You are on page 1of 10

KEGIATAN BELAJAR 6 Dwi fungsi ABRI dalam Kenangan ABRI mengemban fungsi kekuatan Hankam dan sekaligus fungsi

sebagai kekuatan sosial politik. ABRI merupakan komponen utama dalam kekuatan Hankam. Umumnya militer mempunyai kecenderungan memainkan peran lebih besar dalam politik nasional. Amos Perlmutter (1980) mengutarakan alasan-alasan campur tangan militer dalam politik adalah antikolonialisme, nasionalisme, oposisi terhadap rezim sipil nasinalis, Taufik Abdullah (1981) dalam tulisannya mengenai hubungan sipil militer di dunia ketiga, menyatakan kemungkinan untuk campur tangan politik tidak hanya bersumber dari pihak militer itu sendiri, Penulis lain yang mencoba menjawab dalam politik ialah harold Crough (The Military in the Political Development of the New Nations, Chicago University Press, 1964). Pertama, nilai-nilai dan sikap para perwira militer terhadap orientasi mereka pada politik dan pandangan mereka terhadap kekuatan. Kedua, pengaruh eksternal yakni solid ekonomi, situasi politik. Ketiga, faktor internasional dapat membuat kecenderungan militer melakukan intervensi dalam politik. Finer (1962) dalam bukunya the man Of Houseback mengemukakan motif-motif yang menyebabkan keterlibatan militer dalam politik ialah (1) nasib para prajurit, (2) kepentingan nasional, (3) kepentingan kelas, (4) kepentingan daerah, (5) kepentingan Korps Angkatan Bersenjata, (6) kepentingan individual. Mengenai kontribusi militer dalam pembangunan tampak berada dalam bidang-bidang pembaharuan nilai-nilai, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Menurut Finer (1962) ada tiga kemungkinan dapat terjadi, yaitu menyerahkan kekuasaan menjadi sipil kembali dan petugas sipil. Hasil penelitian Finer menemukan bahwa pihak-pihak militer di Amerika Latin telah melepaskan jabatannya dan kembali ke barak. Dalam menganalisis peran militer dalam pembangunan sangat berguna bagi anda untuk melihat pengalaman Indonesia yakni mempelajari sejarah konsep dwi fungsi ABRI.

A.SEJARAH DWI FUNGSI ABRI(FUNGSI SOSIAL POLITIK) Perkembangannya organisasi militer tidak hanya bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan negara tetapi juga bertanggung jawab atas kemakmuran (kesejahteraan) masyarakat. campur tangan militer di dalam pemerintahan karena dalam suatu perjuangan kemerdekaan adalah biasa digunakan strategi campuran (Mix-Strategies) yakni dengan memafaatkan cara-cara diplomasi digabung dengan cara militer. Istilah dwi fungsi ABRI baru secara jelas lahir pada tahun 1960, seterlah Jenderal A.H. Nasution berceramah dalam acara Dies Natalis Akademi Militer di Magelang tanggal 11 November 1958. Nasution mengemukakan apa yang disebut sebagai jalan tengah TNI. Hakikat dari Jalan tengah TNI tersebut ialah ABRI bukanlah alat mempertahankan

kemerdekaan semata, tetapi juga sebagai kekuatan politik. Selain sebagi alat revolusi juga sebagi pejuang yang dipanggil ntuk memberikan jasanya sebelum menjadi bangsa yang merdeka, Indonesia terdiri dari berbagai suku yang diperintah oleh Raja atau Panglima. A.H. Nasution menyatakan Demokrasi liberal di Indonesia telah menghasilkan konflik-konflik pertengkaran politik, pemberontakan dan penghancuran kebudayaan dan moral nasional yang mengakibatkan munculnya berbagai upaya partai-partai politik untuk menjadikan diri meraka sendiri sebagai kelompok-kelompok penegak. Pada tahun 19481949 Agresi Militer Belanda II, pemimpin politik sipil ditangkap Belanda, peran ABRI menjadi meningkat. Pada pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1945 di mana kepemimpinan sipil gagal menyelamatkan Pancasila, lagi-lagi ABRI tampil menyelamatkan Republik yang tercinta ini. Tampak pengaruh ABRI semakin besar sehingga memungkinkan ABRI turun menentukan kebijaksanaan nasional. Konsep dwi fungsi tidak sama dengan kekaryaan. Kekaryaan itu lebih ditentukan oleh pihak luar, bukan oleh ABRI. Kekaryaan bersifat menjembati antara dwi fungsi dengan kebutuhan pembangunan. Undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara pada Pasal 28 menggambarkan ABRI sebagi kekuatan dinamisator dan stabilisator bergandengan dengan kekuatan-

kekuatan sosial lain yang mengamankan keberhasilan perjuangan nasional, undang-undang No. 20 Tahun 1982 tersebut memberikan kesempatan kepada ABRI mengaktualisasikan perannya. Lepas dari itu kondisi strukturalisasi ini membuat ABRI sebagai satu0satunya organisasi yang solid dan sangat effektif di Indonesia dan oleh karena itu sangat berperan dalam politik negara. Dalam perannya di bidang legislatif, Abri diberi sejumlah kursi dan dilarang memilih dan dipilih dalam pemilihan umum. Agar anggota ABRI tidak terpecah-pecah dalam afiliasi pada partai-partai politik yang kerap kali saling bertentangan pada periode demokrasi liberal sehingga membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. B.HAKIKAT ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK 1.Hakikat Sosial Politik ABRI Hakikat Sospol ABRI adalah jiwa, tekad dan semangat pengapdian ABRI sebagai kekuatan sospol untuk secara aktif berperan serta bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial lainnya, ABRI senantiasa mengabdikan dirinya di segenap bidang kehidupan nasional, ABRIsebagai penegak demokrasi Pancasila yang berjiwa Sapta Marga. 2.Sikap dan Tekad Sosial Politik ABRI sebagai kekuatan sosial politik disertai landasan pengalaman sejarah perjuangan ABRI sejak tahun 1945. Maka sikap dan tekad sosial politik ABRI adalah sebagi berikut. a. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 harus diamankan, dipertahanka, serta dilaksanakan secara murni dan konsekuen. b. Peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik adalah konsep politik yang bersifat tetap dan merupakan tatanilai yang berlanjut serta melekat pada setiap generasi ABRI. c. Peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik tetap berpegang teguh pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit

d. Sosial politik ABRI mengutamakan asas musyawarah untuk mufakat politik ABRI tidak akan mejurus kepada militerisme, ditatorisme, atau totaliterisme, serta menolak paham-paham lain yang tidak sesuai dengan nilai luhur Pancasila. C.TUJUAN ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK. Tujuan ABRI ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamika di segenap aspek kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersbut dengan ikut serta secara aktif dalam segala usaha dan kegiatan rakyat dan negara dalam bidang ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemantapan dalam kehidupan bermasyarakat, beebangsa dan bernegara untuk meperkokoh tannas dalam rangka mencapai tujuan-tujuan nasional. D.TUGAS POLITIK. 1. Tugas ABRI sebagi Kekuatan Sosial Politik a. Bersama-sama dengan organisasi kekuatan sosial lainnya mengamankan dan menyukseskan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan serta mendorong setiap upaya meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam rangka memantapkan tannas guna mewujudkan tujuan nasional b. Mendorong dan meddinamisasikan pengembangan kehidupan demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan UUD 1945 dalam segala usaha dan kegiatan bangnas 2. Fungsi ABRI sebagai Kekuatan Sosial a. Mengamankan, mengawal dan mengamalkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen b. Berperan serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut masalah kenegaraan dan pemerintahan dalam rangka menjamin pembangunan DAN FUNGSI ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL

kehidupan deokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdsarkan Undang-Undang Dasar 1945. c. Mengmankan dan menyukseskan bangnas sesuai GBHN d. Memelihara dan mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa serta memlihara dan mengembangkan stabilitas nasional yang mnatap dinamik demi keberhasilannya bangnas. e. Melaksanakan komunikasi sosial dengan organisasi kemasyarakatan dan kekuatan sosial politik lainnya untuk menjalin saling pengertian , dan keterpaduan upaya penanggulangan hakikat masalah sospol. f. Membina kemampuan dan kekuatan sosial politik dalam rangka membina penyelenggaraan sosial politik negara. E.POLA OPERASI SOSIAL POLITIK ABRI. 1. Pola operasi sospol adalah suatu rangkaian konsepsi operasi penyelesaian masalah sospol dengan menciptakan situasi dan kondisi sospol yang mantap dan dinamis. Masalah sospol dapat berupa perbedaan persepsi yang mendasar tentang Pancasila sebagai ideologi negara, keresahan sosial yang dapat berkembang menjadi ancaman yang dapat membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Rangkaian konsepsi operasi yang dilaksanakan adalah sebagai berkut a. Operasi penciptaan kondisi politik yang menjamin stabilitas nasinal dengan meningkatkan kepekaan pengamatan kondisi sosial politik agar dapat menemukan keresahan sosial secara dini. b. Operasi pengendalian sosial politik dengan mengupayakan keterpaduan cara dan usaha antara ABRI, Pemerintah, dan Kekuatan sosial lain mulai dari tingkat pusat sampai daerah dalam rangka menangguangi hakikat permasalahan sosial politik. c. Operasi pemantapan kondisi sosial politik dengan menggiatkan semua upaya pembinaan sosial politik secara terpadu dalam rangka mewujudkan kehidupan sosial msyarakat yang stabil dan dinamis serta meningkatkan tannas

2. Poal operasi sosial politik dapat dilaksanakan secara berdiri sendiri merupakan pola operasi yang terkait denganpola operasi pertahanan ataupun pola operasi keamanan dalam negeri. 3. Sebagai landasan pelaksanaan operasi sospol digunakan pedoman penjabaran yang besifat konseptual operatif, pada strata Doktrin Pelaksanaan yang disusun secara tersendiri dan dinamakan Doktrin operasi sospol F.BERBAGAI PENDAPAT TENTANG DWI FUNGSI ABRI(FUNGSI SOSIAL POLITIK) Peran sosial politik ABRI dengan intensif yang tinggi dan cakupan yang luas di segenap aspek kehidupan bangsa dan negara, dapat menggeser peran kelompok nonmiliter, dan menjadi adu silang pendapat pro dan kontra tentang dwi fungsi ABRI tersebut. Ali Murtopo (1974), berpendapat bahawa ABRI terpaksa menjadi kekuatan politik yang dominan karena hingga sekarang kita belum mempunyai kelompok-kelompok politik sipil dengan program-programnya yang jelas dan kokoh. Faisal Tanjung (1993) menyatakan perlunya mempertimbangkan kembali peran ABRI dalam iklim sosial politik yang terus beerubah ini, tetapi hal ini tidak berarti bahwa dwi fungsi ABRI akan diubah atau ditinggalkan. Menurut Nasution, seandainya ABRI akan memainkan peran politik, seharusnya peran itu ada di MPR, bukan dalam politik negara sehari-hari, ABRI harus berhenti dalam politik negara sehari-hari meskipun ia mendukung wakil-wakil ABRI do lembaga legislatifa. Ada juga anggapan bahwa ABRI mengirim personil sering tidak cocok dengan pekerjaan yang tersedia dan sering juga mutunya tidak lebih baik dari orang kecil. Orang-orang sipil harus lebih diberikan peluang pada posisi penting yang bukan bersifat politis, mengingat kecakapan dalam loyalitas mereka pada ideologi negara telah meningkat. Tanggapan presiden Soeharto terhadap kritikkritik ini ialah ABRI akan terus mempunyai peran sosial politik dalam negara, tetapi tidak diizinkan untuk membuat militerisme. Namun demikian, ABRI tidak berada di atas segala macam paham, golongan yang ada di dalam masyarakat dan menimbulkan konflik kepentingan bagi ABRI sendiri.

Dalam konteks demokratisasi dan peran dwi fungi ABRI diperlukan kajian Xulang dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Nordliger (1976) mengemukakan tiga model peranan yang dapat dimainkan oleh militer yaitu modelmoderator, guardians, dan model rules. Dominasi ABRI baik dalam lembaga-lembaga politik maupun pemerintah ternyata tidak signifikan bagi terciptanya sistem politik demokratis dan clea goverment. Fungsi sospol ABRI lebih tepat mengambil model pertama dan kedua, di masa mendatang kesadaran politik masyarakat yang semakin tinggi seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan pengaruh dunia internasional. Penyelesaian konflik politik adalah langkah yang tidak populer, malahan mengundang masalah yang ukup pelik, yaitu banyak menimbulkan pelanggaran HAM. Upaya masyarakat menempuh cara-cara konstitusional secara damai, yaitu melalui mekanisme demokratis dari lembagalembaga politik yang tersedia atau lembaga peradilan. Pemisahan satuan Kepolisian dari ABRI guna menghindari kesalahan atau tindakan kekerasan dalam penganan masalah politik dalam kehidupan masyarakat sipil. Untuk

mengembalikan ciri dan legitimasi ABRI, tidak ada pilihan lain kecuali ABRI jaga jarak dengan kekuasaan. Fungsi ABRI yang melekat pada dirinya adalah pengembangan tugas suci, yaitu menjaga kepentingan negara dan berdiri atas kepentingan semua golongan. Sebagai dinamisator, ABRI dapat mendorong berkembangnya kehidupan politik yang demokratis, tegaknya HAM dan keadilan sosial. Dalam menciptakan sistem demokratis, bagaimanapun tergantung pada bagaimana kita meletakkan peran dwi fungsi ABRI secara lebih proporsional. Perkembangan-perkembangan perubahan yang terjadi dam kecenderungan (trend) dimasa depan. Pertama, harus dilihat bahwa ABRI berada pada lingkungan yang baru dan generasi baru pula. Kedua, mereka ini sekarang baik militer maupun sipil berada pada lingkungan strategik yang berbeda. Ketiga, lingkungan eksternal yang berubah cepat, membawa muatan-muatan baru di berbagai bidang seperti bidang ekonomi. Masyarakat mendatang dibentuk oleh pikiran-pikiran baru, bukan oleh kekuasaan. Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan harus disesuaikan dengan keadaan, sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Soeharto (1993) bahwa ABRI harus mengetahui kapan ia harus berada di depan (ing karso

sung tulodo), ditengah (ing madya mangun karso), dan kapan harus berada dibelakang (tut wuri handayani). Konsensu selau dapat dibuat atas prnsip tidak satupun pihak boleh mendominasi yang lain. Kecurigaan terhadap golongan lain harus dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar konflik internal tentang hal ini tidak menimbulkan perpecahan. C.ORDE BARU DIGANTIKAN ORDER REFORMASI. Setelah terpilihnya Soeharto menjadi Presiden kembali dengan suara bulat lebuh menyuburkan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Bersama dengan para mahasiswa para pemimpin oposisi diantaranya seperti Amin Rais, Megawati dan Abdurrahman Wahid memyuarakan menuntut reformasi. Para pemimpin tersebut bersama para pengikutnya telah memberikan tekanan. Kepada Soeharto untuk mundur. Amin rais merupakan orang pertama yang menyatakan mencalonkan diri sebagai Presiden. Amin Rais-lah yang menyerukan reli people power yang sedianya akan diadakan di silang monas sehari sebelum Soeharto turun. Perpecahan di tubuh ABRI (eks ABRI) juga merupakan faktor penyebab jatuhnya Soeharto. Sinerginya dari berbagai faktor pada akhirnya memaksa Soeharto (yang diidentikkan dengan orde baru) terpaksa turun dari kursi kepresidenan suatu rezim yang telah lama berkuasa dignti rezim yang baru yang kita namakan sebagai orde reformasi. H.TNI DALAM NEGARA DEMOKRASI. TNI sebagi bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia dan sebagai pembela Pancasila sebagia Dasar Negara, syarat-syarat yang harus dipenuhi TNI, antara lain berikut ini. 1. TNI merupakan organiassi militer yang teratur, berdisiplin, dan taat menjalankan semua ketentuan hukum undang-undang dan peraturan yang bralaku. 2. TNI menempatkan diri dibawah kekuasaan pemerintah, menjalankan segala kehendak Pemerintah sepenuhnya, tanpa ada politik TNI sendiri.

Kebijaksanaan yang dibuat TNI adalah kebijaksanaan untuk melaksanakan kehendak Pemerintah dengan sebagik-baiknya. 3. TNI menjalankan semua fungsi yang ditetapkan undang-undang, khususnya yang brsangkutan dengan keamanan nasional dan pertahanan negara, dan mengembangkan kemampuan yang setinggi-tingginya untuk melaksanakan itu yang sekurang-kurangnya sama dengan kemampuan militer yang ada pada negara-negara di sekitar Indonesia. 4. TNI harus merupakan organisasi yang dicinti dan dipercaya rakyat Indonesia serta mewujudkan perpaduan harmonis antara kekuatan militer profesional dan kekuatan rakyat. 5. TNI memimpin dan membidik anggotanya menjadi warga negara yang menyadari pentingnya Pancasila sebagai Dasar Negara dan menjdi anggota TNI yang senantiasa mengusahakan yang terbaik bagi RI dan TNI. TNI sebagi lembaga yang relevan dengan Negara Demokrasi tidak mungkin tanpa kepemimpinan dan dukungan Pemerintah. Yang harus diperhatikan Pemerintah adalah sebagai berikut. 1. Pejabat Pemerintah, harus mempunyai pemahaman dan kemampuan yang cukup untuk memimpin dan mengatur segala aspek keamanan nasional, 2. Pemerintah harus menyediakan dukungan logistik, administrasi, dan keuangan yang cukup agar TNI dapat mengmbangkan diri sebagai organisasi pertahanan yang andal 3. Pemerintah harus membuat perundang-undangan dan pengarutan yang mendukung pelaksanaan semua fungsi TNI secara maksimal dan efektif. 4. Atas dasar itu Pemerintah harus dapat menjalankan kepemimpinan yang efektif terhadap TNI untuk menjamin terujudnya kepentingan nasional. 5. Pemerintahan harus menetukan tindakan yang dapat mencegah dan mengatasi segala perongrongan terhadap kewibawaan Negara dan kemapuan TNI Pelaksanaan semua syarat harus dipenuhi TNI maupun Pemerintah secara konsisten dan sungguh-sungguh akan menghasilkan kondisi yang menjanjikan

bagi TNI organisasi militer yang relevan bagi Negara Demokrasi. Kunci bagi pelaksanaan itu terletak pada mutu kepemimpinan orang-orang yang memimpin Pemerintah dan mereka yang mengendalikan TNI dari atas sampai ke bawah.

You might also like