You are on page 1of 2

SIKLUS KEORGANISASIAN MAHASISWA

Oleh : (Husni Mubarok) Mahasiswa sebuah sebutan yang sangat elit saat ini karena hanya mahasiswalah yang dapat meruntuhkan sebuah rezim yang telah bercokol disebuah negara selama 32 tahun. Mungkin kita definisikan dulu siapa itu mahasiswa, berasal dari maha dan siswa mudahnya mahasiswa adalah seseorang yang tengah berstudi diperguruan tinggi negeri atau swasta. Dalam strata masyarakat Indonesia Mahasiswa mempunyai strata yang tinggi karena merupakan golongan yang mengeyam pendidikan paling tinggi.

Sejarah masa lalu telah menciptakan citra seorang mahasiswa adalah agent of change, agent social penjaga gawang moral bangsa. Sebut saja angkatan 66 yang telah melahirkan berdirinya orde baru dan penumpasan komunis, 98 dengan lahirnya era reformasi. Memang sejarah telah mencatat mahasiswa sebagai golongan yang telah ikut andil dalam penentuan nasib bangsa.

Saya ingin meninjau ulang paradigma mahasiswa dengan melihat fenomena saat ini, yang saya mulai dari lingkungan kampus. Di lingkungan kampus mahasiswa dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : KUPU-KUPU (kuliah-pulang) dan KURA-KURA (kuliah Rapat/ para aktivis). Golongan kupu-kupu memang golongan terbesar yang menghuni lingkungan kampus mereka adalah para akademis yang konsen dan mencurahkan segala pikiran pada akademik tanpa menghiraukan atau tanggap terhadap lingkungan sosial masyarakat sekitar mereka, ya walau itu juga hanya sebagian saja dari mereka yang seperti itu selebihnya mereka hanya segerombolan kaum hedonis pencari gelar sebagai modal peraup rupiah pada saatnya nanti selebihnya tidak ada yang istimewa dari golongan ini selain sebagai sapi perah kaum kapitalis pendidikan. Golongan yang kedua adalah kura-kura yaitu para mahasiswa yang aktif diorganisasi kemahasiswaan atau pergerakan. Meraka adalah para mahasiswa yang aktif, kritis dan responsif terhadap kondisi situasi lingkungan mereka mereka inilah yang bisa kita sebut agent of change. Ada fenomena yang menarik dari golongan ini, mereka yang asyik sibuk dengan idealisme keorganisasian sampai terhanyut dan terlupa tentang kewajiban mereka sebagai mahasiswa yaitu belajar (akademik) dan ini terjadi pada sebagian besar mereka yang terkadang dianggap oleh pihak kampus sebagai orang-orang pembuat onar. Tapi sebagian lain adalah seorang pejuang idelaisme yang realistis (idealisme-akademik), mereka yang bisa kita sebut kaum intelegensia yang bertanggung jawab pada kewajiban sebagai seorang yang berkesempatan mengeyam pendidikan tertinggi di Indonesia.

Siklus pergerakan mahasiswa bisa kita lihat dan kita ramalkan pasang surutnya, pasca angkatan 66 mengukirkan tinta emasnya bergulirlah masa tidur pulas para aktivis mahasiswa karena dibius dan dibungkam oleh penguasa rezim dengan penetralan kampus dari kegiatan keorganisasian dan politik dalam bentuk apapun, siapa yang menyinggung atau mengkritik penguasa maka bersiaplah untuk menjadi target pencarian orang oleh aparat dengan tuduhan makar, komunis, sparatis dan tuduhan lain yang pada saat itu tenar terdengar. Sebut saja PETRUS (penembakan misterius) yang dilakukan kepada orang-orang yang dianggap berbahaya oleh penguasa. Hal itu juga terjadi pasca angkatan 98 era reformasi, terjadilah liberalisasi disemua bidang kehidupan masyarakat dan tidak terkecuali kemahasiswaan, dan sekarang pembungkaman sedang mulai terjadi kembali dengan penetralan kampus sedikit-demi sedikit tanpa kita rasakan. Turun drastisnya jumlah mahasiswa yang berorganisasi dan mahasiswa yang kritis terhadap kondisi lingkungan sosial karena terbentur oleh sistem yang diberlakukan dikampus, sebut saja presensi 75% yang tidak bisa ditawar dengan alasan apapun kecuali sakit dan opname itu saja harus melampirkan surat izin setiap hari yang dia tinggalkan. Pembatasan jam kegiatan pada jam-jam tertentu, pembatasan penggunaan fasilitas kampus untuk kegiatan mahasiswa dan pelarangan menggunakan sponsorship rokok padahal jika besiswa dari PT. Djarum mereka dengan senang menerimanya tapi kenapa sebagai sponsorship dilarang?? pemangkasan anggaran untuk unit kegiatan mahasiswa yang tidak proporsional padahal itu terkumpul dari uang SPP yang mereka bayarkan lalu kemana larinya sejumlah uang SPP yang dialokasikan untuk UKM dan masih banyak hal-hal yang mengindikasikan sedang terjadinya proses netralisasi kampus.

Mungkin inilah siklus yang harus dijalani mahasiswa bangsa ini, dan seharusnyalah mahasiswa sadar dengan adanya siklus semacam ini dan dapat mengambil tidakan preventif yang terbaik. Jika kita hanya diam saja maka kita telah melupakan kewajiban dan amanah sebagai kaum intelegensia(kaum terpelajar) sebagai agent of change, penjaga gawang moral. Rosul pernah berkata tentang amanah: Tidaklah beriman orang yang tidak menjaga (menunailkan) Amanah

You might also like