You are on page 1of 18

MAKALAH Metode Kooperatif Model Debat Kelas diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar

Disusun oleh Ilham Gemilang 0800331

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw. beserta para sahabat dan kerabatnya serta kita sebagai umatnya sampai akhir jaman. Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya sebagai bentuk realisasi dari tugas mata kuliah Seminar. Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan para pembacanya mengenai penggunaan metode kooperatif dengan model debat di lingkup pembelajaran sekolah menengah. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Eka Fitrajaya Rahman selaku dosen serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini selama prosesnya.

Bandung, Februari 2011

Ilham Gemilang
1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ 1 DAFTAR ISI ............................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 3 1.1 Latar belakang ................................................................ 3 1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................ 4 1.4 Sistematika Penulisan .................................................... 4 BAB II ISI ................................................................................... 5 2.1 Pengertian Belajar .......................................................... 5 2.2 Pengertian Debat ............................................................ 6 2.3 Pembelajaran Model Debat ............................................ 7 2.4 Debat Sebagai Turunan Pembelajaran Kooperatif ......... 8 2.5 Hubungan Debat dan Tugas Perkembangan................... 9 2.6 Melatih Kecakapan Individu dengan Debat ................... 11 BAB III PENUTUP ..................................................................... 15 3.1 Kesimpulan..................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang tercipta di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu, variasi teknik yang digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi individu. Beberapa diantara tugas perkembangan tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang

mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat mengembangkan pola pikir yang kritis. Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar tingkat sekolah menengah adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam bentuk kelompok. Hingga saat ini, perkembangan model pembelajaran debat masih barlangsung, bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas model pembelajaran ini dalam lingkup sekolah menengah beserta kaitannya dengan aspekaspek tugas perkembangan pada ranah psikologi dalam pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah a. Mengapa harus menerapkan pembelajaran teknik debat?


3

b. Apa hubungan pembelajaran debat dengan tugas perkembangan individu? c. Bagaimana teknik debat yang cocok dilaksanakan di kelas? d. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari penerapan pembelajaran dengan metode debat?

1.3 Tujuan Penulisan a. Memberi informasi mengenai metode pembelajaran kooperatif dengan model debat. b. Mengidentifikasi keterkaitan model debat dengan perkembangan tugas individu remaja. c. Memberi informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran debat.

1.4 Sistematika Uraian KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan BAB II ISI 2.1 Pengertian Belajar 2.2 Pengertian Debat 2.3 Pembelajaran Model Debat 2.4 Debat Sebagai Turunan Pembelajaran Kooperatif 2.5 Hubungan Debat dan Tugas Perkembangan 2.6 Melatih Kecakapan Individu dengan Debat BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

BAB 2 ISI 2.1 Pengertian Belajar Dalam kehidupan sehari-hari pada lingkup akademik, tentunya kita sudah sering mendengar maupun mengucapkan kata belajar. Namun kebanyakan orang tidak dapat menjawab secara aktual ketika ditanya mengenai definisi belajar. Hal ini terjadi karena banyak orang melakukan pemaknaan yang berbeda-beda berdasarkan pengalamannya masingmasing dan berangkat dari kenyataan bahwa belajar adalah sebuah aktifitas. Secara harfiah, belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Menurut Slavin (2000:143), belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak harus selalu diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor; tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya. Perubahannya pun tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi
5

umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tetapi dalam potensi seseorang untuk berperilaku. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan, berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Hal ini akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima (hadiah atau hukuman) sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.

2.2 Pengertian Debat Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut: a. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturanaturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri b. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif). c. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masingmasing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak. d. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang

mengedepankan demokratik

e. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka. 2.3 Pembelajaran Model Debat Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap cari aman dengan tidak memilih pihak manapun. Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra. Berikut ini adalah langkahlangkah debat yang biasanya diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah menengah atas: 1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra. 2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas. 3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. 4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan. 5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
7

6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif. 2.4 Debat Sebagai Turunan Pembelajaran Kooperatif Model debat merupakan turunan dari metode kooperatif. Metode yang namanya diambil dari kata serapan bahasa Inggris cooperative menjabarkan bahwa pembelajaran tipe ini mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa heterogen dari kategori ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diusahakan setiap kelompok yang dibuat terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Disamping itu, pembelajaran Kooperatif memiliki tujuan sebagai berikut: Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik.

Mendorong kerukunan sosial terhadap keragaman, dalam artian siswa dapat menerima teman-temannya yang memiliki bermacam latar belakang. Pengembangan keterampilan sosial dengan cara berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide/pendapat, dan bekerja dalam kelompok. 2.5 Hubungan Debat dan Tugas Perkembangan Salah satu prinsip perkembangan mengemukakan bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu yang merentang sepanjang hidupnya. Dalam setiap fase ini terdapat tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku, dan keterampilan, yang hendaknya dituntaskan oleh setiap individu. Havighurst (Abin Syamsuddin Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa, A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task. Tugas perkembangan individu bersumber pada beberapa faktor

diantaranya: 1. Kematangan fisik; 2. Tuntutan masyarakat secara kultural; 3. Tuntutan dan dorongan dan cita-cita individu itu sendiri; dan 4. Norma-norma agama.
9

Model debat mengedepankan penyelesaian tugas perkembangan yang diutamakan pada fase remaja tingkat SMP dan SMA. Depdiknas (2003) memberikan rincian tentang tugas perkembangan masa remaja untuk usia tingkat SMP dan SMA, yang dijadikan sebagai rujukan Standar Kompetensi Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, yaitu: 1. Tugas perkembangan tingkat SMP: Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat; Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita; Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas; Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni; Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat; Mengenal gambaran sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi; Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.

10

2. Tugas perkembangan tingkat SMA: Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita; Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat; Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir, dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas; Mencapai kematangan dalam pilihan karir; Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional sosial, intelektual, dan ekonomi; Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni; Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

2.6 Melatih Kecakapan Individu dengan Debat Kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential ability). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera

didemonstrasikan dan diuji saat itu juga. Misalkan, setelah selesai mengikuti proses KBM (kegiatan tatap muka di kelas), sebelum kelas diakhiri para siswa diuji oleh guru tentang
11

materi yang disampaikannya (tes formatif). Ketika siswa mampu menjawab dengan baik tentang pertanyaan guru, maka kemampuan tersebut merupakan kecakapan nyata berupa achievement. Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes). C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Disamping itu, J.P. Guilford mengemukakan bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau faces of intellect, yaitu: A. Mental Operation (Proses Befikir) 1. Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru); 2. Memory Retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari); 3. Memory Recording (ingatan yang segera); 4. Divergent Production (berfikir melebar; banyak kemungkinan jawaban/ alternatif); 5. Convergent Production (berfikir memusat; hanya satu

kemungkinan jawaban/alternatif); 6. Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik, akurat, atau memadai). B. Content (Isi yang Dipikirkan) 1. Visual (bentuk konkret atau gambaran);
12

2. Auditory; 3. Word Meaning (semantic); 4. Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik); 5. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui

penginderaan, ekspresi muka, maupun suara). C. Product (Hasil Berfikir) 1. Unit (item tunggal informasi); 2. Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama); 3. Relasi (keterkaitan antar informasi); 4. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan); 5. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefinisi informasi); 6. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain). Dalam rangka Program Percepatan Belajar (Accelerated Learning), Balitbang Depdiknas (1986) telah mengidentifikasi ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas dan komitmen terhadap tugas, yaitu: 1. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pikirannya); 2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan; 3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis; 4. Mampu belajar/bekerja secara mandiri; 5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); 6. Mempunyai perbuatannya; 7. Cermat atau teliti dalam mengamati; 8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;
13

tujuan

yang jelas

dalam tiap

kegiatan atau

9. Mempunyai minat luas; 10. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi; 11. Belajar dengan dan cepat; 12. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat; 13. Mampu berkonsentrasi; 14. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar. Terkait dengan proses pembelajaran model debat, yang perlu menjadi perhatian bahwa antara satu siswa dengan siswa lainnya pada dasarnya memiliki kecakapan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru diharuskan dapat memahami dan mengembangkan kecakapan siswa sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Perhatian terhadap perbedaan individu dalam kecakapan

merupakan salah satu prinsip yang harus dipenuhi di dalam proses pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pun telah mencantumkannya sebagai salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah.

14

BAB 3 Penutup 3.1 Kesimpulan Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif, pendidik akan sangat terbantu untuk mengembangkan kualitas akademik siswanya dengan berbagai turunan model pembelajaran yang tersedia. Pembentukan pola pikir kritis dan kerja sama antar kelompok dapat lebih ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran debat di kelas. Kelebihan model ini lebih banyak mengeksplorasi kemampuan siswa dari segi intelektual dan emosi siswa dalam kelompok kerjanya, sehingga pembentukan kerja sama antarsiswa, pola pikir kritis, dan pemahaman etika dalam berpendapat dapat diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Namun disamping berbagai kelebihan yang diberikan oleh model pembelajaran debat ini, ada beberapa kekurangan. Beberapa diantara kekurangannya adalah: Menghabiskan waktu banyak untuk melakukan sesi debat antar kelompok Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa Harus tepatnya tema yang diajukan dengan sifat debateable Pemilihan siswa dalam kelompok yang terkadang

perataannya tidak heterogen dan adanya kemungkinan debat kusir yang tidak akan selesai jika tidak ada penengah (dalam hal ini guru yang kompeten dan memahami teknik belajar debat) Oleh karena itu, tidak semua materi pelajaran di kelas cocok menggunakan metode debat karena tema harus dipilih sedemikian rupa sehingga debat yang terjadi dapat menimbulkan interaksi positif di dalam kelas dan menarik untuk siswa yang melaksanakannya.

15

DAFTAR PUSTAKA

F. Aprilio, Muhammad. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Tersedia: http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif [8 Februari 2011] F. Aprilio, Muhammad. (2010). Model-model Pembelajaran yang Efektif. [Online]. Tersedia: http://muhfida.com/2010/05/model-model-pembelajaranyang-efektif/ [4 Februari 2011] F. Aprilio, Muhammad. Apa itu Belajar. [Online]. Tersedia :

http://muhfida.com/apa-itu-belajar/ [4 Februari 2011] F. Aprilio, Muhammad. Kumpulan Metode Pembelajaran Pendampingan. [Online]. http://muhfida.com/kumpulan-metode-pembelajaranpendampingan/ [3 Februari 2011] Nadhirin. (2008). Metode Pembelajaran Efektif. [Online]. Tersedia: [7

http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html. Februari 2011]

Sudrajat, Akhmad. (2008). Kecakapan Individu - Kecerdasan dan Bakat. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ . [4 Februari 2011] Sudrajat, Akhmad. (2008). Memahami Emosi Individu. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/09/memahami-emosi-individu/ . [4 Februari 2011] Sudrajat, Akhmad. (2010). Tugas-tugas Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/02/tugas-

perkembangan-individu/ . [4 Februari 2011]


16

Widodo, Rachmad. (2009). Metode Pembelajaran Debate (Debat). [Online]. Tersedia: http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-

debate-debat/ . [4 Februari 2011] Yuanita, Eva. (2010). Model Pembelajaran Debat. [Online]. Tersedia: http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-debat-danword.html . [7 Februari 2011]

17

You might also like