Professional Documents
Culture Documents
Deni Hamdani
Dian Rachmawati
Diana Vici Pandjaitan Abdul Rosad
Kelompok 7
A. 1.
Tuhan dan sifatnya Kelompok mutazilah berpendapat bahwa sifat-sifat Allah tidak lain adalah esensiesensinya Al-asyary yang berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat itu, seperti mempunyai tangan dan kaki dan ini tidak boleh diartikan secara hartiah, sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifatsifat manusia yang tampaknya mirip. Kebebasan dalam berkehendak (free will) Dari dua pendapat yang ekstrim, yakni jabariah dan fatalistic dan penganut faham pradterminisme semata-mata dan mutazilah yang menganut faham kebebasan mutlak dan berpendapat bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri. Alasyari membedakan antara khaliq dan kasb. Menurutnya, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib), hanya Allah lah yang mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia). Akal dan wahyu kriteria baik dan buruk Walaupun Al-asyari dan orang-orang mutazilah mengakui pentingnya akan dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-asyari mengutamakan wahyu, sementara Mutazilah mengutamakan akal.
Qadimnya Al-Quran Mutazilah mengatakan bahwa Al-Qur'an diciptakan (makhluk) sehingga tak qadim serta pandangan mazhab Hambali dan Zahiriah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah (yang qadim dan tidak diciptakan). Zahiriah bahkan berpendapat bahwa semua huruf, kata dan bunyi Al-Qur'an adalah qadim. Dalam rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu Al-asyari mengatakan bahwa walaupun Al-Qur'an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim. Melihat Allah Al-asyari tidak sependapat dengan kelompok ortodoks ekstrim, terutama zahiriyah yang menyatakan bahwa Allah dapat dilihat di akherat dan mempercayai bahwa Allah bersemayam di Arsy. Selain itu ia tidak sependapat dengan mutazilah yang mengingkari ruyatullah (melihat Allah) di akherat. Al-asyari yakin bahwa Allah dapat dilihat atau bilamana ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihatnya. Keadilan Pada dasarnya Al-asyari dan mutazilah setuju bahwa Allah itu adil. Al-asyari tidak sependapat dengan mutazilah yang mengharuskan Allah berbuat adil sehingga ia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik. Menurutnya, Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah penguasa mutlaq. Kedudukan orang berdosa menurut Al-Asyari mukminin yang berdosa besar adalah mukminin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.
DOKTRIN-DOKTRIN TEOLOGI
AL-ASYARI
AL-MATURIDI
Latar belakang kemunculan Al-Maturidi Abu Manshur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud AlMaturidi. Ia dilahirkan di sebuah kota kecil di daerah Samarkan yang bernama Maturid, di wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 hijriyah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M. gurunya dalam bidang fiqih dan teologi yang bernama Nasyr bin Yahya AlBalakhi, ia wafat pada tahun 268 H. al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutwakil yang memerintah pada tahun 232-274 H/847-861 M. Karir pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih. Pemikiranpemikirannya banyak dituangkan dalam bentuk karya tulis, diantaranya adalah kitab Tauhid, Tawil Al-Qur'an Makhas AsySyaraI, Al-jald, dll. Selain itu ada pula karangan-karangan yang diduga ditulis oleh Al-Maturidi, yaitu Risalah fi Al-aqaid dan syarh Fiqh Al-Akbar.
Perbuatan Manusia Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya. Dalam hal ini, Al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan quadrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia.
Menurut Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah di tetapkannya sendiri.
Sifat Tuhan Dalam hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah. Perbedaan keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.
MelihatTuhan Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitahukan oleh AlQur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 22dan 23. namun melihat Tuhan, kelak di akherat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di akherat tidak sama dengan keadaan di dunia.
Kalam Tuhan Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist). Perbuatan Manusia Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan kecuali karena ada hikmah dan keadilanyang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri.
DOKTRIN-DOKTRIN ALMATURIDI
Pengutusan Rasul Pandangan Al-Maturidi tidak jauh beda dengan pandangan mutazilah yang berpendapat bahwa pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya. Pelaku dosa besar Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.
KESIMPULAN
Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir setelah abad ke-3 H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf. Awal mula timbulnya istilah ahlus sunah wal jamaah tidak diketahui secara pastikapan dan dimana munculnya karena sesungguhnya istilah ahlus sunnah wal jamaah mulai dipopulerkan oleh para ulama salaf ketika semakin mewabahnya berbagai bidah di kalangan ummat Islam. Nama lengkap Al-Asyari adalah Abu Al-Hasan Ali bin Ismail bin Ishaqi bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bi Abi Musa Al-Asyari, beliau ditinggalkan oleh ayahnya ketika masih kecil. Ayah beliau yaitu seorang yang berfaham ahlusunnah dan ahli hadits. Sebelum ayah beliau wafat, ayak beliau berwasiat kepada Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-Asyari. Berkat didikannya, Al-Asyari kemudian menjadi tokoh Mutazilah, tapi kemudian ia keluar dari Mutazilah dan berfaham ahlussunah. Pemikiran-pemikiran Al-Asyari diantaranya Tuhan dan sifat-sifatnya, kebebasan dalam berkehendak, akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk, qodimnya Al-Quran melihat Allah, keadilan dan kedudukan orang berdosa. Al-Maturidi dilahirkan disebuah kota kecil di daerah Samarkan yang bernama Maturid. AlMaturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutawakil yang memerintah pada tahun 232-274 H/847-861 M. kariri pendidikan beliau lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih. Doktrin-doktrin teologi al-Maturidi diantaranya akal dan wahyu, perbuatan manusia, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, sifat Tuhan, melihat Tuhan, kalam Tuhan, perbuatan manusia, pengutusan Rasul dan dosa besar.