You are on page 1of 17

1

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP BAGI ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN RASYIDUL JANNAH (STUDI KUALITATIF DI DESA BAKUNG ILIR KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2010) Dharlinda Suri Abstrak. Tujuan Penelitian adalah untuk menemukan : (1) Jenis-Jenis kecakapan hidup anak usia dini yang dikembangkan oleh guru di Desa Bakung Ilir , (2) Metode pembelajaran yang bagaimana yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan kecakapan hidup anak usia dini di Desa Bakung Ilir , (3) faktor pendorong dan penghambat upaya pengembangan kecakapan hidup anak usia dini di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan Metode kwalitatif dengan pendekatan phenomenology. dan menggunakan Metode etnografi Spradley. Hasil penelitian menemukan : (1) kecakapan hidup anak usia dini yang dikembangkan di desa Bakung Ilir meliputi kecakapan hidup secara umum dan kecakapan hidup secara khusus; (2) Guru-guru dalam mengembangkan kecakapan hidup anak usia dini dengan cara memasukkan nilai-nilai kecakapan hidup pada setiap aktivitas yang dilakukan anak dengan menggunakan Metode yang bervariasi; (3) Faktor faktor pendorong upaya pengembangan kecakapan hidup anak adalah Guru-guru yang mempunyai semangat pengabdian yang tinggi dalam belajar, anak yang mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, budaya masyarakat desa yang masih dipertahankan. Faktor-faktor penghambat dalam pengembangan kecakapan hidup anak adalah : factor infra structural, partisipasi pemerintah daerah yang kurang, system informasi yang sangat lambat, fasilitas belajar yang sangat kurang dan sumber daya manusia yang rendah. Kata Kunci : Pengembangan, Kecakapan Hidup, Anak Usia Dini I. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pendidikan anak usia dini adalah melatih kemandirian anak agar dapat melakukan berbagai hal dalam kehidupannya secara mandiri. Kecakapan melakukan berbagai hal dalam kehidupan dikenal dengan konsep life skills. Departemen Pendidikan Nasional (2006:3) menyatakan bahwa life skills. (Kecakapan Hidup) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Dengan kecakapan hidup ini anak memiliki bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat dan warganegara Life skills bagi anak pada dasarnya adalah longlife skills, yaitu kecakapan yang akan ia gunakan terus sepanjang hayat. Field, C. M (2004 23) mengidentifikasi 12 kelompok life skills untuk anak. Diantara 12 kelompok life skills tersebut adalah people skills, home skills, life navigation skills, time organization, space organization, money management, healthy lifestyle skills, , healthy mind skills, spiritual habit, decision making skills, creative skills dan celebration skills Pengembangan life skills sejak dini sangat diperlukan agar anak dapat berlatih agar dapat hidup secara mandiri. Misalnya, anak dapat memakai baju sendiri, makan dan minum sendiri, mandi sendiri, dan tidak lagi semuanya tergantung kepada orangtuanya. Banyak anakanak (terutama yang tinggal di kota) terkesan manja. Mandi dimandikan, makan dan minum disuapi, berpakaian dan bahkan memakai sepatu juga dipakaikan. Anehnya, hal seperti itu terus berlangsung tidak hanya di TK, tetapi terbawa sampai SD, bahkan sampai tingkat SMP dan SMA. Sebagai akibatnya anak-anak di Indonesia umumnya belum dewasa saat berusia 17 tahun. Pengembangan life skills sejak usia dini di Indonesia belum pernah diteliti. Pemerintah, melalui Direktorat Pembinaan SMA memang sudah mulai mengembangkan life skills untuk tingkat SMA. Akan tetapi untuk anak usia dini belum dikembangkan. Oleh karena itu penelitian
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

2
pengembangan life skills untuk usia dini perlu dilakukan, mengingat pengembangan life skills sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Di suatu desa terpencil ditepi sungai Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung, terdapat suatu kampung nelayan, yang akan dijadikan tempat penelitian pengembangan life skills. Anak-anak di desa Bakung Ilir ini yang jauh dari kota justru memiliki kecakapan hidup dan kemandirian yang jauh lebih cepat dibanding anak-anak di kota. Sejak usia balita mereka sudah biasa berenang di sungai, naik sampan, membantu orangtuanya. Mereka juga dapat menangkap ikan, menjemur, dan menyimpannya. Apalagi kemandiriannya dalam hal makan, mandi, berpakaian, dan kecakapan yang terkait dengan dirinya tidak perlu diragukan lagi. Fenomena life skills anak-anak nelayan tersebut tampaknya menarik untuk diteliti. Bagaimanakah pola pengembangan life skills pada anak usia dini di desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung ? dengan rumusan masalah : (1) Apa sajakah jenis-jenis kecakapan hidup yang dikembangkan oleh guru di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang ? (2) Metode pembelajaran yang bagaimanakah digunakan guru dalam mengajarkan kecakapan hidup pada anak di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung ? (3) Apa sajakah faktor pendorong dan penghambat dalam upaya mengembangkan kecakapan hidup anak di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang. Tujuan Penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui Apa sajakah jenis-jenis kecakapan hidup yang dikembangkan oleh guru, Strategi pembelajaran yang bagaimanakah digunakan guru dalam mengajarkan kecakapan hidup pada anak dan apa sajakah faktor pendorong dan penghambat dalam upaya mengembangkan kecakapan hidup anak di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang. II. KERANGKA TEORETIK Istilah life skills dapat diartikan bahwa keterampilan-keterampilan hidup yang praktis yang diperlukan karena semakin bertambahnya usia seseorang. Selanjutnya Pujiyati Suyata dalam Kreativitas dan Kecakapan Hidup (Suyata : 2003 : 77) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup adalah kecakapan dan kreativitas yang dimiliki seseorang untuk mengatasi problem kehidupan Pendapat tersebut juga diperkuat oleh UNICEF (http ://www.worldbank. org/children/what/stages.htm) yang mengatakan bahwa Life skills adalah sekumpulan keterampilan interpersonal dan psikhososial yang dapat membantu seseorang membuat keputusan berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan keterampilan self management maupun mengatasi masalah sehingga tercapai kehidupan yang produktif dan sehat. Selanjutnya life skills dapat juga dimaknai sebagai kecakapan menciptakan yang baru (inovasi) atau pemecahan masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur tertentu. Dalam kaitannya dengan kehidupan, life skills merupakan kecakapan hidup yang mengandung kontinum antara pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk berbagai fungsi secara independen dalam hidup.Kecakapan Hidup tersebut dapat berupa kecakapan sehari-hari atau kecakapan melakukan tugas pekerjaan yang diperlukan seseorang agar sukses dalam menjalani kehidupan. Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa Pengembangan Kecakapan untuk hidup (life skills) adalah suatu proses perubahan kemahiran, kesanggupan atau kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup atau untuk menjalani kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak sampai akhir hayatnya. Menurut Suryati Sidharto (Sidharto : 2002 : 81), kecakapan-kecakapan yang perlu dikuasai anak pra sekolah sebagai bekal dalam mengatasi kebutuhan dan permasalahan hidupnya sehari-hari adalah :
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

3
General life skill : Social & personal life skill 1. Kemampuan berkomunikasi 2. Tata krama sederhana 3. Kemampuan tidak mengganggu lingkungan tempat ia berada, baik secara fisik maupun sosial 4. Keberanian untuk berbeda asalkan tidak melanggar aturan ataupun norma 5. Kemampuan mendengarkan uraian secara cermat dan menyimpulkan isinya 6. Kemampuan mengapresiasi orang lain Specific Life Skill (SLS) Disebut juga kemampuan berpikir ilmiah atau kemampuan berpikir kritis, yang mencakup antara lain : a. Kecakapan mengenal variabel b. Kecakapan menghubungkan variabel c. Kecakapan menyusun hiphotesis d. Kecakapan melakukan penelitian Piaget dalam Carol Seefeldt & Nita Barbour (Barbour : 1998 : 35) mempelajari dan menginterpretasi pertumbuhan anak sebagai berikut : Piaget who saw the child as active, extended this concept of natural unfolding by maintaining that knowledge is create as children interact with their social and physical environments. Piaget calls this interaction asimilation and accommodation, and equilibration. Piaget melihat anak sebagai makhluk aktif, meluaskan konsep tentang hamparan ilmiah. Pengetahuan tercipta ketika anak-anak berinteraksi dengan lingkungan sosial dan fisik. Piaget menyebut interaksi ini dengan assimilasi, akomodasi dan equilibrium. Vygotsky dalam Elena Brodova dan Leang J. Deborah (Deborah : 1996 : 23)) dikenal sebagai a Socialcultural constructivist berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar yang aktif dan memiliki struktur psikolgis yang mengendalikan prilaku belajarnya. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapatkan secara turun menurun melalui orang-orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak. Vygotsky, menekankan besarnya pengaruh sosial budaya pada perkembangan anak. Artinya peranan lingkungan sosial dimana anak itu berkembang, dan interaksi yang terjadi didalamnya sangat mendukung perkembangan sosial anak. Konsep yang terkenal dari Vygotsky adalah Zona of Proximal Development (ZPD) atau disebut Scaffolding yaitu sebagai kapasitas potensial belajar anak yang dapat berwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih terampil. Vygotsky dalam Berk dan Winsler (1995 : 26) mendefinisikan ZPD sebagai jarak/kesenjangan antara level perkembangan yang aktual yang ditunjukkan dengan pemecahan masalah secara mandiri dan level perkembangan potensial yang ditunjukkan oleh pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa ataupun kerjasama dengan para teman sebaya yang lebih mampu. Sehubungan dengan pendapat diatas, Montessory dalam Buletin Padu (2007 : 43) yakin bahwa anak mampu mendidik dirinya sendiri (auto-education). Anak aktif terlibat dalam lingkungan yang telah dipersiapkan dan melatih anak memilih secara bebas. Anak harus berusaha dengan otoaktivitasnya mengembangkan fisik dan psikisnya. Anak harus belajar makan, merasa, melihat, berpikir, berkeinginan dan berkarya. Orangtua dan guru hanya dapat menyediakan alaT-alat, kesempatan dan pertolongan sebagai perangsang agar anak aktif.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

4
Carol Seefeldt dan Nita Barbour (1998 :261) mengemukakan Children who love and adore you want to be just like you not only do they want to dress like you, but they also want to incorporate your behaviour in to their own repertoires. Guru yang dicintai dan disukai anakanak cenderung ditiru untuk tingkah lakunya. Anak-anak ingin menggabungkan hal-hal observasi yang dilihat dari guru dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh anak. III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode Fenomenologi Penelitian ini mengacu kepada paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan fenomenologis. Pandangan ini bersandar pada gejala-gejala yang menampakkan diri, dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dalam situasi tertentu dari perilaku seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan pengembangan kecakapan hidup. Dalam penelitian kualitatif peneliti terlibat langsung di lapangan, melihat, mendengarkan dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk mendapatkan kebenaran empirik. Hal ini sejalan dengan pendapat Noeng Muhajir (Muhajir : 2000:19) bahwa salah satu ciri penelitian phenomenologi menuntut bersatunya subyek peneliti dengan subyek pendukung obyek peneliti. Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada model yang dikembangkan Spradley. Dari ke duabelas langkah penelitian tersebut, dalam penelitian ini dilakukan beberapa yaitu : melakukan pengamatan deskriptif, membuat analisis domain, mengadakan pengamatan terfokus, membuat analisis taksonomi, melakukan pengamatan terpilih, membuat analisis komponen dan menemukan tema budaya. Pengambilan data dilakukan melalui: Observasi partisipant, Wawancara, Angket, Studi Dokumen. Instrumen Penelitian terdiri dari : (1) Panduan Observasi, Catatan Lapangan, kamera, Video kamera, (2) Panduan Wawancara, Tape Recorder, (3) Angket (untuk orangtua dan guru), (4) Dokumentasi sekolah. Yang menjadi sumber Informasi dalam penelitian ini adalah : Anak, Orangtua, Guru dan Masyarakat. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Jenis-jenis kecakapan hidup yang dikembangkan oleh guru di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Kabupaten Tulang Bawang propinsi Lampung secara umum pada waktu kegiatan penelitian berlangsung diantaranya melalui kegiatan dalam bentuk : (1) Kecakapan Melayani diri sendiri, seperti memasang/membuka kaos kaki sendiri, memasang/membuka sepatu sendiri, mencuci tangan sendiri, makan dan minum sendiri,. (2) Kecakapan berani/percaya diri, seperti, berangkat sekolah tanpa diantar orangtua, berani menjadi pemimpin., anak memberikan hasil pekerjaannya dengan guru, anak siap melaksanakan pemainan. (3) Kecakapan Sosial seperti, mempunyai jiwa sosial menjemput teman ke sekolah, memaafkan kesalahan teman, mufakat untuk bermain bersama), kecakapan bekerjasama, gembira mengerjakan tugas yang diberikan guru. (4) Kecakapan bertata Krama Sederhana seperti, mengucapkan salam, anak mengikuti ajakan guru, anak antri dengan tertib mengambil makanan, mengucapkan terimakasih,. (5) Kecakapan Spiritual seperti mengaji, berdoa, anak membaca doa sebelum makan. (6) Kecakapan Fisik seperti, Senam ceria, latihan mengenal anggota tubuh, latihan berjalan maju, Latihan mundur, latihan berdiri, duduk, latihan jongkok, berjinjit, latihan berkeiiling, latihan melayang, latihan berlari., (7) Kecakapan Disiplin seperti, anak masuk ruangan dengan tertib, membentuk barisan, bertanggung jawab, mengerjakan tugas yang diberikan guru, anak siap melaksanakan pemainan, anak mentaati aturan dalam permainan, anak menerima kekalahan, anak antri mengambil makanan. (8) Kecakapan berkomunikasi seperti, anak menceritakan gambar-gambar cerita yang dirangkainya, anak mengungkapkan kembali skenario cerita yang didengarnya, anak mendiskusikan skenario cerita
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

5
yang akan diperankannya, menjawab kegiatan yang ditanyakan guru, menyimpulkan kegiatan bersama-sama (9) Kecakapan mengapresiasi orang lain seperti, anak memuji pekerjaan temannya, menerima kekalahan, menerima kemenangan, , memuji teman. (10) Kecakapan Pengembangan Kreativttas seperti, membuat topi dari daun nangka sesuai selera anak, menggambar tumbuhan yang ada di sekitar anak, menggambar benda yang ada di sekitar anak, mengoreksi pemyataan teman yang salah. Selanjutnya pengembangan kecakapan hidup anak secara khusus yang dikembangkan oleh guru di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir diantaranya Kecakapan Akademik, antara lain ; mengetahui lambang-lambang bilangan, menyebutkan bilangan 1 sampai dengan bilangan 10, melalui kegiatan pembelajaran dikelas, guru meminta anak untuk menyebutkan bilangan 1 sampai dengan bilangan 10 melalui kegiatan bermain dengan angka-angka dan gambar-gambar buah, menghitung penjumlahan bilangan 1 sampai dengan bilangan 10, menyebutkan jenis-jenis wama buah, Metode yang digunakan guru dalam mengembangkan kecakapan hidup anak di KB Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir diantaranya : Pembiasaan, bercakap-cakap/Tanya jawab, demonstrasi, penugasan/praktek langsung, bernyanyi, berdeklamasi/seni bahasa, bercerita, bermain, bermain peran, memotivasi. 1.3. Faktor Pendorong dan penghambat upaya pengembangan kecakapan hidup anak di KB Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir : a. Faktor Pendorong : Guru, orangtua, anak, social budaya daerah, kondisi lingkungan anak b. Faktor Penghambat Infra struktur daerah yang tidak memadai, Kurang informasi yang masuk menyebabkan menjadi daerah tertinggal, kurang pembinaan dari kabupaten, rendahnya sumber daya manusia, sarana dan fasilitas yang sangat kurang. 2. Pembahasan Berdasarkaii temuan penelitian yang diperoleh melalui analisis terhadap catatan lapangan, catatan wawancara, angket dan dokumen berkaitan dengan jenis-jenis kecakapan hidup yang dikembangkan oleh guru di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah, yang dilakukan secara bertahap mulai dari analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan berakhir dengan analisis tema. Maka diketahui bahwa : 1. Jenis kecakapan hidup yang dikembangkan tersebut bisa dllasifikasikan menjadi dua macam yaitu kecakapan hidup secara umum (General Life Skills) dan kecakapan hidup secara khusus (Spesific Life Skills}. Kecakapan Hidup anak secara umum ( (General Life Skills) adalah sebagai berikut Pertama : Anak mampu memasang/membuka kaos kaki sendiri, memasang/membuka sepatu sendiri, mencuci tangan sendiri, makan dan minum sendiri,. Dengan demikian anak telah diajarkan guru untuk memiliki kemandirian dan rasa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Kedua : Anak-anak di Ketompok Bermain Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir setiap pagi berangkat sekolah tidak diantar oleh orangtua, mereka berangkat sendiri. Hal in! disebabkan jarak sekolah dan rumah tidak terialu jauh. Disamping itu juga keberadaan orangtua mereka yang masih meninggalkan rumah. Ayah mereka masih belum kembali dari mencari ikan disungai, dan ibu yang sejak pagi sudah pergi ke ladang. Biasanya mereka menyusul teman-temannya disepanjang jalan menuju sekolah. Anak-anak sangat gembira sekali, karena disekolah ini mereka bisa bermain dengan teman-teman yang lain, belajar dan menuangkan segala macam keinginan mereka dibawah bimbingan guru. Pendidikan Non Formal PAUD Rasyidui Jannah adalah satusatunya PAUD yang ada di desa ini. Ketiga : Guru juga mengajarkan anak memiliki kecakapan sosial yaitu, membiasakan anak menjemput temannya jika pergi kesekolah, memaafkan kesalahan teman. Pada waktu bermain diluar, guru selalu menanyakan kepada anak jenis permainan apa yang akan mereka mainkan dan guru memberikan kesempatan kepada anak agar mereka mau berdiskusi terrtang aturan-aturan dalam permainan.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

6
Keempat : Pada awal kegiatan disekolah guru telah rnenanti anak di halaman sekolah dan telah membiasakan anak untuk mengucapkan salam, bersalaman, mengucapkan terimakasih jika diberi sesuatu, Semuanya ini diajarkan guru dengan rasa penuh kasih sayang. Kelima : Kecakapan spiritual juga dikembangkan oleh guru pada saat berbaris diluar. Guru mengajak anak-anak berdoa bersama-sama dalam barisan, berdoa pada waktu akan memulai pelajaran, pada waktu kegiatan makan. Karena adanya kebiasaan ini anak selanjutnya sudah dapat berdoa sendiri tidak dibimbing lagi oleh guru. Keenam : Ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia ini anak sudah memiliki kondisi tubuh yang kuat, oleh sebab itu guru berusaha untuk mengajarkan latihanlatihan fisik pada anak. Latihan-latihan fisik yang diajarkan oleh guru dimaksudkan agar anak dapat berjalan maju dan mundur, berdiri, jongkok dan berjinjit. Anak dapat lari berkeliling, bergantung, menaiki tangga tanpa dibantu. Ketujuh : Kecakapan Disiplin yang ada pada anak tidak datang begitu saja, Di KB guru bisa memulai penanaman perilaku disiplin dengan menjelaskan kepada anak kenapa mereka perlu berperilaku disiplin sambil tentunya guru mencontohkan sendiri bagaimana berperilaku disiplin tersebut. Teladan yang drtampilkan melalui perilaku guru sendiri dilanjutkan dengan pembiasaan yang dilakukan terhadap anak setiap hari akan berpengaruh posffif dalam menanamkan perilaku disiplin pada anak. Bentuk-bentuk kegiatan yang dikembangkan guru dalam menanamkan perilaku disiplin pada anak di KB diantaranya; membiasakan anak memasuki ruangan dengan tertib, mengajari anak untuk bertangungjawab, mengerjakan tugas yang diberikan guru, siap melaksanakan permainan, mentaati aturan dalam permainan, taat dalam aturan permainan dan antri dalam mengambil makanan. Kedelapan : Kecakapan berkomunikasi juga diajarkan guru kepada anak melalui pembiasaan dan diskusi. Kemampuan komunikasi lisan berkembang karena anak memiliki indera pendengar. Lewat mendengar pembicaraan yang terjadi di sekitarnya, anak belajar memahami pembicaraan (bahasa lisan) sekaligus belajar bicara lewat menirukan. Oleh karena itu, guru KB Rasyidul Jannah mengembangkan kecakapan komunikasi dengan cara meminta anak untuk menceritakan apa yang dilakukan anak diluar jam sekolah, menceritakan kembali apa yang mereka dengar pada saat guru bercerita. Guru juga membiasakan anak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan cepat dan jelas. Anak usia prasekolah mengerti konsep-konsep serta hubungan antar konsep. Sebelum mereka memiliki kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya, anak belajar bahasa dari orang dewasa. Kenyataan ini diperkuat oleh pendapat Vygotsky dalam Woolfolk, (Woolfolk:1995:72) yang mengemukakan bahwa ; The language is first mastered collaboratively with an adult or more competent peer, solely with the objective of communication. Then it becomes internalized and serves as a mean of conscious control ang thought. Jadi komunikasi yang berkaitan dengan bahasa dapat mengarahkan perkembangan kognitif anak. Karena itu, bahasa sangat berperan dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa merupakan alat mengungkapkan gagasan dan pengajuan pertanyaan serta memberikan kategori dan konsep untuk berpikir. Saat anak berkomunikasi dengan orang lain, umumnya mereka berpikir dengan menggunakan katakata dan diwujudkan dalam bentuk kalimat. Pendapat ini didukung oleh Suryati Sidharto (Sidharto : 2003 : 12), Potensi bahasa sangat mendukung potensi kognitif, potensi sosial emosional serta potensi fisik yang terdiri dari motorik halus dan motorik kasar dapat berkembang sebaik-baiknya jika mendapat stimulasi dari lingkungan tempat anak hidup. Di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah, bercakap-cakap dapat dikategorikan sebagai instructional conversation, yaitu anak belajar bahasa melalui interaksi dengan guru atau siswa lainnya. Kesembilan : Kecakapan kemampuan mengapresiasi memerlukan kepekaan dari guru KB. Guru KB selalu memberikan contoh kepada anak untuk selalu mengapresiasi orang lain. Apresiasi tidak selalu mengatakan ini bagus, hebat, itu betul yang tadi terpuji. Lewat perhatian yang ujudnya pertanyaan, komentar , bahasa tubuh yang merepresentasikan setuju sudah merupakan
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

7
apresiasi. Ketika melihat anak-anak dapat mengembalikan alat permainan dengan rapi, guru berkomentar :Wah, rapih, apa masih ada permainan yang tertinggal belum dikembalikan ?. Dalam kesempatan lain secara konkrit anak dilatih mengucapkan berbagai apresiasi pada teman, dalam program melatih kemampuan bahasa lewat percakapan. Pada saat Fajar dapat membuat topi dari daun nangka dengan bentuk yang indah, salah seorang temannya memuji topi buatan fajar : Wah bagus sekali topi buatanmu:. Dan pada saat bermain diluar, ternyata kelompok rusa menjadi pemenang, maka kelompok pemburu mengucapkan selamat kepada kelompok rusa : selamat ya kalian sudah menang dan memang kalian hebat. Dengan demikian sudah melatih anak untuk berbahasa sopan dalam berbicara, dan saling mengapresiasi sesama teman. Kesepuluh : Selanjutnya kecakapan pengembangan kreativitas, termasuk dalam kecakapan hidup yang dikembangkan pada anak di KB Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir. Seperti yang dikatakan Wahab dan Solehuddin1(Rahmad:1999: 84) bahwa kreativitas sebagai kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan Dalam kreativitas terdapat aspek berpikir yang sifatnya divergen. Bagaimana anak memiliki kecakapan hidup sangat berkaitan dengan daya kreativitas yang mereka miliki. Upaya ini tidak bisa diberikan ketika anakanak sudah dewasa, tetapi sejak dini harus sudah diperkenalkan dan ditanamkan berbagai ide dan perilaku kreatif agar anak memiliki kecakapan untuk hidupnya kelak. Dengan demikian perlu ditanamkan dan dikembangkan pada anak agar kreatif sekaligus cakap untuk hidup. Atau dengan kata lain bagaimana agar anak cakap hidup secara kreatif. Dari uraian diatas, bila dikaitkan dengan pola asuh atau pola pendidikan agar anak kreatif dan cakap hidup, menurut Raka Gede2 (Gede : 2002 : 27) ada beberapa upaya yaitu 1. Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak untuk berlatih memecahkan masalah dengan berbagai alternatif pemecahan masalah. 2. Pola asuh yang demokratis dan bebas terbatas yang lebih tepat untuk diterapkan. 3. Perlunya menunjukkan kasih sayang dan penghargaan kepada anak. . 4. Ditanamkan berbagai pengertian tentang yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak, yang harus dilakukan dan yang harus dihindarkan atau dilarang. 5. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman. 6. Membantu anak untuk membentuk cita-cita hidup, menguatkan nilai-nilai, memupuk rasa berharga pada dirinya, mengembangkan rasa percaya diri. 7. Menemukan cara yang paling tepat untuk membelajarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral pada anak. Di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir terkait dengan upaya untuk mengembangkan kecakapan kreativitas anak, maka beberapa kegiatan yang dibiasakan guru kepada anak diantaranya adalah ; anak membuat topi dari daun nangka sesuai dengan selera mereka sendiri, guru hanya mengantarkan saja pembuatan topi dari daun nangka, selanjutnya anak diberikan kesempatan untuk membuat topi sesuai dengan kreativitas siswa masing-masing. Anak menggambar tumbuhan yang ada disekitar mereka, anak menggambar benda sesuai dengan apa yang dilihat mereka. Pada kegiatan ini guru membebaskan anak menggambar dan mewarnai sesuai dengan apa yang dilihat anak sehari-hari. Seorang anak memberi warna pada gambar pisang dengan warna coklat, bukan warna kuning, karena anak mempunyai imajinasi bahwa pisang yang diberinya warna adalah pisang busuk. Hal seperti ini wajib dihargai oleh guru. Anak juga mengoreksi kembali pernyataan temannya. Anak berpendapat bahwa apa yang dikatakan oleh temannya tidak sesuai dengan apa yang telah didengarnya. Inipun wajib dihargai pendapatnya oleh anak-anak lain dan gurunya.
1

Wahab, Rochmad dan Solehuddin: Perkembangan dan belajar peserta didik (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998/1999). 2 Raka Gede. Kreativitas dan Kecakapan Hidup (Wahana Studi Pengembangan Kreativitas, Lemlit Universitas Negeri Yogyakarta, 2002)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

8
Jenis Kecakapan Hidup anak secara khusus yang dikembangkan oleh guru di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah (Spesific Life Skills) adalah sebagai berikut : Kecakapan Akademik, antara lain : Guru mengajarkan konsep bilangan dengan bernyanyi, menggunakan jari tangan dan menggunakan alat peraga berupa gambar buah-buahan, bunga dan binatang yang menarik perhatian anak. Anak-anak sangat bergembira menerima tugas dari guru. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bredekamp dan Copple3, (Copple : 1997 : 12) yaitu : (1) Apa yang kita ketahui tentang bagaimana anak berkembang dan belajar ? (2) Apa yang kita ketahui tentang keunggulan, kebutuhan, dan minat anak secara individual ? (3) Apa yang kita ketahui tentang konteks sosial budaya dimana anak hidup ? Atas dasar ketiga pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktik pendidikan yang berorientasi perkembangan harus mengacu pada tiga hal penting, yaitu : (1) Berorientasi pada usia yang tepat, (2) Berorientasi pada individu yang tepat, (3) Berorientasi pada konteks sosial budaya.

2. Metode Pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengembangkan Kecakapan Hidup anak usia dini di KB Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Metode pembelajaran pengembangan Kecakapan Hidup Anak yang digunakan guru dimulai dengan menjelaskan dan mendemontrasikan jenis-jenis kecakapan hidup yang akan dikembangkan kepada anak-anak, setelah itu anak dilatih atau ditugaskan untuk mempraktekkan sendiri jenis-jenis kecakapan hidup tersebut. Kegiatan ini dilakukan anak secara berulang-ulang, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan anak. Metode yang dilakukan guru dalam mengembangkan kecakapan hidup anak di KB Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir diantaranya : a). Pembiasaan Kecakapan hidup yang dimiliki anak tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses yang panjang. Pembiasaan perilaku yang menunjang kecakapan hidup pada anak bisa dilakukan setiap hari, mulai dari aktivitas yang sederhana sesuai dengan tumbuh kembang anak. Di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir guru menggunakan metode pembiasaan dalam rangka mengembangkan kecakapan hidup anak, baik kecakapan hidup yang bersifat umum maupun kecakapan hidup anak yang bersifat khusus. Sebagai contoh, setiap hari anak dibiasakan membuka sepatu dan meletakkan sepatunya diatas rak sepatu. Jika anak lupa melakukan ini, maka guru mengingatkan kembali. Hal ini jika dilakukan berulang-ulang, maka akan menjadi kebiasaan. b) Bercakap-cakap/Tanya jawab Metode bercakap-cakap/tanya jawab sangat sering digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran di KB Rasyidul Jannah. Kegiatan pembelajaran dimulai sejak jam tujuh pagi sampai jam tujuh tiga puluh menit, terlihat guru membuka kegiatan dengan cara bercakap-cakap dan bertanya jawab dengan anak. Melalui tanya jawab, guru menanyakan khabar anak-anak, guru mempersilahkan anak yang akan memimpin kegiatan. Kegiatan tanya jawab juga sering digunakan guru untuk mengembangkan kecakapan hidup anak, misalnya guru menanyakan kegiatan yang dilakukan anak kemarin, menanyakan kegiatan permainan yang akan dilakukan. Anakpun demikain pula menanyakan apa yang boleh atau yang tidak boleh mereka lakukan. Metode ini dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain atau mengembangkan potensi anak dalam hal kecerdasan interpersonal. c) Demonstrasi

Bredekamp, Sue dan Copple, Carrol. Developmentally Appropriate Practise, (Usa : National Association for the Young Children, 1997)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

9
Demonnstrasi berarti mencontohkan atau memperagakan cara melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan/pekerjaan. Metode demonstrasi dilakukan pada dasarnya untuk memberikan gambaran yang jelas kepada anak tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Melalui penggunaan metode demonstrasi maka anak akan lebih konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan yang diberikan dengan kata lain metode ini bisa menghindari anak dari keragu-raguan. Di KB Rasyidul Jannah metode demonstrasi pada umumnya digunakan guru ketika hendak mengajarkan suatu kegiatan/aktivitas yang baru kepada anak. Misalnya guru mengajarkan membuat topi dari daun nangka. Berdasarkan uraian diatas, maka metode demonstrasi sangat penting untuk dilakukan karena dapat menambah pengetahuan anak dan dapat mengembangkan kecakapan hidup anak. d) Penugasan Metode pemberian tugas merupakan tugas atau latihan yang sengaja diberikan Kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik. Metode ini memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga anak-anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas. Jika metode ini digunakan di dalam proses pengembangan kecakapan hidup anak , maka anak-anak akan memiliki pengalaman langsung dan nyata dalam pengembangan kecakapan hidup anak. Setiap pagi anak-anak melakukan kegiatan penyegaran, dan secara bergiliran salah seorang anak ditunjuk untuk menjadi pemimpin kegiatan. Tugas yang dilaksanakan anak secara kelompok sangat bermanfaat untuk mengembangkan perilaku sosial, dimana anak belajar bersosialisasi, bekerja sama, dan memahami teman-temannya serta belajar mematuhi aturan bersama. Sedang tugas memimpin kegiatan yang diberikan pada salah seorang anak dapat mengembangkan keberanian, percaya diri, dan secara umum akan melatih anak untuk dapat disiplin dan bertanggung jawab. Pemberian tugas rutin setiap pagi oleh guru bertujuan untuk memberikan keterampilan agar anak dapat menguasai suatu keterampilan psikomotor yang memerlukan koordinasi motorik dengan otak dan sekaligus menyegarkan fisik anak. Menurut Mooeslihatoen4 (1999:87) melalui pemberian tugas anak memperoleh pemantapan cara mempelajari materi pelajaran secara efektif karena dalam kegiatan melaksanakan tugas itu anak memperoleh pengalaman belajar urrtuk memperbaiki cara belajar yang kurang tepat dan dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa apabila dalam kegiatan pengembangan kecakapan hidup anak, guru menggunakan metode penugasan dan Iatihan secara teratur akan kebiasaan dan sikap belajar yang positif yang pada gilirannya dapat pula memotivasi anak untuk belajar mandiri. e. Praktik Langsung Metode praktik langsung digunakan guru dalam mengembangkan kecakapan hidup di KB Rasyidul Jannah mengingat menurut Moeslichatun dapat memberikan pengalaman bagi anak agar memperoleh pengalaman belajar yang memiliki nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan pribadi yang sehat dan realistis5. (199 : 142) Guru memberi kesempatan pada anak-anak mempraktikkan cara melakukan kebersihan, kegiatan gerak dan lagu (senam), bacaan Shahadat, membaca doa-doa. Membuat tanda jejak untuk permainan rusa dan pemburu, membimbing anak untuk dapat bercerita dan menceritakan kembali. Kegiatan ini melibatkan aktivitas pikiran dan penalaran untuk mengembangkan kecakapan hidup anak.

4
5

Moeslihalun, Metode Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, ( Bandung: Rineka Cipta, 1999), p!87.

Ibid. p. 142
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

10
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa apabila dalam kegiatan pembelajaran pengembangan kecakapan hidup anak, guru menggunakan metode praktik langsung, maka akan memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa menggunakan metode praktik langsung merupakan suatu strategi yang digunakan dalam mengembangkan kecakapan hidup anak. f) Bernyanyi Metode bernyanyi merupakan kegiatan anak dalam melagukan pesan yang mengandung unsur pendidikan. Jika metode bernyanyi digunakan dalam pengembangan kecakapan hidup anak, maka pesan-pesan pengembangan kecakapan hidup akan lebih mudah diingat anak melalui nyanyian. Pada proses pembelajaran guru menggunakan nyanyian sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan, yang sedang dilakukan dan seteiah kegiatan dilakukan. Pada kegiatan pembukaan yaitu pada saat anak berbaris, guru memilihkan lagu: (1) Lonceng berbunyi. Sebelum makan anak menyanyikan (2) lagu cuci tangan. Ketika kegiatan berlangsung untuk memusatkan perhatian anak guru menggunakan lagu (3) Allah Dekat (3) Ciptaan Allahhu Robbi (4) Senang Hatiku (Pos Paud), Pada waktu senam guru menggunakan lagu (5) Kepala Pundak lutut dan kaki. Kegiatan bernyanyi bersama anak disini bertujuan untuk kegiatan pemanasan. Bernyanyi akan merangsang anak untuk bergerak aktif dengan rasa senang gembira melakukan perintah dari syair lagu yang dinyanyikan sehingga mampu mengembangkan kecakapan hidup anak. Mendengarkan musik dan mengajak anak untuk melakukan gerakan sangat disukai anak-anak. Oleh karena itu, guru menggunakan metode bernyanyi pada setiap kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan pembukaan, kegiatan istirahat dan makan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Hal ini sejalan dengan Golberg (Goldberg : 1997 : 10) yang menyatakan seni (bernyanyi, musik, tari, rupa, sastra) sebagai metode untuk pembelajaran. Seni dapat berfungsi sebagai dasar pengembangan manusia, sebagai media ekspresi dan komunikasi.6 Melalui kegiatan seni, bernyanyi maupun mendengarkan musik pesan -pesan pembelajaran akan mudah tersampaikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila guru dalam mengembangkan kecakapan hidup anak menggunakan metode bernyanyi, maka kecakapan hidup anak akan cepat berkembang. g) Berdeklamasi/seni bahasa Metode deklamasi dimaksudkan sebagai cara mengucapkan atau mengungkapkan syair lagu, ikrar, dan do'a-do'a yang disertai gerak dan mimik yang baik. Mengingat melalui penggunaan metode ini akan memberikan kesempatan bagi anak. untuk belajar membaca langsung dan kemudahan untuk mengingat pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Pada proses pembelajaran pengembangan kecakapan hidup anak, guru menggunakan metode deklamasi untuk melatih anak menghapal beberapa bacaan yang berkaitan dengan pengembangan kecakapan hidup anak. Misalnya guru membimbing anak-anak setiap hari untuk melakukan kegiatan: (1) membaca surat pendek dan artinya (2) membaca shahadat dan artinya. Anak-anak membacanya secara bersama-sama, bersuara keras, tegas dan lantang mengucapkan keyakinan, janji, serta kedisiplinan, sambil mengerakkan tangan, bertepuk tangan dengan riang gembira seperti gaya berdeklamasi. Menurut Huck, Hepler & Hikman yang dikutip dari Tarigan (Tarigan : 1995 : 169) menjelaskan bahwa membaca secara bersama-sama dengan suara yang indah bagi anak-anak dapat pula disebut dengan Choral reading atau Choral speaking sebagai upaya meningkatkan apresiasi

Merryl Goldberg, Arts and Learning: An Integrated Approach to Teaching and Learning in Multicultural and

Multilingual Settings, (New York: Longman , 1997) .p.1.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

11
dan penghayatan terhadap bacaan.7 Tarigan sendiri menganologikan kegiatan membaca bersama ini dalam seni puisi sebagai paduan baca atau paduan bicara. Menghapal surat Alfatehah , doa selamat, doa mau makan beserta artinya secara bersama-sama dengan suara yang indah akan mempengaruhi bahasa tutur dan jiwa anak. Kalau anak dapat bertutur kata yang indah akan memudahkan mereka nantinya bersosialisasi dengan orang di lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, jika kegiatan anak mengucapkan keyakinan, doa-doa, dan lain-lainnya secara bersama-sama dengan cara deklamasi dan paduan baca maupun paduan bicara akan memberi nilai yang banyak bagi anak dalam proses pengembangan kecakapan hidup. h) Bercerita Metode bercerita adalah menyampaikan suatu cerita atau dongeng yang mengandung unsur pendidikan, dilakukan secara lisan. Bercerita dapat dilakukan guru dengan membaca langsung dari buku cerita, bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar atau tanpa gambar atau melalui panggung boneka. Bagi anak KB selain mendengarkan cerita dari guru, mereka juga dapat dilatih untuk bercerita di hadapan teman-temannya. Melalui bercerita semua aspek pendidikan dapat dikembangkan. Kegiatan bercerita ini dilakukan guru secara rutin pada hari Jumat, setelah melakukan anak-anak latihan sholat berjamaah. Guru menyajikan sebuah cerita untuk anak-anak yang berisikan pesan moral yang dikaitkan dengan agama. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa apabila guru menggunakan metode bercerita dalam pembelajaran pengembangan kecakapan hidup anak akan dapat membantu menanamkan kepribadian mandiri di KB. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk anak, antara lain mengkomunikasikan nilai-nilai budaya secara universal maupun berlandaskan agama. i) Bermain Metode bermain adalah cara mengajar yang dapat menimbulkan rasa senang dan gembira pada anak yang terlibat di dalamnya. Bermain merupakan metode utama dalam pendidikan anak, sebab bermain adalah dunia anak-anak. Dengan bermain anak akan dapat mengembangkan berbagai potensi dirinya. Diantaranya adalah:(l) mengembangkan emosi (2) mengembangkan kecerdasan (3) membentuk kemandirian (4) dapat meningkatkan keterampilan motorik. Guru memberitahu waktu istirahat bermain dan anak-anak bebas bermain di halaman sekolah. Kesempatan untuk memilih sendiri jenis permainan dan tempat bermain yang disukai anak akan memberikan kepuasan, kesenangan sendiri bagi anak dan hal ini berpeluang untuk mengembangkan emosi, kecerdasan dan kemandirian anak menjadi anak yang sehat. Berdasarkan uraian di atas, makna bermain bagi anak usia dini di Kelompok Bermain Rasyidul Jannah adalah belajar dan bermain sambil belajar dapat membantu mengembangkan kecakapan hidup anak. Sehat secara jasmani, melalui bermain akan membantu menyalurkan kelebihan tenaga yang dimiliki anak akibat dorongan pertumbuhan otot yang membuat anak tidak bisa diam dalam jangka waktu yang lama Sehat secara sosial dan emosional akan berkembang melalui berbagai permainan dalam kelompok. Dengan demikian, jika menggunakan metode bermain dalam pengembangan kecakapan hidup, maka akan dapat mengembangkan konsep kecakapan hidup secara utuh. j) bermain peran Metode bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk memainkan peran tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Bermain peran dapat dipergunakan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan menggunakan metode bermain peran ini guru dapat mengembangkan imajinasi anak .

Henry Guntur tarigan, Dasar-dasar Psikosastra, (bandung: Angkasa, 1995). p.169.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

12

k) Memotivasi. Guru memberikan pujian dengan senyuman, dengan kata-kata maupun mengajak anak untuk bertepuk tangan bersama sebagai penghargaan pada anak yang menunjukkan kecakapan hidupnya. Menggunakan kata-kata seperti: baik, bagus, pintar, guru juga memotivasi anak dengan nasehat-nasehat yang bersumberkan agama Islam.. Memberikan pujian pada anak yang tanpa disuruh membuang sampah pada tempatnya, membantu guru merapikan meja, membantu orangtua menghidangkan makanan , memimpin kegiatan pembukaan, akan sangat berarti bagi perkembangan mental anak dalam mengembangkan kecakapan hidup anak agar mandiri, bertanggung jawab dan sikap peduli. Dengan demikian pemberian motivasi dalam mengembangkan kecakapan hidup akan meningkatkan keinginan belajar anak sendiri, akan tetapi lebih diutamakan sebagai upaya membentuk kecakapan hidup anak. Dengan demikian berdasarkan uraian di atas guru Kelompok Bermain Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir, dalam mengembangkan kecakapan hidup anak telah menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini antara lain; bermain, bercakap-cakap atau tanya jawab, bercerita, demonstrasi, pemberian tugas dan bermain peran. Guru memahami bahwa masing-masing metode tersebut di atas memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh karena itu pada proses pengembangan kecakapan hidup guru menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan karakteristik anak dalam mengupayakan pengembangan kecakapan hidup anak.

(c)

Faktor pendorong dan penghambat upaya pengembangan Kecakapan Hidup Anak Usia 5-6 tahun di KB Yang dimaksud dengan faktor pendorong dalam hal ini adalah semua hal yang menunjang keberhasilan upaya pengembangan kecakapan hidup yang dilakukan guru pada anak. Hasil analisis data yang dilakukan menemukan bahwa faktor pendorong pengembangan kecakapan hidup anak di KB Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir diantaranya ada yang berasal dari guru, anak, masyarakat /budaya dan kondisi lingkungan sekolah. Yang dimaksud dengan faktor penghambat dalam hal ini adalah semua hal yang menghambat keberhasilan upaya pengembangan kecakapan hidup anak. Hasil analisis data yang dilakukan menemukan bahwa faktor penghambat pengembangan kecakapan hidup anak di KB Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir diantaranya adalah faktor infra struktur, Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang, Informasi, Fasilitas, dan Sumber Daya Manusia yang masih rendah.

(1). Faktor Pendorong upaya pengembangan Kecakapan Hidup Anak Hasil analisis menemukan bahwa guru sangat menyadari akan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini di Kelompok Bermain desa Bakung Ilir. Guru merupakan orang yang bertanggung jawab penuh dalam kegiatan pembelajaran selama anak-anak berada di KB. Semua guru KB Rasyidul Jannah tidak ada yang berpendidikan S1, ketiga-tiganya hanya berijazah SLTA dan yang berpendidikan S1 hanya Kepala Sekolahnya saja. Tetapi walaupun demikian tidak menjadi suatu alasan untuk tidak mengajar dengan baik. Kegigihan dan Keinginan yang tulus dan ikhlas dari guru-guru KB tersebut sangat berpengaruh untuk lebih banyak belajar tentang pendidikan Anak Usia Dini Anak-anak di desa Bakung Ilir sangat bangga memiliki lembaga pendidikan non formal KB Rasyidul Jannah. Sejak didirikannya KB Rasyidul Jannah ini aktivitas anak sehari-hari menjadi terarah. Anak mampu berangkat sendiri ke sekolah tanpa diantar oleh orangtua mereka. Kemauan anak dalam belajar membaca, menulis berhitung dibawah bimbingan para guru,menyebabkan anak usia dini di desa ini sebagain besar sudah dapat membaca dengan lancar. Masyarakat desa Bakung Ilir masih terikat oleh budaya daerah yang kuat. Segala sesuatu yang akan dilakukan di desa ini dimusyawarahkan dengan para pamong desa. Para orangtua
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

13
yang mempunyai paham bahwa semua anak-anak usia dini di desa ini menjadi tanggung jawab mereka semua. Mereka tidak membedakan bahwa ini anak tetangga atau lainnya. Tetapi mereka beranggapan anak tetangga anak mereka juga. Budaya yang wajib dilakukan adalah Upacara Turun Di Way, yang berarti saat anak diperkirakan sudah dapat berenang di sungai. Para orang tua mengadakan upacara ini untuk menghormati leluhur mereka agar anak mereka mendapat keselamatan selama berenang di sungai. Mereka bersama-sama menyiapkan upacara ini, mulai dari mencari bunga tujuh rupa, menangkap udang mentah dan membuat nasi uduk. Semua ini mereka kerjakan bersama dengan suasana riang gembira. Selain itu juga rasa kebersamaan dan kekeluargaan mereka cukup tinggi. Rasa empati yang mendalam dari seluruh masyarakat didesa ini mempengaruhi sikap dan aktivitas mereka sehari-hari. Misalkan salah satu tetangga tidak berhasil dalam memancing ikan, maka tetangga lainnya merasa mempunyai kewajiban untuk memberikan sebagian ikan yang mereka dapat. Jalinan komunikasi sesama orangtua anak usia dini sangat intensif, mereka selalu berdiskusi tentang makanan yang bergizi untuk anak-anak mereka. Dari uraian diatas semuanya ini berpengaruh terhadap anak usia dini di desa ini baik pada pola tingkah laku dan kepribadian mereka. Kondisi lingkungan sekolah juga cukup nyaman dan sehat untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kondisi ruangan yang bersih dan cahaya matahari yang cukup walaupun tidak menggunakan kursi hanya beralaskan karpet cukup membuat suasana menjadi tenang dan senang. Anak dapat bermain dan bereksplorasi mengembangkan kecakapan hidup mereka. (2). Faktor Penghambat upaya pengembangan Kecakapan Hidup Anak Berdasarkan analisis data yang dilakukan tentang faktor-faktor yang menjadi penghambat pengembangan kecakapan hidup anak di desa Bakung Ilir adalah faktor infra struktur. Desa ini tidak ada jaringan listrik, yang mengakibatkan jika malam hari anak usia dini tidak mempunyai aktivitas lain, karena suasana desa gelap gulita. Penduduk hanya memakai lampu templok yang terbuat dari botol yang diberi sumbu. Selain itu juga tidak ada jaringan telphone, sehingga sulit untuk berkomunkasi dengan luar setelah kita berada di daerah ini. Melaui layanan Telkomsel memang ada sinyal masuk, tetapi tidak secara menyeluruh, hanya pada lokasi yang letaknya agak tinggi. Sehingga tidak jarang jika ingin berkomunikasi dengan daerah luar, penduduk harus menaiki pohon yang tinggi. Hal ini sangat beresiko tinggi terlebih jika musim hujan tiba. Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang dirasakan sangat minim. Hal ini disebabkan karena lokasi desa yang sangat beresiko tinggi. Untuk mencapai desa Bakung Ilir, harus melalui transportasi sungai, yang tak jarang air sungai meluap secara tiba-tiba. Ini semua menyebabkan keengganan untuk mengunjungi daerah ini. Sehubungan dengan hambatan infra struktur di desa ini sangat berpengaruh pada Informasi yang ada di daerah ini. Anak-anak usia dini di daerah ini jarang menikmati film-film kartun yang ditayangkan oleh televisi swasta. Kalaupun ada hanya terbatas pada keluarga yang dianggap mampu saja, yaitu menggunakan jenset atau aki untuk menghidupkan televisi Fasilitas yang sangat menghambat perkembangan kecakapan hidup anak usia dini di desa Bakun ilir, adalah kurangnya sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sumber Daya Manusia yang masih rendah di desa ini disebabkan karena hanya keluarga yang dianggap mampu saja yang dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan tinggi. Selain itu juga pola pikir masyarakat yang masih tertinggal, akibat kurangnya informasi yang didapat dari luar, mengakibatkan desa ini jauh tertinggal.

2. Teori-teori Subsfantif Berdasarkan penemuan yang berkaitan dengan jenis-jenis kecakapan hidup diatas, maka dapat dirumuskan teori substanttf sebagai berikut :
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

14
(1) Jika anak telah dapat meiaksanakan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan: (1) kemampuan berkomunikasi, (2) mampu melayani diri sendiri, (3) berani dan percaya diri, (4) mampu bertata krama sederhana, (5) memiliki ketrampilan fisik, (6) keterampllan sosial, (7) keterampilan spiritual, (8) disiplin, (9) mengapresiasi orang lain, (10) Kecakapan Pengembangan Kreativrtas, maka guru telah berhasil mengembangkan kecakapan hidup anak secara umum (2) Jika anak telah dapat melakanakan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan : (1) menyebutkan bilangan 1 sampai dengan bilangan 10, (2) menghitung bilangan 1 sampai dengan bilangan 10, (3) menyebutkan jenis-jenis warna, maka guru telah berhasil mengembangkan kecakapan hidup anak secara khusus (3) Jika guru telah meiaksanakan fungsinya sebagai fasilitator, maka pengembangan kecakapan hidup anak secara umum dan pengembangan kecakapan hidup anak secara khusus dapat tercapai (4) Jika guru menggunakan metode pembelajaran yang memasukkan nilai-nilai kecakapan hidup disetiap kesempatan dan selalu memberikan motivasi pada anak, maka proses pengembangan kecakapan hidup anak akan lebih optimal. (5) Jika guru memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang pentingnya pengembangan kecakapan hidup anak, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, komunikatif antara guru dan anak, semangat anak-anak yang tinggi dalam beiajar, di dukung oleh budaya lokal yang masih dijunjung tinggi masyarakat setempat sebagai alat pemersatu diantara mereka serta lingkungan beiajar yang nyaman dan sehat, maka kecakapan hidup anak dapat berkembang secara optimal (6) Jika tidak ada perhatian dari pemerintah daerah setempat, infrastruktur yang sangat kurang, kurangnya informasi yang diperoleh, sarana dan prasarana yang tidak memadai dan sumber daya manusia yang rendah maka akan semakin menghambat pengembangan kecakapan hidup anak. (7) Semakin bervan'asi kecakapan hidup yang terdiri dan kecakapan hidup anak secara umum dan kecakapan hidup anak secara khusus maka akan semakin trampil anak dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan (8) Semakin bervaniasi metode yang digunakan guru dalam proses pembeiajaran, maka pengembangan kecakapan hidup anak akan semakin cepat tercapai. (9) Semakin cepat faktor penghambat dapat diatasi dan faktor pendorong dapat berkembang dengan baik, maka pengembangan kecakapan hidup anak dapat berkembang secara optimal

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian sebagaimana yang teiah diuraikan diatas , maka kesimpulan penelitian ini adaiah sebagai berikut 1. Jenis-Jenis Kecakapan Hidup Anak yang Dikembangkan di KB Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir Kelompok Bermain Rasyidul Jannah Desa Bakung Ilir Kabupaten Tuiang Bawang Propinsi Lampung,melaksanakan kegiatan pengembangan kecakapan hidup anak. Adapun jenisjenis kecakapan hidup anak yang dikembangkan meliputi kecakapan hidup yang bersifat umum dan kecakapan hidup yang bersifat khusus. Baik kecakapan hidup secara umum maupun kecakapan hidup secara khusus merupakan kemampuan yang diperlukan anak sepanjang hayat. Dengan demikian hal tersebut sangat diperlukan anak saat ia masih dilembaga pendidikan maupun setelah ia menyelesaikan pendidikannya. Adapun Jenis-jenis Kecakapan hidup yang dikembangkan secara umum meliputi : a) Keterampilan Fisik, b) Ketrampilan merawat diri, c) Ketrampilan Melayani diri sendiri., d) Ketrampilan dalam rumah tangga, e) Ketrampilan makan dan minum , f) Ketrampilan
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

15
bekomunikasi , g) Tata krama sederhana, h) Berani/percaya diri, i) Kecakapan Sosial, j) Ketrampilan spiritual, k) Ketrampilan mengapresiasi orang lain, I) Oisiplin. Jenis-jenis Kecakapan hidup yang dikembangkan secara khusus meliputi: Keterampilan Akademik 2. Metode Pembelajaran yang digunakan guru untuk mengembangkan Kecakapan Hidup Anak di KB Rasyidul Jannah Des\a Bakung ilir Upaya pengembangan kecakapan hidup di KB dilakukan oleh guru. selalu berusaha memasukkan nilai-nilai kecakapan hidup dalam semua kegiatan. Kreativitas guru sangat besar peranamya dalam mengembangkan kecakapan hidup anak. Penggunaan metode yang bervariasi disamping dapat menghindari kejenuhan pada anak, juga dapat lebih mengefektifkan upaya pengembangan kecakapan hidup anak. Guru juga tidak memberikan penjelasan dan pemahaman saja pada anak, tetapi guru juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak, sehingga anak tertarik untuk setiap hari pergi ke sekolah. Karena ada saja hal-hal yang baru yang disajikan oleh para guru sehingga aktivitas di sekolah tidak membosankan. 3. Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Anak Usia Dini di Keiompok Bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir Faktor-faktor pendorong upaya pengembangan hidup anak adaiah ; (1) Guru-guru KB yang mempunyai semangat pengabdian yang tinggi datam mengajar tanpa mengharapkan imbalan yang memiliki semangat yang tinggi, (2) Anak yang memiliki semangat yang tinggi dalam proses belajar, (3) Budaya masyarakat desa Bakung Ilir yang masih tetap dipertahankan, (4) Kondisi lingkungan belajar anak yang sangat menunjang. Selanjutnya faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan kecakapan hidup anak di KB Rasyidui Jannah desa Bakung Ilir diantaranya adalah ; (1} faktor infra struktur (2) Partisipasi pemerintah daerah yang sangat kurang, {3) Kurang nya informasi yang masuk mengakibatkan daerah ini menjadi daerah tertinggal, (4) Fasilitas belajar yang sangat kurang, (5) Sumber daya Manusia yang rendah.

2.Implikasi Berdasarkan temuan dan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dipaparkan pada kesimpulan diatas, maka hal tersebut berimplikasi pada beberapa hal berikut ini. Pertama, Upaya bagi pengembangan kecakapan hidup, temuan dari hasil penelitian dan pengembangan ini telah turut memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan kecakapan hidup anak usia dini, sehingga pengembangan kecakapan hidup yang telah dihasilkan dapat dijadikan salah satu aitematif pengembangan kecakapan hidup di lembaga pendidikan anak usia dini khususnya pada kelompok bermain khususnya di provinsi Lampung dan di Indonesia pada situasi dan kondisi yang cenderung sama dengan tempat penelitian ini berlangsung. Selain itu, pengembangan kecakapan hidup anak ini telah berhasil membuat suatu perubahan kepandaian, kemahiran, kesanggupan atau kemampuan bagi anak usia 5-6 tahun di desa Bakung Ilir kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Kedua, Upaya bagi pendidik/guru anak usia dini, sebagai fasilitator, motivator dan evaluator dalam kegiatan belajar melalui bermain haruslah benar-benar memahami prosedur kerja yang benar dalam menerapkan program kegiatan pengembangan kecakapan hidup anak, karena kegiatan ini sangat berhubungan dengan perkembangan anak, maka guru harus menguasai dan memahami anak sebagai individu yang unik, yang mempunyai perbedaan satu sama lain. Guru harus menyediakan waktu yang cukup bagi anak untuk bereksplorasi dalam rangka mencari dan menemukan kecakapan hidup melalui pengalaman langsung dan nyata. Ketiga, Upaya dalam pengembangan kecakapan hidup, Untuk mendapatkan pengembangan kecakapan hidup yang lebih sempurna tentunya perlu ada penelitian lebih lanjut yang lebih komprehensif. Selain itu, objek penelitian ini hanya di satu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

16
kelompok bermain yaitu kelompok bermain Rasyidul Jannah desa Bakung Ilir, padahal saat ini telah banyak lembaga pendidikan anak usia dini yang emberikan pelayanan bagi anak usia 5-6 tahun. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian lanjutan di lembaga yang berbeda, bahkan apabila memungkinkan pada provinsi yang berbeda di Indonesia.

3. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dan rekomendasi diatas, maka pada paparan berikut ini dikemukakan saran yang relevan. Pertama, dengan ditemukannya fakta bahwa pengembangan kecakapan hidup anak usia dini di desa Bakung Ilir, ternyata mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi kehidupan anak dikemudian hari, maka disarankan bagi guru yang hendak mengajar perlu memiliki pemahaman komprehensif terhadap pengembangan kecakapan hidup anak. Sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan. Kedua, upaya yang dapat dilakukan guru agar dapat menerapkan program kegiatan pengembangan kecakapan hidup dengan sukses adalah : (1) Guru harus dapat berpikir secara terbuka dan berusaha keluar dari paradigma lama bahwa gurulah yang paling berperan dalam proses pembelajaran. (2) Guru harus mau menerima inovasi baru (3) Guru harus memiliki kreativitas dan kepekaan dalam pengembangan proses belajar. Ketiga, upaya yang dapat dilakukan oleh pihak penyelenggara pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan pada anak dengan usia yang sama dalam penelitian ini, hendaknya dapat : (1) Memfasilitasi dan mengadakan pembinaan bagi guru agar dapat menerapkan kegiatan pengembangan kecakapan hidup anak. (2) Melakkan kerjasama dengan orangtua. Karena keberhasilan pengembanan kecakapan hidup ini bukan hanya menjadi tangungjawab pihak sekolah saja melainkan dibutuhkan juga dukungan dari masyarakat desa Bakung Ilir. (3) Hal lainnya, masih banyak orangtua yang memiliki pola pikir tradisional dalam memandang kemampuan anak, dengan beranggapan bahwa anak yang cerdas saja yang dapat mengembangkan kecakapan hidupnya. Oleh sebab itu diperlukan agar pihak guru dari KB dapat mengadakan dialog iriteraktif, agar dapat merubah pola pikir tersebut.

Daftar Pustaka

Anselm Strause, Juliet Embin, Basics of Qualitative Research, Branded Theory Procedures and Techniquees, California Sage Publication, 1990

Anno Lace and Donna Luff. Trent Focustor Research and Development in Primary Health Care Qualitative Data Analysis. University of SHeffrild, Trent Focus Group, 2001.

Bandura, A. Social Fundations of Thought and Action. New Jersey: Prentice Hall, 1986

Bradc Kamp, Sue dan Cupple, Carol, Developnuantally Appropirate Practice, USA: National Association for the young children, 1997

Branson, Martha B. The Right Stuff for Chidren Birth to 8. Washington DC: NA for the Educational of Young Children, 1995. Charlesworth, Roselind. Karen K, Lind. Math and Science for Young Children.NewYork' Delmar Publishers, 1995.

Buletin Padu Vol No.2 Agustus, Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, 2007

Brewer, Jo An. Early Childhood Education. Sixth Edition. (America: United States, 2007

Carol Sefeldt & Nita Barboer, Early Child hood Eduation An Introduction, New Jersey Columbus : Prentice, hall, inc, 1998.

Christine M. Field, Life Skills For Kids, Colorado Springs, co, waterbook press, 2004
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

17
Bernie Badgruber, Life Skills (http://ww.com)

Depdiknas; Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Taman KanakKanak, 2006.

Departsmen Pendidikan Nasional, Undang-Undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidik Nasional

Depdiknas Dirjen PLS Direktorat PAUD. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Depdiknas, 2006

Direktorat Tenaga Teknis. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0-6 Tahun. Jakarta. Ditjen PLSP - Depdiknas, 2003

Dworetzky, John P. Introduction to Child Development. New York: Publishing Company, 1987

Elena Brodova dan Lcang Z. Deborah, Tool of the mind, New Jersey, Upper Saddle River, 1996.

Grain, William. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007

Hadis, Fawziah Aswin. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Depdft 1996

Hendrick, Joanne. The Whole Chid: Developmental Education for Early Years.New Yersey: Prentice Hill. 1996.

http:///www/bpkpenabus.or.id/koivata/79/pokok-l/htm

John , W. Creewell, Qualitative Inquiry and Research Design Chossing Amory Five Tradition (Thousand oaks CA : Sage Publication Inc, 1998.

Jamaris, Martini. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia TK. Ja Grasindo, 2006

James F. Spradley, Pratisipant Observation, Reinhartand Winston, 1980

M. B. Miles and A. M. Hubermin. Qualitative Data Analysis. USA Publications, 1984

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Re Rosdakarya, 2005

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sa 1996

Morisson, Gary R, ed. Al. Designing Efective Instruction. New York:f Wiley, 2001

Muslichatun. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.

Lacey and Donna Luff. Trent Focus For Research and Development In Primary Helth Care: Qualitative Data Analysis, University of Sheffield : Trent Focus Group, 2001

L.E. Brek dan A. Winsler, Scaffolding Children Learning, Vigotsky and Early Childhood, Education, Washington, De NAEYE, 1995

Nung Muahjir, Metrodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sasasin, 2000

Program Pasca Sarjana UNJ. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Jakarta. 2007. Sayogo, Household Food Security Indonesia, Food Journal 2, 2004. Santrock, John W. Child Development. New York: Me Graw Hill. 1996.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

You might also like