You are on page 1of 16

HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA I.

LATAR BELAKANG Hak asasi manusia bukanlah merupakan sebuah masalah baru bagi masyarakat dunia. Masalah hak asasi manusia sudah mulai dilontarkan sejak lahirnya Magna Charta di Inggris pada tahun 1215 oleh Raja Lockland, hingga lahirnya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak asasi manusia, yaitu Universal Declaration of Human Right pada 10 Desember 1948.1 Walaupun hak asasi manusia bersifat universal, namun dalam pelaksanaannya dapat berbeda karena adanya ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya dari tiap-tiap negara. Oleh karena itu, bagi negara-negara yang baru akan melaksanakan hak asasi manusia terkadang mengalami berbagai macam beturan, baik dari masyarakat maupun pemerintah negara. Permasalahan yang mendasar adalah bagaimana memperjuangkan tempat yang terhormat di mata dunia dengan melaksanakan hak asasi manusia tanpa mengorbankan identitas bangsa. Sesuai dengan kesepakatan internasional, pelaksanaan hak asasi manusia merupakan wewenang dan tanggung jawab setiap pemerintah negara dengan memperhatikan sepenuhnya keanekaragaman tata nilai, sejarah, kebudayaan, sistem politik, tingkat pertumbuhan sosial dan ekonomi, serta faktor-faktor lain yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Dengan demikian, hak asasi manusia sebagai suatu prinsip memang bersifat universal, namun sebagai suatu sistem nilai, hak asasi manusia akan berbeda antara yang satu dengan

Prof. H. Rozali Abdullah, S. H dan Syamsir, S. H, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia, 2002, hlm. 9

yang lainnya karena dipengaruhi oleh kondisi dan situasi negara yang bersangkutan. Di Indonesia, dalam melaksanakan berbagai hasil keputusan maupun konvensi internasional mengenai hak asasi manusia harus memperhatikan faktor objektif yang ada tanpa mengorbankan identitas bangsa2. Dalam mempertimbangkan masalah ini, maka pemerintah mengundangkan peraturan tentang hak asasi manusia agar pelaksanaan hak asasi manusiadi Indonesia bisa berjalan lancar dan dapat didukung oleh semua pihak. Dalam undangundang, ditekankan bahwa negara Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak kodrati yang melekat dan tidak terpisahkan dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan, serta keadilan. II. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian hak asasi manusia? 2. Apa sajakah macam-macam hak asasi manusia? 3. Bagaimanakah penerapan hak asasi manusia di Indonesia? 4. Bagaimanakah perundang-undangan di Indonesia mengatur hak asasi manusia? 5. Apa sajakah lembaga-lembaga yang menangani hak asasi manusia di Indonesia? 6. Apa sajakah yang termasuk kejahatan terhadap hak asasi manusia? 7. Apa sajakah kasus-kasus hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia? III. PEMBAHASAN
2

C.S.T Kansil, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs, 2007, hlm. 65

A. Pengertian Hak Asasi Manusia Hak Asasi manusia adalah hak pokok atau hak dasar yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang secara kodrat melekat pada setiap manusia dan tidak dapat dipisahkan karena merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa3. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999, Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Menurut Prof. Koentjoro Poerbo Pranoto (1976), hak asasi manusia adalah hak yang bersifat asasi. Maksunya adalah hak-hak tersebut menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehinga bersifat suci. Sedangkan menuraut G. J. Wolhots, hak asasi manusia adalah sejumlah hak yang melekat dan berakar pada setiap pribadi manusia, dan justru karena manusianya hak tersebut tidak dapat dicabut oleh siapapun juga karena apabila dicabut akan hilang kemanusiaannya. Berdasarkan pengertian di atas, hak-hak asasi manusia bersifat universal. Hal ini dikarenakan hak dasar ini dimiliki oleh setiap manusia dan tidak dapat dipisahkan dari tiap pribadi manusia dimanapun dan kapanpun manusia itu berada. B. Macam-macam Hak Asasi Manusia
3

Drs. Chotib, dkk, Kewarganegaraan 1 Menuju Masyarakat Madani SMA kelas X, 2006, hlm. 59

1. Hak Asasi Pribadi (Personal Right) Meliputi hak kemerdekaan memeluk agama, beribadah sesuai agama masing-masing, menyatakan pendapat, dan kebebasan berserikat atau berorganisasi. 2. Hak Asasi Ekonomi atau Hak Milik (Property Right) Hak kebebasan memiliki sesuatu, hak membeli dan menjual sesuatu, dan memanfaatkannya, serta hak mengadakan suatu perjanjian atau kontrak. 3. Hak Asasi Persamaan Hukum (Rights of Legalequality) Hak memperoleh perlakuan yang sama dalam keadilan hukum dan pemerintahan. 4. Hak Asasi Politik (Polytical Right) Hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai warga Negara yang sederajat. Setiap warga negara memiliki hak keikutsertaan dalam pemerintahan, seperti hak memilih dan dipilih, mendirikan organisasi politik, serta mengajukan petisi, kritik, maupun saran. 5. Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (Social and Culture Rights) Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dan hak mengembangkan kebudayaan yang disukai. 6. Hak Asasi Perlakuan Tata Cara Peradilan dan Perlindungan Hukum (Procedural Rights) Hak mendapat perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan (razia, penangkapan, peradilan, dan pembelaan hukum)4. C. Hak Asasi Manusia di Indonesia

Ramdlon Naning, S. H, Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia, 1983, hlm. 17

Salah satu identitas dari suatu negara hukum adalah adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang harus dihormati dan dijunjung tinggi oleh penyelenggara negara beserta segenap warga negaranya tanpa kecuali. Pada negara yang merdeka, hak-hak manusia harus dijamin karena kemerdekaan suatu negara bermakna kemerdekaan bagi setiap warga negaranya. Hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai dasar negara memiliki pemikiran bahwa manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua aspek, yaitu aspek individualis (pribadi), dan aspek sosialis (bermasyarakat). Kebebasan setiap orang yang mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain5. Kewajiban tersebut juga berlaku bagi setiap organisasi pada tataran manapun, terutama negara dan pemerintah untuk menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi. Kewajiban menghormati hak manusia tersebut tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terutama kaitannya dengan: 1. Persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan, 2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, 3. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, 4. Hak untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, 5. Kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
5

C.S.T. Kansil . dkk, Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs, 2007, hlm. 67.

6. Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Untuk melaksanakan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia telah menetapkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MRR/1998 tentang hak asasi manusia yang menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Selain itu, permasalahan hak asasi manusia juga diatur dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan BangsaBangsa tanggal 1948 dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Secara lebih rinci, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 mengatur mengenai: 1. Hak untuk hidup dan hak untuk tidak dihilangkan paksa atau tidak dihilangkan nyawa, 2. Hak keluaraga dan melanjutkan keturunan, 3. Hak mengembangkan diri, 4. Hak memperoleh keadilan, 5. Hak atas kebebasab pribadi, 6. Hak atas rasa aman, 7. Hak atas kesejahteraan, 8. Hak turut serta dalam pemerintahan,

9. Hak wanita dan anak, 10. Hak atas kebebasan beragama. Di samping itu, undang-undang No. 39 Tahun 1999 juga mengatur tentang kewajiban dasar, serta tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam penegakan hak asasi manusia. Undang-undang ini memandang kewajiban dasar manusia merupakan sisi lain dari hak dasar manusia. Tanpa menjalankankewajiban dasar manusia, maka tidak akan mungkin hak asasi manusia akan terlaksana dan ditegakkan. Oleh karenanya, hak asasi manusia seseorang harus dibatasi oleh kewajiban menghormati hak asasi orang lain. D. Lembaga Perlindungan Hak Asasi di Indonesia 1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai lembaga mandiri mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengkajian, penelitian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia6. Dalam melaksanakan fungsi pengkajian dan penelitian, maka Komnas HAM memiliki wewenang untuk melakukan : a. Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi. b. Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundangundangan untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan

C.S.T. Kansil, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs, 2007, hlm. 76

perubahan, dan pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia c. Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian. d. Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding di negara lain mengenai hak asasi manusia. e. Pembahasan berbagai masalah yang bekaitan dengan perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia. f. Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga, atau pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia Dalam rangka melaksanakan fungsi penyuluhan, maka Komnas HAM memiliki wewenang melakukan : a. Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat Indonesia. b. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal serta berbagai kalangan lainnya. c. Kerjasama dengan organisasi, lembaga, atau pihak lainnya, baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia. Dalam rangka melaksanakan fungsi pemantauan, Komnas HAM memiliki wewenang pula untuk melakukan : a. Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil pengamatan tersebut.

b. Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran hak asasi manusia. c. Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan untuk dimintai dan didengar keterangannya. d. Pemanggilan saksi untuk dimintai dan didengar kesaksiannya, dan kepada saksi pengadu dimintai menyerahkan bukti yang diperlukan. e. Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu f. Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keteranagan secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan persetujuan ketua pengadilan g. Pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan tempat-tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan Ketua Pengadilan h. Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebuat wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak. Dalam melaksanakan fungsi mediasi, Komnas HAM juga berwenang melakukan : a. Perdamaian kedua belah pihak.

b. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi konsiliasi, dan penilaian ahli. c. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan d. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelangaran hak asasi manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya. e. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar, maka boleh melakukan pengaduan ke Komnas HAM disertai dengan alasan yang kuat, baik tertulis, maupun lisan, dan dengan identitas pengadu yang benar. Pengaduan pelanggaran hak asasi manusia juga meliputi pengaduan perwakilan sebuah kelompok yang dilanggar hak asasinya. 2. Pengadilan Hak Asasi Manusia

Menurut UU Nomor 26 Tahun 2000 pengadilan HAM adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota. Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat seperti kejahatan genosida dan kejahatan terhadap manusia. 3. Pengadilan HAM Ad Hoc

Pengadilan ini berperan dalam menyelesaikan perkara HAM pada pengadilan HAM karena keterbatasan wewenang untuk memeriksa dan

memutuskan perkara pelanggaran berat yang terjadi sebelum diundangkannya UU No. 26 Tahun 2000.7 Penanganan ini diusulkan oleh DPR dengan keputusan presiden 4. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

Lembaga ini merupakan alternatif penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar pengadilan HAM yang dibentuk dengan undang-undang.8 E. Kejahatan Berat terhadap Hak Asasi Manusia 1. Kejahatan Genosida Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok, bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama dengan cara9 : a. b. Membunuh anggota kelompok Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang

berat terhadap anggota-anggota kelompok c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan

mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya. d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan

mencegah kelahiran di dalam kelompok e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok

tertentu ke kelompok lain. ( Pasal 8 UU Nomor 26 Tahun 2000) 2. Kejahatan terhadap Kemanusiaan
7 8

Drs. Chotib, dkk, Kewarganegaraan 1 Menuju Masyarakat Madani SMA kelas X, 2006, hlm.68 Drs. Chotib, dkk, Kewarganegaraan 1 Menuju Masyarakat Madani SMA kelas X, 2006, hlm.68 9 Prof. H. Rozali Abdullah, S. H. dan Syamsir, S. H., Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia, 2002, hlm. 45

Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa hal-hal seperti 10: a. b. c. d. e. Pembunuhan Pemusnahan Perbudakan Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa Perampasan kemerdekaan atau perampasan

kebebasan fisik secara sewenang-wenang yang melanggar (asasasas) ketentuan pokok hukum internasional. f. g. Penyiksaan. Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara

paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara. h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau

perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional i. j. 2000)
10

Penghilangan orang secara paksa Kejahatan apartheid. (Pasal 9 UU. Nomor 26 Thanun

Prof. H. Rozali Abdullah, S. H. dan Syamsir, S. H., Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia, 2000, hlm. 45

Kejahatan terhadap kemanusiaan agar bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang berat harus menenuhi unsur-unsur sebagai berikut.11 a. Adanya serangan yang meluas atau sistematis. b. Diketahui bahwa serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. c. Seranagan itu sebagai kelanjutan kebijakan yang berhubungan dengan organisasi. Apabila kejahatan yang dilakukan tidak memenuhi tiga unsur tersebut, maka tindakan tersebut digolongkan pada tindak pidana biasa yang diatur dalm Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang diadili oleh Pengadilan Pidana, bukan Pengadilan Hak Asasi Manusia. F. Proses Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia Untuk menegakkan HAM di Indonesia, beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut. 12 1. Penegasan penyelidikan yang hanya dapat dilakukan oleh Komnas HAM, sehingga semua pengaduan atau laporan yang didasarkan KUHP tidak dapat diterima oleh jaksa 2. Proses peradilan yang dilaksanakan oleh peradilan HAM ad hoc atau peradilan khusus. Hal ini sebagai pertanda dari diselenggarakan atau diadakan hanya untuk maksud tertentu yang sifatnya khusus hanya berlaku dalam kasus tertentu.

11

Prof. H. Rozali Abdullah, S. H. dan Syamsir, S. H., Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia, 2002, hlm. 47 12 Drs. Chotib, dkk, Kewarganegaraan 1 Menuju Masyarakat Madani SMA kelas X, 2006, hlm. 68-69

3. Tenggang waktu yang dibutuhkan hukum acara peradilan HAM dalam hal penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan. Untuk perkara prinsip tidak terdapat keadaan kadaluarsa bagi pelanggar berat terhadap HAM. Namun untuk kepentingan praktis, harus ada pedoman atau pegangan tenggang waktu. 4. Perlindungan pada korban dan saksi karena proses peradilan yang berkaitan dengan masalah-masalah pelanggaran berat, sehingga korban dan saksi memiliki peran yang sangat penting. Hal ini berarti jangan sampai instansi atau orang yang diduga melanggar HAM justru secara serius mengintimidasi korban, saksi, jaksa, dan hakim. 5. Para korban semestinya mendapat kompensasi. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia. G. Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, hal yang sering terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, terdapat beberapa peristiwa besar mengenai pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia dan mendapat perhatian tinggi dari pemerintah dan masyarakat, antara lain : 1. Kasas terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita di Jenewa(1993),

2. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum Bernas(1996),13 3. DiPHKnya 3000 karyawan di Jombang(2005) 4. Kasus Tanjung Priok (1948), 5. Peristiwa Aceh, 6. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998), 7. Peristiwa Trisakti (1998), 8. Peristiwa Kemerdekaan Timor Timur (1999), 9. Kasus Ambon (1999), 10. Kasus Dayak-Madura, 14 11. Kasus TKI di Malaysia dan di Arab Saudi. IV. KESIMPULAN Hak asasi manusia sebagai suatu prinsip yang bersifat universal dalam pelaksanaannya merupakan wewenang dan tanggung jawab setiap pemerintah negara karena sebagai suatu sistem nilai, pelaksanaan hak asasi manusia akan berbeda antara negara satu dengan yang lainnya Sebagai negara hukum, negara Indonesia harus memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Adanya peradilan yang bebas dan legalitas hukum dengan ditunjang sistem pemerintahan yang demokratis akan memberikan iklim yang baik dalam terselenggaranya mekanisme penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Hak asasi selalu disertai dengan kewajiban dasar manusia yang semuanya diatur, dihormati, dan dilindungi oleh Negara. Di Indonesia, yang
13

14

Tanpa pengarang, Hak Asasi dalam Tajuk, 1997, hlm. 34 C.S.T. Kansil, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs, 2007, hlm.73

pelaksanaan HAM nya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, harus memiliki keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagai cerminan moral yang diyakini oleh suatu bangsa.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. H. Prof. H. Rozali dan Syamsir, S. H. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia Chotib. Drs. Dkk 2006. Kewarganegaraan 1 Menuju Masyarakat Madani SMA kelas X. Jakarta : Yudhistira Kansil. C.S.T, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs. Jakarta : Bumi Aksara Naning, S. H. Ramdlon. 1983. Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jakarta : Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia. Tanpa pengarang. 1997. Hak Asasi dalam Tajuk. Jakarta : Institut Ecata-INPI-Pact

You might also like