You are on page 1of 147

i i

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK


PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH
INDRAMAYU, JAWA BARAT





SKRIPSI






RINA KUSRINA
H34062604
























DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
i i

RINGKASAN
RINA KUSRINA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (di bawah bimbingan RATNA WINANDI).
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat melimpah. Peranan
sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menyediakan
bahan pangan hewani, menyediakan bahan baku untuk mendorong agroindustri,
meningkatkan devisa melalui penyediaan ekspor perikanan, menyediakan
kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan
dan lingkungan hidup (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009). Jawa Barat
memiliki potensi sektor perikanan yang sangat besar, baik perikanan darat
maupun perikanan lepas pantai yang tidak hanya mencukupi untuk kebutuhan
lokal, namun juga diekspor ke luar negeri. Salah satu daerah potensial di Provinsi
Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Produksi perikanan Indramayu yang
menyumbang 32,87 persen dari produksi perikanan Jawa Barat yaitu sebesar 94,6
ribu ton pada tahun 2007. Pengembangan Industri hasil perikanan merupakan
salah satu prioritas dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri
pengolahan ikan di Indramayu yang potensial adalah industri pengolahan kerupuk
ikan/udang yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah unit usaha dalam
setiap tahunnya. Di kabupaten Indramayu, industri pengolahan ikan yang
memiliki produksi paling tinggi adalah produksi pengolahan kerupuk ikan yaitu
sebesar 3,5 ribu ton atau sebesar 45,20 persen dari seluruh total produksi olahan
hasil perikanan. Salah salah satu desa yang merupakan sentra industri pengolahan
kerupuk ikan/udang adalah Desa Kenanga Kecamatan Sindang. Salah satu
perusahaan yang memproduksi kerupuk ikan/udang di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang adalah Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Perusahaan ini merupakan
perusahaan yang mengolah kerupuk ikan/udang dengan jumlah produksi terbesar
di Indramayu (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, 2010). Pada tahun
2009 perusahaan ini melakukan penambahan teknologi mesin terutama pada
bidang produksi untuk meningkatkan produksinya agar dapat memenuhi
permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk
melihat sejauh mana manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dengan adanya
penambahan teknologi tersebut.
Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Desa
Kenanga Kecamatan Sindang. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli
hingga Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi
baik finansial ataupun non-finansial.
Analisis aspek non finansial meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan.
Dari hasil analisis dari aspek non finansial, usaha pengolahan kerupuk ikan/udang
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dikatakan layak, kecuali pada aspek
lingkungan. Analisis aspek lingkungan dikatakan tidak layak karena usaha
tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan. Perusahaan perlu melakukan
perbaikan dalam aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan
masyarakat. Hasil analisis pada aspek finansial usaha pengolahan kerupuk
i i i

ikan/udang dengan adanya penambahan teknologi ini layak untuk dijalankan.
Dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp2,74 milyar, IRR sebesar 26 persen, Net
B/C sebesar 2,37 dan PP selama enam tahun, dua bulan, 22 hari. Analisis
sensitivitas dilakukan jika terjadi kenaikan harga ikan sebesar 17 persen dan
tepung tapioka sebesar 25 persen. Pemilihan persentase kenaikan harga tersebut
merupakan kenaikan harga yang pernah dialami oleh perusahaan. Hasil analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa bahwa usaha pengolahan kerupuk Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah tidak sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku
ikan/udang sebesar 17 persen dan tepung tapioka sebesar 25 persen, sehingga
perusahaan masih layak menjalankan usahanya. Hal ini, dapat dilihat dari nilai
kriteria investasinya yaitu, jika terjadi kenaikan harga ikan/udang sebesar 17
persen akan mengakibatkan nilai NPV sebesar Rp37 juta, IRR sebesar 12,2
persen, dan Net B/C sebesar 1,01 yang berarti bahwa ketika harga ikan naik
sebesar 17 persen perusahaan masih layak menjalankan usahanya, namun jika
harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya menjadi tidak layak. Jika terjadi
kenaikan harga tepung tapioka sebesar 25 persen akan mengakibatkan nilai NPV
sebesar Rp352 juta, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,17 yang berarti
bahwa ketika harga tepung tapioka naik sebesar 25 persen perusahaan masih layak
menjalankan usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya
menjadi tidak layak. Nilai analisis sensitivitas tersebut juga menunjukkan bahwa
kenaikan harga bahan baku ikan lebih sensitif daripada kenaikan harga bahan
baku tepung tapioka.
Dari hasil analisis finansial dan non finansial, usaha pengolahan
kerupuk Perusahan kerupuk Cap Dua Gajah dikatakan layak. Namun demikian,
perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap pengelolaan aspek
lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat yaitu
dengan membuat tempat untuk pengolahan limbah pabrik beserta salurannya agar
tidak mencemari sungai yang digunakan warga sekitar.


i v

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK
PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH
INDRAMAYU, JAWA BARAT










Rina Kusrina
H34062604











Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis










DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
v

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat
Nama : Rina Kusrina
NIM : H34062604





Disetujui,
Pembimbing



Dr. Ratna Winandi, M.S
NIP. 19530718 197803 2 001




Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor






Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1002




Tanggal Lulus:

vi

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
Indramayu, Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir.


Bogor, April 2011



Rina Kusrina
H34062604

vi i

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 19 Februari 1989 sebagai
anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Nata dan Ibu Dayem.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Juntinyuat IV pada tahun
2000 dan pendidikan menengah di SLTP N 1 Juntinyuat-Indramayu pada tahun
2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 1 Sindang-Indramayu diselesaikan
pada tahun 2006. Penulis juga menempuh pendidikan informal pendidikan Bahasa
Inggris (English Course) di GET- House Indramayu pada tahun 2003
Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajamen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB) pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai Koordinator Danus Deputi
BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) IPB tahun 2007/2008 dan tahun
2008/2009, Sekretaris Divisi Eksternal SES-C (Shariah Economics Student Club)
tahun 2007/2008, Bendahara IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma
Ayu) tahun 2007/2008, Divisi Koperasi IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa
Darma Ayu) tahun 2008/2009, Koordinator Event Organizer Deputi BKIM
(Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) IPB tahun 2009/2010, Ketua Umum
IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma Ayu) tahun 2009/2010,
Sekretaris AMIN (Aliansi Mahasiswa Indramayu se-Nusantara) tahun 2010, dan
BPO (Badan Pengawas Organisasi) IKADA tahun 2010/2011 serta berbagai
kepanitiaan dalam berbagai acara skala lokal daerah, kampus maupun nasional.
Selain itu, penulis juga tercatat sebagai Asisten Dosen MK Sosiologi Umum
Periode 2008/2009 dan 2009/2010, Penerima Beasiswa PPA (Peningkatan
Prestasi Akademik) tahun 2006-2010, dan Penerima Beasiswa Bank Ekspor
Indonesia tahun 2008.
vi ii

KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala berkah dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu,
Jawa Barat. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Kerupuk ikan/udang merupakan produk unggulan Kabupaten Indramayu.
Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang merupakan usaha yang potensial untuk
dikembangkan. Hal ini dikarenakan potensi perikanan Indramayu yang dapat
menyediakan bahan baku bagi usaha pengolahan tersebut. Usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang dapat dikembangkan dengan penggunaan teknologi baru.
Penggunaan teknologi baru membuat perusahaan menambah investasinya
sehingga akan berpengaruh pada aspek kelayakan usaha pengolahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang baik dari segi finansial maupun non finansial serta menganalisis
sensitivitas usaha tersebut akibat adanya perubahan baik input maupun output.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah baik secara finansial maupun non finansial
layak untuk dijalankan, namun perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan
terhadap pengelolaan aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi
masyarakat setempat.



Bogor, April 2011

Rina Kusrina
i x

UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih
dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ratna Winandi, M.S selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Tintin Sarianti, S.P, M.M selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Eva Yolynda, S.P, M.M selaku dosen penguji komdik yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak H.Saein dan seluruh keluarga besar Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah atas semua bantuan yang diberikan selama penelitian.
5. Pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu, Kecamatan Sindang dan Desa
Kenanga atas bantuan, izin, waktu, dan kesempatan yang diberikan.
6. Dr. Dra. Waysima, M.M yang telah menjadi konselor penulis selama kuliah
di IPB.
7. Ir. Lusi Fausia, M.Ec yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh
dosen dan staf Departemen Agribisnis.
8. Orang tua dan kakak-kakak tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang
telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.
9. Teman-teman Agribisnis seperjuangan angkatan 43 atas semangat dan
kenangan selama perkuliahan dan penelitian.
10. Dan untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.

Bogor, April 2011
Rina Kusrina






x

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan ..................................................................................... 9
1.4 Manfaat ................................................................................... 9
1.4 Ruang Lingkup ....................................................................... 10
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 11
2.1 Gambaran Umum Kerupuk ...................................................... 11
2.2 Definisi agribisnis dan Agroindustri 15
2.3 Pengertian Industri .. 15
2.4 Usaha Kecil dan Menengah . 16
2.5 Perusahaan Perseorangan 18
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................... 19
III KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 21
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 21
3.1.1 Analisis Kelayakan Bisnis ............................................. 21
3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Bisnis ....................... 22
3.1.2.1 Aspek Pasar................................................................. 23
3.1.2.2 Aspek Teknis .................................................. 24
3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum .............. 27
3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ......................... 27
3.1.2.5 Aspek Lingkungan ..................................................... 28
3.1.3 Aspek Finansial ............................................................ 28
3.1.3.1 Biaya dan Manfaat ............................................. 29
3.1.3.2 Kriteria Kelayakan Investasi .................................... 31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 31
IV METODE PENELITIAN .......................................................... 35
4.1 Lokasi dan Waktu ................................................................... 35
4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................... 35
4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................... 36
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 36
4.4.1 Analisis Kelayakan Non Finansial ................................ 37
4.4.2 Aspek Kelayakan Finansial ................................... 39
4.5 Definisi Operasional 42
4.6 Asumsi Dasar ... 43
V GAMBARAN UMUM USAHA .......................................... ... 45
5.1 Lokasi Perusahaan ...................................... 45
5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .................................. 45
5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 47
xi

5.4 Proses Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang . .............. 50

VI HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 53
6.1 Analisis Aspek Non Finansial ................................................ 53
6.1.1 Aspek Pasar ................................................... 53
6.1.2 Aspek Teknis.............................................................. 62
6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ............. 72
6.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 76
6.1.5 Aspek Lingkungan 78
6.2 Analisis Kelayakan Finansial .. ........................................... 80
6.2.1 Proyeksi Arus Kas (Casflow) ......................................... 80
6.2.2 Analisis Laba Rugi ............. 92
6.2.3 Analisis Kelayakan Investasi.. 93
6.2.4 Analisis Sensitivitas ... 96
VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 100
7.1 Kesimpulan ............................................................................. 100
7.2 Saran ....................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 102
LAMPIRAN........................................................................................... 105




xi i

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Volume Pengolahan Ikan Produk Produk Hasil Olahan
Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2009 .............. ....... 3
2. Perusahaan Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten
Indramayu Tahun 2009 ................................................................. 5
3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual
rata-rata dan Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah ............................................................................... 6
4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan ...................................................... 12
5. Data Permintaan dan Penawaran Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah Tahun 2010.............................................. 54
6. Daftar Harga Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah Periode Agustus Tahun 2010................................................ 58
7. Rincian Pekerjaan Karyawan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah 75
8. Rekapitulasi Total Produksi dan Nilai Penjualan Kerupuk ..... 83
9. Investasi pada Awal Tahun Selain Mesin dan Peralatan . 85
10. Re-investasi Selama Umur usaha .... 85
11. Nilai Investasi Peralatan dengan Umur Ekonomis Lima Tahun . 86
12. Nilai Investasi Tambahan pada Tahun Keenam ...... 86
13. Nilai Sisa pada Akhir Periode Umur Usaha 87
14. Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah).................................. 89
15. Rekapitulasi Proyeksi Laba/Rugi................................. 92
16. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kriteria Investasi .. 93



xi ii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional............................................ 34
2. Bangunan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ... 45
3. Struktur Organisasi Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. 48
4. Diagram Alir Proses Pengolahan Kerupuk Udang/ikan 52
5. Kerupuk Ikan/Udang ..... 56
6. Saluran Pemasaran Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah . 59

xi v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Perbedaan, Persaamaan Penelitian yang dilakukan dengan
Penelitian Sebelumnya ............. 105
2. Kuisioner Penelitian .............................. 107
3. Layout Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ................................ 114
4. Layout Fasilitas Bangunan Pabrik.. 115
5. Proyeksi Penerimaan dan Nilai Penjualan ................................ 116
6. Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai
Penyusutan ..................................................................................... 117
7. Biaya Tetap Selain Biaya untuk karyawan..................................... 120
8. Biaya Variabel ............................................................................ 121
9. Proyeksi Laba Rugi ................................ 122
10. Cashflow 125
11. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas.. 130
12. Dokumentasi Kegiatan .. 131
1

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi perikanan
sangat melimpah karena sebagian besar wilayahnya adalah lautan atau perairan.
Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan Indonesia pada
tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton dan pada tahun 2011 ditargetkan mencapai
12,26 juta ton
1
. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional
terutama adalah menyediakan bahan pangan hewani, menyediakan bahan baku
untuk mendorong agroindustri, meningkatkan devisa melalui penyediaan ekspor
perikanan, menyediakan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan
kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Kementrian Kelautan
dan Perikanan, 2009).
Dilihat dari pasar luar negeri yang sangat menyenangi produk perikanan
yang berasal dari Indonesia karena ikan Indonesia tumbuh di daerah yang beriklim
tropis sehingga kandungan kolesterolnya yang sangat rendah membuat kualitas
ikan Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar internasional. Sehingga sumber
daya ikan yang unggul itu menjadi peluang yang sangat menjanjikan untuk
mencapai agribisnis perikanan yang unggul.
Jawa Barat memiliki potensi sektor perikanan yang sangat besar, baik
perikanan darat maupun perikanan lepas pantai yang tidak hanya mencukupi
untuk kebutuhan lokal, namun juga diekspor ke luar negeri. Saat ini tingkat
konsumsi hasil perikanan di Jawa Barat baru mencapai 25,7 kg per kapita per
tahun yaitu sekitar 85 persen dari konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang
mencapai 30,17 kg per kapita dan masih dibawah anjuran Pola Pangan Harapan
sebesar 31,40 kg per kapita. Sedangkan jumlah produksi perikanan Provinsi Jawa
Barat ini terus meningkat dalam setiap tahunnya. Sebagai contoh Tahun 2007
produksi perikanan Jawa Barat 500.000 ton, dan pada 2008 meningkat hingga
mencapai 600.000 ton atau mengalami peningkatan sebesar 20 persen (Dinas
Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2009).


1
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Potensi Perikanan Indonesia 2010.
http://www.kkp.go.id. [02 Maret 2010]
2

Peningkatan jumlah produksi perikanan Jawa Barat yang terus meningkat
ini merupakan suatu keunggulan tersendiri bagi Provinsi Jawa Barat yang
berkontribusi bagi produksi nasional sehingga sejalan dengan Visi Kementrian
Kelautan dan Perikanan yaitu Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan
Perikanan Terbesar Tahun 2015.
Salah satu daerah potensial di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten
Indramayu. Indramayu sebagai daerah pantai utara dengan panjang pantai 114
kilometer memiliki potensi yang besar di bidang perikanan, baik itu perikanan
budidaya ataupun perikanan tangkap yang didapatkan dari sumber daya lautnya
(Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2009). Produksi perikanan
Indramayu yang menyumbang 32,87 persen dari produksi perikanan Jawa Barat
yaitu sebesar 94.614,72 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi
perikanan Indramayu terhadap Jawa Barat meningkat menjadi 147.415,78 ton
yaitu sebesar 32,92 persen dari total produksi perikanan provinsi Jawa Barat
(Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2009). Kontribusi produksi perikanan
Indramayu merupakan produksi tertinggi dari 25 kabupaten/kota lainnya di
Provinsi Jawa Barat. Produksi ikan laut Provinsi Jawa Barat sepertiganya berasal
dari Kabupaten Indramayu yaitu mencapai 37,2 persen (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2009).
Pengembangan Industri hasil perikanan merupakan salah satu prioritas
dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan hasil
perikanan merupakan salah satu bagian dari agroindustri yang sangat berpeluang
memilki daya saing kuat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Agroindustri hasil perikanan yang sudah berkembang baik dalam skala
besar/menengah maupun skala kecil adalah industri pengolahan ikan, pembekuan
ikan, pengolahan tepung ikan, penggaraman ikan, pengasapan ikan, pengolahan
kerupuk ikan, serta pengolahan dan pengawetan ikan lainnya.
Pengolahan pada hakikatnya mempunyai fungsi untuk memaksimumkan
manfaat hasil tangkapan, meningkatkan nilai tambah ekonomi dan
memperpanjang daya tahan simpanan, serta mendiversifikasikan kegiatan dan
komoditas yang dihasilkan sehingga sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial
ekonomi nelayan. Dalam posisinya pada sembilan bahan pokok, olahan ikan juga
3

berperan sangat besar dalam masalah gizi dan kesehatan masyarakat, disamping
sumbangannya bagi pendapatan devisa negara (Ilyas, 1979). Industri pengolahan
ikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah ikan dan
termasuk kedalam sub sektor agribisnis hilir karena mengolah ikan segar dari
nelayan menjadi produk hasil olahan yang lebih tahan lama dan terdiversifikasi.
Salah satu olahan ikan adalah kerupuk ikan. Kerupuk ikan digunakan
sebagai salah satu penunjang makanan, yang dikonsumsi sehari-hari karena
mengandung nilai gizi yang tinggi sehingga banyak dikonsumsi oleh seluruh
kalangan masyarakat. Nilai gizi yang tertinggi terdapat pada karbohidrat yaitu
sebesar 65,6 persen dan nilai gizi yang terendah terdapat pada zat besi yaitu
sebesar 0,1 mg/100g (Saraswati, 1986). Tabel 1 menunjukkan volume pengolahan
ikan produk olahan hasil perikanan Kabupaten Indramayu pada tahun 2009.
Tabel 1. Volume Pengolahan Ikan Produk Olahan Hasil Perikanan Kabupaten
Indramayu Tahun 2009
No Jenis Olahan Jumlah (Ton) Persentase (%)
1 Produk segar/ bandeng 96 1,24
2 Pengalengan 60 0,77
3 Pembekuan 85
1,10
4 Penggaraman/pengeringan 2360
30,48
5 Pemindangan 500
6,46
6 Pengasapan 50
0,65
7 Fermentasi 350
4,52
8 Pereduksian -
0,00
9 Surimi -
0,00
10 Kerupuk Ikan/udang 3500
45,20
11 Sirip Hiu 120
1,55
12 Hypio 60
0,77
13 Fillet Kuniran 12
0,15
14 Perebusan 240
3,10
15 Baso Ikan 10
0,13
16 Jenis Masakan Ikan 300
3,87
Total 7743 100
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2010 (data diolah)
Tabel 1 diatas menginformasikan tentang produk hasil olahan perikanan
guna meningkatkan nilai tambah produk agribisnis perikanan di Indramayu. Dari
tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jenis olahan yang memiliki produksi paling
4

tinggi adalah produksi pengolahan kerupuk ikan yaitu sebesar 3500 ton atau
sebesar 45,20 persen dari seluruh total produksi olahan hasil perikanan. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk ikan/udang merupakan usaha
agribisnis perikanan yang potensial pada sub sektor pengolahan hasil perikanan.
Kerupuk ikan dan udang merupakan produk agribisnis yang dijadikan
sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Indramayu dan sampai saat ini
masih terus berkembang. Hal ini dapat terlihat dari jumlah unit usaha pengolahan
kerupuk ikan atau udang yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 jumlah
perusahaan yang tercatat memiliki izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
yaitu sebanyak 45 unit usaha, kemudian pada tahun 2004 jumlah perusahaan
tersebut bertambah menjadi sebanyak 53 unit usaha, dan pada tahun 2009 jumlah
perusahaan kerupuk ikan/udang menjadi sebanyak 62 unit usaha (Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010). Perusahaan
Kerupuk yang ada di Indramayu tidak hanya memproduksi kerupuk ikan/udang,
tetapi juga memproduksi kerupuk lainnya seperti kerupuk aci dan kerupuk kulit
ikan.
Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Indramayu termasuk kedalam
Industri Kecil Menengah (IKM). Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki,
dari total sebanyak 62 unit usaha pengolahan kerupuk, 49 unit usaha diantaranya
merupakan perusahaan yang tergolong dalam perusahaan skala kecil. Dengan
demikian, dalam industri pengolahan kerupuk ikan/udang yang ada di Indramayu
ini perusahaan yang termasuk dalam perusahaan skala menengah berdasarkan
tenaga kerjanya yaitu dengan tenaga kerja lebih dari sama dengan 20 orang
berjumlah sebanyak 13 unit usaha. Peningkatan jumlah unit usaha dalam setiap
tahun pada industri pengolahan kerupuk ikan/udang ini menunjukkan bahwa
industri pengolahan kerupuk ikan/udang tersebut merupakan industri dalam
bidang pengolahan hasil perikanan yang potensial. Hal ini sejalan dengan potensi
perikanan Kabupaten Indramayu yang memiliki kontribusi terbesar untuk
produksi perikanan Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 menginformasikan perusahaan
kerupuk ikan/udang skala menengah di Indramayu.


5

Tabel 2. Perusahaan Pengolah Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten Indramayu
Tahun 2009
No Nama Perusahaan Jumlah Produksi/tahun (ton)
1 Candramawa 300
2 Gajah Tunggal 150
3 Bunga Matahari 240
4 Dua Mawar 324
5 Sri Tanjung 480
6 Perahu Kencana 300
7 Dua Naga 100
8 Kereta Kencana 100
9 Ganesha Utama Group 480
10 Dua Jempol 250
11 Kelapa Gading 450
12 Dua Gajah 720
13 Indrasari 545
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010 (data
diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
merupakan perusahaan dengan skala menengah yang memilki produksi terbesar
diantara perusahaan-perusahaan kerupuk ikan/udang lainnya di Indramayu yaitu
dengan total produksi kerupuk ikan/udang sebesar 720 ton yakni menyumbang
20,57 persen dari total produksi kerupuk ikan/udang di Kabupaten Indramayu
(Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu,
2010). Selain itu, Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah juga merupakan
perusahaan pelopor yang mengolah produk hasil perikanan berupa ikan/udang
menjadi kerupuk. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah menjadi induk bagi
perusahaan kerupuk lainnya yang ada di Indramayu dan mengalami
perkembangan pesat mulai tahun 1989 sampai sekarang.
1.2 Perumusan Masalah
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan yang bergerak
dalam usaha pengolahan kerupuk ikan/udang yang ada dan berkembang di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah terus berupaya untuk meningkatkan produksinya sehingga pada tahun
2009 perusahaan tersebut melakukan penambahan teknologi. Penambahan
teknologi ini dilakukan dalam hal teknologi produksi kerupuk yaitu menambah
6

teknologi mesin dalam rangka meningkatkan efisiensi proses produksi kerupuk di
perusahaan tersebut. Adapun jumlah produksi, nilai penjualan, keuntungan, harga
jual rata-rata dan pengeluaran kebutuhan input bahan baku Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah dapat ditunjukkan oleh tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual rata-rata dan
Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah

Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Produksi
(Ton)
384 396 408 420 444
Nilai Penjualan
(Rp000)
3.340.000 4.435.200 5.181.600 5.754.000 7.326.000
Keuntungan
(Rp000)
460.000 672.200 734.400 882.000 932.400
Keuntungan (%) - 31,57 8,47 16,73 5,41
Kebutuhan Input
(Rp000)
2.880.000 3.762.000 4.447.200 4.872.000 6.393.000
Produktivitas
(Rp/kg)
7.500 9.500 10.900 11.600 14.397
Produktivitas (%) - 26,67 14,74 6,42 24,11
Harga Jual Rata-
rata (Rp/kg)
8.700 11.200 12.700 13.700 16.500
Sumber: Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah, 2010 (data diolah)
Dari Tabel 3. diatas dapat diketahui bahwa jumlah produksi (ton) untuk
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2005-2008 jumlah produksi
meningkat 12 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2009 jumlah produksi meningkat
24 ton dari tahun sebelumnya, hal ini terjadi karena perusahaan melakukan
penambahan teknologi dalam proses produksi pengolahan kerupuk ikan/udang
tersebut. Adapun nilai penjualan dan kebutuhan input bahan baku mengalami
peningkatan dalam setiap tahunnya, artinya berkorelasi positif dengan jumlah
produksi. Peningkatan jumlah produksi diikuti peningkatan nilai penjualan dan
kebutuhan input bahan baku. Pada tabel 3 juga dapat dilihat, harga jual rata-rata
hasil produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini sejalan dengan
adanya peningkatan kebutuhan input bahan baku dalam setiap tahunnya. Adapun
produktivitas perusahaan diperoleh dari ratio kebutuhan input dengan jumlah
produksi, dari tabel tersebut diperoleh nilai produktivitas yang selalu mengalami
peningkatan dalam setiap tahun. Produktivitas rata-rata meningkat sebesar 17,98
7

persen per tahun dan pada tahun 2009 produktivitas meningkat sebesar 24,11
persen, artinya dengan adanya penambahan teknologi yang dilakukan, perusahaan
dapat meningkatkan produktivitasnya sebesar 24,11 persen. Sedangkan pada data
keuntungan perusahaan, dapat dilihat terjadi peningkatan dalam setiap tahunnnya,
peningkatan keuntungan berbeda-beda tiap tahunnya, namun dapat dilihat
perubahan peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 justru mengalami
peningkatan dengan perubahan peningkatan yang lebih rendah dari tahun-tahun
sebelumnya yaitu sebesar 5,41 persen (lebih rendah dari peningkatan keuntungan
rata-rata pertahun yaitu sebesar 15,55 persen), padahal pada tahun 2009 tersebut
perusahaan mulai menambah teknologi produksinya dengan penggunaan
teknologi mesin.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan parameter tingkat
efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keuntungan
yang diperoleh perusahaan merupakan selisih total penerimaan dengan total biaya
pada perusahaan. Jumlah produksi mempengaruhi tingkat keuntungan yang
didapatkan oleh sebuah perusahaan. Produksi berpengaruh positif terhadap tingkat
keuntungan, artinya semakin tinggi jumlah produksi maka keuntungan yang
didapatkan akan semakin besar, cateris paribus. Adapun kebutuhan biaya
produksi berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan. Semakin tinggi biaya
produksi maka akan semakin rendah keuntungan yang didapatkan. Dengan
demikian, perubahan peningkatan keuntungan yang lebih rendah dari tahun
sebelumnya dapat terjadi karena perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar
terutama untuk investasi penambahan teknologi yang dilakukan. Oleh karena itu,
perlu dilihat sejauh mana pengaruh adanya penambahan teknologi dan investasi
yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat kelayakannya. Dalam hal ini,
penambahan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan menjadikan
perusahaan agar semakin efektif dan efisien, sehingga perlu diketahui seberapa
besar keuntungan yang diperoleh perusahaan di waktu yang akan datang sehingga
dibutuhkan analisis tingkat kelayakan dengan kondisi adanya penambahan
teknologi.
Adanya penambahan teknologi mesin yang dilakukan, Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah mengharapkan ada manfaat tambahan yang dapat
8

diperoleh oleh perusahaan. Sehingga perlu ditinjau tingkat kelayakan usaha
pengolahan kerupuk yang telah dilakukan oleh perusahaan baik sebelum adanya
penambahan teknologi maupun setelah adanya penambahan teknologi.
Keuntungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan
biaya produksi. Penurunan jumlah produksi dan peningkatan biaya produksi akan
membuat keuntungan yang diterima perusahaan semakin berkurang, sehingga
perusahaan harus melihat perubahan yang terjadi pada input dan output
perusahaan tersebut. Berdasarkan riwayat perusahaan, seperti terlihat pada tabel 3,
perusahaan tidak pernah mengalami penurunan produksi sehingga penurunan
jumlah produksi merupakan faktor yang kurang sensitif terjadi pada perusahaan.
Faktor biaya, terutama biaya bahan baku utama (ikan dan tepung tapioka) yang
merupakan input bagi perusahaan tentu akan mengalami perubahan seiring dengan
adanya inflasi. Umumnya, perubahan yang terjadi pada biaya input adalah
perubahan harga (kenaikan harga) sehingga jika harga input mengalami kenaikan
maka keuntungan perusahaan akan semakin berkurang karena perusahaan
mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memproduksi produknya. Oleh
karena itu, pada penelitian ini juga akan dikaji bagaimana pengaruh perubahan
harga input terhadap keuntungan perusahaan sehingga dibutuhkan analisis
sensitivitas terhadap kenaikan harga input terhadap tingkat kelayakan perusahaan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan analisis kelayakan
usaha agar dapat diketahui manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dengan
adanya penambahan teknologi. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk
mengetahui apakah usaha pengolahan kerupuk dengan teknologi mesin
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek
non finansial dan finansial. Dari aspek finansial, pengukuran kelayakan
menggunakan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Untuk mengetahui
kelayakan usaha pengolahan kerupuk ini juga dilakukan analisis dari berbagai
aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Analisis sensitivitas
juga dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kenaikan harga bahan baku
terhadap tingkat kelayakan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan pokok
9

yang akan ditinjau dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi non-finansial (aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan)?
2. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP)?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah apabila terjadi perubahan
input bahan baku?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi non-finansial (aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan)
2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP).
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah apabila terjadi perubahan
input bahan baku.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi Perusahaan kerupuk ikan/udang berguna sebagai bahan masukan
yang dapat dipertimbangkan dalam hal pengambilan keputusan dalam
terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu, berguna sebagai bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan khususnya dalam
pengembangan usaha pengolahan kerupuk di Kabupaten Indramayu.
10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten
Indramayu yaitu pada perusahaan pengolahan kerupuk ikan/udang yakni
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Pembahasan yang dititikberatkan pada
penelitian ini adalah bagaimana implikasi penambahan teknologi yang dilakukan
oleh perusahaan. Penambahan teknologi yang terjadi adalah teknologi dalam
bidang produksi, yaitu menggunakan teknologi mesin dimana sebelumnya masih
menggunakan tenaga manual. Dalam pembahasan ini akan dilihat manfaat bersih
yang didapat dari adanya penambahan teknologi tersebut. Adanya penambahan
teknologi berpengaruh terhadap aspek kelayakan perusahaan dalam menjalankan
usahanya terutama dalam hal keuntungan yang diperoleh perusahaan. Analisis
kelayakan yang dilakukan meliputi kelayakan perusahaan dengan kondisi adanya
penambahan teknologi pada pertengahan umur usaha sehingga manfaat bersih
yang diperoleh perusahaan dapat diketahui. Aspek kelayakan usaha tersebut
ditinjau dari aspek finansial dan non finansial. Pada aspek finansial yang akan
diteliti adalah pengukuran kelayakan menggunakan indikator NPV, IRR, Net B/C,
dan PP. Sedangkan pada aspek non-finansial, aspek yang akan diteliti adalah
aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan
lingkungan.


11

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Kerupuk
2.1.1. Pengertian Kerupuk
Menurut Standar Industri Indonesia (SII) No. 0272-90 kerupuk
didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung tapioka
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan atau bahan tambahan makanan
lainnya yang diijinkan, harus disiapkan dengan cara menggoreng atau
memanggang sebelum. Kerupuk dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan
yaitu kerupuk tidak berprotein dan kerupuk yang memiliki kandungan protein.
Kerupuk tidak berprotein adalah kerupuk yang dalam pembuatannya tidak
menggunakan bahan yang merupakan sumber protein, baik itu protein hewani atau
protein nabati, sedangkan kerupuk yang memiliki kandungan protein adalah
kerupuk yang dalam pembuatannya menggunakan bahan sumber protein hewani
maupun nabati seperti udang dan ikan.
Menurut Wijandi et al., 1975, jenis kerupuk dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu kerupuk kasar yang dibuat dari bahan baku utama pati
ditambahkan bumbu-bumbu dan kerupuk halus yang dibuat selain dari bahan baku
utama pati dan bumbu, juga ditambahkan dengan ikan, susu dan telur ke dalam
adonan. Pemanfaatan ikan yang digunakan sebagai bahan baku dapat berasal dari
hasil sampingan proses pengolahan lain atau bahan segar, tergantung kualitas
kerupuk yang diharapkan (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
2.1.2. Mutu Kerupuk dan Nilai Gizi Kerupuk
Menurut Sofiah dan Sutrisniati (1991), mutu kerupuk dapat dinilai dengan
menggunakan parameter-parameter baik terhadap sifat yang dapat dilihat,
misalnya keutuhan, keseragaman pencetakan, dan daya mengembang; maupun
sifat-sifat yang tersembunyi seperti nilai gizi dan rasa.
Dalam kerupuk ikan, nilai gizi yang terkandung didalamnya cukup tinggi.
Oleh karena itu, kerupuk ikan digunakan sebagai salah satu penunjang makanan,
yang sehari-hari banyak dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat.
Kandungan/nilai gizi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 4.
12

Tabel 4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan
Komposisi Kerupuk Ikan
Protein (%) 16,0
Lemak (%) 0,4
Karbohidrat (%) 65,6
Air (%) 16,6
Kalsium (mg/100mg) 2,0
Fosfor (mg/100mg) 20,0
Besi (mg/100mg) 0,1
Vit B
1
(mg/100mg) 0,04
Sumber: Saraswati, 1986

2.1.3. Bahan Baku Kerupuk Udang/Ikan
Kerupuk udang/ikan dibuat dengan bahan dasar tepung tapioka dan atau
tepung sagu, bahkan gaplek pun dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk
udang/ikan. Dari bahan dasar tersebut ditambahakan sejumlah udang/ikan segar
atau udang/ikan kering dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah,
garam, gula, air dan bleng (Winarno, 1983). Perbandingan antara daging
udang/ikan: tepung tapioka: garam: gula: telur ayam adalah 6 Kg: 6 Kg: 0,2 Kg:
0,25 Kg: 3 butir. Besar perbandingan bahan-bahan itu dapat berubah-ubah sesuai
kebutuhan dan tujuan, misalnya tingkat mutu kerupuk. Jika komposisi daging
udang/ikan ditambah maka kerupuk dianggap lebih bermutu tinggi (Moeljanto,
1982).
a. Udang/ikan
Bahan baku udang/ikan yang digunakan dalam kerupuk udang/ikan adalah
daging dari ikan atau udang, atau bisa juga dengan menggunakan udang kering.
Bahan baku ikan umumnya selalu ada baik pada produk yang berlabel kerupuk
ikan maupun kerupuk udang. Tidak seperti kerupuk ikan, kerupuk udang biasanya
mengandung campuran daging udang dengan proporsi daging ikan yang lebih
banyak. Hal ini dipertimbangkan karena adonan akan pecah-pecah jika
menggunakan daging udang sepenuhnya.
b. Tepung tapioka
Tepung tapioka diolah dari ubi kayu yang kaya akan vitamin C dan
13

karbohidrat, tapi miskin akan lemak dan protein. Tepung tapioka tidak termasuk
dalam amilopektin, namun tepung tapioka memiliki sifat-sifat yang mirip dengan
amilopektin. Diantara sifat-sifat amilopektin yang sangat disukai oleh para ahli
pengolahan pangan adalah: sangat jernih, tidak mudah menggumpal, memiliki
daya perekat yang tinggi, tidak mudah pecah atau rusak, dan suhu gelatinasi lebih
rendah. Walaupun demikian amilopektin lebih memiliki sifat yang kurang
menyenangkan, diantaranya adalah sifat yang kohesif, viskositas tinggi, serta
mudah rusak jika mendapat perlakuan panas dan asam (Tjokroadikoesoemo,
1986).
c. Telur
Telur yang ditambahkan pada pembuatan kerupuk udang/ikan
dimaksudkan untuk meningkatkan gizi, rasa dan bersifat sebagai pengemulsi serta
pengikat komponen-komponen adonan. Telur juga berperan sebagai pengikat
udara dan menahannya sebagai gelembung. Penggunaan telur pada pembuatan
kerupuk udang/ikan akan mempengaruhi kemekaran kerupuk ikan/udang pada
waktu digoreng (Saraswati, 1986).
d. Gula, Garam, dan Bumbu
Pada dasarnya pemberian gula dalam pembuatan kerupuk udang/ikan
penting untuk memberikan efek rasa. Pemberian garam juga sangat penting karena
selain memberikan efek rasa juga mempengaruhi tingkat kekuatan adonan. Gula
dalam adonan kerupuk ikan/udang berperan dalam memberikan rasa manis,
memperbaiki mutu kerupuk, menambah nilai gizi, dan sebagai pengikat.
Sedangkan garam selain sebagai penambah rasa juga sebagai bahan pengawet
(Saraswati, 1986).
Untuk menambah cita rasa udang/ikan, kadang-kadang ditambah bumbu-
bumbu berupa rempah-rempah seperti: bawang merah, bawang putih, ketumbar,
bawang daun, dan terasi. Monosodium glutamat (MSG) atau penyedap rasa dapat
juga digunakan sebagai pengganti rempah-rempah tetapi jumlah yang digunakan
harus sesuai dengan peraturan pemakaian yang berlaku (Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan, 1979 dalam Apriyadi 2003).
e. Air
Fungsi utama air adalah sebagai pembantu dalam pembentukan gluten
14

pada tepung tapioka, juga melarutkan gula, garam, serta bahan-bahan lain agar
bisa bercampur (Saraswati, 1986).
2.1.4. Proses Pembuatan Kerupuk Ikan/Udang
Daging ikan/udang yang telah dipisahkan dari bagian kulit, kepala, ekor,
dan tulangnya, setelah dicuci kemudian ditumbuk halus. Kemudian dicampur
dengan bumbu dan telur ayam atau telur bebek sambil diaduk sampai rata. Setelah
semua bahan tercampur rata, ditambahkan tepung tapioka kedalam adonan dan
dilakukan pengadukan kembali. Sementara itu ditambahkan air sedikit demi
sedikit, sambil terus diaduk sampai betul-betul lumat.
Adonan yang telah lumat itu kemudian dibuat berbentuk silinder dengan
ukuran silinder sesuai kebutuhan. Adonan-adonan berbentuk silinder itu kemudian
dimasukan kedalam cetakan (mal) yang terbuat dari bahan kaleng atau
alumunium. Adonan yang telah terbentuk untuk selanjutnya dikukus selam lebih
kurang 1,5-2 jam atau sampai masak. Kemudian didinginkan selama 12 jam.
Setelah cukup keras, dipotong-potong tipis (kurang lebih 2 mm) dengan pisau
tajam atau dengan alat pemotong. Untuk memudahkan pemotongan, pisau potong
sering dilumuri minyak goreng. Hasil irisan tersebut kemudian dijemur sampai
kering, dan didapatkanlah kerupuk ikan/udang mentah yang siap dikemas.
2.1.5. Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian akhir dari proses produksi bahan pangan
atau produk lain. Syarat-syarat yang digunakan untuk kemasan pangan antara lain
transparan, tidak mengandung bahan berbahaya (toksik), kontrol yang baik
terhadap pemindahan uap air dan gas-gas, cocok pada kisaran suhu yang luas baik
dalam penyimpangan maupun penggunaan, dan murah (Syarif dan Soenarjo,
1985).
Salah satu fungsi kemasan adalah untuk menampakkan identifikasi,
informasi dan penampilan yang jelas agar dapat membantu promosi atau
penjualan. Keterangan yang memuat hal tersebut dinamakan etiket atau label.
Etiket yang tercantum harus cukup besar agar dapat menampung semua
keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur
atau lekang air. Pernyataan yang terdapat dalam etiket harus ditulis dengan jelas,
15

ukuran angka dan huruf cukup besar dan warna yang cukup kontras dengan latar
belakangnya. Label ini harus memuat nama makanan dan merek dagang,
komposisi, isi netto, nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau
mengedarkan, nomor pendaftaran, dan kode produksi (Syarif dan Soenarjo, 1985).
2.2. Definisi Agribisnis dan Agroindustri
Agribisnis adalah paradigma baru memandang pertanian yang merupakan
suatu konsep yang utuh, mulai dari kegiatan yang menyediakan input untuk
produksi, proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang
berkaitan dengan kegiatan pertanian dalam arti luas termasuk didalamnya lembaga
penunjang. Menurut Drillon dalam Saragih 2000, peran agribisnis tidak terlepas
dari industri sebab agribisnis diartikan sebagai ....the sum sub total of all
operation activities in the manufacture and distribution off farm supplies,
production activities on the farm and storage, processing and distribution off farm
commodities and item made form them.....
Ekonomi industri modern dicirikan oleh perkembangan dan pertumbuhan
industri pengolahan dimana konsumen menghendaki komoditi yang telah
mengalami perubahan bentuk sehingga dapat dikonsumsi secara langsung. Dalam
kenyataannya macam dan jumlah jasa yang ditumbuhkan dalam industri ini
merupakan indikator pembangunan dan pertumbuhan suatu negara. Konsumen
akan bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk-produk pertanian
yang diolah, diawetkan, didinginkan dan diperkaya oleh zat-zat tertentu (Halcrow,
1981).
Agroindustri merupakan salah satu contoh dari industri pengolahan yang
menurut Badan Pusat Statistik definisi industri pengolahan adalah suatu unit
(kesatuan) produksi yang terletak di suatu tempat tertentu yang melakukan
kegiatan mengubah barang baik secara mekanik maupun kimia atau mengubah
barang yang nilainya rendah menjadi barang yang tinggi nilainya sehingga
menjadi barang/produk yang sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir.
2.3. Pengertian Industri
Lembaga atau organisasi sosial bisa terdapat dalam kehidupan
bermasyarakat misalnya pemerintah, keluarga, desa, kota selain itu organisasi
16

ekonomi, misalnya koperasi, industri dan lain-lain. Pemerintah kegiatannya untuk
kepentingan masyarakat umum seperti pembuatan jalan, sekolah, rumah sakit
sedangkan industri mempunyai kegiatan disamping untuk memperoleh
keuntungan juga merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi
pengangguran, meningkatkan pendapatan pemerintah dan membantu masyarakat
disekitar.
Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.5 tahun 1984
tentang perindustrian:
1. Industri adalah kegiatan ekonomi mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaanya. Termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
2. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri yakni
kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar,
kelompok industri hilir dan kelompok industri kecil.

Definisi industri menurut Swastha B, 1980 adalah suatu kelompok
perusahaan yang memproduksi barang yang sama untuk pasar yang sama pula.
Sedangkan pengertian perusahaan diartikan sebagai suatu organisasi produksi
yang mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan
dengan cara menguntungkan. Untuk organisasi Swastha B, 1980 mendefinisikan
sebagai suatu bentuk dan hubungan yang mempunyai sifat dinamis, dalam arti
dapat menyesuaikan diri kepada perubahan pada hakekatnya merupakan suatu
bentuk yang dengan sadar diciptakan manusia untuk mencapai tujuan yang sudah
diperhitungkan.
2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008 tentang
usaha mikro, kecil dan menengah pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa usaha
menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau yang menjadi bagian baik langsung
ataupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
17

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-
undang
2
. Kriteria usaha menengah dalam Undang-Undang tersebut tercantum
pada pasal 6 ayat 3 yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
Dalam Keputusan Menperindag No.257/MPP/Kep/1997 dalam
Tresnaprihandini 2006 mendefinisikan industri skala kecil menengah sebagai
suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp 5 milyar termasuk tanah dan
bangunan. Adapun World Bank membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Medium enterprise, dengan kriteria:
a) Jumlah karyawan maksimal 300 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 15 juta, dan
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 15 juta
2) Small enterprise, dengan kriteria:
a) Jumlah Karyawan kurang dari 30 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
3) Micro commision, dengan kriteria:
a) Jumlah Karyawan kurang dari 10 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, dan
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
Menurut Marbun 2003, keunggulan usaha kecil menengah di Indonesia
adalah pengalaman bisnis sederhana, tidak birokratis, mandiri, cepat tanggap dan
fleksibel, cukup dinamis, ulet atau mau kerja keras serta tidak boros. Namun
kelemahannya juga dapat diidentifikasi sebagai berikut:



2
[Kemenperin] Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. 2011. Undang-Undang No.20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.2011. http://www.kemenperin.go.id. [11
Februari 2011
18

1) tidak/jarang mempunyai perencanaan tertulis,
2) tidak berorientasi pada masa depan melainkan pada hari kemarin atau hari ini,
3) manajer tidak memiliki pendidikan yang tepat atau relevan,
4) tanpa pembukuan yang teratur dan neraca rugi-laba,
5) tidak mengadakan analisis pasar yang tepat waktu dan mutakhir,
6) kurang spesialisasi atau diversifikasi berencana,
7) jarang mengadakan inovasi,
8) tidak ada/jarang melakukan kaderisasi tenaga kerja,
9) keluarga sentries,
10) cepat puas diri,
11) Kurang tanggap pada teknologi modern,
12) kurang pengetahuan mengenai hukum dan peraturan.
2.5. Perusahaan Perseorangan
Menurut Swastha B. 1980, bentuk kepemilikan usaha perseorangan
merupakan usaha yang dimiliki oleh seseorang yang menjalankan pekerjaannya
untuk mendapatkan keuntungan sendiri dan tanggung jawab terhadap risiko dan
kegiatan perusahaan adalah sepenuhnya tanggung jawab pemilik. Bentuk
perusahaan seperti ini merupakan bentuk perusahaan yang paling banyak dijumpai
di Indonesia, maupun negara lain di dunia.
Adapun kebaikan bentuk perusahaan perseorangan adalah seluruh laba
menjadi miliknya, kepuasan pribadi dan fleksibilitas, lebih mudah memperoleh
kredit dan sifat kerahasiaan. Sedangkan keburukannya yaitu tanggung jawab
pemilik terbatas, sumber keuangan terbatas, kesulitan dalam manajemen,
kelangsungan usaha kurang terjamin, kurang kesempatan pada karyawan. Sifat-
sifat perusahaan perseorangan dijelaskan juga menurut Prodjosoehardjo dalam
Tresnaprihandini, 2006, adalah sebagai berikut:
1) Modal perusahaan berasal dari pengusaha perusahaan itu sendiri. Sering pula
menggunakan modal pinjaman.
2) Dalam perusahaan tidak terdapat pemisahan secara tegas antara kekayaan
perusahaan dengan kekayaan milik pengusaha.
3) Tidak ada pemisahan bunga modal dan upah tenaga. Hal ini karena pemimpin
juga pemilik sendiri jadi tidak dapat diterapkan berapa gaji sebagai pemimpin
19

dan berapa bunga untuk modal yang digunakan.
4) Bentuk perusahaan perseorangan pada umumnya tidak tetap, tetapi sangat
tergantung pada subyektifitas dari pemiliknya.
Bentuk perusahaan perseorangan ini pada umumnya merupakan bentuk
perusahaan kecil yang memiliki banyak hambatan seperti: 1) produktivitas kerja
umumnya belum dikenal dan belum menerapkan sistem manajemen usaha yang
teratur, 2) Tingkat pendapatan pengusaha kecil sehingga pendapatan pekerjanya
relatif rendah, 3) Status karyawan yang belum jelas menggunakan tenaga keluarga
dan tenaga luar keluarga, 4) Jumlah pekerja yang relatif sedikit, 5) Margin
keuntungan yang minim dengan risiko yang maksimum (Ravianto, 1986).
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah
berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan
analisis pada perusahaan pengolahan kerupuk ikan/udang. Beberapa penelitian
terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Widyastono (2006) dengan judul Analisis Kelayakan Usaha penggorengan
Kerupuk (Studi kasus usaha Kecil Sumber Makmur Sentosa Darmaga, Kabupaten
Bogor) yaitu menganalisis usaha penggorengan kerupuk SMS yang didirikan oleh
mahasiswa IPB merupakan salah satu usaha yang dibinan oleh PT FITS Mandiri.
Metode pengolahan data yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
secara kualitatif yaitu dengan menganalisis kelayakan usaha penggorengan
kerupuk dilihat dari aspek pasar, teknik, manajemen dan ekonomi sosial
sedangkan metode kuantitatifnya dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha
ini dari aspek finansialnya meliputi NPV, IRR, Net B/C, BEP, Payback Period,
analisis sensitivitas dan analisis switching value.
Oktafiyani (2009) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)
mendeskripsikan permintaan kerupuk rambak meingkat namun permintaan ini
tidak diimbangi oleh penawaran dari indistri kerupuk rambak, sehingga
mengindikasikan masih ada peluang bagi pelaku usaha untuk mengambil pangsa
pasar yang masih terbuka tersebut. Analisis yang digunakan yaitu analisis
20

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang aspek pasar, teknik, manajemen, ekonomi, sosial dan
lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak. Analisis kuantitatif
dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial menggunakan kriteria
NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, analisis sensitivitas dan analisis switching
value.
2.6.2 Hubungan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah, Desa Kenanga, Kecamatan Sindang,
Kabupaten Indramayu mengkaji tentang kelayakan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang dengan penambahan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan pada
tahun 2009. Jika dibandingkan dengan penelitian Widyastono (2006) dan
Oktaviyani (2009), penelitian ini memiliki kesamaan yaitu mengkaji aspek
kelayakan usaha baik kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan letak
perbedaannya adalah waktu dan lokasi penelitian, serta aspek yang dikaji lebih
luas terhadap pengembangan usaha perusahaan karena adanya penambahan
teknologi. Penelitian tersebut dijadikan sebagai referensi bahan pustaka untuk
menganalisis kriteria kelayakan usaha baik aspek finansial maupun non finansial
dalam penelitian ini. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat
dilihat pada Lampiran 1.









24


III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Suatu bisnis erat kaitannya dengan kegiatan investasi. Pihak yang
menginvestasikan modalnya tentu harus mengkaji secara mendalam bisnis
tersebut. Oleh karena itu, di setiap bisnis perlu dilakukan analisis berupa studi
kelayakan bisnis beserta aspek-aspeknya untuk melihat secara menyeluruh
berbagai aspek mengenai kemampuan suatu bisnis dalam memberikan manfaat
terhadap modal. Adapun aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis antara lain :
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi,
dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.
3.1. 1. Analisis Kelayakan Bisnis
Nurmalina et al. (2009) mengungkapkan bahwa bisnis secara umum
merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan
memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.
Menurut Gray et al. (1992) dalam Nurmalina et al. (2009), kegiatan investasi
diartikan sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu
bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
benefit.
Dalam kegiatan usaha terdapat peluang dan kesempatan yang membuat
para pelaku usaha berfikir untuk mengambil manfaat dari usaha tersebut sehingga
perlu dilakukan sebuah peninjauan terhadap sejauhmana kegiatan atau
kesempatan itu dapat memberikan manfaat yang diusahakan. Peninjauan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis
merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Dengan
demikian studi kelayakan bisnis erat kaitannya dengan keputusan investasi.
Senada dengan pernyataan tersebut, Husnan dan Muhammad (2005) juga
mendefinisikan studi kelayakan investasi sebagai suatu penelitian tentang dapat
tidaknya proyek investasi dilaksankan secara menguntungkan dengan indikasi
22

adanya manfaat bagi masyarakat luas yang bisa terwujud dari penyerapan tenaga
kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah ataupun manfaat untuk
pemerintah berupa penghematan atau penambahan devisa.
Hasil dari analisis studi kelayakan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan
memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain (Nurmalina et al. 2009) :
1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat
menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan
sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif,
2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah
dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu
payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh
kreditor/bank,
3) Analis, hasil yang diperoleh dari analisis studi kelayakan digunakan oleh
analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian
suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada,
4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis
tersebut,
5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu
mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya
alam, peningkatkan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi,
sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan
PDRB dan pendapatan per kapita
Selain dilihat dari aspek finansial, analisis studi kelayakan ini juga
didasarkan pada berbagai aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek
lingkungan.
3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Bisnis
Menurut Nurmalina et al. (2009), penilaian dalam studi kelayakan bisnis
23

dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu dari aspek non finansial
yang meliputi: aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-
budaya, lingkungan dan dari aspek finansial (keuangan). Beberapa aspek non
finansial yang merupakan aspek dalam studi kelayakan bisnis dianalisis secara
kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif.
Aspek non finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan
aspek lingkungan .
3.1.2.1 Aspek Pasar
Pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu
membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran (Kotler, 1988) diacu dalam
Sudiyono (2002). Menurut Husnan dan Muhammad (2005) aspek pasar mengkaji
tentang:
1) Permintaan (Demand)
Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), jumlah yang
diminta untuk jumlah komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga
disebut permintaan. Dari konsep permintaan tersebut dapat diketahui bahwa
variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah harga komoditi
tersebut, harga komoditi barang lain, pendapatan rata-rata rumah tangga,
selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga, dan jumlah penduduk.
Kajian permintaan perlu dianalisis baik secara total ataupun terperinci
menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi
permintaan tersebut di masa yang akan datang
2) Penawaran (Supply)
Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), jumlah yang
ditawarkan untuk jumlah komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan disebut
penawaran, sehingga dari konsep penawaran tersebut dapat diketahui bahwa
variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran yang dilakukan oleh suatu
industri (perusahaan) adalah harga barang tersebut, harga barang lain, harga
faktor produksi, dan teknologi. Kajian penawaran perlu dianalisis baik yang
24

berasal dari dalam negeri maupun dari impor, baik perkembangannya di masa
lalu maupun proyeksi di masa yang akan datang.
3) Program pemasaran
Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), program
pemasaran sering disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix), yang
terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribusi
(distribution), dan promosi (promotion). Program pemasaran mencakup
strategi pemasaran yang akan digunakan bauran pemasaran serta identifikasi
siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk akan dibuat.
Sebuah perusahaan sebelum memproduksi sebuah produk harus terlebih
dahulu melihat permintaan yang benar-benar dilakukan oleh konsumen,
penawaran yang dilakukan oleh produsen dalam industri tersebut, market share
perusahaan selama ini, serta peluang market share yang masih bisa ditingkatkan.
Hal ini perlu dilakukan agar produk yang ditawarkan perusahaan tepat sasaran dan
menghindari kerugian bagi perusahaan.
Kondisi pasar cenderung memiliki karakteristik yang berbeda-beda
sehingga untuk memudahkan maka perlu dilakukan segementasi pada pasar
tersebut agar pasar memiliki karakteristik yang lebih sama. Segmentasi dapat
berdasarkan aspek geografis yang terdiri dari bangsa, negara, provinsi, dan
kabupaten/kota madya, aspek demografis yang terdiri dari usia dan tahap daur
hidup, jenis kelamin, dan pendapatan, aspek psikografis yang meliputi kelas
sosial, gaya hidup, dan kepribadian serta aspek perilaku yang terdiri dari
kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian, dan
sikap. Setelah dilakukan segementasi perlu analisis untuk menentukan segmen
pasar yang dicakup dan dapat dilayani. Tahap terakhir adalah penentuan posisi
pada segmen terpilih yang akan ditempati. Pesaing juga akan menentukan
keberlanjutan sebuah bisnis sehingga perlu dilakukan analisis pesaing. Pesaing
merupakan suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri :
(1) perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar, (2)
perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama, (3) perusahaan
yang membuat produk dan memasok yang sama, dan (4) perusahaan yang
memperebutkan uang dari konsumen yang sama.
25

3.1.2.2 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek
(penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa, dimana Aspek teknis
berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan
pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan
Muhammad, 2005). Analisis teknis akan dapat menentukan hasil-hasil yang
potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan
yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, pengujian sistem-
sistem pengolahan yang dibutuhkan.
Menurut Nurmalina et al. (2009) beberapa hal yang perlu dikaji dalam
aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan
pemilihan jenis teknologi dan equipment.
1) Lokasi Bisnis
Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas
variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah.
Variabel utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, bila suatu usaha
memerlukan bahan baku dalam jumlah yang besar maka bahan baku menjadi
variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis sehingga
pengusaha perlu mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan
harga bahan baku, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku,
serta biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses. (2)
letak pasar yang dituju, informasi yang perlu diperoleh antara lain daya beli
konsumen, pesaing dan analisis pasar lainnya. (3) Tenaga listrik dan air, pada
perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar tentu perlu
mengetahui ketersediaan listrik di suatu lokasi. Sama halnya dengan
kebutuhan air bagi perusahaan yang menggunakan air cukup banyak. (4)
Supply tenaga kerja yang sangat mempengaruhi biaya produksi yang
ditanggung oleh perusahaan harus tersedia dengan baik. (5) Fasilitas
transportasi, hal ini berkaitan dengan pertimbangan bahan baku dan
pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka
pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar.
Variabel bukan utama antara lain (1) hukum dan peraturan di
26

Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, karena dimungkinkan
ada peraturan yang melarang pendirian suatu bisnis di suatu lokasi atau
adanya keringanan dari pemerintah untuk mendirikan suatu lokasi. (2) Sikap
dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu
bisnis. (3) Rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan
bisnis.
2) Luas Produksi
Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu
batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan
tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan
manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi
produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi
biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih
berada di tingkat titik impas.
3) Proses Produksi
Proses produksi terdiri atas tiga jenis yaitu proses produksi yang
terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi.
4) Layout
Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan
bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan
yakni kosistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses
produksi yang lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan
yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi,
dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.
5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh
derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan.
Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan
kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan
kondisi sosial budaya setempat.
Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai
hubungan yang erat sekali karena pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan
27

jenis teknologi yang telah ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan
faktor non teknologi lainnya seperti keadaan infrastruktur dan fasilitas
pengangkutan mesin, keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan
peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, kemungkinan memperoleh tenaga
ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut.
3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Manajemen meneliti sistem manajerial suatu usaha antara lain
kesanggupan dan keahlian staf dalam menangani masalah proyek. Evaluasi aspek
manajemen operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan efisien
mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan
digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat
berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja. Dengan
demikian, analisis aspek manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu
manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi.
Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang perlu dipelajari meliputi pelaksana
bisnis, jadwal penyelesaian bisnis tersebut, pelaku studi masing-masing aspek
kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi meliputi struktur
organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan,
dan menentukan anggota direksi dan tenaga inti.
Analisis aspek hukum diperlukan dengan mempertimbangkan bentuk
badan hukum dari badan usaha yang telah dibangunnya. Pertimbangan ini
didasarkan dari kekuatan hukum, konsekuensi, dan mempelajari jaminan-jaminan
yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman,
berbagai akta, sertifikat, dan izin. Dengan kata lain perijinan yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan suatu cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin
dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan
perijinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui
keberadaannya oleh pemerintah setempat dan pusat.
3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya
Pada aspek ini, analisis yang dilakukan akan menilai apa dampak sosial,
ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Beberapa pertimbangan
28

sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu
proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial seperti penciptaan
kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah (Gittinger,
1986). Nurmalina et al. (2009) menambahkan bahwa dalam menganalisis aspek
sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial yang lebih luas dari
adanya investasi proyek. Sehingga pada aspek sosial yang dinilai antara lain
penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan
kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi
bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu
memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah,
pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek budaya
dapat dianalisis melalui dampak adanya bisnis pada budaya masyarakat sekitar.
Suatu bisnis tidak akan ditolak bila secara sosial budaya dapat diterima oleh
masyarakat dan secara ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3.1.2.5 Aspek Lingkungan
Pembangunan suatu usaha tentu akan memberikan dampak bagi
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Analisis aspek
lingkungan diperlukan untuk menganalisis dampak tersebut. Nurmalina et al.
(2009) menyatakan bahwa dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan
sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis
suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab
tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan.
Sehingga untuk membangun sebuah usaha perlu dilakukan analisis terhadap aspek
lingkungan.
3.1.3 Analisis Finansial
Menurut Husnan dan Muhammad (2005), analisis finansial (financial
analysis) merupakan analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan
dari sudut pandang perusahaan. Analisis aspek finansial merupakan bagian dari
analisis studi kelayakan bisnis yang sangat diperlukan untuk menentukan manfaat
yang diterima dari bisnis tersebut. Oleh karena itu analisis finansial yang
29

dilakukan ini akan mencakup definisi-definisi manfaat dan biaya yang berkaitan
dengan suatu bisnis. Analisis finansial terhadap suatu bisnis dilakukan untuk
menganalisis berbagai aspek finansial dalam bisnis tersebut. Aspek finansial
bersifat sangat kuantitatif karena analisis ini mengkaji jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Selain itu,
aspek ini juga memperhitungkan penerimaan yang diperoleh selama suatu usaha
berjalan. Beberapa data yang diperlukan antara lain biaya investasi, biaya
operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang
diperoleh selama umur bisnis. Data-data ini akan diolah dengan menggunakan
analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value
(NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PP). Adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama
bisnis berjalan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas.
3.1.3.1 Biaya dan Manfaat
Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis yakni manfaat.
Menurut Gittinger (1986) biaya yang digunakan dalam suatu bisnis dapat
digolongkan ke dalam tujuh kelompok yakni :
1) Barang-barang fisik, biaya jenis ini pada umumnya mudah diidentifikasi.
Contoh barang-barang fisik antara lain saluran irigasi, pupuk, dan obat-
obatan, bahan untuk bangunan rumah, dan bangunan. Namun penentuan
kapan dan berapa banyak barang ini diperlukan agak sulit dipastikan.
2) Tenaga Kerja
3) Lahan, tidak terlalu sulit untuk menetukan lokasi tanah yang cocok untuk
bisnis maupun jumlah yang dibutuhkan.
4) Cadangan-cadangan tak terduga, biaya tak terduga dibagi kedalam biaya tak
terduga fisik dan biaya tak terduga harga. Biaya tak terduga harga juga dibagi
ke dalam dua golongan yakni perubahan harga relatif dan inflasi umum.
Biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga membantu kenaikan biaya
relatif yang didasarkan pada harapan kita mengenai perubahan fisik dan harga
yang terjadi.
5) Pajak
6) Jasa Pinjaman, biaya jasa pinjaman pada analisis keuangan terdiri dari bunga
30

dan pelunasan kembali pinjamannya.
7) Biaya-Biaya Tidak Diperhitungkan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan pada
waktu yang lampau yang didasarkan pada suatu usulan investasi yang baru
biasanya biaya ini juga disebut sebagai Sunk cost.
Pada umumnya biaya seringkali lebih mudah diperkirakan dibandingkan
dengan manfaat yang akan diperoleh. Biaya juga dapat digolongkan berdasarkan
fungsi pokok dalam perusahaan. Terdapat tiga fungsi pokok biaya yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk
jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dibagi
menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap (Mulyadi, 2000). Adapun
pengertian dari biaya-biaya tersebut antara lain:
1) Biaya bahan baku, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
bahan baku.
2) Biaya tenaga kerja, sebenarnya biaya tenaga kerja terbagi menjadi biaya
tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung
merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja yang terlibat langsung
dalam menghasilkan output. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung
merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja, akan tetapi manfaatnya
tidak dapat diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya
tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya produksi merupakan biaya
tenaga kerja langsung.
3) Biaya overhead yakni biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses
produksi. Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang tidak berubah
dengan perubahan jumlah produksi. Sedangkan biaya overhead variabel yaitu
biaya yang berubah sebanding dengan perubahan jumlah produksi
perusahaan.
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain biaya iklan, promosi,
transportasi, dan pengiriman. Sedangkan biaya administrasi dan umum merupakan
biaya-biaya untuk yang dikeluarkan untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi
31

dan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain gaji karyawan bagian
keuangan, personalia, biaya fotocopy, dan lain-lain.
Manfaat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar yakni Tangible
Banefit, Indirect Benefit, dan Intangible Benefit (Nurmalina et al. 2009).
1) Tangible Benefit, merupakan manfaat yang dapat diukur. Manfaat ini dapat
diperoleh melalui (1) peningkatan produksi (2) perbaikan kualitas produk
karena jika kualitas meningkat maka harga dapat meningkat sehingga dengan
jumlah yang sama total penerimaan akan meningkat pula, (3) perubahan
waktu dan lokasi penjualan baik yang berhubungan dengan peningkatan
ketersediaan produk sepanjang waktu maupun penurunan biaya transportasi,
(4) perubahan bentuk produk yang meliputi pengolahan lebih lanjut dan
penetapan grading pada produk, (5) mekanisasi pertanian sehingga mampu
mengurangi biaya misalnya karena menurunnya penggunaan tenaga kerja, (6)
penggunaan biaya transportasi, (7) penurunan atau menghidari kerugian.
2) Indirect Benefit, yakni manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri
sehingga mempengaruhi keadaan eksternal bisnis.
3) Intangible Benefit, yakni manfaat yang riil namun sulit diukur contohnya
manfaat keindahan, kenyamanan, dan kesegaran pada bisnis pertamanan.
3.1.3.2 Kriteria Kelayakan Bisnis
Dalam menganalisis kelayakan suatu bisnis maka perlu ditinjau dari aspek
penanaman investasinya. Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk
menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi sehingga kelayakan
bisnis harus pula dilihat dari sisi kelayakan kriteria investasi. Beberapa kriteria
investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Net Present Value (NPV)
2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
3) Internal Rate of Return (IRR)
4) Payback Period (PP)
3.2 . Kerangka Pemikiran Operasional
Kabupaten Indramayu memiliki sektor agribisnis perikanan yang potensial
termasuk di dalamnya usaha pengolahan hasil perikanan menjadi kerupuk
32

ikan/udang dimana saat ini dalam usaha pengolahan tersebut mengalami
perkembangan peningkatan pelaku usaha.
Sentra produksi usaha pengolahan kerupuk ikan/udang berlokasi di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Dalam industri ini terdiri
dari perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar. Sektor industri ini telah
menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar. Demikian halnya dengan
adanya peningkatan jumlah usaha dalam pengolahan ini mengindikasikan usaha
pengolahan ini potensial. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan potensi
perikanan kabupaten Indramayu dengan mendirikan usaha pengolahan kerupuk
udang/ikan adalah Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Perusahaan ini
merupakan sebuah perusahaan pionir dalam menjalankan usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang di Indramayu dan sampai saat ini masih menjadi perusahaan
dengan produksi tertinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Pada tahun 2009, perusahaan ini melakukan penambahan teknologi
terhadap salah satu bagian produksi dari penggunaan tenaga manusia secara
manual kepada penggunaan teknologi mesin. Adanya penambahan teknologi
mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah produksi dan produktivitas
perusahaan. Namun dengan adanya perubahan teknologi ini, ternyata pada tahun
2009 perubahan (delta) peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan
menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis untuk mengetahui seberapa besar
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan, sehingga dalam penelitian ini akan
dilakukan analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang pada
perusahaan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah terkait dengan kelayakan usaha
sebelum adanya perubahan teknologi dan setelah adanya perubahan teknologi
serta menganalisis sensitivitas perusahaan terhadap kenaikan biaya input bahan
baku utama (kenaikan harga ikan segar dan harga tepung tapioka). Melalui
penelitian ini, akan dikaji kriteria kelayakannya yang dilihat dari aspek finansial
dan non finansial. Aspek non-finansial meliputi : 1) aspek pasar yang meliputi
penawaran dan permintaan yang menunjukkan adanya peluang pasar serta bauran
pemasaran yang diterapkan; 2) Aspek teknis meliputi lokasi usaha, skala usaha,
layout, pengadaan input, proses produksi; 3) Aspek manajemen meliputi bentuk
badan usaha, struktur organisasi, job description, dan sistem upah; 4) aspek
33

hukum meliputi izin dalam melakukan usaha baik dari pemerintah pusat maupun
pemerintah setempat untuk kelancaran usaha pengolahan; 5) Aspek sosial-
ekonomi-budaya meliputi dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan dari
usaha; 6) Aspek lingkungan meliputi dampak terhadap lingkungan akibat usaha
yang dijalankan.
Pada aspek finansial perlu dilihat kelayakan pengembangan usaha
pengolahan kerupuk udang/ikan dengan kondisi kelayakan usaha jika dilakukan
adanya perubahan dengan penambahan teknologi. Analisis kelayakan didasarkan
pada kriteria kelayakan investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period.
Beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan
usaha dengan adanya perubahan teknologi pada usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang di Perusahaan kerupuk cap Dua Gajah antara lain kenaikan harga input
berupa kenaikan harga ikan segar dan kenaikan harga tepung tapioka. Untuk itu
perlu dilakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan tersebut. Jika hasil
analisis finansial menunjukan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan,
maka analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sensitivitas usaha terhadap
variabel yang mengalami perubahan. Jika hasil analisis finansial menunjukkan
tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi oleh perusahaan.
Hasil dari analisis kelayakan ini dapat dijadikan pedoman bagi Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah untuk menjalankan pengembangan usaha. Apabila hasil
analisis kelayakan menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak maka
pengembangan usaha ini dilanjutkan dan bila tidak layak maka perlu
pertimbangan dari pihak Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah mengenai tindakan
yang akan dijalankan oleh perusahaan selanjutnya.









34
































Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Lanj ut kan Anal isi s Sensi t ivi t as
Layak
Per usahaan Ker upuk Cap Dua Gaj ah dal am Upaya
Peni ngkat an Pr oduksi :
M enambah Teknol ogi M esi n
M engkaj i kel ayakan penambahan t eknol ogi mesi n
Per usahaan Ker upuk Cap Dua Gaj ah dar i ber bagai aspek
M enganal i si s sensi t i vi t as usaha dengan adanya
penambahan t eknol ogi mesi n Per usahaan Ker upuk Cap
Dua Gaj ah t er hadap per ubahan i nput dan out put
Anal isi s Kel ayakan Bi sni s
Ti dak Layak
1. Aspek Pasar ,
2. Aspek Tekni s,
3. Aspek M anaj emen
dan Hukum,
4. Aspek Sosi al -
Ekonomi -Budaya,
dan
5. Aspek Li ngkungan
Kr i t er i a
Kel ayakan
Invest asi :
1. NPV,
2. IRR,
3. Net B/ C,
Anal isi s Fi nansi al Anal isi s Non-Fi nansi al
Lanj ut kan Anal isi s Sensi t ivi t as
Layak
35

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan pengolahan kerupuk
ikan/udang di daerah penelitian Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat yaitu Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa
Kenanga merupakan sentra produksi kerupuk ikan/udang di Indramayu dan
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan pemimpin dalam
industri tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Desember
tahun 2010 yang dimulai dengan persiapan penelitian, pengambilan data, dan
dilanjutkan dengan penyusunan laporan penelitian.
4.2 . Jenis dan Sumber Data
Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh peneliti pada saat penelitian
di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah melalui wawancara, observasi langsung
serta dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
sebelumnya sebagai panduan dalam menjawab tujuan penelitian (Lampiran 2).
Data primer yang diperoleh meliputi :
1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional dan
biaya investasi yang telah dikeluarkan.
2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek
lingkungan.
Data sekunder sebagai penunjang penelitian ini diperoleh dari dokumen
perusahaan dan instansi terkait seperti BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten
Indramayu, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Indramayu, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Kantor Desa
Kenanga, media massa dan media elektronik, serta berbagai literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang diperoleh diantaranya
adalah jumlah perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang baik usaha kecil maupun usaha menengah, jenis produk olahan hasil
36

perikanan, jumlah produksi perikanan Kabupaten Indramayu, dan monografi Desa
Kenanga.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder dilakukan dari
Bulan Maret 2010 hingga Bulan Februari 2011. Pengumpulan data dilakukan
sendiri oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain
wawancara langsung, pengisian kuisioner, pengamatan langsung, browsing
internet, dan observasi data sekunder lainnya.
Data primer diambil di lokasi penelitian yaitu Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Lama
penelitian dalam mengumpulkan data primer adalah dua bulan, yaitu Bulan Juli-
Agustus 2010. Pengumpulan data ini dilakukan melalui metode wawancara
langsung, dan observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa
responden yang relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.
Responden yang diwawancarai antara lain pemilik perusahaan, karyawan
perusahaan (lima orang), masyarakat sekitar perusahaan seperti Kepala Desa
Kenanga, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kenanga, ketua Rukun Warga (RW)
06, ketua Rukun Tetangga (RT) 17, warga sekitar (dua orang) dan pihak terkait
seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu.
Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan dan melalui studi
literatur, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan Dinas Koperasi, Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Indramayu, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dan informasi dari
media internet.
4.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah di
Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Indramayu dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif pada data yang telah diperoleh, ditujukan untuk
37

memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek non finansial pada pengembangan
usaha pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan data kuantitatif
untuk analisis aspek finansial yang meliputi data penjualan, biaya-biaya
operasional dan investasi pada pengembangan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah diolah dengan
memanfaatkan program komputer Microsoft excel 2007 dan disajikan dalam
bentuk tabulasi untuk dapat mempermudah pemahaman.
4.4.1 Analisis Kelayakan Non Finansial
Aspek non finansial merupakan aspek-aspek yang tidak terkait dengan
kondisi finansial pengembangan usaha kerupuk pada pengolahan kerupuk
ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Aspek non finansial terdiri
dari aspek pasar, aspek teknis aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,
ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan.
4.4.1.1. Aspek Pasar
Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan.
Pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah dikatakan layak bila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat
menghambat jalannya pengembangan usaha kerupuk ini, masih terbukanya
peluang pemasaran kerupuk ikan/udang sehingga seluruh hasil produksi kerupuk
ikan/udang yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar.
4.4.1.2 Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada
pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi perusahaan
mampu menunjang pengembangan usaha tersebut, luas produksi sudah optimal,
layout perusahaan sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi,
pemilihan teknologi sudah tepat (fillet, penggilingan, pembuatan adonan,
penjemuran, pemotongan serta pengemasan) sehingga tidak menghambat usaha.
38

4.4.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen pada pengembangan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dikatakan layak bila
manajemen sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha tersebut telah dikelola
dengan baik, pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan. Pada aspek
hukum sebuah usaha pengolahan kerupuk layak dilaksanakan bila telah memiliki
izin persetujuan lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW), atau pihak Desa, izin dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Indramayu.
4.4.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Pengembangan usaha pada pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah dikatakan layak pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya
bila mampu meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, serta
pendapatan asli daerah Kabupaten Indramayu. Selain itu, pengembangan usaha
pengolahan kerupuk udang/ikan ini juga diharapkan tidak bertentangan dengan
budaya masyarakat.
4.4.1.5 Aspek Lingkungan
Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dikatakan layak bila bisnis
tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah
perusahaan yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat
sekitar.

4.4.2 Analisis Kelayakan Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial
pengembangan usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari
Proyeksi laba rugi, kriteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas.

4.4.2.1 Kriteria Kelayakan Investasi
Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya
melalui kriteria kelayakan investasi. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu
diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto). Hal
39

ini terkait dengan adanya preferensi uang terhadap waktu dimana sejumlah uang
yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa
yang akan datang sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi
nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya
mengikuti rumus :
DF =
1
( 1+ i)
t
..... (1)
Keterangan :
i : Discount rate (DR) sebesar 12,0%
t : tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh
Dalam menghitung DF perlu diketahui nilai discount rate (DR). Biasanya
nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman.
Penggunaan DF erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat
ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang
akan datang sehingga agar seluruh manfaat dan biaya dapat dibandingkan maka
digunakanlah DF. Kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain yaitu NPV,
Net B/C, IRR, dan Payback Period.

4.4.2.1.1 Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total
present value biaya atau jumlah present value manfaat bersih tambahan selama
umur usaha. NPV memiliki nilai satuan mata uang (Rp) dengan rumus:
NPI =

n
t
t
i
Ct Bt
1
) 1 (
........................................ (2)
Keterangan :
B
t
= Penerimaan pada tahun t
C
t
= Biaya-biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (10 tahun)
i = Tingkat DR sebesar 12,0%
Kriteria kelayakan menurut NPV yakni :
NPV > 0, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah layak untuk dijalankan.
40

NPV = 0, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah layak untuk dijalankan tetapi tidak menguntungkan dan tidak
merugikan.
NPV < 0, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah tidak layak untuk dijalankan.
4.4.2.1.2 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang menguntungkan bisnis
dengan manfaat bersih yang merugikan bisnis. Secara matematis, net B/C dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Net B/C =

n
t
t
n
t
t
i
Ct Bt
i
Ct Bt
1
1
) 1 (
) 1 (
; ................... (3)
Keterangan :
B
t
= Penerimaan pada tahun t
C
t
= Biaya-biaya pada tahun t
i = Tingkat DR sebesar 12,0 %
t = Tahun kegiatan bisnis (10 tahun)
Kriteria kelayakan menurut Net B/C yakni :
Net B/C > 1, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah layak untuk dijalankan.
Net B/C = 1, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah layak untuk dijalankan tetapi tidak menguntungkan dan tidak
merugikan.
Net B/C < 1, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah tidak layak untuk dijalankan.
4.4.2.1.3 Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan investasi juga dapat dilihat dari seberapa besar pengembalian
bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR menunjukan tingkat discount rate
(DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan satuan persentase.
Perhitungan tingkat IRR dapat dilakukan dengan menggunakan metoda interpolasi
di antara tingkat DR yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan
(B
t
- C
t
) > 0
(B
t
- C
t
) < 0
41

tingkat DR yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus
IRR :
IRR = i
1
+
NPv
1
NPv
1
-NPv
2
( i
2
i
1
) ... (4)
Keterangan :
i
1
= DR yang menghasilkan NPV positif
i
2
= DR yang menghasilkan NPV negatif
NPV
1
= NPV positif
NPV
2
= NPV negatif
Kriteria kelayakan dilakukan dengan membandingkan nilai IRR dengan tingkat
DR yang digunakan. Tingkat DR yang digunakan dalam penelitian sebesar 12,0%
yang merupakan suku bunga pinjaman Bank Centra Asia (BCA). Pemilihan bunga
ini disebabkan karena untuk menganalisis bisnis walaupun pemilik menggunakan
dana milik sendiri untuk mendirikan usaha tetapi agar bisa dibandingkan jika
usaha tersebut menggunakan modal pinjaman sehingga suku bunga yang
digunakan adalah suku bunga pinjaman. Bank yang digunakan oleh pemilik dalam
menyimpan uang dan bertransaksi yaitu BCA, sehingga suku bunga pinjaman
yang digunakan adalah sebesar 12,0%. Dengan demikian kriteria kelayakan
menurut IRR yakni :
IRR > 12,0%, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah layak untuk dijalankan.
IRR = 12,0%, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah layak untuk dijalankan tetapi tidak menguntungkan
dan tidak merugikan.
IRR < 12,0%, pengolahan kerupuk ikan/udang pada Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah tidak layak untuk dijalankan.
4.4.2.1.4 Payback Period (PP)
Kriteria ini mengukur seberapa cepat pengembalian investasi pada suatu
usaha. Namun terdapat kelemahan pada kriteria ini yakni diabaikannya time value
of money dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi
kelemahan yang pertama, maka terkadang digunakan discounted payback period.
Adapun rumus payback period adalah
42

Poybock pcrioJ =
I
Ab
... (5)
Keterangan :
I = Besarnya investasi yang diperlukan
Ab= Manfaat bersih rata-rata per tahun yang didiskontokan selama lima tahun
Semakin kecil nilai payback period pada usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ini maka akan semakin cepat
pengembalian investasi yang telah dikeluarkan sehingga pengembangan usaha ini
akan semakin layak untuk dilaksanakan. Jika payback period lebih cepat
dibandingkan dengan umur usaha yaitu sepuluh tahun maka pengembangan usaha
pengolahan kerupuk ini layak untuk dilaksanakan.
4.4.2.2 Analisis Sensitivitas
Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas
dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting.
Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut
berdampak pada hasil kelayakan pengembangan (NPV, IRR, Net B/C, dan
Payback Period). Analisis sensitivitas yang dilakukan pada usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah digunakan untuk
melihat kepekaan kelayakan pengembangan usaha berupa perubahan teknologi ini
terhadap jumlah produksi kerupuk udang/ikan serta keuntungan yang diperoleh
perusahaan.

4.5 Definisi Operasional
1) Kerupuk ikan/udang adalah suatu produk olahan yang dibuat dari campuran
tepung tapioka dan daging udang/ikan yang ditambah dengan bahan-bahan
pembantu dan penyedap lainnya, kemudian dilumatkan dengan sedikit air,
hingga mencapai konsistensi tertentu.
2) Keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha dari usahanya.
Definisi keuntungan dalam penelitian ini merupakan hasil pengurangan
pendapatan dengan pengeluaran dari unit usaha yang dilakukan oleh
perusahaan pengolahan kerupuk ikan/udang dalam satuan waktu selama satu
periode produksi.
43

3) Nilai Penjualan dalam penelitian ini merupakan penerimaan yang diterima
oleh unit usaha yang dilakukan oleh perusahaan pengolahan kerupuk
ikan/udang dari hasil penjualan kerupuk ikan/udang, yaitu harga kerupuk
ikan/udang per bal dikalikan dengan jumlah bal yang dijual selama satu
periode produksi.
4) Biaya bahan baku menunjukkan biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan baku yang digunakan untuk usaha, atau barang jadi yang akan dijual
lagi. Bahan baku dalam penelitian ini menggunakan satuan rupiah per bal.
5) Upah pekerja adalah besar atas produk yang dihasilkan pekerja, menunjukkan
upah yang diterima tenaga kerja untuk mengolah satu satuan bahan baku dan
diukur dalam satuan rupiah per hari orang kerja.
4.6 Asumsi Dasar
Dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah secara finansial perlu
digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan
antara lain:
1. Periode usaha ditetapkan selama 10 tahun. Periode usaha ini ditetapkan
berdasarkan umur ekonomis dari investasi yang paling besar yaitu umur
ekonomis bangunan yang digunakan dalam usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang.
2. Analisis Kelayakan Usaha yang dilakukan dengan menganggap usaha
tersebut baru dilakukan. Proses persiapan pabrik dilakukan selama delapan
bulan sehingga penerimaan tahun pertama (tahun 2004) baru diperoleh
perusahaan pada bulan kesembilan. Penambahan teknologi (tambahan
investasi) dilakukan pada tahun keenam (tahun 2009).
3. Data biaya investasi berupa tanah dan bangunan yang diperoleh perusahaan
merupakan biaya yang dikeluarkan pada tahun pembuatan pabrik usaha kedua
yang dilakukan perusahaan pada tahun 2003, sehingga untuk menyesuaikan
dengan tahun pertama dalam analisis kelayakan (tahun 2004) maka biaya
investasi yang digunakan dalam proyeksi arus kas dilakukan compounding
Factor dengan tingkat diskon faktor pada tahun tersebut yakni sebesar 14
44

persen.
4. Data Penerimaan dan pengeluaran tahun keenam (tahun penambahan
teknologi) diperoleh dari dokumen perusahaan dan pada tahun berikutnya
diasumsikan mengalami kenaikan sebesar dua persen per tahun. Adapun
untuk tahun kelima diasumsikan produksi perusahaan adalah setengah dari
produksi pada tahun keenam, dan asumsi tahun pertama sampai tahun kelima
mengalami peningkatan sebesar dua persen per tahun.
5. Seluruh modal yang digunakan dalam pengembangan usaha usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ini
menggunakan modal sendiri.
6. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber
dari hasil wawancara dan survey lapang yang dilakukan selama penelitian.
7. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan dan satu bulan
diasumsikan terdiri dari 30 hari.
8. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni :
Pcnyusuton =
Niloi pcmbclion borong pcnosiron niloi siso
umur ckonomis borong

9. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan
keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
yaitu :
Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
Pasal 17 ayat 2 a.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi
25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak
tahun pajak 2010.
10. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga pinjaman
Bank Centra Asia (BCA yakni sebesar 12,0 persen per tahun). Pemilihan
bunga pinjaman pada bank BCA karena pemilik perusahaan memiliki
tabungan di bank tersebut.


45

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Lokasi Perusahaan
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan salah satu perusahaan
yang memproduksi kerupuk ikan/udang terbesar di Indaramayu dan beralamatkan
di Jalan Perindustrian Blok Dukuh RT/RW 17/06, Desa Kenanga, Kecamatan
Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Lokasi perusahaan ini cukup
strategis, yaitu terletak di kawasan industri kerupuk sehingga mendukung
keberadaan pabrik ini dan akses kendaraan yang lancar serta cukup dekat dengan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong. TPI Karangsong merupakan sentra
pasar ikan hasil tangkapan nelayan Indramayu, hal ini memudahkan perusahaan
dalam penyediaan input bahan baku berupa ikan segar. Adapun bangunan
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Bangunan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengolahan kerupuk dengan memanfaatkan bahan baku
ikan/udang sebagai bahan baku utamanya. Perusahaan ini merupakan perusahaan
pelopor yang mengolah kerupuk ikan/udang di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang. Usaha yang didirikan oleh H. Saein ini berdiri pada tahun 1980 dengan
46

motovasi untuk memanfaatkan tenaga kerja dan sumber daya yang ada di
lingkungan sekitar.
Pada Awalnya, H. Saein selaku pemilik perusahaan memulai usahanya
dengan skala rumah tangga dan masih menggunakan tenaga kerja sendiri. Dengan
berbekal pengalamannya yang pernah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik
milik orang Cina yang bergerak dalam bidang pengolahan kerupuk tersebut
akhirnya beliau memberanikan diri untuk membuka usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang tersebut. Pada saat baru memualai usaha, beliau melakukan sendiri
semua bagian dari usaha tersebut mulai dari proses pengolahan sampai pemasaran
kerupuk ikan/udang yang dihasilkannya. Pemasaran dilakukan sendiri dengan
berdagang keliling di wilayah sekitar. Berkat kegigihannya dan motivasi yang
dimilikinya, usaha pengolahan kerupuk ikan/udang ini kemudian semakin
berkembang dan saat ini sudah memiliki tenaga kerja sebanyak 150 orang.
Kerjasama yang terjalin baik dalam hal penyediaan input bahan baku dengan
perusahaan lain membuat usahanya semakin berkembang pesat.
Perkembangan pesat perusahaan terjadi mulai tahun 1989, dan pada tahun
2003 dilakukan pengembangan usaha dengan membuka cabang perusahaan
dengan merek Dua Gajah Putra. Perusahaan Dua Gajah Putra yang merupakan
perusahaan cabang ini dikelola oleh putri dan menantu pemilik perusahaan, yaitu
Hj. Yayah Khoiriyah dan H. Muhammad Kharir. Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah menjadi induk dari perusahaan kerupuk ikan/udang yang ada di Indramayu
dan menyuplai tepung tapioka untuk beberapa perusahaan kerupuk yang lainnya.
Pada tahun 2008/2009, perusahaan melakukan pergantian teknologi dengan
membeli sejumlah mesin untuk proses produksi seperti alat giling es, oven
penjemuran, mesin potong, mesin press, alat kukus, dan ketel uap (oven).
Penambahan pembelian mesin ini merupakan salah satu kebijakan perusahaan
untuk mengembangkan usahanya agar lebih efektif dan efisien agar mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Penggunaan teknologi mesin yang digunakan oleh
perusahaan ini menjadikan perusahaan semakin bisa meningkatkan jumlah
produksinya.
Adapun luas lahan yang digunakan oleh Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah termasuk perusahaan kerupuk cabang dengan merek Dua Gajah Putra
47

dalam memproduksi kerupuk ikan/udang adalah seluas lima hektar, meliputi luas
bangunan pabrik, rumah pemilik perusahaan, kantor perusahaan, mess karyawan,
musholla, dapur, toilet karyawan, dan lahan terbuka sebagai tempat penjemuran
atau proses pengeringan kerupuk.
5.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ini merupakan perusahaan keluarga
sehingga struktur organisasi yang dimiliki oleh Perusahaan ini masih tergolong
sederhana dan terpusat serta posisi-posisi penting seperti manajer dipegang oleh
anggota keluarga pemilik. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah didirikan oleh H.
Saein yang menempati posisi sebagai pemilik usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang ini. Pemilik memiliki garis koordinasi langsung dengan manajer baik
itu manajer bagian keuangan dan administrasi, bagian produksi, dan bagian
pemasaran. Sedangkan koordinasi secara tidak angsung dilakukan dengan pekerja
di bagian produksi, pemotongan, penjemuran, pengemasan, agen dan sales. Pada
pengelolaan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah pusat, pemimpin perusahaan
hanya dibantu oleh seorang manajer produksi yang dipegang oleh adik pemilik.
Manajer produksi ini diberi tanggung jawab untuk mengatur kerja karyawan,
proses produksi dan penjualan. Sedangkan untuk Perusahaan Dua Gajah Putra
sebagai perusahaan cabang dipimpin oleh Menantu Pemilik yaitu H. Muhammad
Kharir sebagai pimpinan cabang dan memiliki pembagian manajer yang sama
seperti pada perusahaan induknya yaitu mengawasi manajer keuangan, produksi,
dan pemasaran. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi dapat dilihat
pada Gambar 3. berikut.






48
















Keterangan:
: Garis Koordinasi langsung
Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
Sumber: Data Primer Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah (2010)

Setiap bagian pekerjaan dalam perusahaan memanfaatkan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi berbeda terutama sumber daya manusia yang
digunakan dalam bagian produksi, meliputi proses produksi, pemotongan,
penyusunan (persiapan penjemuran), penjemuran, dan pengemasan. Jumlah
tenaga kerja di perusahaan tersebut berjumlah 150 orang dan terbagi dalam dua
bagian, yaitu tenaga kerja tetap (bagian pengeringan/penjemuran) sebanyak 25
orang dan tenaga kerja borongan (bagian produksi, pengemasan, dan pemotongan)
sebanyak 125 orang. Sumber daya manusia yang dimanfaatkan di bagian produksi
sebanyak 125 orang yang terbagi atas bagian pembuatan adonan sebanyak 24
orang, bagian fillet sebanyak 36 orang, bagian penyusunan dan pemotongan
sebanyak 30 orang, dan bagian pengemasan sebanyak 35 orang.
Perekrutan yang dilakukan perusahaan masih sangat sederhana dan tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti syarat pendidikan terakhir dan
sebagainya. Peluang kerja yang tersedia hanya diinformasikan kepada pekerja
kemudian oleh para pekerja diinformasikan kepada masyarakat sekitar yang mau
dan mampu bekerja di perusahaan tersebut. Tenaga kerja yang mendominasi
bagian pengeringan/penjemuran dan produksi adalah tenaga kerja berjenis
kelamin laki-laki. Tenaga kerja wanita bekerja pada tahap penyiangan,
pemfilletan, persiapan kerupuk untuk dijemur dan pengemasan. Pada bagian
Pemi li k
Pimpi nan
M . Pr oduksi
Agen
Di st r ibut or
M .Keuangan M . Pemasar an
M . Pr oduksi M . Keuangan
Kep. Pr oduksi Kep.
Pemot ongan Kep.
Penj emur an Kep.
Pengemasan
Kep. Pr oduksi
Kep.Pemot ongan
Kep. Penj emur an
Kep. Pengemasan
49

proses produksi, terdapat 24 orang karyawan yang telah berpengalaman pada
bagian ini semuanya laki-laki, karena pada tahap ini proses produksi memerlukan
tenaga ekstra seperti penerimaan bahan baku siap dicampur, penggilingan daging,
pencampuran (mixing), pembuatan adonan, pencetakan, pengovenan, dan
pendinginan sementara sebelum dilakukan pemotongan. Usia para tenaga kerja
pun bervariasi, ada yang masih muda (usia sekolah), setengah baya dan usia
lanjut. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari penduduk/masyarakat yang tinggal
di sekitar pabrik, yaitu dari Blok Dukuh Desa Kenanga, Desa Rambatan, Desa
Bojongsari, dan Desa Panyindangan.
Jadwal kerja ditentukan berdasarkan tersedianya bahan baku yang masuk
ke perusahaan, sedangkan untuk jam kerja pada masing-masing bagian berbeda.
Pada bagian proses produksi dimulai dari jam enam pagi sampai jam empat sore,
sedangkan bagian perisapan penjemuran (penyusunan) mulai jam satu sampai jam
delapan pagi dan dilanjutkan dengan pengemasan sampai jam dua siang atau
tergantung banyaknya jumlah kerupuk yang diproduksi. Pada bagian penjemuran
mulai jam tujuh pagi sampai jam empat sore. Bagian dapur dari pagi sampai sore
setiap hari kerja untuk menyiapkan makanan bagi tenaga kerja laki-laki. Waktu
istirahat karyawan tidak ditentukan oleh perusahaan, karyawan bergantian untuk
beristirahat supaya produksi berjalan terus. Khusus pada bagian pengemasan tidak
ada waktu istirahat, karena terkait dengan upah yang mereka terima adalah
tergantung banyaknya jumlah kerupuk yang dikemas (upah borongan) dan
pekerjaan yang dilakukan pun tidak berat sehingga tidak menjadi masalah.
Sistem upah yang dilakukan pihak perusahaan untuk tenaga kerja
borongan dan tenaga kerja bagian proses produksi adalah harian dengan tambahan
jatah makanan, sedangkan upah untuk karyawan tetap bagian penjemuran adalah
mingguan berdasarkan kerja harian dengan tambahan jatah makanan.
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah juga memberikan beberapa fasilitas
serta keringanan bagi tenaga kerja guna mendukung kinerja mereka. Adapun
fasilitas tersebut diantaranya adalah mess karyawan bagi tenaga kerja bagian
penjemuran, mushola, Tunjangan Hari Raya (THR) berupa uang, baju, celana, dan
sembako, dan keringanan lainnya diantaranya adalah cuti kerja dan hari libur saat
tidak ada produksi serta adanya hiburan setiap tanggal 17 Agustus yaitu berupa
50

musik organ tunggal dengan menggabungkan seluruh tenaga kerja.
5.4 Proses Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang
5.4.1 Proses Pemfilletan
Proses pemisahan daging dari tubuh ikan (fillet) dilakukan setelah bahan
baku ikan datang ke perusahaan, biasanya dilakukan di waktu pagi yaitu sekitar
pukul 09.00 WIB. Ikan yang didatangkan dengan menggunakan truk langsung
diletakkan di ruangan bagian fillet setelah itu dilakukan proses pembersihan dan
fillet diantaranya yaitu pembuangan kepala dan isi perut serta pemisahan daging
dengan kulit. Daging ikan hasil fillet yang digunakan sebagai bahan baku utama
pembuatan kerupuk ikan/udang dimasukan kedalam fiber (box penyimpanan ikan)
yang berisi es agar ikan tetap segar dan awet. Proses pemfilletan ini dilakukan
secara profesional oleh para tenaga kerja wanita.
5.4.2 Proses Pembuatan Adonan Kerupuk Ikan/Udang
Sebelum ikan dibuat dan dicampur bahan lain untuk dijadikan adonan
kerupuk, ikan perlu digiling terlebih dahulu dengan mesin penggiling. Kemudian
ikan yang telah digiling dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti tepung
tapioka, telur bebek dan air kemudian dilakukan pengadukan sampai tercampur
rata. Komposisi pencampuran ini yaitu daging ikan sebanyak 16 kilogram, tepung
tapioka 33 kilogram, dan telur bebek lima buah serta air secukupnya. Adapun
gula, garam, dan penyedap rasa serta air dicampur jadi satu kemudian dilakukan
penggilingan dengan menggunakan mesin penggiling bumbu. Kemudian
campuran bahan baku utama dan bumbu tersebut dicampurkan dan dimasukkan
kedalam mesin pembuat adonan. Setelah sudah terbentuk adonan yang masih
kasar dilakukan penghalusan adonan dengan memasukkan adonan tersebut
kedalam mesin penghalus. Kemudian setelah adonan halus, dilanjutkan dengan
membuat adonan menjadi cetakan bulat baik itu ukuran besar tau kecil dan
dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Setelah adonan tercetak
bulat panjang kemudian dimasukkan kedalam rak untuk kemudian dimasukkan
kedalam mesin pengukus. Lama pengukusan tergantung dari ukurannya, untuk
adonan kerupuk ukuran kecil waktu pengukusan hanya 20 menit, sedangkan untuk
pengukusan adonan kerupuk dengan ukuran besar memakan waktu selama satu
51

jam. Setelah adonan di kukus selama 20 sampai 60 menit, kemudian dilakukan
lagi pengukusan yang kedua kedalam oven yang dilakukan selama 10 jam. Proses
pembuatan adonan ini biasanya berlangsung dari jam sembilan pagi sampai jam
tiga sore.
5.4.3 Proses Pemotongan daan Penyusunan Adonan Kerupuk Ikan/Udang
Adonan kerupuk yang sudah dikukus selama 10 jam kemudian dilakukan
proses pemotongan dengan menggunakan mesin potong. Adonan yang sudah
dipotong tipis kemudian disusun atau diletakkan kedalam tampah untuk persiapan
penjemuran. Proses pemotongan dan penyusunan ini dilakukan pada dini hari
yaitu mulai dilakukan pemotongan adalah jam dua dini hari. Dari proses
pemotongan sampai penyusunan dilakukan kurang lebih selama lima jam, yaitu
dimulai jam dua dini hari dan selesai jam tujuh pagi.
5.4.4 Proses Penjemuran
Adonan kerupuk yang sudah terbentuk sesuai dengan ukuran
pemotongannya, setelah dilakukan proses penyusunan kedalam tampah, maka
kemudian akan dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu dilakukan proses
penjemuran di lahan terbuka agar mendapatkan cahaya dan panas matahari untuk
proses pengeringan kerupuk. Proses penjemuran kerupuk ini dimulai dari jam
tujuh pagi sampai jam empat sore. Penjemuran kerupuk senantiasa dijaga oleh
pekerja karena harus senantiasa dibalik-balik agar hasil pengeringan kerupuk
merata. Setelah kerupuk yang sudah dijemur tersebut kering, maka dilakukan
pengumpulan kerupuk kering yang kemudian akan dilakukan proses pengemasan.
5.4.5 Proses Pengemasan (Packing)
Kerupuk yang sudah dilakukan proses penjemuran dan sudah kering maka
akan dimasukkan kedalam tampah-tampah dan dikumpulkan di ruangan
pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik kemasan
dengan merek nama perusahaan tersebut dan ditutup rapat dengan menggunakan
sealer. Diagram alir proses pengolahan kerupuk ikan/udang dapat dilihat pada
Gambar 4 berikut.


52































Gambar 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Kerupuk Udang/ikan
Pemot ongan/ Pengi r i san
Penj emur an/ Penger i ngan
Pengukusan
Pencampur an bahan
ut ama dan bumbu
Pembuat an adonan dengan mesi n adonan dan
penghalusan
Pencet akan
Tepung t api oka,
Tel ur bebek dan
ai r
Gul a, Gar am,
Bumbu penyedap
dan Ai r
Udang/ Ikan
(Penyi angan)
Fi l l et dan Pember si han Pencampur an bumbu dg
mesi n pengaduk bumbu
Pencampur an bahan
ut ama
Penggil i ngan dagi ng
Ker upuk Udang/ Ikan
Pengemasan
53

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Aspek Non Finansial
Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini,
dikaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen,
sosial-ekonomi-budaya, dan hukum.
6.1.1 Aspek Pasar
Analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu dilakukan untuk melihat
kondisi pasar dalam usaha tersebut, sehingga produk dari hasil usaha tersebut
diharapkan dapat diterima dengan baik oleh pasar tujuan. Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah juga memerlukan analisis aspek pasar agar produk utama yakni
kerupuk udang/ikan yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar.
6.1.1.1 Analisis Peluang Pasar
Kerupuk ikan/udang merupakan sebuah produk yang memiliki prospek
pemasaran yang cukup baik karena kerupuk merupakan bahan pelengkap
makanan dan kebanyakan masyarakat menyukainya. Sampai saat ini, jumlah
permintaan kerupuk ikan/udang yang diterima oleh Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah selalu lebih tinggi daripada penawaran yang diberikannya, dalam setiap
bulannya rata-rata permintaan kerupuk ikan/udang kepada Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah sebesar 151 ton sedangkan penawaran perusahaan hanya
mencapai 110 ton (produksi tertinggi perusahaan), terkadang perusahaan juga
hanya dapat memenuhi 50 persen saja dari permintaan pasar tersebut karena
keterbatasan bahan baku ikan. Informasi tersebut menunjukan bahwa perusahaan
pengolahan kerupuk udang/ikan memiliki peluang untuk meningkatkan jumlah
produksinya agar kekurangan permintaan sebesar 41 ton per bulan dapat dipenuhi.
Selain itu, adanya penambahan teknologi yang dilakukan perusahaan
menyebabkan jumlah produski kerupuk ikan/udang yang dihasilkan perusahaan
meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Dilihat dari data
perusahaan pada tabel 3, rata-rata produksi kerupuk ikan/udang dan nilai
penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai
54

data permintaan dan penawaran kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 5. Data Permintaan dan Penawaran Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah Tahun 2010
No.
Lokasi
Pemasaran
Penawaran
(ton/bulan)
Permintaan
(ton/bulan)
Selisih
(ton/bulan)
1. Semarang 32 40 8
2. Magelang 21 30 9
3. Bandung 16 22 6
4. Serang & Cilegon 26 32 6
5. Sumatra 8 15 7
6. Kalimantan 6 10 4
7. Indramayu 1 2 1
Total 110 151 41
Sumber : Data Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah (2010)
Permintaan yang datang dari masing-masing daerah berasal dari agen,
distributor, dan konsumen langsung. Sedangkan penawaran adalah jumlah yang
dapat disediakan perusahaan. Dari tabel diatas dapat menunjukkan bahwa terdapat
excess demand (kelebihan permintaan) dan dari selisih permintaan dan penawaran
tersebut terdapat peluang sebesar 27,15 persen yang belum mampu dimanfaatkan
oleh Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Dengan demikian, masih ada peluang
untuk perusahaan terus meningkatkan produksinya agar dapat memberikan
penawaran lebih dan memenuhi permintaan pasar.
Tidak adanya data mengenai jumlah permintaan kerupuk ikan/udang baik
dari Badan Pusat Statistik maupun data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Indramayu dan Jawa Barat menyebabkan perhitungan terhadap
perhitungan pasar potensial hanya dilakukan dalam skala usaha perusahaan yaitu
sama dengan peluang pasar sebesar 27,15 persen. Sedangkan market share usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah hanya
dapat dilakukan dalam skala daerah/Kabupaten Indramayu. Pangsa pasar
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah diperoleh sebesar 14 persen yaitu dengan
produksi 1.320 ton dalam setahun dari seluruh produksi perusahaan kerupuk di
Indramayu sebesar 9.425 ton yang dihasilkan dari 62 perusahaan.
6.1.1.2 Analisis Pesaing
Pesaing adalah perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama.
Pesaing Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan-perusahaan
55

pengolah kerupuk ikan/udang lain yang menghasilkan kerupuk ikan/udang.
Berdasarkan dari data Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Indramayu mengenai jumlah dan lokasi perusahaan pengolahan kerupuk
ikan/udang yang ada di Indramayu, maka dapat diketahui bahwa terdapat 62
perusahaan pengolahan kerupuk di Indramayu yang sebagian besar menghasilkan
kerupuk ikan/udang, 49 perusahaan diantaranya adalah perusahaan yang termasuk
dalam skala kecil dan 13 perusahaan termasuk kedalam skala menengah.
Perusahaan dalam skala menengah dapat dilihat pada Tabel 2. Dengan demikian
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah memiliki 61 pesaing, 49 diantaranya
perusahaan skala kecil dan 12 perusahaan dalam skala menengah. Beberapa
perusahaan yang dapat dijadikan sebagai pesaing bagi Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah antara lain Perusahaan Candramawa, Perusahaan Gajah Tunggal,
Perusahaan Bunga Matahari, Perusahaan Dua Mawar, Perusahaan Sri Tanjung,
Perusahaan Perahu Kencana, Perusahaan Dua Naga, Perusahaan Kereta Kencana
dan Ganesha Utama Group. Sedangkan Perusahaan Dua Jempol, Perusahaan
Kelapa Gading, Perusahaan Padi Kapas dan Perusahaan Indrasari bukan dijadikan
sebagai pesaing karena pemilik perusahaan merupakan saudara kandung pemilik
(baik adik pemilik/kakak pemilik) dan dalam proses produksinya sering
melakukan kerjasama dalam penyediaan input bahan baku serta tidak berebut
pasar untuk daerah pemasaran yang dituju, sehingga pemasaran tidak menjadi
masalah dalam persaingan perusahaan-perusahaan tersebut karena setiap
perusahaan mempunyai pangsa pasar masing-masing.
Demikian halnya bagi perusahaan-perusahaan pesaing lainnya, dalam hal
perebutan pasar tidak terlalu ketat. Semua perusahaan mempunyai pasar masing-
masing yang dituju dalam arti daerah pemasaran yang berbeda-beda. Hanya saja
perlu dilakukan pengembangan pasar ke daerah-daerah di seluruh Indonesia yang
belum dapat dijangkau oleh perusahaan seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.
6.1.1.3 Bauran Pemasaran
6.1.1.3.1 Produk (Product)
Produk utama yang dihasilkan oleh Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
adalah kerupuk ikan/udang. Kerupuk ikan/udang yang dihasilkan mencapai lima
56

ton per periode produksi sehingga dalam satu bulan biasanya berproduksi selama
20 hari, artinya produksi yang dihasilkan perusahaan perbulannya dapat mencapai
100 ton. Contoh Kerupuk ikan/udang dapat dilihat pada Gambar 5.



Gambar 5. Kerupuk Ikan/Udang
Kerupuk ikan/udang yang dihasilkan perusahaan ini lebih sedikit jika
dibandingkan dengan kerupuk ikan/udang yang diminta oleh konsumen. Bila
kerupuk ikan/udang yang tersedia belum dapat memenuhi keseluruhan permintaan
maka perusahaan akan memberikan produk ke semua konsumen namun dengan
jumlah yang lebih sedikit dari yang diminta karena perusahaan berusaha untuk
menjaga loyalitas konsumen sehingga tidak berpindah ke kerupuk ikan/udang
merek lain. Produksi kerupuk yang tidak berjalan setiap hari menyebabkan
perusahaan tidak dapat optimal dalam melakukan produksinya. Hal ini terkait
dengan ketersediaan bahan baku yang terbatas terutama ikan segar hasil
tangkapan nelayan.
Selain kerupuk ikan/udang, terdapat beberapa produk sampingan yang
dihasilkan oleh Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah yakni kerupuk BS, kulit ikan
kering, dan kerupuk bawang. Kerupuk BS merupakan kerupuk yang tidak
memenuhi kriteria untuk kerupuk ikan/udang yang utama, seperti cacat pada saat
57

pemotongan, retak/pecah pada proses penjemuran, penyimpanan sementara dan
pengemasan. Adapun kerupuk bawang diproduksi saat perusahaan benar-benar
tidak bisa mendatangkan ikan, sehingga akhirnya memproduski kerupuk bawang.
Jadi produksi kerupuk bawang yang dilakukan tidak bersifat kontinu seperti pada
kerupuk ikan/udang. Sedangkan untuk kulit ikan kering hasil sisa fillet yang sudah
melalui proses penjemuran/pengeringan kemudian juga akan dijual dalam bentuk
mentah kepada konsumen. Konsumen kerupuk kulit (kulit ikan kering) tersebut
umumnya berasal dari daerah sekitar. Kemasan yang digunakan berupa kemasan
ukuran 250 gram, 500 gram, dan lima kilogram. Penggunaan kemasan tersebut
sesuai dengan pasar yang dituju dari produk ini yaitu memenuhi kebutuhan rumah
tangga untuk ukuran 250 gram dan 500 gram, sedangkan untuk ukuran lima
kilogram biasanya ditujukan kepada pedagang pengecer dan pedagang kerupuk
yang sudah siap makan (sudah digoreng).
Beberapa produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan upaya
perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen. Kerupuk udang umumnya
lebih banyak diproduksi, karena kecenderungan konsumen lebih menyukai
kerupuk udang. Kerupuk bawang diproduksi juga karena perusahaan ingin
memenuhi permintaan konsumen akan kerupuk ketika bahan baku ikan/udang
terbatas. Demikian halnya dengan berbagai jenis ukuran kerupuk (sedang, besar,
kancing, stik, BS, kulit dan bawang) dibuat sesuai dengan pesanan dan preferensi
konsumen. Adanya pilihan produk berdasarkan jenis ukuran tersebut membuat
konsumen bisa memilih produk yang berbeda sesuai keinginan dan kebutuhan
hanya pada satu perusahaan.
6.1.1.3.2 Harga
Harga merupakan salah satu faktor yang sering dipertimbangkan oleh
konsumen sebelum membeli suatu produk. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
tidak menetapkan perbedaan harga untuk kerupuk ikan atau udang, tetapi
menetapkan harga yang berbeda untuk kerupuk bawang dan kerupuk kulit ikan.
Perbedaan harga berdasarkan ukuran produknya yaitu ukuran besar, sedang,
kancing, dan stick. Perbedaan harga dilakukan oleh perusahaan berdasarkan
perbedaan bahan bakunya seperti perbedaan harga antara kerupuk ikan/udang
dengan kerupuk bawang dan kerupuk kulit. Adapun perbedaan harga berdasarkan
58

ukuran kerupuk misalnya ukuran besar, sedang, kancing dan stick dilakukan
perusahaan karena tingkat kesulitan pada proses pembuatan yang menyebabkan
biaya tenaga kerja terserap lebih banyak. Perbedaan upah dalam penyusunan
kerupuk untuk kerupuk kancing dihargai Rp150,00 per tampah sedangkan
kerupuk sedang/besar dihargai Rp110,00 per tampah. Perbedaan harga juga
dilakukan karena kualitas produk yang berbeda ditetapkan pada harga kerupuk
BS. Dari segi kualitas kerupuk BS memiliki kualitas kerupuk yang lebih rendah
daripada kerupuk lainnya karena bentuk fisik kerupuk BS (retak/pecahan) tidak
seperti kerupuk layak jual lainnya.
Kenaikan harga kerupuk ikan/udang yang dilakukan perusahaan, dalam
setiap tahunnya bisa terjadi tiga sampai empat kali. Alasan perusahaan adalah
karena mengikuti kenaikan harga bahan baku yang juga mengalami inflasi dalam
setiap tahunnya. Dampak kenaikan harga yang dilakukan adalah turunnya
permintaan kerupuk kepada perusahaan, namun dampak itu hanya dirasakan
selang setelah kenaikan saja, sedangkan untuk kedepannya permintaan kerupuk
yang dilakukan konsumen akan kembali seperti semula, sehingga kenaikan harga
ini tidak menjadi masalah bagi perusahaan itu sendiri, terlebih penetapan harga
juga dilakukan bersamaan dengan perusahaan kerupuk lainnya yang merupakan
saudaranya. Adapun harga kerupuk ikan/udang yang ditetapkan perusahaan pada
saat penelitian ini dilakukan, dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 6. Daftar Harga Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
Periode Agustus Tahun 2010
Jenis/Ukuran kerupuk Harga (Rp/bal) Harga(Rp/kg)
Sedang 93.500 19.000
Besar 93.500 19.000
Kancing 98.500 20.000
Stik 103.500 21.000
BS 60.000 12.000
Kulit - 70.000
Bawang 83.500 17.000
Sumber: Data Primer Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Tahun 2010
Produk sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan ini antara lain kerupuk
BS dan kerupuk kulit ikan. Harga kerupuk BS dapat dilihat pada tabel diatas.
Harga kerupuk BS relatif murah karena kerupuk BS adalah produk BS, sehingga
59

perusahaan juga menetapkan harga yang jauh lebih rendah. Peminat/konsumen
kerupuk BS cukup banyak terutama wilayah pemasaran daerah sekitar yaitu
wilayah Kabupaten Indramayu.
6.1.1.3.3 Distribusi (place)
Untuk membeli kerupuk ikan/udang ini konsumen dapat datang langsung
ke lokasi perusahaan/pabrik yaitu di Jalan Perindustrian Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Indramayu. Dalam mendistribusikan produknya, perusahaan
mempunyai agen/distributor di setiap kota dan provinsi yang merupakan wilayah
pemasarannya. Sehingga permintaan produk selalu kontinu dan perusahaan dapat
memastikan produknya mampu diserap oleh pasar yang ditujunya. Adapun pasar
tujuan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ini Pulau Jawa,
Sumatra, dan Kalimantan. Untuk wilayah Pulau Jawa, tersedia beberapa agen/
distributor diantaranya yaitu Bandung dan Serang/Cilegon untuk wilayah Jawa
Barat dan Banten, Magelang dan Semarang untuk wilayah Jawa Tengah, Surabaya
untuk wilayah Jawa Timur, Lampung dan Bengkulu untuk wilayah Sumatera, dan
Samarinda untuk wilayah Kalimantan. Agen/distributor yang bekerjasama secara
kontinu untuk menjual kerupuk ikan/udang ini akan melakukan pemesanan
melalui telepon kemudian barang tersebut dikirim oleh kendaraan perusahaan ke
wilayah pemasaran tersebut.
Saluran pemasaran Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dilihat
dalam Gambar 6. berikut.
Saluran I


Saluran II


Saluran III

Gambar 6 . Saluran Pemasaran Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
Konsumen
Pabr i k Agen / Di st r i but or Pengecer Konsumen
Pengecer Pabr i k Konsumen
Agen/ Di st r i but or
Pabr i k
60

Saluran I merupakan saluran pemasaran yang menyerap produk yang
dihasilkan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah paling banyak, yaitu sebesar
68,18 persen. Dari jumlah produksi kerupuk ikan/udang yang dihasilkan saat ini
sebanyak 110 ton per bulan, saluran I menyerap 75 ton per bulannya. Saluran I,
dari perusahaan kemudian dipasarkan oleh agen/distributor meliputi agen daerah
Bandung, Semarang, Magelang dan Cilegon/Serang. Sedangkan Saluran II, yaitu
dari perusahaan memasok distributor kemudian dari tangan agen/distributor
barulah sampai kepada tangan konsumen. Saluran II menyerap pemasaran
kerupuk sebesar 27,27 persen yaitu rata-rata sebesar 30 ton per bulan. Wilayah
saluran II ini yaitu Sumatera dan Kalimantan. Adapun pada saluran III, hanya
menyerap pemasaran kerupuk sebesar 4,56 persen dari seluruh penawaran
kerupuk yaitu sebesar 5 ton/bulan. Wilayah pemasaran ini merupakan wilayah
pemasaran daerah sekitar, yaitu lingkup Kabupaten Indramayu.
Produk sampingan yang dihasilkan pada umumnya tidak melalui perantara
distributor/agen melainkan dengan dijual kepada pengecer yaitu memakai saluran
III. Dengan kata lain produk sampingan hanya melewati satu saluran distribusi.
Dari beberapa saluran distribusi tersebut, perusahaan dapat menyalurkan
produknya secara kontinu. Dengan saluran tersebut, perusahaan memiliki
keefektifan dalam penyaluran produk terutama dengan adanya agen dan
distributor yang merupakan pelanggan tetap perusahaan. Saluran tersebut juga
memudahkan perusahaan dalam melihat permintaan konsumen terhadap jenis
produk.
6.1.1.3.4 Promosi
Promosi disebut juga sebagai komunikasi pemasaran yang diharapkan
mampu meningkatkan penjualan produk. Sampai saat ini, Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah tidak menggunakan media promosi seperti pamphlet, media cetak
atau pun media elektronik karena kerupuk ikan/udang yang dihasilkan selalu habis
terjual meskipun tanpa adanya kegiatan promosi semacam ini. Pemilik hanya
menghubungi beberapa agen/distributor untuk menawarkan kerupuk ikan/udang
hasil olahannya atau sebaliknya agen/distributor menghubungi perusahaan untuk
memasok lagi kerupuk ikan/udang yang dibutuhkan, hal ini dilakukan agar
61

pemasaran perusahaan berlangsung secara kontinu. Salah satu promosi yang
dilakukan adalah dengan pemberian souvenir kepada agen/distributor kerupuk
ikan/udang Cap Dua Gajah tersebut. Pengembangan pemasaran yang dilakukan
yaitu dengan mencari agen/distributor di daerah-daerah. Wilayah yang akan
menjadi pengembangan pasar perusahaan ini adalah Bali. Selain pemberian
souvenir pemilik juga menyediakan kartu nama yang diberikan kepada rekan-
rekannya. Hal ini juga menjadi salah satu dari promosi yang dilakukan.
Perusahaan sudah memiliki izin usaha yang resmi dari Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan. Disperindag juga ikut membantu dalam
memperkenalkan nama perusahaan ke pihak-pihak lain baik konsumen maupun
investor dan tentu diketahui oleh pemerintah yaitu dengan adanya katalog info
bisnis produk unggulan Kabupaten Indramayu. Hal inilah yang menjadikan
perusahaan semakin dikenal dan salah satu promosi perusahaan kepada khalayak.
Promosi juga dilakukan oleh pihak-pihak yang menjadi distributor/agen
Kerupuk ikan/Udang Cap Dua Gajah. Pemilik tidak membekali distributor dengan
media promosi apapun, hanya saja pemilik perusahaan memberi souvenir.
Agen/distributor tentu ikut melakukan kegiatan promosi. Jika kegiatan promosi
berjalan dan dikenal masyarakat maka permintaan dari pasar semakin meningkat
karena kegiatan promosi. Oleh karena itu kedua pihak akan saling menguntungkan
baik bagi perusahaan ataupun bagi agen/distributor. Media promosi sederhana
yang digunakan oleh perusahaan sudah mengenai sasaran karena promosi juga
dilakukan oleh agen dan distributor sehingga promosi langsung ditujukan kepada
target pasar yang dituju.
Analisis aspek pasar telah menguraikan beberapa hal mengenai peluang
pasar, pesaing perusahaan dan bauran pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
meliputi produk, harga, distribusi, dan promosi. Analisis peluang pasar
memperlihatkan bahwa usaha pengolahan kerupuk ini masih memiliki peluang
pasar sehingga perusahaan dapat melakukan pengembangan dengan meningkatkan
kapasitas produksinya. Adapun dari hasil analisis pesaing, perebutan pasar dengan
pesaing dalam industri tidak terlalu ketat karena setiap perusahaan pengolah
kerupuk sudah memiliki pasar (daerah pemasaran) masing-masing yang dituju.
Analisis mengenai produk yaitu dengan adanya berbagai jenis produk yang
62

dihasilkan sudah dapat memenuhi permintaan konsumen baik dari segi jenis
maupun ukurannya. Begitu juga dengan pengemasan produk yang dilakukan
perusahaan menyesuaikan pada konsumen yang dituju. Analisis mengenai harga
yang ditetapkan perusahaan, umumnya dapat diterima konsumen karena
penetapan harga yang dilakukan sudah sesuai dengan jenis dan ukuran produknya.
Analisis mengenai distribusi yang dilakukan, perusahaan memiliki tiga saluran
pemasaran, dimana dengan ketiga saluran tersebut membuat produk perusahaan
terserap 100 persen, ketiga saluran tersebut mempermudah perusahaan dalam
melakukan distribusi ke daerah-daerah pemasaran. Analisis mengenai promosi,
perusahaan melakukan promosi yang sederhana, namun dapat dilihat bahwa
promosi tersebut cukup efektif terutama promosi ke daerah pemasaran yang juga
dilakukan oleh agen dan distributor. Dari hasil analisa di atas dapat diketahui
bahwa pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah dinilai dari sisi aspek pasar sudah mengkondisikan agar
pemasrana usaha tersebut berjalan dengan baik dan lancar sehingga dari aspek
pasar dapat dikatakan perusahaan tersebut layak untuk dilaksanakan dan
dilanjutkan.
6.1.2 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan penyediaan sarana
produksi dan proses produksi. Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama dan
variabel bukan utama, luas produksi, proses produksi, layout pabrik, dan
pemilihan jenis teknologi dan equipment.
6.1.2.1 Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Utama
6.1.2.1.1 Ketersediaan Bahan Baku
Pada usaha pengolahan kerupuk udang/ikan ini terdapat beberapa bahan
baku yang digunakan antara lain yaitu ikan segar, tepung tapioka, garam, gula,
dan bumbu serta air. Pada awalnya bahan baku berupa ikan segar hanya
memanfaatkan hasil produksi ikan dari TPI Karangsong Indramayu, namun
dengan perkembangan perusahaan yang pesat, bahan baku ikan juga didatangkan
dari Juwena-Pati. Penyediaan bahan baku ikan dari luar daerah Indramayu ini
63

dikarenakan TPI Karangsong tidak mampu memenuhi permintaan perusahaan
karena TPI Karangsong juga harus menyuplai ikan segar ke perusahaan-
perusahaan serupa. Pada saat penelitian berlangsung harga rata-rata ikan per
kilogramnya adalah Rp12.000,- dengan kebutuhan suplai ikan sebanyak 60 ton
per bulan. Pemilihan lokasi perusahaan yang dilakukan salah satunya
mempertimbangkan ketersediaan bahan baku ikan ini sehingga lokasi perusahaan
dekat dengan sumber bahan baku yaitu TPI Karangsong sehingga dapat
meminimumkan biaya terutama dalam hal biaya pengangkutan bahan baku. Selain
bahan baku ikan, garam yang digunakan juga didatangkan dari daerah Eretan
Kabupaten Indramayu, dimana lokasi itu merupakan pusat pabrik garam di
Indramayu. Harga garam dari pabrik tersebut adalah sebesar Rp400,- per kilogram
dengan kebutuhan perusahaan adalah 18 ton per bulan. Seperti halnya ikan, bahan
baku garam ini juga menjadi pertimbangan lokasi usaha yang dijalankan.
Bahan baku utama lain seperti tepung tapioka didapatkan perusahaan dari
luar kota Indramayu yaitu dari Kabupaten Tasikmalaya. Suplai yang dilakukan
oleh produsen input berlangsung secara kontinu sehingga pemilik Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah sudah menjadi rekanan yang baik dengan penyuplai
tepung tapioka tersebut. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah juga pernah
bekerjasama dengan perusahaan tepung tapioka Bogasari dalam hal bahan baku
tepung tersebut, artinya Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah menyuplai tepung
tapioka kepada perusahaan serupa di industri kerupuk Kenanga. Dalam hal
pengangkutan bahan baku, perusahaan memiliki truk untuk melakukan
pengangkutan tepung tapioka tersebut. Pada saat penelitian berlangsung harga
tepung tapioka sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan kerupuk ini
yaitu sebesar Rp5.500,- per kilogram dan perusahaan dalam setiap bulannya
membutuhkan 90 ton per bulan.
Bahan baku gula yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kerupuk
didatangkan perusahaan dari Kota Cirebon. Lokasi Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah berada di Kabupaten Indramayu yang tidak jauh dari Kota Cirebon
sehingga ketersediaan bahan baku gula ini juga mendukung keberadaan lokasi
perusahaan. Bahan baku pelengkap seperti telur dan bumbu penyedap didapatkan
perusahaan di Pasar daerah setempat yaitu di Pasar Anyar Indramayu.
64

6.1.2.1.2 Tenaga Listrik dan air
Ketersediaan listrik dan air bagi kegiatan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang sangat penting. Tenaga listrik yang dibutuhkan perusahaan disuplai
dari listrik PLN, daya yang digunakan sebesar 16.000 watt ini dapat dipenuhi
setiap harinya oleh PLN dengan pengecualian beberapa kondisi yang membuat
PLN melakukan pemutusan listrik. Oleh karena itu sebagai jaminan proses
produksi maka perusahaan menyediakan generator set sebagai alternatif atau
cadangan apabila terjadi pemutusan listrik sementara oleh PLN. Sedangkan untuk
jaminan ketersediaan air, perusahaan menggunakan sumber air berasal dari
PDAM dan sumur. Sumber air dari PDAM digunakan untuk pelengkap bahan
baku produksi. Sedangkan air sumur digunakan untuk pencucian ikan dan mesin
boiler. Air ditampung pada bak penampungan, pada beberapa bagian air ini
dilengkapi dengan pipa yang disalurkan pada alat produksi yang membutuhkan
air, diantaranya untuk pendinginan mesin oven, toilet, dan pencucian ikan.
6.1.2.1.3 Supply Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang ini
berasal dari daerah sekitar yaitu Desa Kenanga Blok Dukuh, Desa Rambatan dan
Desa Panyindangan Wetan. Pekerja yang bekerja di perusahaan ini mencapai 150
orang pekerja dengan masing-masing bagian. Pekerja tetap pada bagian
penjemuran umumnya berjenis kelamin laki-laki sedangkan pekerja pada bagian
fillet dilakukan oleh pekerja wanita. Pekerja pada bagian pembuatan adonan
adalah seluruhnya laki-laki dan bersifat borongan, sedangkan pada bagian
pemotongan dan penyusunan umumnya didominasi oleh pekerja berjenis kelamin
perempuan.
Perbedaan pembagian pekerjaan terkait dengan jenis kelamin ini
merupakan salah satu bentuk manajemen tenaga kerja yang sesuai dengan
kapasitasnya, seperti pada bagian produksi dan penjemuran di dominasi pekerja
dengan jenis kelamin laki-laki karena membutuhkan tenaga yang ekstra dan kuat
dalam proses pengerjaan pekerjaan tersebut. Sedangkan pekerja perempuan
umumnya dipekerjakan di bagian penyusunan dan pemotongan serta pengemasan
karena diharapkan bisa lebih cekatan dan terampil sehingga menghasilkan
produktivitas yang tinggi karena upah pekerja tersebut adalah upah borongan.
65

Dari 150 pekerja, yang termasuk tenaga kerja tetap hanya sebanyak 25
orang dan sisanya adalah tenaga kerja borongan, hal ini mengakibatkan tenaga
kerja terjadinya kelonggaran untuk keluar masuknya tenaga kerja, walaupun pada
umumnya pekerja borongan tersebut seperti halnya sudah menjadi pekerja tetap,
karena setiap periode produksi perusahaan selalu masuk, hanya saja upahnya
adalah upah borongan. Meskipun terdapat kelonggaran untuk pekerja borongan,
namun perusahaan tidak pernah kekurangan tenaga kerja karena penduduk
masyarakat sekitar masih ada yang mau dan mampu untuk bekerj di perusahaan
tersebut. Dengan demikian ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan
sudah cukup terjamin terutama dari masyarakat sekitar.

6.1.2.1.4 Fasilitas Transportasi
Fasilitas transportasi merupakan sarana eksternal yang seharusnya ada
untuk kelancaran usaha pengolahan kerupuk ikan/udang. Sarana eksternal yang
dibutuhkan adalah jalan menuju perusahaan. Perusahaan berada dekat di lokasi
rumah penduduk sehingga jalan utama untuk mengakses perusahaan tersebut
adalah jalan desa yang menjadi jalan umum bagi masyarakat sekitar. Selain jalan
desa tersebut, perusahaan juga menyediakan jalan untuk masuk ke wilayah pabrik
karena perusahaan/pabrik cabang berada di belakang masjid dan sekolah sehingga
memerlukan jalan untuk masuk kedalam pabrik. Jalan tersebut telah dibuat oleh
pemilik Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah sejak berdirinya pabrik cabang
tersebut. Selain itu, fasilitas transportasi lain seperti mobil pengiriman produk
hasil perusahaan tersebut dan truk pengangkutan bahan baku telah disediakan
yaitu satu truk besar dan satu mobil pick up.
6.1.2.2 Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Bukan Utama
6.1.2.2.1 Lingkungan Agroekosistem
Desa Kenanga terletak pada ketinggian 2,50 meter diatas permukaan laut
dan merupakan desa yang berada di Kabupaten Indramayu yang memiliki suhu
rata-rata panas antara 32-34
o
C. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun cukup
rendah yaitu 2000 mm
3
per tahun. Berdasarkan ketingggian dan topografi Desa
Kenanga yang merupakan dataran rendah dengan suhu yang cukup panas
menjadikan tempat ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat memproduksi
66

kerupuk ikan yang membutuhkan cuaca dan suhu panas.
6.1.2.2.2 Hukum dan Peraturan Pemerintah
Secara hukum Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah sudah memiliki izin
usaha. Peraturan pemerintah terutama tentang izin terkait usaha tersebut tidak
menjadi penghambat. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan sangat
mendukung dengan adanya perusahaan tersebut karena produk yang diproduksi
perusahaan merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Indramayu. Hal ini
menjadi keuntungan bagi perusahaan, karena perusahaan ditampilkan dalam
katalog info bisnis produk unggulan Kabupaten Indramayu sehingga nama
perusahaan semakin dikenal baik dalam tataran pemerintah maupun masyarakat.
Demikian halnya dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten
Indramayu menampilkan profil perusahaan sebagai industri unggulan perikanan
dan kelautan.
6.1.2.2.3 Sikap dari Masyarakat Setempat
Dengan adanya usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Desa Kenanga,
sebagian besar masyarakat setempat terserap sebagai tenaga kerja. Masyarakat
menyadari, dengan adanya perusahaan-perusahaan tersebut memiliki dampak
positif berupa dapat menguramgi pengangguran yang ada di Desa tersebut dan
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat sehingga lokasi usaha di
Desa Kenanga justru sangat didukung oleh masyarakat setempat. Keberadaan
perusahaan juga tidak bertentangan adat istiadat masyarakat setempat. Hal ini
terjadi karena pemilik perusahaan berasal dari desa tersebut yang mengetahui adat
istiadat masyarakat setempat.
6.1.2.3 Luas Produksi
Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi
untuk mencapai keuntungan maksimum. Salah satu hal yang mempengaruhi
penentuan luas produksi adalah batasan permintaan. Permintaan kerupuk
udang/ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah mencapai 151 ton per bulan
sedangkan jumlah penawaran perusahaan lebih rendah dari jumlah permintaan
tersebut sehingga Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah berusaha untuk
meningkatkan luas produksi perusahaan dengan melakukan perubahan teknologi
67

yang digunakan, yaitu menambah peralatan mesin dalam memproduksi kerupuk
agar bisa memproduksi secara optimal sesuai kapasitas produksinya. Dengan luas
produksi yang semakin bertamabah, perusahaan berusaha memenuhi permintaan
yang ada di pasar atas produknya. Dengan adanya perubahan teknologi tersebut,
jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan meningkat namun hingga pada saat
penelitian berlangsung permintaan terhadap produk tersebut selalu lebih tinggi
dari penawarannya. Hal ini yang membuat perusahaan terus mengupayakan
menambah luas produksinya.
6.1.2.4 Layout
Layout pada sebuah usaha adalah proses penataan keseluruhan sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan guna mencapai keseimbangan kegiatan
operasi secara efisien. Lampian 3. memperlihatkan layout Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah. Dari Lampiran 3. tersebut dapat dilihat bahwa di lahan seluas
lima hektar ini dibangun pula bangunan yang tidak difungsikan untuk kepentingan
perusahaan yaitu dua buah rumah pemilik perusahaan. Dalam layout tersebut,
terdapat dua bangunan pabrik yang difungsikan untuk proses produksi mulai dari
proses pemfilletan, pembuatan adonan, pemotongan dan penyusunan sampai pada
proses pengemasan, sedangkan pengeringan dilakukan di lahan terbuka yang
disemen di sekitar bangunan pabrik. Perusahaan juga menyediakan beberapa
fasilitas bangunan untuk para pekerja seperti dua buah mess karyawan, musholla,
dapur dan toilet khusus untuk para pekerja. Adapun bangunan lain yang dibangun
sebagai fasilitas perusahaan untuk menjalankan operasinya adalah gudang barang,
ruang penyimpanan garam, depot es, ruang penyimpanan kayu bakar dan garasi
mobil.
Dalam bangunan pabrik terdapat empat bagian ruangan untuk aliran proses
produksi, bagian pabrik paling belakang dijadikan sebagai tempat proses
pemfilletan, kemudian bagian tengah dijadikan sebagai ruangan proses pembuatan
adonan, kemudian ruangan berikutnya adalah ruangan untuk proses pemotongan
dan penyusunan sekaligus ruang proses pengemasan produk akhir. Ruangan
bagian paling depan adalah rumah pemilik yang dijadikan kantor dan ruang
penyimpanan kerupuk yang sudah dikemas.
Bangunan pabrik yang cukup luas ini menampung beberapa alat produksi
68

diantaranya yaitu dalam ruangan pemotongan dan pengemasan terdapat mesin
pemotong, ruang pengovenan yang berukuran 10 m x 6 m yang didalamnya
terdapat oven untuk proses produksi setelah adonan kerupuk dikukus dalam ketel
uap. Dalam ruangan produksi/pembuatan adonan terdapat mesin pembuat adonan,
mesin penghalus adonan, mesin pengaduk bumbu, dan meja pencetakan serta
ketel uap/alat pengukus yang dengan bahan bakar kayu bakar yang dibakar dalam
tungku bakar yang berukuran sangat besar. Tungku bakar ini berada di luar
ruangan bangunan pabrik, yaitu terletak di bagian belakang ruangan pembuat
adonan tersebut. Sedangkan dalam ruangan pemfilletan terdapat beberapa alat
produksi yaitu mesin giling daging ikan dan fiber tempat penyimpanan ikan,
terdiri dari bentuk tabung dan balok.
Adapun pembagian ruang dan fasilitas yang terdapat pada bangunan
pabrik dapat dilihat pada Lampiran 4.
6.1.2.5 Pemilihan Teknologi dan Perlengkapan
Dalam menjalankan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang, Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah menggunakan peralatan yang sama seperti perusahaan-
perusahaan lainnya. Adapun sebagian peralatan yang digunakan dapat diperoleh
di toko peralatan rumah tangga seperti ember, penyaring tipis, baskom, selang,
pisau, telenan, serbet, keranjang plastik, gayung, garuk, timbangan dacin, karung
goni, tampah, kursi duduk kecil dan lain-lain. Sedangkan peralatan seperti rak
pring, langseng, alat dorong/pengangkut, glodok dipesan khusus kepada produsen
pembuat alat tersebut. Peralatan yang menggunakan tenaga listrik/mesin diperoleh
dari produsen dan toko alat-alat elektronik/alat pertanian seperti mesin pemotong
kerupuk, alat giling es, oven pengukus, alat pengukus (ketel uap), mesin pembuat
adonan, mesin penghalus adonan, mesin press sealer, timbangan dacin, dan alat
pengaduk resep. Berikut merupakan rincian peralatan yang digunakan perusahaan
untuk memperlancar proses produksinya pada aspek teknis, antara lain:
1) Fiber/tempat penyimpanan ikan
Fiber berupa box penyimpanan ikan berukuran 3 m x 2 m x 1 m. Fiber dapat
menampung satu ton daging ikan yang telah di fillet. Selain fiber, terdapat
salah satu tempat penyimpanan ikan yang bukan dari jenis fiber dan
berbentuk bulat besar dengan ukuran diameter panjangnya yaitu satu meter,
69

digunakan untuk menampung hasil gilingan ikan yang kemudian dicampur
dengan bumbu dan telur serta air. Fiber yang dimilki perusahaan berjumlah
25 buah.
2) Mesin Pengaduk Bumbu
Mesin pengaduk bumbu merupakan suatu alat yang berukuran besar
berbentuk tabung, digunakan untuk mengaduk dan mencampurkan berbagai
bumbu. Secara mekanik menggunakan pengaduk berupa alat yang telah
didesain khusus dengan tenaga listrik. Pengadukan bumbu ini dilakukan
selama 15-30 menit. Kapasitas mesin dalam melakukan pengadukan adalah
100 kg bumbu per jam. Mesin bumbu yang dimiliki perusahaan berjumlah
dua buah.
3) Alat Penggiling ikan
Alat yang digunakan untuk menggiling ikan yang telah di fillet dan skinless.
Alat penggiling ini berjumlah dua buah, yang dalam prosesnya menggunakan
bantuan kayu untuk menekan ikan yang akan digiling. Alat giling daging ikan
ini memiliki kapasitas maksimum dapat menggiling daging ikan sebanyak
150 kg per jam.
4) Mesin Pembuat Adonan (Mesin Molen dan Mesin Penghalus Adonan)
Mesin adonan/mesin molen merupakan alat yang digunakan untuk
mencampurkan gilingan ikan dengan tepung tapioka. Mesin ini memiliki
kapasitas maksimum dapat menghaluskan adonan sebanyak 50 kg. Alat ini
bekerja dengan menggunakan istrik, dan bekerja dengan mengaduk-aduk
bahan baku yang dimasukkan kurang lebih selama 5-10 menit melalui gigi
yang bekerja secara berlawanan sehingga adonan tercampur rata. Adapun
mesin penghalus adonan berfungsi untuk menghaluskan adonan yang sudah
dimasukan kedalam mesin molen. Mesin molen dan mesin penghalus adonan
yang dimiliki perusahaan masing-masing berjumlah satu buah.
5) Ketel Uap (Boiler)
Alat pengukus berupa ketel uap pada Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
berukuran sangat besar dan bekerja dengan menggunakan tenaga listrik atau
sebagai alternatif dengan bahan bakar arang hitam. Alat ini digunakan untuk
mengukus kerupuk yang telah dicetak, diproses selama 70 menit untuk
70

kerupuk yang berukuran besar, kerupuk berukuran sedang 60 menit dan 45
menit untuk kerupuk yang berukuran kecil. Suhu yang digunakan pada proses
pengukusan pada ketel uap ini adalah 100
o
C. Proses pengukusan pada ketel
uap ini merupakan proses pengukusan awal sebelum adonan kerupuk dikukus
kembali kedalam oven pengukus. Ketel uap/boiler ini memiliki kapasitas
untuk melakukan pengukusan kerupuk sebanyak 250 kg per jam. Masing-
masing pabrik memiliki satu buah ketel uap sehingga ketel uap yang dimilki
perusahaan berjumlah dua buah.
6) Oven/ Alat Pengukus Elektrik
Pada proses pengukusan selanjutnya, alat yang digunakan berupa oven
pengukus. Seperti halnya ketel uap, oven pengukus ini berukuran sangat
besar dan bekerja dengan menggunakan tenaga listrik atau sebagai alternatif
dengan bahan bakar arang hitam. Proses pengovenan dilakukan selama 10
jam untuk kemudian siap dipotong-potong. Alat ini terbuat dari besi yang
berukuran 2,5 m x 2 m x 1,5 m, berbentuk balok yang terdiri dari dua bagian
sama besar. Bagian depan masing-masing oven tersebut terdapat kaca tembus
pandang berbentuk bulat dan berdiameter 20 cm. Alat ini dapat menampung
sebanyak 60 unit produksi atau dua ton dalam sekali proses pengovenan.
Masing-masing pabrik memiliki satu buah ketel uap sehingga ketel uap yang
dimilki perusahaan berjumlah dua buah.
7) Oven Penjemuran
Oven penjemuran merupakan alat alternatif yang digunakan ketika cuaca
tidak menentu seperti terjadinya hujan sehingga tidak bisa dilakukan
penjemuran di lahan terbuka dengan memanfaatkan sinar matahari. Alat ini
berjumlah dua buah, masing-masing satu buah dalam setiap bangunan pabrik.
Kapasitas oven penjemuran sebagai alternatif alat pengeringan ini yaitu dapat
menampung 200 kg per jam. Dengan adanya alat ini perusahaan tidak perlu
khawatir jika terjadi hujan, karena proses produksi masih dapat dilakukan.
Alat ini juga menjadikan perusahaan dapat meningkatkan produksinya dalam
setiap bulan karena mengurangi risiko dan meningkatkan kualitas produksi.

71


8) Mesin Pemotong
Alat ini terbuat dari besi dengan bentuk bagian ujungnya melandai untuk
mengalirkan kerupuk yang telah dipotong dan ditampung dalam wadah yang
dioperasikan secara manual. Mesin pemotong digunakan untuk memotong
kerupuk yang telah mengalami pengovenan selama 10 jam. Mesin pemotong
yang digunakan berjumlah delapan buah. Kapasitas maksimum mesin ini
mencapai 200 kg per jam, sehingga dalam satu periode pemotongan yakni
selama tiga jam per periode produksi mesin ini dapat memotong ikan
sebanyak 600 kg sehingga proses produksi dapat berjalan lebih cept dan
efisien. Dengan adanya alat ini perusahaan dapat meningkatkan produksi dan
meningkatkan kualitas proses produksi yang dilakukan.
9) Pendingin
Alat ini digunakan untuk mendinginkan segera setelah kerupuk mengalami
pengovenan selama 10 jam untuk persiapan dilakukan pemotongan. Kerupuk
yang dipotong harus dalam keadaan yang tidak panas sehingga hasil
pemotongan bagus dan tidak lengket. Alat pendingin yang dimilki
perusahaan berjumlah dua buah. Kapasitas maksimum alat ini yaitu dapat
menampung dua ton per hari.
10) Mesin Press
Alat ini terbuat dari besi yang berfungsi dalam proses pencetakan kerupuk.
Adonan yang sudah halus lalu dimasukkan kedalam mesin ini kemudian
kerupuk sesuai ukuran akan tercetak. Kapasitas maksimum alat ini dapat
digunakan untuk mencetak kerupuk sebanyak dua ton per hari. Namun alat
ini sudah rusak/usang sehingga tidak terpakai lagi sehingga proses
pencetakan yang dilakukan kembali dengan tenaga manual.
Pada tahun 2009 perusahaan melakukan penambahan teknologi guna
meningkatkan kualitas produksinya. Pemilihan teknologi berupa mesin-mesin
produksi yang digunakan oleh perusahaan menjadikan adanya perubahan kualitas
produksi perusahaan, misalnya seperti adanya penambahan teknologi mesin (oven
pengeringan) bermanfaat dalam mengurangi risiko produksi kerupuk yang rusak
(berjamur) pada saat musim hujan, penambahan mesin pemotong kerupuk
72

menjadikan proses pemotongan kerupuk berlangsung lebih cepat sehingga
perusahaan dapat memproduksi kerupuk yang lebih banyak, penambahan mesin
press membantu mempercepat proses pencetakan kerupuk. Dengan demikian,
adanya penambahan teknologi berupa mesin-mesin tersebut membuat proses
produksi dalam aspek teknis ini berjalan lebih cepat dan dapat menghasilkan
produk yang lebih banyak. Adanya penambahan mesin berpengaruh terhadap
efisiensi produksi karena dalam waktu yang sama produk yang dihasilkan bisa
mencapai dua kalinya jika dibandingkan dengan tidak menggunakannya sehingga
penggunaan mesin dapat dikatakan lebih efisien dalam usaha pengolahan kerupuk
ini. Dengan demikian, pengaruh adanya penambahan teknologi terutama dalam
peningkatan produksi kerupuk perusahaan dan peningkatan kualitas produksi yang
dilakukan perusahaan sehingga perusahaan dapat terus meningkatkan produksinya
untuk memenuhi permintaan pasar.
Analisis aspek teknis telah menguraikan beberapa hal mengenai
penyediaan sarana produksi dan proses produksi mulai dari pemilihan lokasi
usaha yang dapat dikatakan layak dengan pemilihan dilakukan terutama dekat
dengan ketersediaan bahan baku, dan tersedianya tenaga listrik dan air, tenaga
kerja dan fasilitas transportasi yang mendukung perusahaan dalam menjalankan
proses produksinya agar berjalan baik dan lancar. Demikian halnya dengan proses
dan sarana produksi yang ada pada perusahaan tersebut mulai dari layout pabrik
sampai kepada pemilihan teknologi mesin dan perlengkapan, semuanya
dilaksanakan oleh perusahaan agar proses produksi yang dilaksanakan berjalan
baik dan lancar. Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa pengembangan
usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah secara
teknis dapat dikatakan perusahaan tersebut layak untuk dilaksanakan dan
dilanjutkan.
6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum
Suatu manajemen yang baik tentu akan menyebabkan suatu usaha dapat
berjalan dengan baik pula. Pada penelitian ini dilakukan analisis manajemen
dalam masa operasi. Analisis tersebut meliputi:
6.1.3.1 Bentuk Badan Usaha
73

Badan Usaha adalah kumpulan orang dan modal yang mempunyai unit
kegiatan atau aktivitas yang bergerak di bidang perdagangan atau dunia usaha.
Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
adalah sebuah pengembangan usaha berupa usaha pengolahan dari bahan mentah
menjadi barang jadi. Pada awal pendirian usaha, masih tergolong usaha rumah
tangga akan tetapi setelah mengalami perkembangan yang pesat akhirnya
perusahaan mengupayakan perizinan kepada Pemerintah desa setempat, kemudian
kepada Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian, serta Dinas Ketertiban
Umum dan tercatat dalam izin usaha yang diberikan pemerintah namun masih
dalam bentuk badan usaha Perusahaan Dagang (PD) dan termasuk dalam usaha
perorangan yang bergerak dalam industri kecil menengah. Tercatat dalam
Direktori Perusahaan IKM Kabupaten Indramayu, tahun dikeluarkan izin usaha
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah adalah pada tahun 2002 dengan bentuk
badan usahanya sebagai usaha perorangan dengan kode usaha untuk usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang dengan nama produk kerupuk adalah 15496.
6.1.3.2 Struktur Organisasi
Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah memiliki struktur organisasi yang masih sederhana, yaitu dipimpin oleh
seorang pendiri usaha yaitu H. Saein yang mengatur dan membuat segala
kebijakan yang berkaitan dengan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Garis koordinasi pemilik secara langsung
tertuju pada pimpinan cabang, manajer keuangan, manajer produksi dan manajer
pemasaran.
Pimpinan cabang merupakan kepala perusahaan cabang yakni Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah Putra selaku menantu pemilik, manajer keuangan
perusahaan utama dipegang oleh istri pemilik, sedangkan manajer keuangan
perusahaan cabang adalah putri pemilik. Manajer keuangan bertugas dalam hal
pencatatan pengeluaran dan pemasukan yang dilakukan oleh perusahaan termasuk
pengeluaran upah tenaga kerja yang dilakukan setiap periode produksi untuk para
tenaga kerja borongan. Tugas manajer keuangan relatif banyak dari mulai
pembayaran sampai pencatatan dan penghitungan upah, sehingga pekerjaan ini
dibantu oleh pemilik dan manajer utama terkait dengan posisi para manajer
74

keuangan tersebut adalah istri pemilik dan putri pemilik.
Untuk memudahkan pengawasan dalam beroperasinya pabrik, pemilik
juga mempercayakan kepada Manajer Produksi yang saat ini dipegang oleh adik
pemilik yang bertugas mengawasi jalannya produksi yang dilakukan pada pekerja
bagian produksi pengolahan kerupuk ikan/udang tersebut. Sedangkan manajer
pemasaran dipegang oleh satu orang kepercayaan pemilik yang masih ada
hubungan kekeluargaan dengan pemilik. Dalam hal pemasaran, walaupun terdapat
manajer namun pemilik juga turut andil langsung dalam hal pemasaran produk.
Manajer pemasaran hanya bersifat teknis di lapangan. Berdasarkan posisi-posisi
strategis organisasi, posisi penting dalam organisasi ini seluruhnya dipegang oleh
keluarga Pemilik sehingga perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga.
Meskipun masih sederhana, struktur organisasi di perusahaan ini sudah
mampu menggambarkan pemisahan jenis pekerjaan dan pembagian tugas dengan
cukup jelas walaupun memang beban pekerjaan hanya dipegang oleh keluarga
sehingga masih ada kelonggaran untuk saling membantu dalam pekerjaan.
Adapun jumlah keseluruhan karyawan yang terdapat di Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah saat ini sebanyak 150 orang namun jumlah karyawan yang bekerja dan
berkaitan langsung dengan perusahaan kerupuk ikan/udang berjumlah 6 orang
dengan deskripsi pekerjaan yang telah diuraikan diatas. Untuk lebih jelasnya,
berikut deskripsi pekerjaan masing-masing manajer dan karyawan masing-masing
bagian.
6.1.3.3. Deskripsi Pekerjaan (Job Description)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jumlah orang yang terlibat
dalam perusahaan saat ini berjumlah 6 orang sedangkan jenis pekerjaan yang ada
berjumlah 5 yaitu pemilik perusahaan, pimpinan cabang, manajer keuangan,
manajer produksi dan manajer pemasaran. Dalam hal tugas dan tanggungjawab,
pimpinan usaha dan pimpinan cabang sangat mendominasi dalam hal
pengontrolan dari seluruh aspek perusahaan baik dari penyediaan bahan input,
proses produksi, dan pemasaran.



75


Tabel 7. Rincian Pekerjaan Karyawan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
No Jabatan Jumlah Tugas
1. Pemilik 1 Menjadi pemilik modal, bertanggung jawab
terhadap kegiatan pemasaran, dan melakukan
kontrol produksi kerupuk ikan/udang.
2. Pimpinan
Cabang
1 Bertanggungjawab atas perusahaan cabang yang
dipimpinnya dalam hal ini yaitu Perusahaan Dua
Gajah Putra, termasuk bertanggungjawab kegiatan
pemasaran dan kontrol produksi kerupuk.
3. Manajer
keuangan
2 Mengelola pemasukan dan pengeluaran,
melakukan pencatatan, bertanggungjawab
melakukan perhitungan dan pemberian upah harian
kepada para pekerja.Manajer keuangan perusahaan
pusat dipegang oleh Istri pemilik perusahaan,
sedangkan pada perusahaan cabang dipegang oleh
putri pemilik perusahaan.
4. Manajer
Produksi
2 Mengontrol proses produksi yang dioperasikan
para pekerja dalam setiap periode produksi. Tugas
pengontrolan pada proses pengolahan/produksi
cukup panjang mulai dari pemfilletan ikan sampai
pengepakan ikan. Bertugas juga dalam pencatatan
hasil pekerjaan dan absen para pekerja.
5. Manajer
Pemasaran
1 Bertanggung jawab dalam hal pengiriman barang-
barang ke wilayah-wilayah pemasaran dengan
mengkoordinasikan dengan pemilik dan pimpinan
cabang.
Sumber : Wawancara dengan pemilik Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
Analisis aspek manajemen telah menguraikan beberapa hal mengenai
sistem manajemen yang terdapat di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah terutama
struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan laporan keuangan. Dari hasil analisa
di atas dapat diketahui bahwa pengembangan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah secara manajemem baik dari sisi
bentuk badan usaha, jenis pekerjaan, struktur organisasi, dan proses perekrutan
pekerja yang ada dan dilakukan perusahaan sudah mengkondisikan agar usaha
tersebut berjalan dengan baik dan lancar sehingga dari aspek manajemen dapat
dikatakan perusahaan tersebut layak untuk dilaksanakan dan dilanjutkan.
Analisis pada aspek hukum telah dijelaskan mengenai kondisi perizinan di
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Perusahaan sudah memiliki izin tertulis dari
76

pemerintah daerah setempat, baik dari pemerintah desa maupun dari Departemen
Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu sehingga dari
aspek hukum dapat diketahui bahwa usaha ini layak diusahakan karena sudah
mendapatkan izin dari pihak yang berwenang memberi izin.
6.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Setiap perusahaan yang menjalankan usahanya tentu akan memberikan
dampak baik itu dampak positif atau negatif terhadap berbagai aspek terutama
aspek sosial, ekonomi dan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar.
Pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah tentu akan berjalan dengan sangat baik jika selaras dengan
kehidupan masyarakat karena usaha yang tidak selaras dengan kehidupan
masyarakat sekitar tidak akan dapat bertahan lama.
Pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah ini memberikan berbagai dampak, baik dari aspek sosial,
ekonomi, dan budaya. Dari aspek sosial, Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ini
dikatakan memberikan dampak yang positif jika terjadi peningkatan peluang
kerja, dan dapat mengurangi pengangguran. Karyawan Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah umumnya berasal dari masyarakat sekitar yaitu dari Blok Dukuh Desa
Kenanga, Desa Rambatan, dan Desa Panyindangan Wetan Kecamatan Sindang.
Jumlah Karyawan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah tercaat sebanyak 125
orang, terdiri dari karyawan tetap dan karyawan borongan. Pemasaran kerupuk
ikan/udang yang dilakukan melalui agen dan distributor yang terdapat di beberapa
kota juga menjadi penyerap tenaga kerja di kota-kota setempat. Dengan demikian
secara tidak langsung perusahaan memberikan lapangan pekerjaan bagi distributor
yang terdapat di luar Kabupaten Indramayu. Informasi ini memperlihatkan bahwa
perusahaan ini telah dapat meningkatkan lapangan kerja, dan dapat mengurangi
pengangguran baik bagi pemilik, masyarakat setempat maupun masyarakat di luar
Kabupaten Indramayu seperti karyawan tetap dan distributor.
Adapun dampak positif lainnya juga didapatkan bagi para petambak ikan
terutama ikan lele, karena sering mendapatkan tulang ikan, kepala ikan, dan
kotoran ikan yang dapat digunakan untuk pakan ikan lele hanya dengan
membersihkan daging ikan dari tulang dan kepala. Dampak positif lain yaitu
77

sering adanya pembagian sembako dan sodakoh anak yatim yang dilakukan
perusahaan dalam setiap tahunnnya bisa dilakukan perusahaan beberapa kali yaitu
empat sampai enam kali. Demikian juga, bagi masyarakat setempat (sekitar
pabrik) dapat meminta bantuan langsung kepada pemimpin/ manajer perusahaan
terkait dengan bantuan biaya sekolah dan biaya sakit. Perusahaan juga sering turut
membantu pembangunan sekolah/madrasah serta pemeliharaannya.
Untuk sarana transportasi berupa jalan dan saluran irigasi berupa sungai,
perusahaan juga memberikan bantuan untuk biaya perbaikan dan pemeliharaan.
Tetapi untuk bantuan irigasi sungai, perusahaan memberikan bantuan pada saat
ada proyek pengairan saja. Dalam hal ini bantuan yang diberikan oleh perusahaan
tidak berlangsung secara kontinu. Bagi pemerintah desa, perusahaan juga
memberikan kompensasi dalam setiap tahunnya. Dengan kedermawanan dan
Sodakoh-sodakoh yang dilakukan oleh pemilik, dan dampak positif dari segi
penyerapan tenaga kerja, masyarakat sangat mendukung dengan adanya
perusahaan atau indsutri di daerah tersebut karena memang secara signifikan
ekonomi masyarakat setempat lebih meningkat.
Pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang ini diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari adanya
peningkatan perekonomian masyarakat. Seperti yang telah disebutkan di atas,
perusahaan ini telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
maupun masyarakat luar Kabupaten Indramayu dengan mempekerjakan mereka
sebagai karyawan tidak tetap maupun karyawan tetap. Informasi ini
mengindikasikan bahwa perusahaan ini telah mampu meningkatkan pendapatan
baik bagi pemilik, masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah. Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan yang berbadan hukum PD
(Perusahaan Dagang) sehingga perusahaan ini juga memberikan kontribusi yang
positif bagi peningkatan pendapatan daerah melalui pembayaran pajak.
Keberadaan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah selama ini tidak
bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat selama ini.
Menurut beberapa warga dan aparatur desa kehadiran perusahaan ini tidak
mengganggu kebudayaan yang ada selama ini baik dari sisi nilai sosial, norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, dan religi yang
78

ada di masyarakat.
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa secara sosial, ekonomi,
dan budaya pengembangan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah layak untuk dilaksanakan karena mampu meningkatkan
lapangan kerja, dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan baik
bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar daerah serta
Pemerintah Daerah. Selain itu, pengembangan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah layak karena tidak
bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat.
6.1.5 Aspek Lingkungan
Suatu usaha dapat memberikan dampak pada lingkungan yang meliputi
dampak yang merugikan dan dampak yang menguntungkan. Pengembangan usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang sangat berhubungan dengan lingkungan sehingga
aspek ini perlu dikaji lebih dalam dan diharapkan suatu usaha dapat bersahabat
dengan lingkungan karena suatu usaha tidak akan bertahan jika tidak bersahabat
dengan lingkungan.
Dampak negatif yang muncul dari usaha pengolahan kerupuk ikan/udang
adalah terkait dengan limbah cair yang belum dikelola oleh perusahaan. Sistem
pembuangan limbah cair yang diterapkan oleh perusahaan ini tidak higienis.
Aliran limbah cair di salurkan melalui saluran air berupa selokan kemudian
langsung dibuang ke saluran pembuangan utama yaitu sungai kecil yang terletak
di depan gerbang perusahaan. Limbah cair perusahaan bekas pencucian ikan,
pencucian peralatan, dan sebagainya tidak ditangani terlebih dahulu namun
langsung dibuang ke saluran pembuangan yang bergabung dengan masyarakat.
Hal ini menyebabkan, sungai yang menjadi saluran pembuangan limbah cair
tersebut sangat keruh, kotor, dan berbusa. Limbah cair yang mencemari air
tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengakibatkan semakin
banyaknya sarang nyamuk.
Tidak ada upaya yang serius dari banyak perusahaan untuk mengelola
limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan. Perusahaan hanya memberikan
bantuan materi berupa uang bila ada proyek pendorongan air pada saluran irigasi
yang dijadikan sebagai saluran pembuangan limbah tersebut. Dampak negatif
79

lainnya dari limbah cair adalah tercemarnya air yang masuk ke sawah pertanian
warga, hal ini terjadi karena saluran pembuangan limbah dengan saluran irigasi
menggunakan sungai kecil yang sama. Limbah cair juga sudah mulai merembes
ke beberapa sumber air warga seperti sumur sehingga air sumur sudah tidak dapat
digunakan lagi.
Perusahaan seharusnya mengusahakan untuk menangani limbah cair
produksinya secara efektif, sehingga tidak mencemari lingkungan yang dapat
menimbulkan penyakit serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.
Penanganan limbah harus dilakukan agar tidak menimbulkan keresahan
masyarakat. Sedangkan untuk limbah padat (kepala, isi perut/kotoran ikan, ekor,
dan kepala) yang dihasilkan dari proses pemotongan, penyiangan dan pemfilletan
dikumpulkan untuk dijadikan pakan lele yang dibudidayakan oleh masyarakat. Ini
merupakan salah satu dampak positif yang terkait dengan aspek lingkungan.
Sedangkan untuk limbah yang dihasilkan dari fasilitas toilet karyawan,
perusahaan mempunyai penampungan khusus limbah toilet (septic tank).
Selain limbah cair yang menjadi dampak negatif lainnya dengan adanya
perusahaan adalah polusi udara yang berasal dari cerobong asap pabrik, namun
tidak seperti limbah cair yang sangat meresahkan masyarakat, polusi udara masih
bisa ditolerir oleh kebanyakan masyarakat. Polusi udara berupa bau juga dirasakan
akibat proses pengolahan kerupuk yaitu penjemuran di lahan terbuka sehingga
jika melewati jalan tersebut akan selalu tercium bau kerupuk.
Dari hasil analisis mengenai aspek lingkungan di atas dapat dikatakan
bahwa secara aspek lingkungan, pengembangan usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah tidak layak untuk
dilaksanakan. Dikatakan tidak layak karena dari aspek lingkungan usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang ini menimbulkan pencemaran lingkungan berupa
limbah cair dan masalah polusi udara. Dari aspek lingkungan usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dikatakan layak
apabila perusahaan sudah dapat melakukan pengolahan limbah secara benar
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu masalah
pencemaran air yang disebabkan limbah cair tersebut. Untuk itu, Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah harus memperhatikan aspek lingkungan terutama harus
80

melakukan pengelolaan limbah cair produksinya, agar usahanya dapat bersahabat
dengan lingkungan. Pengelolaan limbah cair perusahaan dapat dilakukan dengan
membuat saluran pembuangan limbah cair mandiri di tanah milik perusahaan
dengan lokasi yang tidak berdekatan dengan sumber air warga sekitar.
6.2 Analisis Kelayakan Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial
suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan
pemasukan usaha tersebut selama periode usaha dan dilakukan perhitungan sesuai
dengan kriteria investasi. Adapun hal-hal yang akan dibahas pada aspek finansial
antara lain: cashflow, asumsi yang digunakan, proyeksi laba rugi, analisis kriteria
investasi, dan analisis sensitivitas.
Pada penelitian ini, analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui
kelayakan pengembangan dengan penambahan teknologi mesin pada usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang yang dilakukan oleh Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah. Analisis ini dilakukan pada kondisi usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang dengan tidak ada penambahan teknologi mesin yang digunakan dalam
proses produksi dan pada pertengahan umur usaha dilakukan kondisi usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang dengan ada penambahan peralatan berupa mesin
yang menunjukkan adanya penambahan teknologi.
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat keuntungan dan tingkat kelayakan usaha pengolahan kerupuk Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah. Analisis ini akan melihat perubahan keuntungan,
bagaimana kondisi pada saat adanya penambahan teknologi dilihat dari manfaat
dan biaya pada usaha tersebut seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 3.
Dalam analisis kelayakan finansial ini, perhitungan kelayakan finansial
hanya dilakukan pada satu buah pabrik. Hal ini dikarenakan data-data yang
diperoleh dalam penelitian ini merupakan data operasional perusahaan pada satu
buah pabrik, yaitu pada pabrik II (Pabrik Cap Dua Gajah Putra). Pabrik Cap Dua
Gajah Putra merupakan pabrik II yang mulai dibangun pada tahun 2003.
6.2.1 Proyeksi Arus Kas (Cashflow)
Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan
81

gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian
ini, arus kas pada analisis kelayakan usaha diproyeksikan selama 10 tahun sesuai
dengan umur ekonomis bangunan karena dalam usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang yang dilakukan investasi yang paling besar terletak pada investasi
bangunan. Nilai inflow pada tahun sebelum adanya penambahan teknologi
menggunakan data perusahaan seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Adapun
nilai inflow setelah adanya penambahan teknologi (pertengahan umur usaha)
diproyeksikan dua kali dari tahun sebelumnya (nilai proyeksi didasarkan pada
informasi yang diperoleh dari perusahaan). Penambahan teknologi dilakukan oleh
perusahaan pada triwulan terakhir pada tahun 2009 sehingga pada tahun awal
penambahan teknologi mesin tersebut, perusahaan belum melakukan penggunaan
mesin secara optimal. Pada tahun 2010, diasumsikan perusahaan sudah melakukan
penggunaan mesin secara optimal, sehingga dalam analisis kelayakan perhitungan
inflow pada tahun 2010 tersebut mencapai dua kali produksi dari tahun
sebelumnya, sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya diproyeksikan tidak
mengalami kenaikan (produksi konstan) karena asumsi awal bahwa mulai tahun
2010 penggunaan mesin sudah dilakukan secara optimal. Adapun nilai outflow
yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial didapatkan dari dokumen
perusahaan berupa biaya-biaya untuk operasional produksi (biaya tetap dan biaya
variabel) dan biaya investasi yang dilakukan perusahaan.
6.2.1.1 Arus Masuk (Inflow)
Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari
suatu usaha. Inflow pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah terdiri dari hasil penjualan kerupuk ikan/udang ukuran
besar, ukuran sedang, ukuran kancing, dan ukuran stick sebagai penerimaan utama
serta penjualan kerupuk BS, kerupuk bawang, dan kerupuk kulit, sebagai
penerimaan sampingan. Selain itu, nilai sisa juga dihitung sebagai penerimaan di
akhir umur usaha.
Sumber pendapatan utama dari perusahaan ini adalah penjualan kerupuk.
Jumlah produksi kerupuk tergantung pada jumlah pemesanan yang dilakukan oleh
pihak pembeli. Artinya jumlah produksi kerupuk yang diproduksi perusahaan
berdasarkan permintaan konsumen. Produksi kerupuk meningkat dalam setiap
82

tahun, dan pada tahun 2009 dimana perusahaan telah menambah teknologinya,
perubahan peningkatan produksi meningkat dua kali dari tahun sebelumnya. Hal
ini dikarenakan penambahan teknologi yang dilakukan perusahaan terutama
dalam bidang produksi (penambahan alat-alat dan mesin produksi) yang
menjadikan proses produksi perusahaan semakin berjalan secara efektif dan
efisien. Pada tahun 2010 (tahun penelitian), total produksi kerupuk Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah mencapai 888 ton (pada tabel 8 tahun 2010
diproyeksikan tahun ke-7) sehingga produksi rata-rata kerupuk ikan/udang setiap
bulan yang dihasilkan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah pada tahun tersebut
mencapai sebesar 74 ton per bulan dari seluruh ukuran kerupuk yang diproduksi
termasuk kerupuk BS.
Kerupuk Ikan/Udang ukuran sedang dan besar dihargai sebesar
Rp93.500,00 per bal atau Rp19.000,00 per kg untuk harga distributor/agen dan
pembeli yang datang langsung ke perusahaan. Sedangkan untuk kerupuk
ikan/udang ukuran kancing dihargai sebesar Rp98.500,00 per bal atau
Rp20.000,00 per kg, kerupuk ikan/udang ukuran stick dihargai Rp103.500,00 per
bal atau Rp21.000,00 per kg.
Selain menjual kerupuk ikan/udang produksi utama, Perusahaan Kerupuk
Cap Dua gajah juga menjual kerupuk ikan/udang BS terdiri dari BS ukuran
sedang dan besar serta BS kancing, kerupuk bawang kenari, dan kerupuk kulit.
Kerupuk ikan/udang BS merupakan kerupuk yang sudah mengalami retak atau
pecah pada saat proses pembuatan atau dalam proses pengangkutan untuk
didistribusikan ke agen sehingga kerupuk ini merupakan kerupuk dari retur
penjualan. Agar tetap bernilai ekonomis, kerupuk BS dijual kembali sehingga
kerupuk BS inipun merupakan sumber penerimaan bagi perusahaan walaupun
bukan merupakan penerimaan yang utama. Kerupuk BS dihargai berbeda-beda
tergantung ukurannya, untuk kerupuk BS ukuran besar/sedang dihargai sebesar
Rp60.000,00 per bal atau Rp12.000,00 per kg dan untuk BS kancing dihargai
sebesar Rp37.500,00 per bal atau Rp7.500,00 per kg. Perbedaan harga ini
disebabkan karena semakin kecil BS maka harga semakin murah. Kerupuk kulit
juga dijual oleh perusahaan namun masih dalam bentuk bahan baku, yaitu kulit
kering ikan (belum siap makan). Kerupuk kulit ini dihargai Rp80.000,00 per kg.
83

Umumnya kerupuk kulit yang dihasilkan ini dijual pada pedagang-pedagang
kerupuk kulit yang kemudian akan mengolah kembali kerupuk kulit tersebut
menjadi kerupuk kulit yang siap makan. Selain kerupuk kulit dan kerupuk BS
tersebut, yang merupakan produk sampingan yang dihasilkan perusahaan tersebut
adalah kerupuk bawang, kerupuk bawang ini adalah kerupuk tanpa bahan baku
ikan/udang namun hanya menggunakan bahan baku bawang dan tepung tapioka.
Kerupuk ini hanya diproduksi apabila bahan baku ikan/udang terbatas. Produksi
kerupuk ini tidak dilakukan secara kontinu. Kerupuk bawang dihargai
Rp83.500,00 per bal. Berikut merupakan rekapitulasi jumlah produksi dan nilai
total penjualan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah.
Tabel 8. Rekapitulasi Total Produksi dan Nilai Penjualan Kerupuk
Tahun
Jumlah Produksi Kerupuk Berdasarkan Ukuran (Ton)
Nilai Penjualan
(Rp)
Besar Sedang Kancing BS Stick Kulit Bawang Total
Rata-
rata
/bulan
1 33,5 42,25 17 1 1 0,25 1 96 8 548.835.700
2 134 168 68 4 4 1 5 384 32 3.346.356.460
3 138 174 70 4 4 1 5 396 33 4.435.827.726
4 143 179 72 4 4 1 5 408 34 5.185.758.497
5 147 185 74 4 4 1 5 420 35 5.757.104.416
6 155 195 78 5 5 1 5 444 37 7.337.117.151
7 310 390 156 10 10 2 10 888 74 16.724.735.656
8 310 390 156 10 10 2 10 888 74 17.625.180.056
9 310 390 156 10 10 2 10 888 74 18.525.624.456
10 310 390 156 10 10 2 10 888 74 19.426.068.855

Jumlah produksi kerupuk ikan/udang yang diproduksi oleh Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat adanya
proses penambahan teknologi mesin. Dengan semakin bertambahnya jumlah
produksi tentu akan bertambah pula jumlah penerimaan karena penerimaan pada
pengembangan usaha teknologi mesin ditentukan terutama oleh jumlah produksi
kerupuk ikan/udang yang dihasilkan. Adapun proyeksi arus masuk (penerimaan
dan nilai penjualan) pada usaha pengolahan kerupuk selama umur usaha dapat
dilihat secara legkap pada Lampiran 5.
6.2.1.2 Arus Keluar (Outflow)
84

Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow
berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun
maupun saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri biaya investasi dan
biaya operasional. Biaya operasional terbagi ke dalam biaya tetap dan biaya
variabel.
6.2.1.2.1 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya-biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan pendirian usaha maupun pada saat tahun berjalan untuk memperoleh
manfaat beberapa tahun kemudian. Umumnya biaya investasi memiliki umur
ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan di awal tahun usaha
berupa investasi tanah, investasi bangunan, dan investasi mesin dan peralatan.
Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha
berakhir harus dibeli kembali atau dire-investasi. Beberapa biaya investasi berupa
peralatan telah diuraikan pada aspek teknis. Total luas lahan yang dimiliki oleh
Perusahaan Kerupuk Ikan/Udang Cap Dua Gajah sebesar lima hektar yaitu
sebesar tiga hektar untuk wilayah pabrik I dan dua hektar untuk wilayah pabrik II.
Lahan tidak mengalami penyusutan sehingga nilai sisa pada akhir umur usaha
merupakan nilai beli lahan tersebut pada awal umur usaha. Bangunan Pabrik
terdiri dari dua buah dengan letak yang berbeda namun berdekatan, yaitu
bangunan pabrik I dan pabrik II. Bangunan ini merupakan bangunan utama
perusahaan yang dibangun pada tahun pertama usaha. Bangunan merupakan nilai
investasi yang mengalami penyusutan, namun karena umur proyek untuk analisis
yang digunakan mengacu pada bangunan sebagai investasi yang paling besar yang
digunakan maka di akhir periode pada komponen inflow tidak terdapat nilai sisa
untuk bangunan karena umur usaha sama dengan umur bangunan yaitu selama 10
tahun. Berikut merupakan komponen biaya investasi yang tidak dilakukan re-
investasi selama umur usaha (umur ekonomis investasi sama dengan umur usaha).





85

Tabel 9. Investasi pada Awal Tahun Umur Usaha selain Mesin dan Peralatan
No. Investasi
Satuan Jumlah Fisik
Jumlah Biaya
(Rp)
1 Tanah 2 Hektar 456.000.000
Bangunan:
2 Pabrik 1 Unit 627.000.000
3 Mushola 1 Unit 22.800.000
4 Mess Karyawan 1 Unit 57.000.000
5 Toilet 1 Unit 11.400.000
6 Dapur 1 Unit 13.680.000
7 Ruang Penyimpanan Garam 1 Unit 11.400.000
8 Garasi & Ruang Penyimpanan Kayu 1 Unit 11.400.000
9 Gudang barang 1 Unit 34.200.000
10 Meja Adonan 1 Unit 6.000.000
Alat Transportasi;
11 Mobil Pick up 1 Unit 80.000.000
12 Truk 1 Unit 150.000.000
Total 1.480.880.000

Adapun komponen investasi berupa mesin atau teknologi yang digunakan
oleh perusahaan umumnya memilki umur ekonomis lima tahun sehingga tidak
terdapat nilai sisa pada akhir periode namun pada tahun keenam akan dilakukan
re-investasi untuk mesin dengan umur ekonomis selama lima tahun. Sedangkan
untuk peralatan yang digunakan dengan umur ekonomis kurang dari umur usaha
(10 tahun) akan diadakan re-investasi dan akan memilki nilai sisa pada akhir
periode usaha. Berikut merupakan mesin dan peralatan yang akan dilakukan re-
investasi.
Tabel 10. Re-investasi Selama Umur usaha
No. Mesin dan Peralatan Jumlah Fisik
(satuan)
Tahun
Re-investasi
Jumlah Biaya
(Rp)
1 Alat Giling Es 1 6 1.750.000
2 Ketel Uap 1 6 75.000.000
3 Oven Pengukus 1 6 10.000.000
4 Mesin Molen 1 6 5.000.000
5 Mesin Penghalus adonan 1 6 5.000.000
6 Mesin Pengaduk Resep 1 6 1.500.000
7 Sealer 20 4. 7. 10 10.000.000
8 Keranjang besar 15 3.5. 7. 9 3.750.000
9 Langseng 250 4. 7. 10 62.500.000
10 Rak oven/penjemuran 650 9 48.750.000
11 Baskom besar 25 3.5. 7. 9 1.250.000
12 Ember besar 30 3.5. 7. 9 900.000
13 Drum minyak 1 4. 7. 10 100.000
14 Kursi duduk kecil 10 3.5. 7. 9 100.000
Total 225.600.000

86

Adapun komponen investasi dengan umur ekonomis lima tahun akan
dilakukan re-investasi pada tahun keenam dan pada akhir periode umur usaha
tidak memiliki nilai sisa. Berikut merupakan mesin dan peralatan bagian dari
komponen investasi yang memiliki umur ekonomis lima tahun.
Tabel 11. Nilai investasi peralatan dengan umur ekonomis lima tahun
No. Penambahan Investasi Jumlah fisik (Unit) Jumlah Biaya (Rp)
1 Glodog 4 8.000.000
2 Troli 12 18.000.000
3 Troli rak 20 4.000.000
4 Drum Penimbangan 15 1.500.000
5 Timbangan dacin 4 1.200.000
6 Timbangan kiloan 10 2.000.000
7 Timbangan duduk 2 500.000
8 Bak air 3 4.500.000
9 Fiber 12 6.000.000
10 Garuk 2 100.000
11 Alat Penarik 10 300.000
12 Tape Recorder 1 250.000
Total 46.350.000

Komponen investasi akan ditambah pada pertengahan umur usaha yakni
pada tahun keenam dilakukan penambahan investasi mesin-mesin baru.
Penambahan teknologi mesin oleh perusahaan berupa alat/mesin giling daging,
mesin press, mesin potong, pendingin dan oven penjemuran serta rak oven
penjemurannya. Dengan demikian ada tambahan investasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan pada pertengahan umur proyek. Adapun nilai investasi pada tahun
pertama sebesar Rp1.704.080.000,00 sedangkan tambahan investasi yang
dilakukan pada tahun keenam adalah sebesar Rp239.250.000,00. Berikut
merupakan penambahan teknologi mesin sehingga perusahaan melakukan
tambahan investasinya.
Tabel 12. Nilai Investasi Tambahan pada Tahun Keenam
No. Penambahan Investasi Jumlah fisik Nilai Investasi (Rp)
1 Alat Giling Daging 1 500.000
2 Mesin Press 1 30.000.000
3 Oven Penjemuran 1 50.000.000
4 Mesin Potong 4 100.000.000
5 Pendingin 1 10.000.000
6 Rak oven/penjemuran 650 48.750.000
Total 239.250.000
87

Komponen investasi yang masih dapat digunakan pada akhir periode usaha
atau umur ekonomis dan teknisnya belum habis maka komponen tersebut masih
memiliki nilai sisa. Nilai sisa juga terdapat pada komponen investasi yang telah
dire-investasi namun masih memiliki umur teknis di akhir periode usaha. Nilai
sisa akan dihitung sebagai inflow di akhir periode usaha.
Nilai sisa pada proyeksi arus masuk adalah sebesar Rp521.920.000,00.
Berikut merupakan komponen investasi yang memiliki nilai sisa pada akhir
periode umur usaha.
Tabel 13. Nilai sisa pada akhir periode umur usaha
No. Investasi Nilai Sisa (Rp)
1 Tanah 456.000.000
2 Sealer 6.666.667
3 Langseng 41.666.667
4 Rak oven/penjemuran 16.250.000
5 Baskom besar 1.250.000
6 Drum minyak 66.667
7 Garuk 20.000
Total 521.920.000

Adapun komponen investasi beserta umur ekonomis, jadwal re-investasi,
nilai sisa dan nilai penyusutan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.
6.2.1.2.2 Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha
berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya output,
semakin banyak output maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan.
A. Biaya Tetap
Biaya tetap terdiri dari biaya pembayaran listrik, pulsa telepon,
transportasi, pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan peralatan, pajak
kendaraan, biaya kesehatan karyawan, sewa lahan, pembelian alat tulis kantor,
dan beberapa peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari satu tahun.
Produk yang dihasilkan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah adalah kerupuk
ikan/udang dengan berbagai ukuran yaitu ukuran besar, sedang, kancing (kecil)
88

dan stick.
Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan secara bersamaan oleh
perusahaan untuk usaha pengolahan kerupuk ikan/udang dan produk
sampingannya. Biaya lainnya yang terasuk biaya tetap juga digunakan secara
bersamaan.
Biaya pulsa telepon digunakan untuk menghubungi agen/distributor atau
mempromosikan kerupuk ikan/udang cap dua gajah pada calon konsumen. Biaya
Transportasi terdiri dari biaya bahan bakar, tol, dan biaya perjalanan lain-lain.
Biasanya biaya transportasi dikeluarkan ketika pemilik atau karyawan membeli
input bahan baku, dan pemasaran. Biaya pemeliharaan bangunan dan
pemeliharaan peralatan dikeluarkan untuk memperbaiki bangunan dan
memelihara peralatan, jalan perusahaan dan lain-lain. Alat tulis kantor terdiri dari
pulpen, kertas, tinta isi ulang, spidol, lakban, dan peralatan lainnya juga
digunakan bersamaan untuk keperluan semua jenis produk.
Biaya tenaga kerja terdiri dari gaji, konsumsi, THR, dan tunjungan
kesehatan karyawan. Jumlah pekerja yang dipekerjakan baik tenaga kerja tetap
ataupun borongan akan tetap sama meskipun jumlah produksi yang dilakukan
semakin meningkat/semakin banyak. Dalam hal tenaga kerja, kebanyakan pekerja
adalah tenaga kerja borongan sehingga uang yang dikeluarkan perusahaan adalah
sesuai yang pekerja lakukan untuk menghasilkan produk berdasarkan upah
borongan masing-masing. Artinya walaupun produksi semakin meningkat, namun
penambahan tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu penting, karena jika
pekerjaan dalam proses poduksi semakin banyak maka tenaga kerja tersebut yang
akan menyelesaikannya sehingga hal tersebut menjadi tambahan upah bagi
mereka.
Seluruh karyawan tetap menerima gaji per bulan dengan jumlah yang
sama namun gaji pemilik tidak diperhitungkan dalam analisis. Biaya konsumsi
karyawan tetap sebesar Rp13.500,00 dan karyawan borongan sebesar
Rp8.000,00, biaya konsumsi diberikan setiap hari. Pemberian gaji kepada
karyawan borongan dilakukan setiap periode produksi tergantung berapa banyak
pekerjaan yang dihasilkan. THR diberikan pada setiap karyawan sebanyak satu
bulan gaji. Selain itu, karyawan juga memperoleh tunjangan untuk biaya
89

kesehatan sebesar Rp 50.000.00 per bulan untuk setiap orang jika sakit. Rata-rata
jumlah karyawan yang sakit dalam sebulan sebanyak 6,7 persen atau diperkirakan
sebanyak 10 orang dari jumlah seluruh karyawan. Rincian biaya karyawan dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah)
Tahun
Jenis Biaya (Rp)
Total(Rp)
Gaji THR Konsumsi Kesehatan
1 128.712.525 42.500.000 4.408.500 1.500.000 177.121.025
2 554.522.855 42.500.000 17.634.000 6.000.000 620.656.855
3 562.406.715 42.500.000 17.634.000 6.000.000 628.540.715
4 563.359.355 42.500.000 17.634.000 6.000.000 629.493.355
5 568.743.760 42.500.000 17.634.000 6.000.000 634.877.760
6 590.703.260 42.500.000 17.634.000 6.000.000 656.837.260
7 907.382.210 42.500.000 17.634.000 6.000.000 973.516.210
8 916.218.710 42.500.000 17.634.000 6.000.000 982.352.710
9 924.853.430 42.500.000 17.634.000 6.000.000 990.987.430
10 955.656.520 42.500.000 17.634.000 6.000.000 1.021.790.520

Rincian biaya tetap selain biaya untuk karyawan selama umur usaha dapat
dilihat pada Lampiran 7.
B. Biaya Variabel
Biaya variabel dipengaruhi oleh jumlah kerupuk yang diproduksi oleh
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Biaya variabel yang digunakan oleh
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dalam proses pengolahan kerupuk
ikan/udang meliputi biaya bahan baku, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan
biaya transportasi bahan baku dan transportasi penjualan.
Bahan baku utama berupa ikan dan udang sebagian besar didapatkan dari
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong dan sebagian kecil ketika di TPI
Karangsong sedang tidak ada ikan pihak perusahaan mengambilnya dari luar
daerah yaitu Juwana-Pati. Ikan yang diperoleh dari TPI Karangsong dibeli dengan
harga Rp12.000,00 per kilogram. Setiap kali mengadakan penyediaan bahan baku
ikan/udang, perusahaan menyerap ikan dan udang sebanyak 2-5 ton sebagai bahan
persediaan. Bahan baku ikan yang diperoleh dari Juwana-Pati juga dibeli dengan
harga yang sama namun perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk
90

transportasi bahan baku tersebut. Walaupun demikian, perusahaan tetap membeli
bahan baku ikan tersebut dari luar daerah karena perusahaan berusaha memenuhi
permintaan konsumen dan memenuhi kapasitas produksi yang selama ini belum
optimal.
Tepung tapioka merupakan bahan baku utama dalam proses pengolahan
kerupuk ikan/udang yang dilakukan oleh Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
sehingga bahan baku ini harus senantiasa tersedia. Tepung tapioka yang
digunakan oleh perusahaan ini didapatkan dari pabrik tepung tapioka di
Tasikmalaya. Tepung tapioka dibeli oleh perusahaan dengan harga Rp5.500,00
per kilogram.
Bahan baku lainnya yang digunakan dalam proses pengolahan kerupuk
ikan/udang adalah gula. garam. telur dan bumbu-bumbu. Gula yang digunakan
perusahaan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk ikan/udang ini berasal dari
Pabrik Gula di Cirebon. Gula tersebut dibeli perusahaan dengan harga Rp10.00,00
per kilogramnya. Garam merupakan bahan tambahan penting dalam pembuatan
kerupuk. Garam didapatkan perusahaan dari pabrik garam di Eretan-Indramayu
dengan harga beli sebesar Rp400,00 per kilogramnya. Sedangkan telur dan
bumbu-bumbu lainnya didapatkan perusahaan dari pasar terdekat. Saat ini harga
telur perkilogramnya adalah sebesar Rp13.000,00 dan untuk bumbu yang
digunakan sebagai bahan penyedap dan bawang merah, bawang putih dan bumbu-
bumbu lain termasuk didalamnya es untuk pengawetan ikan. Bumbu-bumbu ini
penggunaanya hanya sebagai bahan tambahan saja, sehingga dalam perhitungan
biaya bahan baku untuk bumbu dilakukan perhitungan berdasarkan hasil kuisioner
dari pemilik untuk kebutuhan bumbu rata-rata pengeluaran perbulan adalah
Rp2.000.000,00.
Biaya pengemasan dikeluarkan untuk biaya pembelian plastik kemasan,
dus, dan keperluan pengemasan lainnya seperti lakban, tinta untuk cap produksi,
dan sebagainya. Plastik kemasan yang digunakan oleh Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah terdiri dari tiga ukuran yakni plastik kemasan ukuran seperempat
kilogram, setengah kilogram, dan lima kilogram (ukuran satu bal). Plastik ukuran
lima kilogram memiliki dua penggunaan, yaitu untuk mengemas kerupuk sebelum
dikemas dalam dus dan untuk mengemas kerupuk yang sudah dikemas dalam
91

ukuran seperempat dan setengah kilogram. Hal ini dilakukan karena perusahaan
melakukan perhitungan penjualan dalam satuan bal (lima kilogram). Plastik
ukuran lima kilogram ini tidak memerlukan penyablonan dengan merek
perusahaan karena merek sudah tertera pada plastik ukuran seperempat dan
setengah kilogram dan dus yang digunakan. Pengadaan plastik kemasan dibuat
oleh perusahaan dengan sablon pada percetakan yang sudah menjadi
langganannya. Dalam setiap bulannya untuk pengadaan plastik kemasan
perusahaan mengeluarkan uang sebesar Rp4.500.000,00 per bulan.
Selain plastik kemasan, Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah juga
menggunakan dus untuk mengemas kerupuk terutama untuk pengiriman luar
pulau agar kerupuk yang mengalami perjalanan panjang tidak cepat retak
(mengurangi tingkat kerusakan kerupuk karena retak/pecah) sehingga mengurangi
retur penjualan. Dus yang digunakan memiliki ukuran yang berkapasitas lima
kilogram (satu bal). Dus yang digunakan dibeli di pabrik dus langganan dengan
rata-rata pengeluaran perbulan untuk kemasan dus yaitu Rp4.400.000,00 per
bulan. Adapun untuk keperluan pengemasan lainnya seperti tinta dan lakban
perusahaan mengeluarkan biaya untuk hal tersebut sebesar Rp500.000,00 per
bulan.
Biaya bahan bakar termasuk juga kedalam biaya variabel yang dikeluarkan
oleh perusahaan karena penggunaanya tergantung jumlah produksi yang
dihasilkan. Biaya bahan bakar meliputi biaya pembelian kayu bakar, minyak
tanah, dan minyak sayur. Perusahaan mengeluarkan uang sebesar Rp2.000.000.00
per bulan untuk mendapatkan input-input yang digolongkan sebagai biaya bahan
bakar tersebut. Adapun biaya variabel lain yang digunakan oleh perusahaan
adalah biaya transportasi bahan baku dan transportasi penjualan. Biaya
transportasi bahan baku digunakan untuk transportasi pengadaan bahan baku
meliputi pengangkutan bahan baku ikan, pengangkutan tepung tapioka,
pengangkutan garam, pengadaan bumbu-bumbu, dan pengangkutan es serta
pengangkutan bahan baku konsumsi untuk para karyawan. Biaya transportasi
penjualan merupakan biaya transportasi yang digunakan perusahaan untuk
mengirim produknya ke agen dan distributor di dalam maupun di luar kota pada
wilayah pemasarannya. Untuk biaya transportasi bahan baku dan transportasi
92

penjualan perusahaan mengeluarkan biaya masing-masing sebesar
Rp4.000.000,00 per bulannya. Lampiran 8 berisi tentang rincian biaya variabel
yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya.
6.2.2 Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan
profitabilitas usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap
Dua Gajah. Proyeksi laba rugi juga digunakan untuk menentukan besar pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Proyeksi laba rugi pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil perhitungan
proyeksi laba rugi memperlihatkan bahwa total akumulasi pajak selama 10 tahun
yakni sebesar Rp3.672.294.413,00. Sedangkan total akumulasi laba bersih setelah
pajak yang diperoleh sebesar Rp9.694.839.689,00 atau 10 persen dari total
akumulasi penerimaan selama umur usaha. Nilai ini memperlihatkan bahwa
jumlah pajak yang diberikan oleh pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah cukup besar untuk menambah pendapatan daerah. Total
pajak yang harus dikeluarkan selama umur proyek dari usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah mencapai 38 persennya dari total
laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dengan demikian, laba yang diperoleh
perusahaan lebih besar daripada pajak yang dikeluarkannya sehingga perusahaan
dalam analisis laba rugi ini akan mendapatkan manfaat yang lebih besar karena
usaha yang dilakukannya. Berikut merupakan rekapitulasi perhitungan proyeksi
laba rugi dari usaha pengolahan kerupuk yang dilakukan oleh Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah.
Tabel 15. Rekapitulasi Proyeksi Laba/Rugi
Uraian Nilai (Rp)
Total laba 9.694.839.689,00
Rata-rata laba per tahun 969.483.969,00
Total pajak 3.672.294.413,00
Rata-rata pajak 367.229.441,00


93

6.2.3 Analisis Kelayakan Investasi
Dalam menganalisis kelayakan investasi pengembangan usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah digunakan kriteria
investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Hasil analisis kriteria investasi
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kriteria Investasi
Uraian Nilai
PV negatif (Rp) (1.996.768.895,00)
PV positif (Rp) 4.733.959.864,00
NPV (Rp) 2.737.190.970,00
IRR 26%
Net B/C 2,37
Rata-rata PV per tahun (Rp) 273.719.097,00
PP 6,22
PP (tahun. bulan. hari) 6 tahun 2 bulan 22 hari
Total PV Inflow (Rp) 490.031.875,00

Untuk lebih jelasnya, analisis kelayakan kriteria investasi dapat dilihat
melalui perhitungan cashflow yang tertera pada Lampiran 10.
6.2.3.1 Net Present Value (NPV)
Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih
yang diperoleh selama periode usaha. Pada perhitungan nilai PV yang dilakukan
diperoleh nilai PV negatif sebesar Rp(1.996.768.895,00). PV negatif diperoleh
dari nilai net benefit yang bernilai negatif pada tahun pertama dan tahun kedua
karena nilai manfaat yang diperoleh belum dapat menutupi jumlah baiaya yang
dikeluarkan. Sedangkan PV positif yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar
Rp4.733.959.864,00. Nilai PV positif ini diperoleh dari penjumlahan nilai net
benefit yang bernilai positif yaitu pada tahun ketiga sampai pada umur usaha.
Dari nilai PV positif dan PV negatif tersebut akan didapatkan nilai NPV sebesar
Rp2.737.190.970,00 yang berarti bahwa usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah akan menghasilkan manfaat bersih sebesar
Rp2.737.190.970,00 atau enam persen dari akumulasi nilai kini inflow yang
diperoleh selama umur usaha (10 tahun). Dari uraian tersebut dapat diketahui
94

bahwa usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah layak untuk dilaksanakan karena NPV yang diperoleh dari hasil
perhitungan kriteria investasi lebih besar dari nol (NPV>0).
6.2.3.2 Internal Rate of Return (IRR)
Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui nilai IRR, maka IRR
harus dibandingkan dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan
sebesar 12,0 persen. Dari hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi pada
usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
didapatkan nilai IRR sebesar 26 persen. Nilai IRR sebesar 26 persen berarti bahwa
tingkat pengembalian usaha pengolahan kerupuk di Perusahaan Kerupuk Cap Dua
Gajah terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 26 persen. Nilai IRR yang
diperoleh pada analisis kriteria investasi ini memiliki nilai sebesar 26 persen
artinya memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital
yang telah ditentukan yaitu sebesar 12,0 persen (IRR>DR) sehingga usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah layak
untuk dilaksanakan. Informasi ini mengindikasikan bahwa usaha dengan
melakukan penambahan adanya teknologi tersebut layak untuk diusahakan dan
dapat dilanjutkan untuk terus dijalankan.
6.2.3.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif artinya manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut.
Jika hasil nilai Net B/C bernilai positif maka ketika perusahaan mengeluarkan
sedikit biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan yang diperolehnya akan
lebih banyak (sebesar nilai Net B/C yang dihasilkan). Pada perhitungan Net B/C
dalam analisis kriteria investasi diperoleh nilai Net B/C sebesar 2,37. Hal ini
berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp1,00 dapat menghasilkan tambahan
manfaat bersih sebesar Rp2,37. Nilai Net B/C pada usaha pengolahan kerupuk
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ini lebih besar dari satu sehingga usaha ini
layak untuk dilaksanakan (Net B/C>1).

95

6.2.3.4 Payback Period (PP)
Payback Period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian
modal. PP pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan Kerupuk
Cap Dua Gajah yakni selama enam tahun, dua bulan, 22 hari. Informasi ini
menyatakan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka
waktu enam tahun, dua bulan, 22 hari. Bila dibandingkan dengan umur usaha
yakni selama 10 tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha lebih cepat
daripada umur usaha sehingga usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah layak untuk dilaksanakan.
Dari nilai perhitungan berbagai kriteria kelayakan investasi usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang dapat dikatakan layak karena memiliki NPV lebih
dari nol (NPV>0), Net B/C lebih dari satu (Net B/C>1), IRR lebih dari tingkat
discount rate (IRR>DR) dan payback period kurang dari umur usaha(PP<Umur
usaha).
Adapun analisis manfaat bersih yang diperoleh dari hasil analisis cashflow
yaitu pada Tahun 1 dan Tahun 2 nilai PV bernilai negatif. Hal ini menunjukan
bahwa penerimaan/manfaat usaha belum mampu menutupi biaya yang
dikeluarkan sehingga usaha tersebut belum mampu melakukan pengembalian
investasi (usaha masih merugi). Hal ini wajar terjadi karena pada Tahun 1
perusahaan mengeluarkan biaya investasi yang besar dan perusahaan baru mampu
berproduksi selama tiga bulan. Adapun pada Tahun 2 perusahaan dinilai masih
melakukan adaptasi produksi. sehingga penerimaan yang diperoleh perusahaan
belum mampu menutupi biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan
proyeksi laba rugi dan manfaat bersih perusahaan pada kondisi ini masih
mengalami kerugian. Adapun pada Tahun 3 sampai tahun akhir umur usaha. dan
didukung dengan adanya penambahan teknologi, produksi perusahaan semakin
meningkat sehingga manfaat yang diterima perusahaan lebih besar daripada biaya
yang dikeluarkan sehingga perusahaan memiliki nilai PV positif yang
menunjukkan bahwa perusahaan sudah mendapatkan keuntungan. Namun pada
Tahun 6, yaitu pada tahun penambahan teknologi manfaat bersih yang diterima
perusahaan berkurang dari tahun sebelumnya (Tahun 5). Hal ini dikarenakan pada
tahun tersebut perusahaan melakukan tambahan investasi mesin dan melakukan
96

re-investasi terhadap beberapa mesin yang digunakan. Sejalan dengan Tabel 3.
hasil analisis kelayakan ini menunjukkan bahwa pada tahun adanya penambahan
teknologi akan mengurangi keuntungan yang diperoleh pada tahun tersebut. Oleh
karena itu, merupakan suatu hal yang wajar jika keuntungan yang didapatkan pada
tahun adanya penambahan teknologi menurun.
6.2.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk menilai apa yang terjadi dengan hasil
analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada usaha pengolahan kerupuk
Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dilakukan identifikasi faktor-faktor
perubahan yang dapat terjadi pada usaha tersebut. Adapun faktor-faktor
perubahan yang dapat dilihat sensitivitasnya adalah penurunan produksi,
penurunan harga output, dan kenaikan biaya dan harga input. Pada usaha
pengolahan kerupuk yang dilakukan perusahaan ini, kecenderungan trend
penurunan produksi dan penurunan harga output tidak terjadi, bahkan dalam lima
tahun terakhir produksi perusahaan selalu mengalami peningkatan produksi dan
peningkatan harga output dilakukan setiap tahun. Usaha pengolahan kerupuk yang
dilakukan Perusahaan kerupuk Cap Dua Gajah merupakan usaha pengolahan yang
memiliki biaya variabel yang lebih besar daripada biaya investasinya sehingga
usaha ini cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya input. Biaya input berupa
biaya bahan baku ikan dan udang memiiki kontribusi sebesar 60,5 persen terhadap
total biaya varibel sehingga jika terjadi kenaikan harga ikan akan cenderung
sensitif dan berpengaruh besar terhadap layak atau tidaknya usaha tersebut.
Adapun biaya input berupa biaya bahan baku tepung tapioka memiiki kontribusi
sebesar 33,1 persen terhadap total biaya varibel. Dengan demikian, analisis
sensitivitas yang akan dilakukan pada usaha pengolahan kerupuk Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah akan dilakukan pada perubahan harga input yaitu berupa
kenaikan harga ikan/udang dan terhadap kenaikan harga tepung tapioka. Analisis
sensitivitas dilihat dari persentase perubahan kenaikan harga dibandingkan dengan
perubahan IRR, nilai NPV, dan Net B/C yang diperoleh setelah terjadi kenaikan
harga berpengaruh secara signifikan atau tidak
97

6.2.4.2 Kenaikan Harga Ikan/Udang Sebesar 17 Persen
Bahan baku ikan segar adalah bahan baku utama dalam proses pembuatan
kerupuk ikan/udang. Biaya bahan baku ikan/udang juga merupakan biaya variabel
yang paling besar dalam usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah. Kenaikan harga bahan baku terutama ikan/udang
tentunya akan menyebabkan bertambahnya biaya produksi yang diperlukan dalam
setiap periode produksi sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Kenaikan harga ikan dan udang dapat terjadi umumnya disebabkan
oleh hasil tangkapan nelayan yang sedikit akibat cuaca dan iklim di daerah
penangkapan, selain itu hari-hari besar seperti lebaran juga menyebabkan nelayan
enggan mencari ikan ke laut sehingga dapat berdampak pada kenaikan harga ikan.
Perubahan berupa kenaikan harga ikan yang pernah dialami perusahaan berkisar
antara lima persen sampai 17 persen yaitu berkisar antara Rp500,00 sampai
Rp2.000,00 per kilogram. Oleh karena itu, berdasarkan data empiris dari
perusahaan kenaikan harga bahan baku ikan/udang tertinggi adalah sebesar 17
persen sehingga dalam analisis sensitivitas usaha pengolahan kerupuk Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah ini akan dilihat sensitivitas usaha tersebut jika terjadi
kenaikan harga bahan baku ikan sebesar 17 persen.
Hasil analisis sensitivitas dengan mengubah variabel harga ikan/udang
pada perhitungan kriteria kelayakan investasi jika terjadi kenaikan harga ikan dan
udang hingga 17 persen maka akan diperoleh NPV sebesar Rp37.031.434,00, IRR
sebesar 12,2 persen, Net B/C sebesar 1,01. Hasil nilai perhitungan (Lampiran 11)
tersebut mengindikasikan bahwa perubahan harga ikan/udang yang mengalami
kenaikan sebesar 17 persen memberikan perubahan yang sangat besar dan
signifikan pada usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah,
yakni dapat dilihat dari perubahan IRR yang mencapai 14 persen atau IRR setelah
adanya kenaikan harga kurang dari setengahnya dari IRR pada kondisi normal
(IRR=16 persen). Demikian halnya dengan perubahan nilai NPV yang diperoleh,
nilai NPV pada kondisi normal mencapai Rp2.737.190.970,00 kemudian
mengalami perubahan yang sangat besar setelah ada kenaikan harga ikan sebesar
17 persen yaitu nilai NPV menjadi Rp37.031.434,00. Walaupun terdapat
penurunan manfaat bersih, Net B/C dan IRR, hasil analisis ini menunjukan bahwa
98

terjadinya kenaikan harga ikan/udang sebesar 17 persen tidak sensitif terhadap
kelayakan pada usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
sehingga dengan adanya kenaikan harga ikan sebesar 17 persen usaha ini masih
layak dijalankan.
Dari hasil perhitungan sensitivitas terhadap kenaikan harga ikan/udang
yang memberikan perubahan yang sangat besar dan signifikan, dapat diketahui
bahwa usaha pengolahan kerupuk ini sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku
ikan dan udang jika kenaikan harga ikan/udang lebih dari 17 persen.
6.2.4.2 Kenaikan Harga Tepung Tapioka Sebesar 25 Persen
Bahan baku tepung tapioka adalah bahan baku utama dalam proses
pembuatan kerupuk ikan/udang. Biaya bahan baku tepung tapioka juga
merupakan biaya variabel yang paling besar setelah ikan segar dalam usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Kenaikan
harga bahan baku terutama tepung tapioka tentunya akan menyebabkan
bertambahnya biaya produksi yang diperlukan dalam setiap periode produksi
sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perubahan
berupa kenaikan harga tepung tapioka yang pernah dialami perusahaan berkisar
antara 10 persen sampai 25 persen yaitu berkisar antara Rp400,00 sampai
Rp1.000,00 per kilogram. Oleh karena itu, berdasarkan data empiris dari
perusahaan kenaikan harga bahan baku tepung tapioka tertinggi adalah sebesar 25
persen sehingga dalam analisis sensitivitas usaha pengolahan kerupuk Perusahaan
Kerupuk Cap Dua Gajah ini akan dilihat sensitivitas usaha tersebut jika terjadi
kenaikan harga bahan baku tepung tapioka sebesar 25 persen.
Hasil analisis sensitivitas dengan mengubah variabel harga tepung tapioka
pada perhitungan kriteria kelayakan investasi jika terjadi kenaikan harga tepung
tapioka hingga 25 persen maka akan diperoleh NPV sebesar Rp352.084.979,00,
IRR sebesar 14 persen, dan Net B/C sebesar 1,17. Hasil nilai perhitungan tersebut
(Lampiran 11) mengindikasikan bahwa kenaikan harga tepung tapioka sebesar 25
persen memberikan perubahan yang sangat besar dan signifikan pada usaha
pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah, yakni dapat dilihat dari
perubahan IRR yang mencapai 12 persen dimana IRR setelah adanya kenaikan
harga yaitu sebesar 14 persen dari IRR pada kondisi normal yaitu sebesar 26
99

persen. Demikian halnya dengan perubahan nilai NPV yang diperoleh, nilai NPV
pada kondisi normal mencapai Rp2.737.190.970,00 kemudian mengalami
perubahan yang sangat besar setelah ada kenaikan harga tepung tapioka sebesar
25 persen yaitu nilai NPV menjadi Rp352.084.979,00. Walaupun terdapat
penurunan manfaat bersih, Net B/C dan IRR, hasil analisis ini menunjukan bahwa
terjadinya kenaikan harga tepung tapioka sebesar 25 persen tidak sensitif terhadap
kelayakan pada usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
sehingga dengan adanya kenaikan harga tepung tapioka sebesar 25 persen usaha
ini masih layak dijalankan.
Dari hasil perhitungan sensitivitas terhadap kenaikan harga tepung tapioka
yang memberikan perubahan yang sangat besar dan signifikan, dapat diketahui
bahwa usaha pengolahan kerupuk ini sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku
tepung tapioka jika kenaikan harga tepung tapioka lebih dari 25 persen.
Dari hasil perhitungan sensitivitas terhadap kenaikan harga ikan/udang dan
kenaikan harga tepung tapioka, secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha
pengolahan kerupuk ini tidak sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku
ikan/udang sebesar 17 persen dan tepung tapioka sebesar 25 persen. Artinya usaha
pengolahan kerupuk ini akan sensitif bila harga bahan baku ikan mengalami
kenaikan lebih dari 17 persen dan harga tepung tapioka mengalami kenaikan lebih
dari 25 persen. Berdasarkan analisis sensitivitas, dapat juga dilihat bahwa
kenaikan harga ikan/udang dari hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan
persentase perubahan harga yang lebih rendah daripada persentase kenaikan harga
tepung tapioka menunjukkan nilai perubahan yang lebih besar sehingga dapat
dikatakan kenaikan harga bahan baku ikan/udang pada usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah lebih sensitif daripada jika terjadi
kenaikan harga tepung tapioka.









100

VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1) Berdasarkan analisis dari aspek non finansial, usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah telah layak, kecuali pada
aspek lingkungan. Analisis aspek lingkungan dikatakan tidak layak karena
usaha tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan. Perusahaan perlu
melakukan perbaikan dalam aspek lingkungan agar tidak menimbulkan
keresahan masyarakat.
2) Hasil analisis aspek finansial pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang
dengan adanya penambahan teknologi ini layak untuk dijalankan. Dapat
dilihat dari nilai NPV lebih dari nol yaitu sebesar Rp2,74 milyar, IRR lebih
dari tingkat discount rate yaitu sebesar 26 persen, Net B/C lebih besar dari
satu yaitu sebesar 2,37 dan Payback Periode kurang dari umur usaha yaitu
selama enam tahun, dua bulan, 22 hari. Arti data tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan secara finansial layak untuk dijalankan.
3) Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa bahwa usaha pengolahan
kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah tidak sensitif terhadap kenaikan
harga input bahan baku ikan/udang sebesar 17 persen dan tepung tapioka
sebesar 25 persen. Dapat dilihat dari nilai kriteria investasinya yaitu, jika
terjadi kenaikan harga ikan/udang sebesar 17 persen akan mengakibatkan
nilai NPV sebesar Rp37 juta, IRR sebesar 12,2 persen, dan Net B/C sebesar
1,01 yang berarti bahwa ketika harga ikan naik sebesar 17 persen perusahaan
masih layak menjalankan usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17
persen usahanya menjadi tidak layak. Jika terjadi kenaikan harga tepung
tapioka sebesar 25 persen akan mengakibatkan nilai NPV sebesar Rp352 juta,
IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,17 yang berarti bahwa ketika harga
tepung tapioka naik sebesar 25 persen perusahaan masih layak menjalankan
usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya menjadi
101

tidak layak. Dari nilai tersebut juga dapat menunjukkan bahwa kenikan harga
ikan lebih sensitif daripada kenaikan harga tepung tapioka.
8.2 Saran
Dari hasil analisis finansial yang telah dilakukan pada usaha pengolahan
kerupuk Perusahan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dikatakan layak untuk
dijalankan, tetapi perlu perbaikan pada aspek non finansial yakni pada aspek
lingkungan yaitu sebaiknya perusahaan membuat tempat untuk pengolahan
limbah pabrik beserta salurannya agar tidak mencemari sungai yang digunakan
warga sekitar. Hal ini terkait dengan kepedulian perusahaan terhadap aspek
lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat.




102

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E, Liviawaty E.1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Apriyadi, A.2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan pada
Industri Kerupuk Ikan/Udang di Indramayu. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Indramayu Dalam Angka 2009. Indramayu
. 2009. Jawa Barat Dalam Angka 2009. Indramayu
Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat. 2009. Produksi Perikanan Jawa Barat.
www.diskanlautjabar.co.id. [05 Maret 2010]
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 2010. Produksi Perikanan
Kabupaten Indramayu. Indramayu
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu.
2010. Perusahaan-perusahaan Pengolahan Hasil Ikan.Indramayu

Gittinger, J P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Slamet
S. Komet M. Penerjemah; Jakarta: UI Press.Terjemahan dari : Economic
Analysis of Agriculture Project.
Halcrow, H. 1981. Economics Of Agricultural. Aukland :Mc. Graw-Hill.
Husein, U. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Husnan S, Muhammad S. 2005. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta :UPP AMP
YKPN.
Ilyas, S., et al.1979. Kegiatan Perikanan Rakyat dan Pemanfaatannya Secara
Tradisional Hingga Dewasa Ini (Present Status dan Permasalahan).
Laporan Lokakarya Teknologi Pengolahan Ikan Secara Tradisional.
Lembaga Penelitian Teknologi Perikanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta. Halaman 24.

Januriyanti. 2004. Analisis Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan kerupuk
Ikan di Desa Kenanga Kabupaten Indramayu. Skripsi. Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan.2009. Potensi Perikanan Indonesia.
http//www.kkp.co.id. [02 maret 2010].

Marbun, B.N.2003. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


103

Moeljanto.1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Ed ke-5. Yogyakarta : Aditya Media.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:
Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Oktafiyani.2009.Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit
Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Jawa Tengah). Skripsi.
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.Bogor

Ravianto, J. 1986. Orientasi Produktivitas dan Ekonomi Jepang: Apa yang harus
dilakukan Indonesia?. Jakarta: UI-Press.

Saragih, B. 2000. Agribisnis. Jakarta: PT Loji Grafika Griya Sarana.
Saraswati.1986. Membuat Kerupuk Udang. Bharata Karya Aksara.Jakarta
Sofiah S, Sutrisniati D.1991. Kerupuk. Petunjuk Teknis Cara Memproduksi
Makanan yang Baik dan Benar Sesuai Ketentuan Industri Kecil Pangan.
Direktorat Jendral Industri Kecil dan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Jakarta

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press.
Swastha, B.1980. Ekonomi Perusahaan Modern: Sebuah Buku Pengantar Dalam
Bentuk Kumpulan Soal dan Tanya Jawab.Yogyakarta: Liberty
Syarif S, Soenarjo E.S.1985. Teknologi Pengemasan. Penuntun Praktikum.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.Fakultas Teknologi
Pertanian.IPB.Bogor
Tjokroadikoesoemo, P.S.1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta:
Gramedia
Tresnaprihandini, Y.2006.Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk
Udang dan Ikan Pada perusahaan Candramawa di Kabupaten
Indramayu. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor
Widyastono.2006.Analisis Usaha Penggorengan Kerupuk (Studi Kasus Usaha
Kecil sumber Makmur Sentosa Darmaga. Kabupaten Bogor). Skripsi.
Program Sarjana Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.Bogor
104

Wijandi, et al. 1975.Pengelolaan Kerupuk di Sidoarjo. Kerjasama Aneka Industri
dan Kerajinan dengan Departemen Teknologi Hasil
Pertanian.FATAMATA-IPB.Bogor
Winarno, F.G. Jenie B.S.L.1983. Kerusakan Bahan Pangan.Ghalia
Indonesia.Jakarta
105









LAMPIRAN















106

Lampiran 1. Perbedaan, Persaamaan Penelitian yang dilakukan dengan Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti Judul Penelitian Tahun Persamaan Perbedaan Hubungan Penelitian
1. Apriyadi Analisis Usaha dan Nilai Tambah
Pengolahan Ikan pada Industri
Kerupuk Udang/Ikan di Indramayu
2003 Komoditas yang diteliti,
Daerah Penelitian,
Alat analisis R/C ratio.
Alat analisis OLS
(Ordinary Least Square),
Alat Analisis Metode
Hayami,
Skala Industri.
Dalam penelitian tersebut
sudah menganalisis nilai
tambah kerupuk, sehingga
perlu dilengkapi dengan
analisis kelayakan usaha
yang akan dilakukan
dalam penelitian ini.
2. Januriyanti Analisis Persediaan bahan Baku
pada Perusahaan Kerupuk Ikan di
Desa Kenanga Kabupaten
Indramayu
2004 Komoditas yang diteliti,
Daerah Penelitian.
Alat Analisis EOQ
(Economic Order
Quantity),
Skala Industri.
Dengan komoditas yang
sama, namun melihat sisi
permasalahan yang
berbeda yaitu dalam
penelitian ini terkait
dengan pergantian
teknologi
3. Oktafiyani Analisis Kelayakan Usaha
Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit
Sapi dan Kulit Kerbau (studi Kasus:
Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
di Kecamatan Pegandon Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah)
2009 Analisis Kelayakan
usaha kualitatif (aspek
pasar, teknik,
manajemen, ekonomi,
sosial dan lingkungan;
Analisis Finansial
(NPV, IRR, Net B/C,
Payback Period,
Analisis sensitivitas).
Komoditas yang diteliti;
Lokasi dan waktu
penelitian;
Analisis aspek finansial:
Incremental Benefit dan
BEP.
Pada penelitian ini akan
dianalisis Incremental
benefit yang belum
dilakukan oleh penelitian
tersebut.
4. Tresnaprihandini Formulasi Strategi pengembangan
Usaha Kerupuk Udang dan Ikan
pada perusahaan Candramawa di
kabupaten Indramayu
2006 Komoditas yang diteliti;
Daerah Penelitian.
Alat Analisis IFE;
Alat Analisis EFE;
Alat Analisis SWOT;
Perusahaan yang diteliti.

Penelitian ini akan
menganalisis kelayakan
usaha karena adanya
upaya pengembangan
usaha yaitu pergantian
teknologi, mengacu pada

107

penelitian tersebut yang
sudah menganalisis
formula strategi untuk
usaha tersebut.

5. Widyastono Analisis Kelayakan Usaha
penggorengan Kerupuk (Studi
kasus usaha Kecil Sumber Makmur
Sentosa Darmaga, Kabupaten
Bogor)
2006 Analisis Kelayakan
usaha kualitatif (aspek
pasar, teknik,
manajemen, ekonomi,
dan sosial;
Aspek finansial (NPV,
IRR, Net B/C, BEP,
Payback Period,
analisis sensitivitas).
Komoditas yang diteliti;
Lokasi dan waktu
penelitian;
Analisis aspek finansial:
Incremental Benefit;
Analisis kelayakan
kualitatif: aspek
lingkungan.


Analisis kelayakan usaha
yang diteliti dalam
penelitian ini akan lebih
mendalam dengan
melengkapi analisis
kelayakan kualitatif (aspek
lingkungan) dan Analisis
Incremental Benefit













108

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN PADA USAHA PENGOLAHAN KERUPUK
PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH
INDRAMAYU, JAWA BARAT
Terimakasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner ini. Lembar Kuisioner ini
merupakan instrumen yang digunakan untuk penelitian Analisis Kelayakan pada
Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah oleh
Rina Kusrina (H34062604), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut pertanian Bogor. Untuk memenuhi tugas penyelesaian skripsi
Program Sarjana. Informasi yang diterima dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuan dan partisipasi Anda, saya
sampaikan terimakasih.

A. Karakteristik Perusahaan
4. Nama Perusahaan :
5. Jenis Usaha :
6. Alamat :
7. Telp/Fax :
8. Tahun Berdiri :
9. Nama Pemilik :
10. Tahun Pengembangan Usaha :
11. Motivasi Pendirian Usaha :
12. Total Luas Lahan :
B. Aspek Non Finansial
Aspek Pasar dan Pemasaran
4. Bagaimana deskripsi produk yang dihasilkan oleh usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua
Gajah?...........................................................................................................
109

5. Berapakah harga jual kerupuk yang berasal dari usaha pengolahan kerupuk ini
PT Kerupuk Cap Dua Gajah ?
a. Kerupuk ikan :...................................................................................
b. Kerupuk Udang :...................................................................................
6. Kemana sajakah pasar tujuan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT
Kerupuk Cap Dua Gajah?..............................................................................
7. Berapakah permintaan masing-masing pasar tersebut?.................................
8. Berapakah permintaan masing-masing pasar tujuan yang mampu dipenuhi oleh
tersebut oleh PT Kerupuk Cap Dua Gajah?...........................................
9. Bagaimana saluran distribusi usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT
Kerupuk Cap Dua Gajah?..............................................................................
10. Berapakah jumlah total penawaran kerupuk ikan/udang dalam
industrinya?....................................................................................................
11. Apakah PT Kerupuk Cap Dua Gajah dalam penjualannya melakukan grading?
.........................................................................................................
Jika iya, berdasarkan apa penetapan grading dan berapa harga
jualnya?..........................................................................................................
12. Bagaimana dengan kegiatan promosi yang dilakukan?.................................
13. Apakah terdapat kendala dalam pemasaran kerupuk ikan/udang selama ini dan
bagaimana cara mengatasinya? ..............................................................
Tabel 1. Jumlah Penjualan/Periode Produksi
Jenis Produk Jumlah (bal) Tujuan Harga (Rp)
1.

2.

3.
4.
5.
6.
TOTAL


110

Aspek Teknis
-Pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama
4. Ketersediaan Bahan Baku:
a. Apa saja input yang dibutuhkan dalam usaha pengolahan ikan/udang PT
Kerupuk Cap Dua Gajah?.............................................................................
b. Berapa jumlah masing-masing input tersebut yng dibutuhkan selama satu
periode?..................................................................................................
c. darimanakah sumber pasokan input tersebut?...........................................
d. bagaimana hubungan dengan pemasok input tersebut?............................
e. Apakah terdapat kualifikasi khusus untuk input tersebut?.......................
f. Berapakah harga masing-masing input tersebut per satuannya?..............
5. Letak pasar Yang dituju
a. Apa sajakah output yang dihasilkan dari usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?...................................................
b. Bagaimana dengan daerah pemasaran yang ada selama ini?apakah sudah
mampu dipenuhi oleh output usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT
Kerupuk Cap Dua Gajah?.............................................................................
6. Tenaga Listrik dan Air
a. Bagaimana dengan ketersediaan pembangkit listrik dan air beserta
aksesibilitasnya yang dapat membantu kelancaran proses produksi?............
7. Supply Tenaga Kerja
a. Bagaimana dengan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?.........
b. Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi dan berapa
jumlahnya?..........................................................................................
c. Bagaimana proses rekruitmennya?.............................................................
d. Adakah kualifikasi khusus tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?....................
8. Fasilitas Transportasi
a.Bagaimana aksesibilitas (sarana eksternal perusahaan) yang harus dipenuhi
agar usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah
111

berjalan dengan lancar?...............................................................
-Pemilihan lokasi usaha dengan variabel pelengkap
1. Bagaimana dengan hukum dan peraturan pemerintah yang berlaku, apakah
mendukung usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua
Gajah?.............................................................................................................
Jika Mendukung bagaimana bentuk dukungannya?.......................................
2. Bagaimana sikap masyarakat setempat dengan adanya usaha pengolahan
kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?.......................................
-Luas Produksi
1. Berapakah proyeksi produksi optimum (kapasitas maksimum pabrik) yang harus
dipenuhi?..............................................................................................
2. Berapakah output yang mampu dihasilkan dengan keadaan finansial saat
ini?..................................................................................................................
3. Bagaimana dengan rencana ke depan, apakah akan ada perluasan lahan dan
pemanfaatan kapasitas maksimum pabrik dan lahan?.............................
-Proses Produksi
1. Bagaimana prosedur yang harus dipenuhi dalam proses pengolahan kerupuk
ikan/udang?......................................................................................
2. Bagaimana dengan proses yang terjadi di lapang?........................................
3. Bagaimana hasil produksi yang terjadi selama ini?......................................
4. Bagaimana dengan kendala yang dihadapi pada proses produksi dan bagaimana
cara mengatasinya?.....................................................................
Tabel 2. Jumlah Produksi/periode produksi:
Jenis Produk
Jumlah (bal) Harga (Rp)
1. .....
2. .....
3. .....
4. .....
5. .....
112

6. .....
TOTAL

-Layout
1. Apakah pabrik dimanfaatkan secara optimal?.............................................
(Bandingkan antara kapasitas dengan pemanfaatan saat ini)
2. Apakah Bangunan aman bagi tenaga kerja?................................................

-Pemilihan Jenis Teknologi dan Perlengkapan
1. Apa sajakah fasilitas produksi dan peralatan (teknologi) yang disediakan dalam
usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua
Gajah?............................................................................................................
2. Alasan pemilihan Teknologi?........................................................................
3. Bagaimana dengan ketepatan penggunaan teknologinya?.............................
-Aspek Manajemen
1. Bagaimana dengan bentuk perusahaan? Dan alasannya?.............................
2. Bagaimana dengan struktur manajemen (organisasi) PT Kerupuk Cap Dua
Gajah? ............................................................................................................
3. Bagaimana dengan job description masing-masing jabatan?.........................
4. Bagaimana dengan sistem kompensasi yang berlaku?...................................
5. Apakah terdapat promosi jabatan dan dilakukan saat kapan?........................
-Aspek Hukum
1. Bagaimana prosedur pendirian usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT
Kerupuk Cap Dua Gajah?..............................................................................
2. Bagaimana pengaruh peraturan pemerintah terhadap kelangsungan usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?...................
3. Bagaimana dengan sistem perpajakan yang diterapkan pemerintah untuk usaha
pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?.........
-Aspek Sosial Ekonomi Budaya dan Lingkungan (untuk masyarakat sekitar)
113

3. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya usaha pengolahan kerupuk
ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?.....................................................
4. Apa sajakah dampak tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat akibat
adanya usaha pengolahan kerupuk ikan/udang PT Kerupuk Cap Dua Gajah?
a. Positif :...............................................................................................
b. Negatif :...............................................................................................


C. Aspek Finansial
2. Nilai Investasi
Tanah : ..............................................................................
Bangunan : ..............................................................................
3. Tabel 3. Peralatan yang digunakan
No.
Jenis alat Jumlah
(buah)
Nilai
Pembelian
(Rp)
Tahun
Pembelian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Total penyusutan

4. Tabel 4. Perlengkapan yang digunakan
No. Jenis Perlengkapan Jumlah (buah) Nilai Pembelian (Rp)
1.
2.
3.
4.
114

Total



5. Tabel 5. Biaya usaha
Jenis Biaya Nilai (Rp)
Biaya Variabel
1. Biaya Bahan Baku
a. ikan/udang
b. tepung tapioka
c. telur
2. Biaya Bahan Penolong (lain-lain)
3. Biaya Bahan Bakar
4. Biaya/Gaji Tenaga Kerja
5. Biaya Transportasi bahan baku &
bahan penolong
6. Biaya Konsumsi
7. Biaya Pemasaran
a. Biaya Pengemasan
c. Dus
d. Plastik
e. Dll
b. Biaya Transportasi Penjualan

Total Biaya Variabel (1)
Biaya Tetap:
1. Biaya Pemeliharaan Peralatan
2. Biaya Pemeliharaan Bangunan
3. Biaya Penyusutan Peralatan
4. Biaya Penyusustan Bangunan Pabrik
5. Biaya Sewa Tanah
6. Biaya Perlengkapan Kantor
7. Biaya Keamanan
8. Angsuran Pinjaman
9. Bunga Pinjaman
10. Izin Usaha Pengolahan

Total Biaya Tetap (2)
Total Biaya (1) + (2)
115

Lampiran 3. Layout Bangunan Pabrik

































Keterangan:
1. Masjid
2. Sekolah
3. Depot Es
4. Pabrik dan Kantor
5. Ruang Penyimpanan Garam
6. Ruang Penyimpanan Kayu + Garasi
7. Toilet
8. Ruangan Pengering alternatif
9. Dapur Pabrik
10. Rumah Pemilik
11. Gudang
12. Mess Karyawan
13. Mushola.



2
3
4
6
7 8 9
5
9
4
5
7
10
10
1
12
12
8
13
U
1
2
116



Lampiran 4. Layout Ruang dan Fasilitas Bangunan Pabrik




4










3




2







1

Keterangan:
1. Ruang Penyimpanan dan Kantor
2. Ruang Pengemasan
3. Ruang Pembuatan dan Pencetakan
4. Ruang Pemfilletan
5. Toilet pekerja
6. Ruang Pengering alternatif
7. Dapur
8. Fiber Penyimpanan Ikan
9. Mesin Giling Ikan


10. Mesin Pengaduk Bumbu
11. Mesin Pembuat adonan
12. Mesin Penghalus adonan
13. Meja Pencetakan
14. Mesin Pengukusan(Ketel Uap)
15. Oven Pengukusan
16. Mesin pemotong
17. Tungku/Kompor Pemanas

5
6
7
14
15
13 13
12
11 10
17
8
8
8
9
16
117



Lampiran 5. Proyeksi Penerimaan dan Nilai Penjualan
No PENERIMAAN
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.

Jumlah Kerupuk
Besar( bal)
6.720 26.880 27.686 28.517 29.373 31.135 62.270 62.270 62.270 62.270
Penjualan
Kerupuk Ukuran
Besar
184.800.000 1.142.400.000 1.522.752.000 1.768.053.504 1.967.957.618 2.506.355.575 5.759.947.595 6.071.296.114 6.382.644.632 6.693.993.151
2

Jumlah Kerupuk
Sedang
8.448 33.792 34.806 35.850 36.925 39.141 78.282 78.282 78.282 78.282
Penjualan
Kerupuk Ukuran
Sedang
232.320.000 1.436.160.000 1.914.316.800 2.222.695.834 2.474.003.863 3.150.847.009 7.241.076.977 7.632.486.543 8.023.896.109 8.415.305.676
3

Jumlah Kerupuk
Kancing
3.398 13.594 14.001 14.421 14.854 15.745 31.491 31.491 31.491 31.491
Penjualan
Kerupuk Ukuran
Kancing
110.448.000 632.102.400 824.682.931 980.658.616 1.076.921.797 1.393.462.534 3.070.341.178 3.227.794.571 3.385.247.965 3.542.701.359
4

Jumlah Kerupuk
Sirihan
209 837 854 871 888 906 1.812 1.812 1.812 1.812
Penjualan
Kerupuk Ukuran
Sirihan
2.616.000 19.672.320 28.177.459 35.273.056 37.755.234 45.306.280 108.735.073 117.796.329 126.857.585 135.918.841
5

Jumlah Kerupuk
Stick
209 837 854 871 888 906 1.812 1.812 1.812 1.812
Penjualan
Kerupuk Ukuran
Stick
7.848.000 43.111.680 51.658.675 62.272.185 71.068.675 83.816.619 185.755.750 194.817.006 203.878.262 212.939.518
6

Jumlah Kerupuk
kulit (kg)
275 1.098 1.120 1.142 1.165 1.189 2.377 2.377 2.377 2.377
Penjualan
Kerupuk kulit
5.490.100 38.430.700 50.399.118 62.259.710 68.748.429 83.197.251 190.165.146 202050467 213.935.789 225.821.110
7

Jumlah Kerupuk
Bawang
236 945 964 983 1.002 1.023 2.045 2.045 2045 2.045
Penjualan
Kerupuk
Bawang
5.313.600 34.479.360 43.840.742 54.545.592 60.648.801 74.131.882 168.713.938 178.939.025 189164112 199.389.200



Total Produksi
(bal)
19.221 76.884 79.165 81.513 83.931 88.856 177.712 177.712 177.712 177.712
Total Penjualan
(Rp)
548.835.700 3.346.356.460 4.435.827.726 5.185.758.497 5.757.104.416 7.337.117.151 16.724.735.656 17.625.180.056 18.525.624.456 19.426.068.855
Total Produksi
(Ton)
96,105 384,422 395,824 407,565 419,656 444,279 888,559 888,559 888,559 888,559
118

Lampiran 6. Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan
No Komponen Biaya Satuan
Jumlah
Fisik
Harga per
satuan (Rp)
Jumlah biaya
Compounding
(Rp)
Umur
ekonomis
(tahun)
Nilai
penyusutan
per tahun
(Rp)
Nilai Sisa di
Akhir Umur
Proyek (Rp)

Reinvestasi
di tahun ke-
1 Tanah
2 hektar 200.000.000 456.000.000 - 456.000.000
2 Bangunan:

Pabrik
1 unit 550.000.000 627.000.000 10 62.700.000 -
Mushola
1 unit 20.000.000 22.800.000 10 2.280.000 -
Mess Karyawan
1 unit 50.000.000 57.000.000 10 5.700.000 -
Toilet
1 unit 10.000.000 11.400.000 10 1.140.000 -
Dapur
1 unit 12.000.000 13.680.000 10 1.368.000 -
Ruang Penyimpanan Garam
1 unit 10.000.000 11.400.000 10 1.140.000 -
Garasi dan Ruang Penyimpanan Kayu
1 unit 10.000.000 11.400.000 10 1.140.000 -
Gudang barang
1 unit 30.000.000 34.200.000 10 3.420.000 -
3 Mesin:

Alat Giling Daging
1 unit 500.000 500.000 5 100.000 -
Alat Giling Es
1 unit 1.750.000 1.750.000 5 350.000 - 6
Ketel Uap
1 unit 75.000.000 75.000.000 5 15.000.000 - 6
Oven Pengukus
1 unit 10.000.000 10.000.000 5 2.000.000 - 6
Mesin Molen
1 unit 5.000.000 5.000.000 5 1.000.000 - 6
Mesin Penghalus adonan
1 unit 5.000.000 5.000.000 5 1.000.000 - 6
Mesin Pengaduk Resep
1 unit 1.500.000 1.500.000 5 300.000 - 6
Mesin Press
1 unit 30.000.000 30.000.000 5 6.000.000 -
Oven Penjemuran
1 unit 50.000.000 50.000.000 5 10.000.000 -
Mesin Potong
4 unit 25.000.000 100.000.000 5 20.000.000 -
Pendingin
1 unit 10.000.000 10.000.000 5 2.000.000 -


119


No Komponen Biaya Satuan
Jumlah
Fisik
Harga per
satuan (Rp)
Jumlah biaya
(Rp)
Umur
ekonomis
(tahun)
Nilai
penyusutan
per tahun
(Rp)
Nilai Sisa di
Akhir Umur
Proyek (Rp)

Reinvestasi
di tahun ke-
Sealer
20 unit 500.000 10.000.000 3 3.333.333 6.666.667 4, 7,10
4 Alat Transportasi;

Mobil Pick up
1 unit 80.000.000 80.000.000 10 8.000.000 -
Truk
1 unit 150.000.000 150.000.000 10 15.000.000 -
5 Peralatan:

Glodog
4 unit 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000 - 6
Troli 12 unit 1.500.000 18.000.000 5 3.600.000 - 6
Troli rak
20 unit 200.000 4.000.000 5 800.000 - 6
Drum Penimbangan
15 unit 100.000 1.500.000 5 300.000 - 6
Timbangan dacin
4 unit 300.000 1.200.000 5 240.000 - 6
Timbangan kiloan
10 unit 200.000 2.000.000 5 400.000 - 6
Timbangan duduk 2 unit 250.000 500.000 5 100.000 - 6
Bak air
3 unit 1.500.000 4.500.000 5 900.000 - 6
Keranjang besar
15 unit 250.000 3.750.000 2 1.875.000 - 3,5,7,9
Langseng
250 unit 250.000 62.500.000 3 20.833.333 41.666.667 4, 7, 10
Fiber
12 unit 500.000 6.000.000 5 1.200.000 - 6
Rak oven/penjemuran 650 unit 75.000 48.750.000 3 16.250.000 16.250.000 9
Meja adonan
2 unit 3.000.000 6.000.000 10 600.000 -
Baskom besar 25 unit 50.000 1.250.000 2 625.000 1.250.000 3, 5, 7, 9
Ember besar
30 unit 30.000 900.000 2 450.000 - 3, 5, 7, 9
Drum minyak
1 unit 100.000 100.000 3 33.333 66.667 4, 7, 10
Garuk
2 unit 50.000 100.000 5 20.000 20.000 6

120


No Komponen Biaya Satuan
Jumlah
Fisik
Harga per
satuan (Rp)
Jumlah biaya
(Rp)
Umur
ekonomis
(tahun)
Nilai
penyusutan
per tahun
(Rp)
Nilai Sisa di
Akhir Umur
Proyek (Rp)

Reinvestasi
di tahun ke-
kursi dudukan kecil 10 unit 10.000 100.000 2 50.000 - 3,5, 7, 9
Alat Penarik 10 unit 30.000 300.000 5 60.000 - 6
6 Lain-lain:
Tape Recorder 1 unit 250.000 250.000 5 50.000 - 6
Total 1.943.330.000 212.958.000 521.920.000











121

Lampiran 7. Biaya Tetap Selain Biaya untuk karyawan
No Struktur Biaya Satuan
Jumlah fisik per
tahun
Biaya satuan (Rp)
Total biaya per tahun
(Rp)
1 Ember kecil Unit 5 15.000 75.000
2 Tampah Unit 2250 2.500 5.625.000
3 Gayung Unit 5 5.000 25.000
4 Serbet Unit 120 10.000 1.200.000
5 Telenan Unit 35 20.000 700.000
6 Pisau Unit 35 20.000 700.000
7 Irig Unit 1 15.000 15.000
8 Penyaring tipis Unit 6 7.500 45.000
9 Karung goni Unit 12 15.000 180.000
10 Rak pring Unit 100 50.000 5.000.000
11 Listrik Bulan 12 250.000 3.000.000
12 Pulsa telepon Bulan 12 200.000 2.400.000
13 Biaya transportasi Bulan 12 2.000.000 24.000.000
14 Pemeliharaan Bangunan Bulan 12 500.000 6.000.000
15 Pemeliharaan Peralatan Bulan 12 500.000 6.000.000
16 Pajak kendaraan Tahun 2 1.250.000 2.500.000
17 Pajak Bumi dan Bangunan Bulan 2 1.000.000 2.000.000
18 Tenaga Kerja Tetap Bulan 12 22500000 270.000.000
19 Perlengkapan kantor Paket 12 500.000 6.000.000
Total 335.465.000




122

Lampiran 8. Biaya Variabel
No. BIAYA VARIABEL
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
Biaya Bahan Baku:

Ikan/Udang
331.500.000 1.666.320.000 2.028.384.000 2.327.222.400 2.562.855.744 3.304.841.269 7.476.580.952 7.925.175.809 8.400.686.358 8.904.727.540

Tepung Tapioka
172.800.000 934.416.000 1.173.139.200 1.376.853.120 1.545.864.307 1.919.626.667 3.830.355.200 4.060.176.512 4.303.787.103 4.562.014.329

Telur
7.500.000 38.160.000 45.792.000 50.371.200 53.393.472 58.732.819 137.780.758 146.047.603 154.810.459 164.099.087

Gula
6.750.000 40.704.000 48.844.800 53.729.280 56.953.037 62.648.340 146.966.141 155.784.110 165.131.156 175.039.026

Garam
1.800.000 12.211.200 14.653.440 16.118.784 17.085.911 18.794.502 44.089.842 46.735.233 49.539.347 52.511.708

Bumbu
2.250.000 10.176.000 12.211.200 13.432.320 14.238.259 15.662.085 36.741.535 38.946.027 41.282.789 43.759.756
2
Biaya Pengemasan:


Dus
6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098

Plastik
6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098
3
Biaya Bahan Bakar
4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 51.435.407 52.464.115 53.513.398
4
Biaya Transportasi Bahan Baku
4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024
5
Biaya Transportasi Penjualan
4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024

Total
548.100.000 2.810.107.200 3.452.768.640 3.980.445.504 4.401.672.234 5.546.715.338 11.947.483.587 12.660.450.685 13.414.060.754 14.212.767.088






123

Lampiran 9. Proyeksi Laba Rugi
No Uraian
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A PENERIMAAN
1
Penjualan Kerupuk Ukuran Besar
184.800.000 1.142.400.000 1.522.752.000 1.768.053.504 1.967.957.618 2.506.355.575 5.759.947.595 6.071.296.114 6.382.644.632 6.693.993.151
2
Penjualan Kerupuk Ukuran Sedang
232.320.000 1.436.160.000 1.914.316.800 2.222.695.834 2.474.003.863 3.150.847.009 7.241.076.977 7.632.486.543 8.023.896.109 8.415.305.676
3
Penjualan Kerupuk Ukuran Kancing
110.448.000 632.102.400 824.682.931 980.658.616 1.076.921.797 1.393.462.534 3.070.341.178 3.227.794.571 3.385.247.965 3.542.701.359
4
Penjualan Kerupuk Ukuran Sirihan
2.616.000 19.672.320 28.177.459 35.273.056 37.755.234 45.306.280 108.735.073 117.796.329 126.857.585 135.918.841
5
Penjualan Kerupuk Ukuran Stick
7.848.000 43.111.680 51.658.675 62.272.185 71.068.675 83.816.619 185.755.750 194.817.006 203.878.262 212.939.518
6
Penjualan Kerupuk kulit
5.490.100 38.430.700 50.399.118 62.259.710 68.748.429 83.197.251 190.165.146 202.050.467 213.935.789 225.821.110
7
Penjualan Kerupuk Bawang
5.313.600 34.479.360 43.840.742 54.545.592 60.648.801 74.131.882 168.713.938 178.939.025 189.164.112 199.389.200
TOTAL PENERIMAAN 548.835.700 3.346.356.460 4.435.827.726 5.185.758.497 5.757.104.416 7.337.117.151 16.724.735.656 17.625.180.056 18.525.624.456 19.426.068.855
B BIAYA OPERASIONAL
B1 BIAYA VARIABEL
1 Ikan/Udang 331.500.000 1.666.320.000 2.028.384.000 2.327.222.400 2.562.855.744 3.304.841.269 7.476.580.952 7.925.175.809 8.400.686.358 8.904.727.540
2 Tepung Tapioka 172.800.000 934.416.000 1.173.139.200 1.376.853.120 1.545.864.307 1.919.626.667 3.830.355.200 4.060.176.512 4.303.787.103 4.562.014.329
3 Telur 7.500.000 38.160.000 45.792.000 50.371.200 53.393.472 58.732.819 137.780.758 146.047.603 154.810.459 164.099.087
4 Gula 6.750.000 40.704.000 48.844.800 53.729.280 56.953.037 62.648.340 146.966.141 155.784.110 165.131.156 175.039.026
5 Garam 1.800.000 12.211.200 14.653.440 16.118.784 17.085.911 18.794.502 44.089.842 46.735.233 49.539.347 52.511.708
6 Bumbu 2.250.000 10.176.000 12.211.200 13.432.320 14.238.259 15.662.085 36.741.535 38.946.027 41.282.789 43.759.756
7 Dus 6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098
8 Plastik 6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098
9 Biaya Bahan Bakar 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 51.435.407 52.464.115 53.513.398
10 Biaya Transportasi Bahan Baku 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024
11 Biaya Transportasi Penjualan
4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024

TOTAL BIAYA VARIABEL 548.100.000 2.810.107.200 3.452.768.640 3.980.445.504 4.401.672.234 5.546.715.338 11.947.483.587 12.660.450.685 13.414.060.754 14.212.767.088


124

No Uraian
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laba Kotor
735.700 536.249.260 983.059.086 1.205.312.993 1.355.432.182 1.790.401.813 4.777.252.069 4.964.729.371 5.111.563.701 5.213.301.767
B2 BIAYA TETAP

1
Ember kecil
75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
2
Tampah
5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000
3
Gayung
25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
4
Serbet
1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
5
Telenan
700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000
6
Pisau
700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000
7
Irig
15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
8
Penyaring tipis
45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
9
Karung goni
180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
10
Rak pring
5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
11 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
12 Pulsa telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
13 Biaya transportasi 6.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
14 Pemeliharaan Bangunan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
15 Pemeliharaan Peralatan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
16 Pajak kendaraan 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
17 Pajak Bumi dan Bangunan 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
20 Tenaga Kerja Tetap 67.500.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000
21 Perlengkapan kantor 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
22
Gaji Karyawan Borongan
128.712.525 554.522.855 562.406.715 563.359.355 568.743.760 590.703.260 907.382.210 916.218.710 924.853.430 955.656.520
23
THR
42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000



125

No Uraian
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
24
Konsumsi Karyawan 4.408.500 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000
25
Biaya Kesehatan Karyawan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
20 Penyusutan 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000 212.958.000
TOTAL BIAYA TETAP 496.044.025 1.169.079.855 1.176.963.715 1.177.916.355 1.183.300.760 1.205.260.260 1.521.939.210 1.530.775.710 1.539.410.430 1.570.213.520
Laba Bersih sebelum Pajak (495.308.325) (632.830.595) (193.904.629) 27.396.638 172.131.422 585.141.553 3.255.312.859 3.433.953.661 3.572.153.271 3.643.088.247
Pajak 0 0 0 6.849.159 43.032.856 146.285.388 813.828.215 858.488.415 893.038.318 910.772.062
LABA BERSIH SETELAH PAJAK (495.308.325) (632.830.595) (193.904.629) 20.547.478 129.098.567 438.856.165 2.441.484.644 2.575.465.246 2.679.114.954 2.732.316.186
total laba 9.694.839.689
Rata-rata laba 969.483.969
Total pajak 3.672.294.413
rata-rata pajak 367.229.441
% laba terhadap penerimaan 10%








126

Lampiran 10. Cashflow
No Uraian
Tahun Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A INFLOW
1
Penjualan Kerupuk Ukuran Besar
184.800.000 1.142.400.000 1.522.752.000 1.768.053.504 1.967.957.618 2.506.355.575 5.759.947.595 6.071.296.114 6.382.644.632 6.693.993.151
2
Penjualan Kerupuk Ukuran Sedang
232.320.000 1.436.160.000 1.914.316.800 2.222.695.834 2.474.003.863 3.150.847.009 7.241.076.977 7.632.486.543 8.023.896.109 8.415.305.676
3
Penjualan Kerupuk Ukuran Kancing
110.448.000 632.102.400 824.682.931 980.658.616 1.076.921.797 1.393.462.534 3.070.341.178 3.227.794.571 3.385.247.965 3.542.701.359
4
Penjualan Kerupuk Ukuran Sirihan
2.616.000 19.672.320 28.177.459 35.273.056 37.755.234 45.306.280 108.735.073 117.796.329 126.857.585 135.918.841
5
Penjualan Kerupuk Ukuran Stick
7.848.000 43.111.680 51.658.675 62.272.185 71.068.675 83.816.619 185.755.750 194.817.006 203.878.262 212.939.518
6
Penjualan Kerupuk kulit
5.490.100 38.430.700 50.399.118 62.259.710 68.748.429 83.197.251 190.165.146 202.050.467 213.935.789 225.821.110
7
Penjualan Kerupuk Bawang
5.313.600 34.479.360 43.840.742 54.545.592 60.648.801 74.131.882 168.713.938 178.939.025 189.164.112 199.389.200
9 Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 521.920.000
TOTAL INFLOW 548.835.700 3.346.356.460 4.435.827.726 5.185.758.497 5.757.104.416 7.337.117.151 16.724.735.656 17.625.180.056 18.525.624.456 19.947.988.855
B OUTFLOW
B1 INVESTASI
1 Tanah 456.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Bangunan:
Pabrik 627.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0
Mushola 22.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mess Karyawan 57.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Toilet 11.400.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dapur 13.680.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ruang Penyimpanan Garam 11.400.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Garasi dan Ruang Penyimpanan Kayu 11.400.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gudang barang 34.200.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0


127


No Uraian
Tahun Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 Mesin:
Alat Giling Daging 0 0 0 0 0 500.000 0 0 0 0
Alat Giling Es 1.750.000 0 0 0 0 1.750.000 0 0 0 0
Ketel Uap 75.000.000 0 0 0 0 75.000.000 0 0 0 0
Oven Pengukus 10.000.000 0 0 0 0 10.000.000 0 0 0 0
Mesin Molen 5.000.000 0 0 0 0 5.000.000 0 0 0 0
Mesin Penghalus adonan 5.000.000 0 0 0 0 5.000.000 0 0 0 0
Mesin Pengaduk Resep 1.500.000 0 0 0 0 1.500.000 0 0 0 0
Mesin Press 0 0 0 0 0 30.000.000 0 0 0 0
Oven Penjemuran 0 0 0 0 0 50.000.000 0 0 0 0
Mesin Potong 0 0 0 0 0 100.000.000 0 0 0 0
Pendingin 0 0 0 0 0 10.000.000 0 0 0 0
Sealer 10.000.000 0 0 10.000.000 0 0 10.000.000 0 0 10.000.000
4 Alat Transportasi;
Mobil Pick up 80.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Truk 150.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Peralatan: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Glodog 8.000.000 0 0 0 0 8.000.000 0 0 0 0
Troli 18.000.000 0 0 0 0 18.000.000 0 0 0 0
Troli rak 4.000.000 0 0 0 0 4.000.000 0 0 0 0
Drum Penimbangan 1.500.000 0 0 0 0 1.500.000 0 0 0 0
Timbangan dacin 1.200.000 0 0 0 0 1.200.000 0 0 0 0
Timbangan kiloan 2.000.000 0 0 0 0 2.000.000 0 0 0 0


128


No Uraian
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Timbangan duduk 500.000 0 0 0 0 500.000 0 0 0 0
Bak air 4.500.000 0 0 0 0 4.500.000 0 0 0 0
Keranjang besar 3.750.000 0 3.750.000 0 3.750.000 0 3.750.000 0 3.750.000 0
Langseng 62.500.000 0 0 62.500.000 0 0 62.500.000 0 0 62.500.000
Fiber 6.000.000 0 0 0 0 6.000.000 0 0 0 0
Rak oven/penjemuran 0 0 0 0 0 48.750.000 0 0 48.750.000 0
Meja adonan 6.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baskom besar 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000 0
Ember besar 900.000 0 900.000 0 900.000 0 900.000 0 900.000 0
Drum minyak 100.000 0 0 100.000 0 0 100.000 0 0 100.000
Garuk 100.000 0 0 0 0 100.000 0 0 0 0
kursi dudukan kecil 100.000 0 100.000 0 100.000 0 100.000 0 100.000 0
Alat Penarik 300.000 0 0 0 0 300.000 0 0 0 0
6 Lain-lain:
Tape Recorder 250.000 0 0 0 0 250.000 0 0 0 0
TOTAL INVESTASI 1.704.080.000 0 6.000.000 72.600.000 6.000.000 383.850.000 78.600.000 0 54.750.000 72.600.000
B2 BIAYA OPERASIONAL
B21 BIAYA VARIABEL
1 Ikan/Udang 331.500.000 1.666.320.000 2.028.384.000 2.327.222.400 2.562.855.744 3.304.841.269 7.476.580.952 7.925.175.809 8.400.686.358 8.904.727.540
2 Tepung Tapioka 172.800.000 934.416.000 1.173.139.200 1.376.853.120 1.545.864.307 1.919.626.667 3.830.355.200 4.060.176.512 4.303.787.103 4.562.014.329
3 Telur 7.500.000 38.160.000 45.792.000 50.371.200 53.393.472 58.732.819 137.780.758 146.047.603 154.810.459 164.099.087
4 Gula 6.750.000 40.704.000 48.844.800 53.729.280 56.953.037 62.648.340 146.966.141 155.784.110 165.131.156 175.039.026
5 Garam 1.800.000 12.211.200 14.653.440 16.118.784 17.085.911 18.794.502 44.089.842 46.735.233 49.539.347 52.511.708


129


No Uraian
Tahun Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 Bumbu 2.250.000 10.176.000 12.211.200 13.432.320 14.238.259 15.662.085 36.741.535 38.946.027 41.282.789 43.759.756
7 Dus 6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098
8 Plastik 6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098
9 Biaya Bahan Bakar 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 51.435.407 52.464.115 53.513.398
10 Biaya Transportasi Bahan Baku 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024
11 Biaya Transportasi Penjualan 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024
TOTAL BIAYA VARIABEL 548.100.000 2.810.107.200 3.452.768.640 3.980.445.504 4.401.672.234 5.546.715.338 11.947.483.587 12.660.450.685 13.414.060.754 14.212.767.088
B22 BIAYA TETAP
1
Ember kecil 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
2
Tampah 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000
3
Gayung 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
4
Serbet 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
5
Telenan 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000
6
Pisau 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000
7
Irig 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
8
Penyaring tipis 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
9
Karung goni 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
10
Rak pring 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
11 Listrik
3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
12 Pulsa telepon
2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
13 Biaya transportasi
6.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
14 Pemeliharaan Bangunan
1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
15 Pemeliharaan Peralatan
1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000


130


No Uraian
Tahun Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 Pajak kendaraan
2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
17 Pajak Bumi dan Bangunan
2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
20 Tenaga Kerja Tetap
67.500.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000
21 Perlengkapan kantor
6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
22
Gaji Karyawan Borongan 128.712.525 554.522.855 562.406.715 563.359.355 568.743.760 590.703.260 907.382.210 916.218.710 924.853.430 955.656.520
23
THR 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000
24
Konsumsi Karyawan 4.408.500 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000
25
Biaya Kesehatan Karyawan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 283.086.025 956.121.855 964.005.715 964.958.355 970.342.760 992.302.260 1.308.981.210 1.317.817.710 1.326.452.430 1.357.255.520
TOTAL OUTFLOW 2.535.266.025 3.766.229.055 4.422.774.355 5.018.003.859 5.378.014.994 6.922.867.598 13.335.064.797 13.978.268.395 14.795.263.184 15.642.622.608
Pajak 0 0 0 6.849.159 43.032.856 146.285.388 813.828.215 858.488.415 893.038.318 910.772.062
NET BENEFIT (1.986.430.325) (419.872.595) 13.053.371 160.905.478 336.056.567 267.964.165 2.575.842.644 2.788.423.246 2.837.322.954 3.394.594.186
DF pada DR 12 % 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856 0.506631121 0.452349215 0.403883228 0.360610025 0.321973237
PV (1.773.598.504) (334.719.862) 9.291.132 102.258.340 190.687.521 135.758.985 1.165.180.399 1.126.197.381 1.023.167.101 1.092.968.477
PV negatif (1.996.768.895)
PV positif 4.733.959.864
NPV 2.737.190.970
IRR 26%
Net B/C 2,370
Rata-rata PV per tahun 273.719.097
PP 6,225652571 2.707830856 21.23492567
PP 6 tahun 2 bulan 22 hari
PV Inflow 490.031.875 2.667.694.882 3.157.334.558 3.295.643.275 3.266.735.657 3.717.211.888 7.565.421.051 7.118.514.615 6.680.525.898 6.422.718.535
% NPV terhadap PV inflow 6%

131

Lampiran 11. Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku

Kriteria Investasi Kondisi Normal
Kenaikan Harga
Tepung Tapioka
25 %
Kenaikan Harga Ikan
17 %
PV negatif (1.996.768.895) (2.017.080.6470 (2.706.921.768)
PV positif 4.733.959.864 2.369.165.627 2.743.953.202
NPV 2.737.190.970 352.084.979 37.031.434
IRR 26% 14% 12.2%
Net B/C 2.370 1.174 1.013
Rata-rata PV per tahun 273.719.097 35.208.498 3.703.143
PV Inflow 490.031.875 490.031.875 490.031.875
% NPV terhadap PV
inflow 6% 1% 0%

















132

Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan
a) Mesin Pembuat Adonan














b) Ketel Uap

c) Mesin Giling Daging










d) Fiber





Mesin Peng

e) aduk Resep








f). Mesin Pemotong
133


f) Pemfilletan

















g) Pembeberan

h) Pencampuran Bumbu & bahan

i) Pembuatan Adonan













l) Pengemasan
k) Penjemuran

You might also like