karena itu, penggagasan suatu pameran bisa jadi berangkat dari realitas kesenirupaan yang memunculkan pihak liyan yang terjebak dalam komidifikasi praktek kesenirupaan sebagai obyek kepentingan ekonomi. Maka kini, tengah digagas sebuah pameran atas potensi-potensi pengiriman pesan melalui medium-medium kultural untuk mencapai alamat-alamat penerima agar kehadiran nilai keindahan yang ada bisa terinderai dan bergerak menuju wilayah-wilayah pemaknaan para audiens. C. Maksud dan Tujuan 1. Dari Kehendak menuju Otonomi Pekarya Pameran yang tengah digagas ini, di samping hendak memunculkan sebuah dialektika atas realitas kesenirupaan saat ini yang kerap menghasilkan liyan, pun digagas sebagai upaya menghadirkan pihak liyan yang selama ini terkurung dalam kegelapan. Dengan demikian, sebagai sebuah obyek visual, pameran ini bermaksud untuk menghadirkan berbagai karya kepada khalayak melalui aspek-aspek penginderaan yang dapat dikuasi oleh pihak yang memegang kendali penghadiran melalui medium-medium kultural dalam membangun relasi antara pekarya-karya dengan audiens. 2. Dari Otonomi Pekarya menuju ke Kehadiran Penuh Kehendak dalam menggagas pameran yang berangkat dari keindahan sebagai metafora, bertujuan untuk mengirim berbagai pesan dalam bentuk seni rupa kepada audiens. Lantas upaya pengiriman pesan melalui penghadiran karya-karya seni rupa terpilih dalam pameran ini pun dimaksudkan untuk mengurai kembali kekusutan dalam relasi antara pekarya sebagai produsen pesan dalam bentuk karya seni rupa kepada penerima pesan. Sampainya berbagai pesan ke pemilik alamat, tentu akan menghasilkan berbagai bentuk pemaknaan oleh penerima dan juga membuka peluang terciptanya berbagai corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan yang mampu memeriahkan dialogdialog kesenian.

D. TEMA PAMERAN Pameran yang berangkat atas landasan berfikir fisika dan semiotika atas keteinderaan obyek-obyek visual, mengusung tema: Melongok ke dalam seni, maka temukanlah keindahan yang alami E. JUDUL PAMERAN Melalui Melongok ke dalam seni, maka temukanlah keindahan yang alami maka terpautlah suatu jalinan antarteks atas keindahan sebagai metafora dengan penginderaan memaknai lukisan agar makna yang ada pada lukisan itu menjadi terkuak. Melalui intertekstualitas Melongok ke dalam seni, maka temukanlah keindahan yang alami sebagai pembahasaan atas pentingnya sebuah lukisan yang dibuat maka pameran ini diberi judul: Hello, My special art Untuk menggenapi keterwakilan karya-karya terpilih melalui judul pameran ini, disertai pula anak judul: The art will make you know the point of nature estetic . Secara utuh, pameran ini berjudul: Hello, My special art!: The art will make you know the point of nature estetic Sebuah Pameran terorganisir dari siswa-siswa SMAMDA Dari penggunaan judul ini, maka yang dimaksud dengan The art will make you know the point of nature estetic dalam pameran ini adalah lukisan-lukisan / karya seni itu dapat membuat anda mengerti tentang keindahan yang alami. F. PEMILAHAN KARYA Dalam pameran ini, Kami memiliki otonomi yang luas dalam memuati pameran dengan materi-materi seni rupa yang hendak dipamerkan berdasarkan tema pameran ini. Karya-karya yang dihadirkan dipilih berdasarkan perkembangan karya seni lukis baik dalam negeri maupun luar negeri yang menonjolkan kesan keindahan sebagai metafora yang secara umum diwakili oleh judul pameran. Langkah-langkah kuratorial dijalankan melalui pengamatan atas berbagai aktivitas berkesenian pekarya oleh kurator yang diperoleh dari pesan-pesan yang termaktub dalam karya-karya yang dipilih oleh pakarya. Dalam pameran ini, kuratorial berarti, identifikasi obyek-obyek seni rupa oleh pihak di luar pekarya melalui keindahan sebagai metafora dalam bentuk penafsiran semiotis. G. WAKTU PELAKSANAAN Pameran ini akan dilaksanakan pada: Hari : Minggu (Pembukaan Pameran) Tanggal : 25 s.d. 31 Juni 2009 Tempat : Lapangan Parkir SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

H. AGENDA PAMERAN 1. 2. 3. Pembukaan Sindhunata Penutupan Suwarno Wisetrotomo (kritikus seni) Lelang Karya

I. SASARAN PAMERAN 1. Seniman 2. Pengamat / Kritikus Seni 3. Kolektor Karya 4. Galleriawan / Pengusaha Galleri Seni 5. Pelajar / siswa SMA 6. Budayawan 7. Umum J. ANGGARAN PEMBIAYAAN Berdasarkan rekapitulasi pembiayaan (rincian terlampir), pameran ini membutuhkan biaya sebesar, Rp 150.000.000,1. Ketersediaan Dana: Rp. 25. 000.000,2. Kekurangan Dana: Rp. 125. 000.000,3. Target Fundraising Rp. 125.000.000,K. PUBLIKASI 1. Media Publikasi 2. Peliputan 3. Kritik Seni (Bekerja sama dengan media masa cetak tertentu untuk memuat suatu analisis seni atas pameran secara keseluruhan oleh kritikus yang memahami karya seni sebagai pesan semiotika) L. KEPANITIAAN Sebagai sebuah peristiwa kesenian, penyelanggaraan pameran ini diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dengan susunan kepanitian tertera dalam lampiran.

M. PENUTUP Demikian proposal ini dibuat untuk dapat dipelajari oleh pihak-pihak yang tertarik untuk mewujudkan pameran ini. Lampiran 1 Anggaran 1. Kesekretariatan

(telp, computer, surat menyurat, proposal) Rp. 2.000.000,2. Dokumentasi Rp. 5.000.000,3. Publikasi Rp. 3.000.000,4. Penerbitan buku/katalog a. Biaya produksi Rp. 70.000.000,b. Fee Penulis @ Rp. 2.500.000,- x 2 orang Rp. 5.000.000,c. Translater (English) Rp. 2.000.000,d. Editor Rp. 3.000.000,5. Produksi Karya Rp. 60.000.000,6. Acara pembukaan Rp. 4.000,000,7. Konsumsi (panitia, pembukaan, diskusi) Rp. 3.000.000,8. Perlengkapan dan Display Rp. 6.000.000,9. Akomodasi panitia Rp. 3.000.000,10. Transportasi Rp. 2.000.000,Jumlah Rp. 150.000.000,-

Lampiran 2 BENTUK PARTISIPASI PENAWARAN PARTISIPASI DAN SPONSOR Untuk mensukseskan kegiatan Pameran lukisan siswa SMAMDA maka panitia menawarkan kepada berbagai pihak/Perusahaan/Pribadi untuk berpartisipasi dalam bentuk sponsor, yang terdiri dari : I. SPONSOR CROWN dengan nilai sponsorship Rp. 100.000.000,II. SPONSOR DIAMOND dengan nilai sponsorship Rp. 40.000.000,III. SPONSOR PLATINUM dengan nilai sponsorship Rp. 25.000.000,IV. SPONSOR GOLD dengan nilai sponsorship Rp. 15.000.000,V. SPONSOR SILVER dengan nilai sponsorship Rp. 7.500.000,VI. SPONSOR COOPER dengan nilai sponsorship Rp. 5.000.000,VII. SPONSOR BRASS dengan nilai sponsorship Rp. 3.500.000,VIII. SPONSOR FERRUM dengan nilai sponsorship Rp. 1.750.000,IX. DONATUR tidak mengikat Adapun kompensasi / imbalan yang akan diperoleh masing-masing sponsor dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada tabel berikut (tentang keterangan kompensasi/imbalan yang akan diperoleh sponsor).

KOMPENSASI / IMBALAN YANG AKAN DIPEROLEH SPONSOR


A. Media Cetak Sponsor No Imbalan JML Keterangan I 1 2 3 Katalog Undangan Pameran Undangan Pembukaan Pameran 1000 500 250 II III IV 1 1 1 V VI 1 1 1 1 VII 1 1 VIII 1 1 IX 1 1

1 1 1 1 1 1

4 5 6

Tanda Panitia Poster Pameran Kaos Panitia Jumlah Jenis kompensasi

200 500 100

1 1 1 1 1 6 5

1 1

B. Media Promosi Outdoor Sponsor No Imbalan JML Keterangan I II 1 2 3 Spanduk Umbul-umbul Baligo Jumlah Jenis kompensasi 10 10 3 1 3 1 1 III 1 1 IV V VI VII VIII IX

C. MEDIA ELEKTRONIK DISEBUTKAN OLEH SENIMAN SEBAGAI PERUSAHAAN PENDUKUNG KEGIATAN PADA SAAT WAWANCARA DENGAN TVRI UNTUK ACARA DUNIA DALAM BERITA. D. MEDIA PROMOSI INDOOR No Jenis Memasang spanduk ukuran 300 x 90 cm tanggal 25 31 Mei 2009 Memasang spanduk ukuran 300 x 90 cm tanggal 25 31 Mei 2009 Nilai Sponsorship Keterangan per satuan (Rp) perusahaan Ballroom 500.000/ Spanduk

di

Max. 8 Spanduk

di

perusahaan Public Area 500.000/Spanduk

E. PENJUALAN STAND Nilai Sponsorship Keterangan per satuan (Rp)

No

Jenis

Area parkir halaman tempat tanggal 25 31 Mei 2009

depan kegiatan 20.000.000

Terbagi menjadi 5 kavling

Ruang ukuran 2 x tanggal 25 31 Mei 2009

tunggu m 5.000.000

Dapat menjual produk/jasa

Coridor belakang ukuran 1,5 x tanggal 25 31 Mei 2009

Ballroom 2 m 1.000.000

Tersedia 8 kavling

Lampiran 3

ORGANISASI KEPANITIAAN
Pelindung : Menteri Seni dan Budaya Win Hendarso (bupati Sidoarjo) Penasehat : 1. Drs. Hidayatullah

Penanggung Jawab : Rif Rinda Koordinator umum: Drs. Haryanta Drs. Drs. Ainur Rofiq Ketua Umum : Sekretaris Umum : Bendahara Umum : Kurniansyah Rizki Chintia L Dessy Eka Nurul Huda

SEKSI-SEKSI : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sie Acara : Titis Catur Nuzulul Qoyimah Sie Humas & Publikasi : Ardi Prakoso Ammar S Sie Perlengkapan & Penataan Ruang : Berlian Fatikh Priza Anugrah Dzaki U.A Arditya K Alifia T Aditia Wicaksono Ahsan Sahida Sie Dokumentasi & Transportasi : Antoni Fitrah Sie Konsumsi : Bayu Setia N Sie Perencanaan & Desain Grafis : Latif Dwi Riza Eka Rendra Prayogi

Lampiran 4 AGENDA PAMERAN Persiapan penerimaan tamu undangan. 19.00 19.30 (diiringi oleh musik) 19.30 - 19.40 Pengklasifikasian undangan. Undangan diterima panitia. Tamu mengisi buku tamu ditempat yang disediakan. Pembagian Katalog Semua peserta/undangan siap. MC, menyambut kedatangan Menteri Seni dan Budaya. Upacara siap dimulai. Pembacaan Susunan Acara (MC). Sambutan Drs. Hidayatullah Orasi Budaya oleh Yoelianto Yoedi Sambutan dari Menteri Seni dan Budaya dilanjutkan peresmian. Melihat Lukisan Ramah tamah / bebas.

19.40 - 20.00 20.00 - 20.10 20.15 20.20 20.20 20.25 20.25 20.30 20.30 22.00 22.00 - ..

1. 2. 3. 4.

Lampiran 5 KONDISI PAMERAN Lokasi Pameran Skema Display Bagan Ruang Pamer Materi-materi Pameran (Karya, peralatan tata cahaya dan pendukung, dll.)

Lampiran 6 Event Organizier Nama Penyelenggara budaya Berdiri Alamat : 20 mei 2000 : Jl. Buntu No.13 RT.1 RW.3 Sidolunga-Sidoarjo : Org. Mendem Teler Organisasi kepemudaan yang bergerak dalam bidang sosial

Riwayat : Th. 2000 Berdiri dengan 9 anggota Th. 2001 Anggota bertambah menjadi 587 orang Th. 2002 Mempunyai cabang di 78 kabupaten Th. 2003 Memasuki kawasan Asia-Tenggara Th. 2004 Mempunyai cabang di 5 Negara Th. 2006 Memasuki kawasan Afrika Th. 2008 Mempunyai cabang di 19 negara Prestasi : Th. 2001 Sukses menyelenggarakan lomba KIR tangkat provinsi Th. 2001 - Mendapat penghargaan dari menteri pendidikan Th. 2003 Berhasil menyelenggarakan konfrensi budaya di Asia Th. 2004 Berhasil menyelenggarakan pagelaran seni di Afrika Th. 2006 Mendapat penghargaan dari presiden RI Th. 2007 Sukses mendirikan sekolah seni di kawasan Asia Th. 2008 Mendapatkan penghargaan dari UNESCO

Lampiran 7 Keamanan Dalam penyelenggaraan di acara ini, kami selaku panitia telah bekerja sama dengan pihak keamanan antara lain : 1. Kepolisian RI 2. Polda Jatim 3. Resort Sidoarjo 4. Sektor Candi 5. Hansip di daerah setempat

You might also like